Anda di halaman 1dari 11

INGATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pemahaman Tingkah Laku

Dosen Pengampu : Isnaini Budi Hastuti, M.PSi., PSIKOLOG.

Disusun Oleh Kelompok 5:

1.Ichfani Kurniawati (191221123)


2.Intan Qurrotu Aini (191221124)
3.Asa Ihza Mahendra (191221125)
4.Sinta Nurwulan (191221126)
5.Eri Tri Hartanti (191221127)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua manusia dibumi ini pasti diciptakan dengan dibekali akal pikiran dari
sang pencipta. Diberi kemampuan untuk mengingat apa yang dilihat atau yang
ditangkap melalui persepsinya. Membicarakan tentang ingatan sebenarnya juga
berbicara mengenai kelupaan. Karena ingatan dan kelupaan dapat diibaratkan sebagai
sekeping mata uang yang bermuka dua, satu sisi dengan sisi yang lain tidak dapat
dipisahkan. Hubungan antara apa  yang diingat dengan apa yang dilupakan
merupakan perbandingan yang terbaik. Ini berarti bahwa makin banyak yang dapat
diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
Selain itu, hal yang dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain
yaitu, adanya kemampuan manusia untuk berfikir. Proses dalam pemecahan masalah
itulah yang disebut dengan proses berfikir. Manusia dapat berkreasi dan berinovasi
sesuai dengan apa yang dipikirkannya.  Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan
sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini
yang berkaitan dengan insight (pemahaman).  
Hal-hal tersebut yang akan menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah
ini, diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih. Dan
mampu memberikan referensi serta pengetahuan yang lebih luas dan memberikan
manfaat yang positif bagi semua.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apakah ingatan itu?
2. Bagaimanakah proses terjadinya kelupaan?
3. Bagaimana fungsi penyimpanan itu?
4. Bagaimanakah proses berfikir itu?
5. Bagaimanakah berfikir kreatif itu?

C. Tujuan Masalah
Dari Rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan masalahnya adalah :
1. Untuk mengetahui apa ingatan itu.
2. Untuk mengidentifikasi proses terjadinya kelupaan.
3. Untuk mengidentifikasi bagaimana terjadinya fungsi penyimpanan.
4. Untuk menjelaskan bagaimana proses berfikir.
5. Untuk mengetahui bagaimana berfikir kreatif .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ingatan
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Pada umumnya para ahli
memandang sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan, dan menimbulkan
kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya.Orang dapat mengingat
suatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah dialami, atau dengan kata
lain kejadian itu pernah dimasukkan kedalam jiwanya, kemudian simpan dan  pada
suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian,
maka ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan
kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis,
1957).Istilah lain yang juga sering digunakan untuk memasukkan (encoding),
menyimpan (storage), dan untuk menimbulkan kembali (retrieval).Sifat ingatan antara
lain sebagai berikut:
1. Ingatan yang cepat dan mudah; artinya seseorang dapat dengan mudah dalam
menerima kesan-kesan, misal ada orang yang dengan cepat dapat mengingat
suatu lagu dan ada pula yang lambat.
2. Ingatan yang luas; artinya sekaligus seeorang dapat menerima banyak kesan-
kesan dalam daerah yang luas.
3. Ingatan yang teguh; artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak
berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya atau tidak
mudah lupa.
4. Ingatan yang setia; artinya artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak
berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya.
5. Ingatan mengabdi atau patuh; artinya bahwa kesan yang pernah dicamkan
dapat dengan mudah direproduksi secara lancar.

Tahapan atau stage tertentu dalam mengingat: stimulus yang merupakan


sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan
persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan
dalam waktu yang singkat apa yang persepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai
memory output. Ini yang disebut short-term memory atau short-term store. Namun
ada juga yang tidak segera ditimbulkan sebagai output memory, tetapi disimpan
dalam ingatan melalui encoding. Dan baru pada suatu waktu apabila dibutuhkan untuk
ditimbulkan kembali (retrival) sebagai memory output. Inilah yang disebut long-term
memory atau long-term store.

