Anda di halaman 1dari 6

p- ISSN : 2407 – 1846

TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

DETEKSI PUPIL SEDANG BERAKOMODASI BERBASIS COMPUTER


VISION MENGGUNAKAN METODE INTERVAL SATU RATA-RATA
Teady Matius Surya Mulyana, Herlina
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Bunda Mulia, Lodan Raya 2, Ancol, Jakarta Utara, 14430
tmulyana@bundamulia.ac.id

Abstrak
Salah satu proses penentuan visus myopia berbasis computer vision adalah penentuan
nilai visus yang didapat dari deteksi mata yang sedang berakomodasi ketika membaca
huruf yang ditampilkan pada program berdasarkan ketentuan ukuran baris snellen.
Deteksi pupil berakomodasi ini, digunakan sejumlah data nilai pupil yang tidak
berakomodasi sebagai batas pupil tidak berakomodasi. Pupil yang tidak berakomodasi
tidak statis. Pupil yang tidak sedang berakomodasi secara dinamis membesar dan
mengecil dalam suatu nilai interval yang tidak sebesar ketika sedang berakomodasi.
Karena itu diperlukan suatu nilai ambang yang memisahkan antara nilai pupil yang
berakomodasi dengan yang tidak berakomodasi. Untuk mendapatkan nilai ambang
pemisah pupil yang berakomodasi dengan yang tidak berakomodasi digunakan metode
interval satu rata-rata. Penggunaan metode interval satu rata-rata, menghasilkan nilai
ambang yang sesuai dengan pemberian nilai confidence nya. Nilai confidence dikonversi
menjadi nilai keyakinan perubahan secara dinamis dari pupil ketika sedang tidak
berakomodasi. Berdasarkan percobaan dan urutan proses yang diirancang, penentuan
batas nilai pupil untuk mata sedang berakomodasi dengan mata tidak sedang
berkomodasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode interval satu rata-rata.

Kata kunci: interval satu rata-rata, ambang, computer vision, visus, myopia

Abstract
To determine the visus of myopia case, is must determine the visus value obtained from
accommodate eye detection while read the letters that displayed in the program as the
snellen row size based. To detect pupillary accommodation, a number of pupil values
that do not accommodate are used as pupillary boundaries that do not accommodate. The
pupils that don't accommodate are not static. Pupils that are not currently
accommodating remain dynamically enlarged and diminished in an interval values that
is not as large as when they were accommodating. To get the threshold values that
indicated accommodate pupil or not accommodate pupil is used the one-mean interval
method. The use of the one-mean interval method produces the appropriate threshold
value based on the confidence value input. The confidence value is converted to the
confidence value of dynamically changing pupils when not accommodating. Based on
the experiment and the process sequence that was designed, the determination of the
pupil value limit for the eye being accommodated with the eye not being accommodated
can be done using the average one interval method.

Keywords : one-mean interval, threshold, computer vision, visus, myopia

PENDAHULUAN kemampuan belajar anak-anak. Sementara itu


Miopia merupakan kasus yang seringkali Hartanto (Hartanto, 2010) menjelaskan bahwa
terabaikan pada anak-anak usia sekolah dasar. penurunan kemampuan refraksi pada kasus
Ratanna (Ratanna, 2014) menjelaskan bahwa miopia atau penurunan refraksi mata atau
penurunan ketajaman penglihatan anak-anak penurunan kemampuan melihat pada kasus
usia sekolah mengakibatkan penurunan miopia meningkat tiap tahunnya karena

