Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“POTENSI ANTIBIOTIKA”

Disusun Oleh :

Nama : Nicky Nur Ridayanti

NIM : 1911102415044

Kelompok :A

Dosen Pengampu : Dr. Hasyrul Hamzah, S.Farm., M.SC

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan melakukan
potensi antibiotika

B. Dasar teori

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang


pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan
jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji, 2010).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik
yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat
toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif
tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel
bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi
(Ganiswarna, 1995).
Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah
membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding
yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada mikroorganisme uji (Radji,
2010). Pada umumnya, pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi
menggunakan dua metode, yaitu metode turbidimetri dan metode lempeng silinder
atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan
pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam media cair yang mengandung larutan
antibiotik sedangkan prinsip metode lempeng silinder adalah membandingkan zona
hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji
terhadap zona hambatan oleh dosis antibiotik baku pembanding pada media lempeng
agar (Radji, 2010). Maksud dari zona hambatan adalah diukur berdasarkan zona
beningnya menggunakan penggaris.
Keampuhan (kekuatan) kandungan antibiotik dalam sampel (jumlah antibiotik
murni) dapat ditentukan secara kimiawi, fisik dan biologis. Uji biologis adalah yang
termudah untuk melakukan penetapan semacam itu. Cara penetapan secara
mikrobiologis yang digunakan adalah cara penetapan difusi (lempeng) yaitu zat yang
diperiksa berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium agar yang telah

1
diinokulasikan jasad renik, setelah diinkubasikan maka hambatan pertumbuhan
mikroba diukur dan dibandingkan hasilnya (Anonim, 2014).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri
adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram
(paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan
inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawetz,
1995). Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung senyawa
antibiotika dan vitamin tergantung (1) ketepatan diagnosis dokter, (2) mutu
antibiotika dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai dalam
bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkan, biasanya potensi
masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar
penggunaan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan
vitamin perlu diperlakukan seperti halnya dengan sediaan antibiotika (Djide, 2003).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat
yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada
kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap
berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni
memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian
dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut
betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).
Sebagaimana suatu uji biologi, pada uji potensi antibiotika dan vitamin secara
mikrobiologi ini akan selalu didapatkan variasi acak pada respon yang diamati, yang
dikenal sebagai kesalahan biologi. Walaupun kemajuan dibidang pengujian secara
kimia telah menghasilkan berbagai teknik penetapan kadar yang waktu
pelaksanaannya jauh lebih cepat, sehingga menimbulkan kecendrungan pengujian
antibiotika dan vitamin akan dilakukan dengan cara-cara kimia atau fisikokimia,
namun untuk beberapa antibiotika dan vitamin atau dalam keadaan tertentu penetapan
potensi tetap harus dilakukan secara mikrobiologi. Lagi pula penetapan secara
mikrobiologi langsung berhubungan dengan khasiat atau efek dari senyawa tersebut
(Djide, 2003).

2
C. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Paper disk
2. Catton buds
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Cawan pertif
6. Microplate 96 wells
7. Microplate reader

b. Bahan
1. Media NA untuk bakteri, PDA untuk Jamur, dan Media BHI untuk keduanya
bakteri dan jamur
2. obat antibiotik eritromisin® dan bakteri Pseudomonas aeroginosa

D. Metode kerja
1. Penyiapan Medium NA(Nutrien Agar)
Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua bahan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling hingga 200 mL. Ditutup medium
tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit, kemudian disimpan dalam lemari pendingin.

2. Penyiapan Standar (Baku S1–S3)


Pertama-tama siapkan alat dan bahan, kemudian timbang
eritromisin,dilarutkan dengan aquadest steril sebagai larutan stok. Masukkan obat
eritromisin ke dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan volumenya dengan
aquadest steril hingga 50 ml. Larutan tersebut dipipet dan dimasukkan kedalam
labu ukur 10 ml lalu dicukupkan volumenya dengan aquadest steril dan
dihomogenkan. Kemudian untuk pengenceran berikutnya larutan tersebut dipipet
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu dicukupkan volumenya dengan
aquadest steril dan dihomogenkan (10 ppm).