Dengan demikian, dapat dibedakan antara short-term memory, long-term


memory dan sensory memory. Perbedaan antara ketiga macam ingatan tersebut
terletak pada waktu antara masuknya stimulus untuk dipersepsi dn ditimbulkannya
kembali sebagai memory output. Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan
penimbulan kembali sebagai memory output berkisar antara 20-30 detik merupakan
short-term memory, sedangkan selebihnya merupakan long-term memory, dan untuk
sensory memory waktunya lebih pendek lagi, kira-kira 1 detik. Beberapa eksperimen
mengenai ingatan, tokoh yang mempelopori eksperimen mengenai ingatan adalah
Ebbinghaus. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ingatan dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning time method)
Metode ini merupakan penelitian ingatan dengan melihat sampai sejauh mana
waktu yang diperlukan oleh S (subjek) untuk dapat menguasai materi yang
dipelajari dengan baik, misalnya dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa
kesalahan.
2. Metode belajar kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk S (subyek) disuruh
mempelajari kembali materi yang pernah  dipelajari sebelumnya sampai pada suatu
kriteria tertentu, seperti pada S mempelajari materi tersebut pada pertama kali.
Misalnya S mempelajari syair sampai hafal betul membutuhkan waktu 10 menit,
kemudian pada saat mempelajari yang kedua kalinya hanya membutuhkan waktu 8
menit. Jadi, ada waktu 2 menit yang dihemat dan disimpan.
3. Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh
mengkonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Misalnya seperti
permainan puzzle, subyek disuruh untuk menggabungkan kembali sesuai dengan
bentuk semula.
4. Metode mengingat kembali
Metode ini digunakan untuk mengambil bentuk dengan cara pengenalan
kembali. Subyek disuruh untuk mempelajari suatu materi kemudian diberikan
materi untuk mengetahui samapi sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk
pilihan benar salah atau dengan pilihan ganda.
5. Metode asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh secara berpasang-pasangan.
Misalnya mengingat nama seseorang beserta nomor teleponnya.
B. Kelupaan
Berbicara mengenai ingatan sebenarnya juga berbicara mengenai kelupaan.
Karena ingatan dan kelupaan dapat diibaratkan sebagai sekeping mata uang yang
bermuka dua, satu sisi dengan sisi yang lain tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara
apa  yang diingat dengan apa yang dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik.
Ini berarti bahwa makin banyak yang dapat diingat, akan makin sedikit yang
dilupakan, begitu sebaliknya. Terdapat beberapa teori tentang kelupaan :

1. Teori atropi
Teori ini juga sering disebut teori disense atau teori disuse, yaitu suatu teori
mengenai kelupaan yang menitikberatkan pada lama interval. Menurut teori ini
kelupan terjadi karena jejak-jejak ingatan atau memory traces telah lama tidak
ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, hingga pada akhirnya orang akan
mengalami kelupaan. Teori ini lebih bersumber pada aspek fisiologis, apabila otot-
otot lama tidak digunakan, otot tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik/mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya dengan ingatan.
2. Teori interferensi
Teori ini lebih menitikberatkan pada isi interval. Menurut teori ini kelupaan itu
terjadi karena memory traces saling bercampur satu dengan yang lain dan saling
mengangggu, saling berinterferensi sehingga hal ini dapat menimbulkan kelupaan.
Teori interferensi dapat dibedakan (1) interferensi yang proaktif, dan (2)
interferensi yang retroaktif. Interferensi yang proaktif adalah interferensi yang
terjadi bahwa materi yang mendahului akan mengganggu materi yang kemudian
dan ini dapat menimbulkan kelupaan. Apabila ini diformulasikan dalam bentuk
diagram maka bentuknya sebagai berikut.
 Kelompok eksperimen            : belajar A, belajar B, tes B
Kelompok kontrol                   : belajar B, tes B
Dalam hal ini maka materi A yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan
dapat mengganggu pada waktu S (subjek) melakukan tes B, sehingga hal tersebut
dapat menimbulkan kelupaan pada materi B. Ini yang disebut dengan interferensi
proaktif. Interferensi retroaktif adalah inteferensi yang terjadi bahwa materi yang
dipelajari kemudian dapat menginterferensi materi yang dipelajari lebih dahulu.
Apabila ini diformulasikan dalam bentuk diagram, maka bentuknya sebagai
berikut.
Kelompok eksperimen            : belajar A, belajar B, tes A
Kelompok kontrol                   : belajar A, tes A