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

kurangnya perhatian pada kesehatan mata. proses secara iterative yang disusun dengan
Komariah (Komariah, 2014) dan Syafi’in susunan tertentu.
(Syafi’in, 2013) mendapati banyaknya siswa Penentuan visus myopia dilakukan
kelas 4 sampai 6 yang mengalami kelainan dengan Luas objek pupil yang dibandingkan
refraksi mata yang berujung pada miopia. antara citra mata yang satu dengan yang lainnya
Yunus (Yunus, 2015) menjelaskan miopia untuk menentukan objek pupil yang terdeteksi
atau rabun jauh merupakan suatu keadaan pada citra mata tersebut sedang mengecil ketika
dimana mata mampu melihat objek yang dekat, huruf snellen dengan ukuran tertentu
tetapi kabur bila melihat objek-objek yang jauh ditampilkan.
letaknya. Proses penentuan visus pada aplikasi
Permatasari (Permatasari, 2013) dan pengukuran visus berbasis computer vision
Saminan (Saminan, 2013) menjelaskan, miopia mengobservasi frame-frame citra mata yang
adalah kelainan refraksi di mana cahaya sejajar berisi objek pupil. Frame-frame citra mata
masuk pada mata jatuh pada bagian depan dari direkam sambil menampilkan huruf-huruf
retina pada bagian belakang mata jika tanpa snellen dengan ukuran tertentu. Proses observasi
akomodasi pada mata. Akomodasi pada mata dilakukan untuk menentukan frame citra mata
terjadi ketika seseorang mencoba memfokuskan yang berisi objek pupil yang lebih kecil
penglihatan agar dapat melihat suatu objek. dibandingkan objek pupil pada frame citra mata
Sidarta (Sidarta, 2009) menjelaskan, kata yang sebelumnya.
miopia berasal dari bahasa Yunani yang berarti Permasalahan dari pemeriksa ketajaman
memicingkan mata, karena penderita kelainan mata dengan cara ini adalah pupil yang dapat
ini selalu memicingkan mata dalam usahanya dipengaruhi oleh kondisi sinar, serta mata
untuk melihat lebih jelas objek-objek yang jauh sebagai organ manusia tidak selalu statis,
letaknya. Usaha memicingkan mata ini melainkan secara dinamis membesar dan
dilakukan dalam rangka mengakomodasi lensa mengecil sesuai dengan aliran darah pada mata.
mata agar cahaya yang masuk dapat difokuskan Dinamika dilasi pupil tanpa stimulasi ini
pada retina. Usaha akomodasi mata ini tidak sebesar jarak pengecilan pupil ketika mata
mengakibatkan pupil mata mengecil agar lensa berakomodasi. Pencarian baris yang dideteksi
mata dapat mencembung sehingga cahaya yang pupil sedang mengecil berdasarkan rekaman
masuk melalui pupil dapat dimajukan tepat gambar dari tiap-tiap frame mata, memerlukan
mengenai retina. suatu ukuran sebagai dasar mendekati
Pemeriksaan ketajaman penglihatan 'kesahihan'. sehingga penelitian ini
dilakukan dengan memakai Snellen Chart atau menggunakan rumus interval kepercayaan satu
dengan chart jenis lainnya. Tajam penglihatan rata-rata, dimana jika nilai rata-rata masing-
dinyatakan dengan rasio pembilang dan masing baris snellen terletak di dalam suatu
penyebut, dimana pembilang merupakan jarak interval, maka mata dianggap tidak sedang
mata dengan kartu Snellen dan penyebut berakomodasi, tetapi jika berada di luar interval,
merupakan jarak dimana satu huruf tertentu maka mata dianggap sedang berakomodasi.
dapat dilihat mata normal. Black (Black, 2013) dan Lind (Lind,
Berdasarkan pada kasus miopia pada anak 2012) menjelaskan pendugaan interval akan
usia sekolah, Mulyana (Mulyana, 2016) memberikan nilai-nilai statistik dalam suatu
merancang penelitian untuk menentukan visus interval atau dengan kata lain: kita dapat
myopia berbasis komputer vision. Proses menyatakan berapa besar kepercayaan kita
segmentasi objek pupil dari citra mata bahwa interval benar-benar mencakup
digunakan pada penelitian ini. Proses parameter yang diduga.
segmentasi dilakukan secara iterative composite Pendugaan interval sedemikian itu akan
dari proses scan line. Chen (Chen, 2013) dan merupakan interval kepercayaan atau interval
Mulyana (Mulyana, 2016) menjelaskan bahwa keyakinan, yang artinya interval dimana suatu
proses scan line merupakan proses baris per- parameter populasi diharapkan berada.
baris menemukan objek yang akan diporses. Meskipun penduga interval pada umumnya
Ceng (Ceng, 2011) dan Yang (Yang, 2015) diterapkan pada bidang ekonomi, tetapi dengan
menjelaskan, composite iterative merupakan sifat-sifat probabilistiknya, penduga interval