3. Metode Difusi Cakram


Pengujian Potensi Antibiotik desain 5 + 1
Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet sebanyak 10 ml
medium NA masukkan kedalam vial steril kemudian ditambahkan 1 ose suspensi
bakteri pseudomonas aeruginosa (homogenkan). Lalu dituang secara aseptis ke
dalam cawan petri steril yang sebelumnya telah dipatrol 6 bagian dan biarkan
memadat. Setelah itu, dimasukkan paper disk yang telah direndam sebelumnya
dalam larutan erytsanbe sampel (U3) dan larutan eritromisin (S1-S5). Pada cawan
petri pertama berisi eritromisin baku S1 dan S3 yang diletakan secara bersilang.
Pada cawan petri kedua berisi eritromisin S2 dan S3 yang diletakan secara
bersilang. Pada cawan petri ketiga berisi eritromisin baku S4dan S3 yang

3
diletakan secara bersilang. Pada cawan petri keempat berisi eritromisin S5 dan S3
yang diletakan secara bersilang. Pada cawan petri kelima berisi eritromisin S3 dan
kloramfenikol sampel U3 yang diletakan secara bersilang. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37˚C. Lalu diamati perubahan yang
terjadi dan diukur diameter zona hambatannya.

4. Metode Mikrodulusi Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode


mikrodilusi.
Pengujian dilakukan pada microtiterplate flat-bottom polystyrene 96 wells dengan
seri kadar senyawa uji yaitu 1 %, 0,5 %, 0,25 %, 0,125 % b/v. Kontrol yang
digunakan yaitu kontrol obat menggunakan eritromisin 1 % b/v. Kontrol
pertumbuhan berupa suspensi mikroba serta kontrol pelarut disesuaikan dengan
pelarut senyawa uji. Ke dalam masing-masing wells microplate dimasukkan
media BHI dan suspensi bakteri dan media RPMI untuk suspense jamur.
Kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Mikroplate dilakukan proses
pembacaan absorbansi dengan menggunakan microplatereader pada panjang
gelombang 595 nm

4
BAB II
PEMBAHASAN

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan
mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya,
sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap suatu antibiotik. Pada percobaan kali ini dipilih antibiotik eritromisin merupakan
suatu antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram negatif maupun gram
positif. Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternatif pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Indikasi
eritromisin mencakup infeksi saluran napas, whooping cough, penyakit legionnaire dan
enteritis karena kampilobakter.
Percobaan ini ditujukan untuk melihat potensi antibiotic dari eritromisin® terhadap
bakteri uji Pseudomonas aeroginosa, berdasarkan dari pembentukan zona hambatan pada
medium Nutrien Agar (NA). Dalam hal ini pengujian potensi antibiotika dilakukan dengan
metode difusi agar dengan rancangan 5+1 dimana digunakan 5 larutan pembanding yang
memiliki tingkat dosis yang berbeda-beda dan 1 larutan contoh atau sampel antibiotik dengan
satu tingkatan dosis, namun pada praktikum yang dilakukan dalam tiap cawan petri hanya
satu contoh (eritromisin®) dan baku pembanding dengan tingkat dosis menengah saja (dosis
acuan). Digunakan sampel obat antibiotic eritromisin® dengan melihat daya hambat sediaan
uji terhadap mikroba uji yaitu Pseudomonas aeroginosa. Daya hambatnya dapat dilihat
berupa zona hambatan yang berwarna bening disekitar papper disk pada medium NA di
dalam cawan petri yang telah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37 o C, yang kemudian
zona hambat diukur diameternya dengan menggunakan mistar.
Terbentuk zona bening karena pada daerah tersebut tidak ada mikroorganisme yang
tumbuh atau pertumbuhannya telah dihambat. Zona yang terbentuk inilah yang akan
digunakan sebagai dasar kuantitatif agar dapatmengukurpotensi antibiotik baku. Pengukuran
diameter zona hambatnya dilakukan sebanyak 3 kali karena zona yang terbentuk tidak berupa
lingkaran yang sempurna.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sediaan obat antibiotik
eritromisin® efektif sebagai antibiotic berdasarkan terbentuknya zona hambat.
Terbentuknya zona bening atau zona hambat yang menandakan adanya potensi dari
antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan membunuh bakteri gram positif
yaitu Pseudomonas aeroginosa. Pengaruh komsentrasi antibiotika terhadap
pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka
kemampuan antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin
besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat).

B. Saran
Sebaiknya saat proses praktikum pastikan semua alat sudah siap. Sebab praktikum
potensi antibiotic ini memerlukan ketelitian yang khusus dan keakuratan. Terutama
saat mengukur perkembangan bakteri yang terjadi pada antibiotic eritromisin ini.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. “Penuntun Praktikum Analisis Mikrobiologi Farmasi”. Universitas


Muslim Indonesia : Makassar.

Djide, M.N, 2003. “Mikrobiologi Farmasi”. Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Dwidjoseputro, D.1998, “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Djambatan, Jakarta.

Ganiswarna, S.G, 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, “Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan”. EGC, Jakarta.

Radji, DR. Maksum. 2010. “Buku Ajar Mikrobiologi Panduan


Mahasiswa Farmasi & Kedokteran”.

Anda mungkin juga menyukai