Dalam hal ini materi B yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan dapat
menggamggu S (subjek) pada waktu subjek mengerjakan tes A, materi B akan
menginterferensi materi A. Ini yang dimaksud dengan interferensi retroaktif.
Dengan demikian akan jelaslah kedua teori mengenai sebab-sebab terjadinya
kelupaan itu. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut keduanya mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kelupaan. Dengan adanya kelupaan menunjukkan bahwa
kemampuan mengingat manusia itu terbatas. Maka langkah praktis agar yang
disimpan dalam ingatan itu tetap baik, diperlukan ulangan-ulangan dari bahan-
bahan yang pernah dipelajari. Seperti hukum Jost: belajar empat kali a 2 jam, akan
lebih baik hasilnya apabila dibanding dengan belajar 8 jam sekaligus, sekalipun
waktunya sama yaitu 8 jam. 
C. Fungsi Menyimpan
Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang
dipelajari atau apa yang dipersepsi. Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini
ialah bagaimana agar yang telah dipelajari atau yang telah dimasukkan dapat
disimpan dengan baik, sehingga suatu waktu dapat ditimbulkan apabila dibutuhkan.
Setiap proses belajar akan menimbulkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang,
dan jejak ini untuk sementara disimpan dalam ingatan yang pada suatu waktu dapat
ditimbulkan kembali, disebut sebagai memory traces.
Tetapi tidak semua memory traces akan tetep tetap tinggal dengan baik, karena pada
suatu waktu memory traces dapat hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan.
Disamping memory traces dapat hilang, juga dapat berubah tidak seperti
semula, sehingga apabila ditimbulkan kembali untuk diingat, apa yang muncul tidak
seperti pada waktu dipelajari hal tersebut. Hal ini yang disebut bahwa ingatan ingatan
orang tersebut tidak setia, apa yang diingat dapat berubah atau berkurang dari keadaan
pada waktu dipelajari. Ada bagian yang hilang atau tidak dapat diingat kembali.
Sehubungan dengan masalah penyimpanan (retensi) dan juga mengenai
masalah kelupaan, suatu persoalan yang timbul ialah soal interval, yaitu jarak waktu
antara memasukkan atau mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang telah
dipelajari. Mengenai interval dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
1. Lama interval, yaitu berkaitan dengan lamanya waktu antara waktu pemasukan
bahan (act of learning) sampai ditimbulkan kembali bahan itu. Lama interval
berkaitan dengan kekuatan retensi. Makin lama interval, makin kurang retensinya,
ataundengan kata lain kekuatan retensinya turun.
2. Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi
interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu
memory traces sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.

D. Proses Berfikir
Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir. Dalam
pemecahan masalah timbullah dalam jiwa kita berbagai kegiatan, antara lain:
1. Kita menghadapi suatu situasi yang mengandung masalah. Pertama-tama kita
mengetahui lebih dulu apa masalahnya, atau apakah yang kita hadapi itu suatu
masalah.
2. Bagaimanakah masalah itu dapat dipecahkan.
3. Hal-hal manakah yang sekiranya dapat membantu pemecahan masalah
tersebut.
4. Apakah tujuan masalah itu dipecahkan.

Dari bermacam-macam masalah, ada pula bermacam-macam cara pemecahan antara


lain:

 Dengan insting
 Dengan kebiasaan-kebiasaan
 Dengan aktivitas pikir

Dalam proses berfikir juga timbul berbagai kegiatan-kegiatan jiwa antara lai:


 Membentuk pengertian
 Membentuk pendapat
 Membentuk kesimpulan
E. Berfikir Kreatif
Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau
munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Dalam
berfikir kreatif ada beberapa tingkatan sampai seseorang memperoleh sesuatu hal
yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah
dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam
memperoleh pemecahan yang baru.
2. Tingkatan inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa
seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3. Tingkat masalah atau iluminasi, yaitu tingkatan dimana mendapatkan
pemecahan masalah, seseorang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba akan
memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4. Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah permasalahan yang diperoleh pada
tingkat iluminasi itu cocok atau tidak.
5. Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang
diperolehnya.

Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berfikir dapat disebabkan


antara lain karena (1) data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data
yang harus diperoleh, (2) data yang ada belum dalam keadaan confuse, data yang satu
bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan
dalam proses berfikir. Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan
hambatan dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan
satu dengan yang lain, misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet
tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya
dalam proses berfikir seseorang.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan
kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
2.  Hubungan antara apa  yang diingat dengan apa yang dilupakan merupakan
perbandingan yang terbaik. Makin banyak yang dapat diingat, akan makin sedikit
yang dilupakan, begitu sebaliknya.
3. Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang
dipelajari atau apa yang dipersepsi
4. Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir.
5. Berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal
baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.

B. Saran
Jika ingin ingatan kita masih tetap jernih, diharuskan untuk mengulang lebih
sering tentang hal-hal yang telah kita pelajari sebelumnya, agar tidak terdelete
memori-memori tersebut dari pikiran kita.
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2004 . Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmadi,abu dan M. Umar.psikolog umum,Surabaya : pt bina ilmu, 1983,cet 1

http://adamtirtaputra.blogspot.com

https://bumipsikologi.wordpress.com/2013/12/21/teori-mengenai-ingatan-dan-lupa-dalam-
literatur-psikologi/

http://www.kompasiana.com/psikosomatik_andri/amnesia-si-penyakit-lupa-
ingatan_5500b78d813311eb18fa7c1

Anda mungkin juga menyukai