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

dapat diterapkan pada aplikasi pemeriksa t/2(n-1) : koefisien yang sesuai dengan interval
myopia berbasis computer vision. keyakinan yang dipergunakan dalam
Rumus umum penduga interval dapat pendugaan interval dan nilainya
dilihat pada rumus (1). diberikan dalam tabel luas kurva
normal (tabel t) dengan nilai df
St  t df  st  P  St  t df  st ........ (1) adalah jumlah n-1.
2 2

METODE
Keterangan: Proses yang dilakukan pada penilaian
 : Parameter atau Nilai yang diduga visus myopia secara terurut terdiri dari
St : Statistik Sampel atau penduga pengambilan frame-frame mata dari tiap-tiap
st : kesalahan baku dari statistik sampel. huruf snellen yang ditampilkan, penentuan batas
t/2(df) : koefisien yang sesuai dengan interval atas dan batas bawah interval frame yang
keyakinan yang dipergunakan dalam dianggap sahih menggunakan standart deviasi
pendugaan interval dan nilainya 25% dari rata-rata sampel mata dalam kondisi
diberikan dalam tabel luas kurva normal, pemilihan frame-frame yang dianggap
normal (tabel t). sahih, penentuan batas atas dan batas bawah
interval luas objek pupil, serta pencarian objek
Suatu populasi yang memiliki batas atas tunggal pupil dari citra frame mata terdiri dari
yang tetap disebut terbatas. Untuk populasi pembatasan area yang akan dianalisis dengan
terbatas, dimana jumlah objek adalah N dan area elips.
ukuran sampel adalah n, perlu penyesuaian Semua citra dalam area elips yang akan
terhadap kesalahan baku yang disebut dengan diproses dengan rangkaian proses yang sudah
faktor koreksi populasi terbatas. Faktor korelasi dirancang, sedangkan area diluar area elips akan
terbatasi dinyatakan dengan rumus (2). diberi warna putih sebagai warna latar. Dengan
Nn cara ini proses akan lebih terpusat pada daerah
N 1 ...................................................... (2) elips yang sudah dipilih secara manual,
demikian juga dengan seluruh frame pada set
Keterangan: frame-frame citra yang tertangkap kamera akan
N : Jumlah Sampel mengikuti area elips yang sudah terpilih untuk
n : Jumlah Populasi diproses pada pencarian objek pupil. Pada
proses ini dilakukan binarisasi citra, pada area di
Salah satu model dari interval dengan dalam bangun elips sesuai dengan nilai
metode satu rata-rata adalah model metode threshold yang sudah diberikan.
untuk pengukuran dengan jumlah sampel yang Data dikumpulkan mempergunakan
kurang dari 30, dengan standart deviasi yang aplikasi pengukuran visus mata yang sedang
tidak diketahui, serta pengambilan sampel tanpa dikembangkan. Tampilan program dapat dilihat
pengembalian. Berdasarkan persyaratan pada Gambar 2.
tersebut, maka digunakan model rumus interval Penilaian setiap visus dilakukan pada tiap
pada rumus (3). baris, hanya untuk menilai apakah pada saat
huruf snellen ditampilkan pada ukuran baris
S Nn S Nn
X  t α/2(n1)  μ  X  t α/2(n1) tertentu apakah secara mayoritas rekaman citra
n N 1 n N 1 ........ (3) mata memiliki pupil yang lebih kecil dari
interval batas bawah.
Keterangan: Proses penentuan nilai visus myopia ini
 : Nilai yang diduga didahului dengan penentuan nilai batas bawah
X : rata-rata sampel dan batas atas interval sesuai dengan nilai
S : Statistik Sampel atau penduga confidence level yang dipilih.
Nn : kesalahan baku statistik sampel.
N 1
N : Jumlah Sampel
n : Jumlah Populasi

