“POTENSI ANTIBIOTIKA”
Disusun Oleh :
NIM : 1911102415044
Kelompok :A
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan melakukan
potensi antibiotika
B. Dasar teori
1
diinokulasikan jasad renik, setelah diinkubasikan maka hambatan pertumbuhan
mikroba diukur dan dibandingkan hasilnya (Anonim, 2014).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri
adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram
(paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan
inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawetz,
1995). Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung senyawa
antibiotika dan vitamin tergantung (1) ketepatan diagnosis dokter, (2) mutu
antibiotika dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai dalam
bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkan, biasanya potensi
masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar
penggunaan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan
vitamin perlu diperlakukan seperti halnya dengan sediaan antibiotika (Djide, 2003).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat
yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada
kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap
berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni
memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian
dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut
betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).
Sebagaimana suatu uji biologi, pada uji potensi antibiotika dan vitamin secara
mikrobiologi ini akan selalu didapatkan variasi acak pada respon yang diamati, yang
dikenal sebagai kesalahan biologi. Walaupun kemajuan dibidang pengujian secara
kimia telah menghasilkan berbagai teknik penetapan kadar yang waktu
pelaksanaannya jauh lebih cepat, sehingga menimbulkan kecendrungan pengujian
antibiotika dan vitamin akan dilakukan dengan cara-cara kimia atau fisikokimia,
namun untuk beberapa antibiotika dan vitamin atau dalam keadaan tertentu penetapan
potensi tetap harus dilakukan secara mikrobiologi. Lagi pula penetapan secara
mikrobiologi langsung berhubungan dengan khasiat atau efek dari senyawa tersebut
(Djide, 2003).
2
C. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Paper disk
2. Catton buds
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Cawan pertif
6. Microplate 96 wells
7. Microplate reader
b. Bahan
1. Media NA untuk bakteri, PDA untuk Jamur, dan Media BHI untuk keduanya
bakteri dan jamur
2. obat antibiotik eritromisin® dan bakteri Pseudomonas aeroginosa
D. Metode kerja
1. Penyiapan Medium NA(Nutrien Agar)
Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua bahan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling hingga 200 mL. Ditutup medium
tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit, kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
3
diletakan secara bersilang. Pada cawan petri keempat berisi eritromisin S5 dan S3
yang diletakan secara bersilang. Pada cawan petri kelima berisi eritromisin S3 dan
kloramfenikol sampel U3 yang diletakan secara bersilang. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37˚C. Lalu diamati perubahan yang
terjadi dan diukur diameter zona hambatannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan
mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya,
sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap suatu antibiotik. Pada percobaan kali ini dipilih antibiotik eritromisin merupakan
suatu antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram negatif maupun gram
positif. Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternatif pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Indikasi
eritromisin mencakup infeksi saluran napas, whooping cough, penyakit legionnaire dan
enteritis karena kampilobakter.
Percobaan ini ditujukan untuk melihat potensi antibiotic dari eritromisin® terhadap
bakteri uji Pseudomonas aeroginosa, berdasarkan dari pembentukan zona hambatan pada
medium Nutrien Agar (NA). Dalam hal ini pengujian potensi antibiotika dilakukan dengan
metode difusi agar dengan rancangan 5+1 dimana digunakan 5 larutan pembanding yang
memiliki tingkat dosis yang berbeda-beda dan 1 larutan contoh atau sampel antibiotik dengan
satu tingkatan dosis, namun pada praktikum yang dilakukan dalam tiap cawan petri hanya
satu contoh (eritromisin®) dan baku pembanding dengan tingkat dosis menengah saja (dosis
acuan). Digunakan sampel obat antibiotic eritromisin® dengan melihat daya hambat sediaan
uji terhadap mikroba uji yaitu Pseudomonas aeroginosa. Daya hambatnya dapat dilihat
berupa zona hambatan yang berwarna bening disekitar papper disk pada medium NA di
dalam cawan petri yang telah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37 o C, yang kemudian
zona hambat diukur diameternya dengan menggunakan mistar.
Terbentuk zona bening karena pada daerah tersebut tidak ada mikroorganisme yang
tumbuh atau pertumbuhannya telah dihambat. Zona yang terbentuk inilah yang akan
digunakan sebagai dasar kuantitatif agar dapatmengukurpotensi antibiotik baku. Pengukuran
diameter zona hambatnya dilakukan sebanyak 3 kali karena zona yang terbentuk tidak berupa
lingkaran yang sempurna.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sediaan obat antibiotik
eritromisin® efektif sebagai antibiotic berdasarkan terbentuknya zona hambat.
Terbentuknya zona bening atau zona hambat yang menandakan adanya potensi dari
antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan membunuh bakteri gram positif
yaitu Pseudomonas aeroginosa. Pengaruh komsentrasi antibiotika terhadap
pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka
kemampuan antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin
besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat).
B. Saran
Sebaiknya saat proses praktikum pastikan semua alat sudah siap. Sebab praktikum
potensi antibiotic ini memerlukan ketelitian yang khusus dan keakuratan. Terutama
saat mengukur perkembangan bakteri yang terjadi pada antibiotic eritromisin ini.
6
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S.G, 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, “Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan”. EGC, Jakarta.