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

saja. Pada penelitian berikutnya akan diteliti


berapa nilai confidence yang terbaik. Rata-rata
nilai sampel digunakan dengan sampel yang
sama dengan pada pencarian interval citra valid.
Karena sampel yang digunakan juga adalah
sampel yang sama.
Sampel yang digunakan adalah citra
terekam pada saat mata tidak berakomodasi,
yaitu citra mata terekam ketika huruf snellen
terbesar atau baris snellen 1 ditampilkan.
Demikian juga dengan jumlah sampel yang
digunakan sama dengan jumlah sampel pada
pencarian interval citra sahih.

Gambar 2. Tampilan Aplikasi Penentuan


Visus

Meskipun dari interval akan didapat batas


atas dan batas bawah dari interval, pada
penentuan visus myopia hanya akan digunakan
nilai batas bawah interval, dikarenakan teori
yang menjelaskan bahwa pupil akan mengecil
pada mata yang berakomodasi untuk menambah
ketebalan lensa pada kornea mata.
Seperti yang sudah dijelaskan di sub-bab
sebelumnya, rekaman citra mata yang
dipergunakan adalah rekaman citra mata dengan
luas pupil yang sesuai dengan nilai batas atas
dan batas bawah interval citra yang sahih.
Citra yang diakui sebagai citra dengan
luas pupil yang sahih tersebut yang akan diuji
luas nya untuk menentukan apakah luas objek
Gambar 1. Proses Utama Penentuan Visus pupil tersebut lebih kecil atau lebih besar
Sama seperti pada nilai confidence level daripada batas bawah.
unutk menentukan kesahihan citra, pilihan Jika jumlah citra dengan pupil yang tidak
confidence level terdiri dari 50%, 60%, 70%, mengecil sama atau lebih besar dari jumlah citra
80%, 90%, 95%, 96%, 98%, 99%, 99.8% dan dengan pupil yang mengecil, maka baris
99.9%. Sedangkan pada penelitian kali ini, tersebut secara keseluruhan dianggap pupilnya
pilihan confidence level ini akan digunakan opsi tidak mengecil.
nilai confidence level terbesar, yaitu 99.9%, Analisis keberhasilan metode dilakukan
dengan asumsi luas objek pupil yang mengecil dengan membandingkan keberhasilan
atau berakomodasi akan dianggap sudah pengukuran secara manual. Hasil analisis
berakomodasi jika luas pupil mengecil sedikit

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

nantinya berupa persentase keberhasilan mengakomodasi reaksi membesar ataupun


metode. mengecilnya pupil tersebut yang dapat mewakili
Keberhasilan yang dimaksud adalah pupil mata yang tidak berkomodasi.
kesesuaian visus tidak terbaca pada pengukuran Penggunaan estimasi titik membuat
secara manual dengan penentuan visus yang program tidak mampu mengatasi reaksi tak
dihasilkan oleh program. diharapkan tersebut. Penggunaan nilai
Karena pembanding adalah pengukuran confidence 99.5% dan 99.8% memang cukup
secara manual, maka keberhasilan diberi mengakomodasi tetapi masih kurang karena
toleransi satu baris di atas atau dibawah hasil rentangnya nilainya terlalu kecil. Penggunaan
pengukuran secara manual. Dengan alasan pada nilai confidence 99.9% mempunyai rentang
pengukuran secara manual seringkali bisa jadi yang terlalu kecil, sehingga hampir seperti
mata yang di observasi akan melakukan estimasi titik tidak mampu mengatasi reaksi
akomodasi agar dapat membaca huruf yang dilasi pupil tersebut.
ditampilkan. Sedangkan pada aplikasi penilaian
visus dilakukan ketika mata mulai berakomodasi Tabel 1. Kesesuaian Dengan Pengukuran
atau pupil mengecil. Manual
Percobaan dilakukan terhadap sejumlah
Esti-
kegiatan pengukuran visus mata menggunakan masi 99 99.50 99.80 99.90
aplikasi yang sudah dibuat. Semua percobaan Nilai Confidence Titik % % % %
Kesesuaian
dilakukan dengan confidence interval lebar dengan Aktual 5/15 11/15 9/15 6/15 5/15
pupil untuk myopia pada Estimasi titik, 99%, Persentase
Kesesuaian 33% 73% 60% 40% 33%
99.5%, 99.8%, dan 99,9% dan . Pada penelitian
berikutnya, variasi nilai confidence ini akan Diperlukan penelitian lebih lanjut lagi
diteliti untuk dicari nilai yang paling optimal. untuk memastikan apakah nilai confidence yang
Keberhasilan deteksi visus diambil lebih lagi mampu mengakomodasi reaksi dilasi
berdasarkan kemampuan melihat level baris pupil ini dan rentang nilai confidence berapa
snellen saja, mengingat pada penelitian kali ini yang diperlukan. Asumsi faktual meskipun
hanya untuk memastikan keberhasilan dapat meleset, karena berdasarkan asumsi yang
penjajagan penggunaan interval satu rata-rata diungkapkan objek percobaan yang seringkali
dalam menentukan pada tingkat huruf mana justru tidak yakin pada tingkat snellen keberapa
yang membuat pupil mulai berusaha objek tidak mampu melihat, sedangkan pada
berakomodasi yang mengakibatkan pupil pengukuran secara optis, pada saat mata tidak
mengecil. mampu melihat, maka mata akan berakomodasi
Pemilihan fitur lebar pupil berdasarkan yang mengakibatkan pupil mengecil.
alasan pengguna nantinya tidak perlu Akomodasi mata dapat terjadi dengan tidak
melebarkan mata agar seluruh pupil terlihat, diketahui oleh objek, dan dapat terjadi pada
karena pada kasus pemeriksa myopia, mata tingkat baris snellen sebelum tingkat baris
direkam dalam jangka waktu yang cukup lama snellen yang dianggap oleh objek tidak dapat
untuk mata tetap berjaga. Jika mata dipaksa dilihat. Karena itu asumsi kesesuaian kurang
terus melotot, maka mata akan mudah lelah. dari 1 atau sama sudah dianggap sesuai.
Keberhasilan merupakan nilai persentase
HASIL DAN PEMBAHASAN kesesuaian dengan nilai aktual atau pengukuran
Berdasarkan pencatatan percobaan, secara manual. Nilai nilai keberhasilan tertinggi
didapatkan penggunaan estimasi titik tidak terjadi pada confidence 99%, sebesar 73%.
sesuai dari perkiraan, Percobaan yang lebih Sedangkan terendah pada Estimasi Titik dan
mendekati adalah pada penggunaan nilai nilai confidence 99.9% hanya sebesar 33%.
confidence 99% sedangkan nilai confidence
99.5%, 99.8% dan 99.9% banyak mengalami SIMPULAN DAN SARAN
kesalahan deteksi. Simpulan
Hal ini disebabkan pupil mata bukan Interval yang terlalu kecil dari nilai
objek yang statis, tapi secara dinamis bereaksi confidence yang besar dan Estimasi Titik tidak
terhadap stimulus disekitar, karenanya mampu mengakomodasi terjadinya dinamisnya
diperlukan rentang nilai yang dapat ukuran pupil pada pendeteksian visus myopia

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TINF - 018 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Penggunaan nilai confidence 99% cukup Lind, Douglas A. et al. 2012. Statistical
mampu menghasilkan interval lebar pupil yang Techniques in Business and Economics.
dianggap tidak sedang berakomodasi. McGraw Hill.
Keberhasilan dari nilai confidence ini sebesar Mulyana. Teady.M.S., (2016), " Reduce Noise
73% in The Binary Image Using Non Linear
Saran Spatial Filtering of Mode," 2016
Berdasarkan eksperimen yang sudah International Conference on Information
dilakukan maka pada penelitian berikutnya akan & Communication Technology and
dilakukan penelitian lanjutan mengenai nilai Systems (ICTS), Surabaya, Indonesia,
confidence pengukuran myopia berdasarkan 2016, pp. 135-139. (doi:
nilai interval satu rata-rata yang terbaik. 10.1109/ICTS.2016.7910287)
Mulyana. Teady.M.S., Hartono. Henny., 2016,
DAFTAR PUSTAKA Aplikasi Pemeriksa Mata Minus,
Bhadauria. H.S., Singh. Annapurna, Kumar. Universitas Bunda Mulia, Jakarta, PDP
Anuj, 2013, Comparison between Various scheme of DIKTI Research Grant Report,
Edge Detection Methods on Satellite not published
Image, International Journal of Emerging Permatasari. Fitri, Setyandriana. Yunani, 2013,
Technology and Advanced Engineering, Ambient Lighting on Astigmatisma
(ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Compared by Miopia Sufferer, Jurnal
Certified Journal, Volume 3, Issue 6, June Mutiara Medika Vol. 13 No. 2: 127-131,
2013), p324 Mei 2013 (p127-131), Fakultas
Black, Ken. 2013. Applied Business Statistics. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
7th Edition, John Wiley & Sons, Inc. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ceng. Lu-Chuan., Guuc. Sy-Ming., Yaod. Jen- Ratanna, Richard Simon., Rares, Laya M.,
Chih., 2011, A general composite Saerang, J. S. M. 2014, Kelainan Refraksi
iterative algorithm for nonexpansive Pada Anak di BLU RSU Prof. Dr. R.D.
mappings in Hilbert spaces, Computers Kandou, Jurnal e-CliniC (eCl), Volume
and Mathematics With Application, 2, Nomor 2, Juli 2014
ELSEVIER, p: 2447–2455,, Saminan, 2013, The Effect Devision of Light
doi:10.1016/j.camwa.2011.02.025 Refraction in Eyes to Miopia and
Chen. Zhen-long, Ye. Yu-tang, Song. Yun-cen, Presbyopia, Idea Nursing Journal Vol. IV
Luo. Ying, Liu. Lin, Liu. Juan-xiu, 2013, No. 2 2013
Image Correction Method of Color Line- Sidarta, Ilyas., 2009, Ilmu Penyakit Mata. ed.3.
Scan System, Optics and Photonics Jakarta. Penerbit Fakultas Kedokteran
Journal, 2013, 3, p:318-321, Universitas Indonesia, 2009.
doi:10.4236/opj.2013.32B074 Published Syafi’in, Wibowo. Arief., 2013, Pengaruh
Online June 2013 Pemberian Kacamata Koreksi pada
(http://www.scirp.org/journal/opj) Penderita Miopia terhadap Prestasi
Hartanto. Willy, Inakawati. Sri, 2010, Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34
Incomplete Corrected Refraction Surabaya, Jurnal Biometrika dan
Anomaly In Kariadi Hospital Semarang, Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013:
Media Medika Muda Nomor 4, Januari- P. 82–87
Maret 2010, Medical Faculty of Yang. Liping., Kong. Weiming., 2015, Stability
Diponegoro University, Semarang, and convergence of a new composite
Indonesia implicit iterative sequence in Banach
Komariah. Cicih., A. Nanda Wahyu., 2014, spaces, Fixed Point Theory and
Relationship of Refraction Profile, with Applications P:172, DOI 10.1186/s13663-
Reading Habit, Computer Activity, and 015-0425-z
Parental Refraction Profile on Primary Yunus, Bunga. Kartika., 2015, Referat Kelainan
School Children, Jurnal Kedokteran Refraksi Mata, Universitas
Brawijaya, Vol. 28, No. 2, Agustus 2014, Muhamadiyah, Jakarta, (Laporan Skripsi,
Malang, Indonesia tidak dipublikasikan)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai