Anda di halaman 1dari 9

NAMA: NURUL IMAN N.

ARSYAD

KELAS: IIA KEPERAWATAN

RANGKUMAN: PENATALAKSANAAN TB PADA ANAK DAN IBU HAMIL

Penemuan Pasien TB

16 Agustus 2016 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan
tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam program penanggulangan TB.

 Mengidentifikasi suspek TB
Suspek TB adalah seorang dengan gejala atau tanda” TB, dengan gejala utama batuk berdahak 2
minggu atau lebih. Batuk dapat di ikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak tgercampur darah,
batuk darah (heamoptysis), sesak nafas, nyari dada , badan lemas, nafsu makan menurun,
malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
 Strategi penemuan
• Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien
dilakukan di unit pelayanan kesehatan.
• Pemeriksaan kontak terhadap pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan padakeluarga
anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus dahaknya.
• Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, tidak ada biaya yang efektif.

Pemeriksaan yang berfungsi untuk menegakkan diagnosis, yakin bahwapengobatan dan


menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

• S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat
pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

• P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
diserahkan dan diserahkan sendiri kepada petugas di saranakesehatan.

• S (sewaktu): dahak dikumpulkan di sarana pelayanan kesehatan pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program
TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks,

• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

• Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
 Gejala TBC pada Anak yang Harus Dikenali
TBC merupakan penyakit infeksi menular yang berbahaya, bagaimana gejala penyakit ini pada
anak?
Batuk yang tak kunjung sembuh, badan lemas, penurunan berat badan drastis, hal ini sangat
perlu kita waspdadai tak hanya pada diri kita, tapi juga Si Kecil. Kondisi tersebut bisa
menunjukan pada gejala TBC (tuberculosis).
Penyakit ini biasanya bukan ditularkan oleh teman-temannya, tapi dari orang dewasa yang
mengidap penyakit ini.

Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa di 2018, sekitar 10 juta orang di
dunia menderita TBC. 5,7 juta adalah pria, 3,2 juta wanita, dan 1,1 juta anak-anak. Indonesia masuk ke
dalam salah satu negara yang memiliki risiko TB tertinggi. Negara yang paling tinggi risikonya adalah
India, disusul oleh China, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Anak terinfeksi dengan menghirup bakteri Mycobacterium Tuberculosis di udara yang disebarkan oleh
orang dewasa pada saat batuk atau bersin.

Bakteri ini diam dan hidup di paru-paru, bahkan dalam kondisi kronis bisa menjalar ke bagian yang lain,
seperti ginjal, tulang belakang, hingga ke otak.

Tahapan TBC pada Anak

gejala dan pengobatan tbc pada anak.jpg

TBC pada anak memiliki dua tahapan yang perlu Moms dan Dads ketahui agar lebih waspada mengenai
penyakit ini.

1. Tahap Paparan (Infeksi)

Biasanya pada beberapa kasus TBC pada anak, terutama pada anak yang sudah lebih besar, infeksi ini
umumnya hanya pada tahap paparan.

Pada hasil pemeriksaan tuberkulin akan menunjukkan bahwa ia pernah terpapar, tapi tidak ada keluhan
maupun gejala apapun karena daya tahan tubuhnya yang kuat, sehingga pertumbuhan bakteri ini bisa
dihambat dengan cepat.

Hal ini juga ditegaskan oleh Global Tubercolosis Institute, bahwa pada tahap paparan anak hanya
terinfeksi bakteri TBC pasif di tubuh mereka, maka kuman tidak membuat ia sakit atau berlanjut ke
tahap yang serius. Anak pun tidak bisa menularkan bakteri ini ke orang lain.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Radang Tenggorokan pada Ibu Menyusui

2. Tahap Penyakit TB Aktif

Bakteri akan berkembang dan terus menyebar apabila daya tahan tubuh Si Kecil lemah dan akan
berlanjut pada tahap TB aktif yang tentunya akan menular bahkan jika dibiarkan akan berbahaya dan
mengancam jiwa anak.

Gejala TB pada Anak

gejala dan pengobatan tbc pada anak 2.jpg

1. Penurunan Berat Badan Secara Drastis

Moms perlu waspada saat anak mengalami berat badan turun setiap bulan selama lebih dari dua bulan
berturut-turut, apalagi jika berat badan anak turun secara drastis.

Moms juga harus khawatir jika berat badan anak tidak naik setelah adanya perbaikan gizi ataupun anak
menjadi tidak nafsu makan hingga hilang nafsu makan (anoreksia).

2. Demam

Demam sebenarnya tidak berbahaya karena kondisi ini adalah reaksi pertahanan tubuh melawan virus
dan bakteri.

Tapi, Moms perlu khawatir saat demam pada anak tak kunjung sembuh atau bahkan berulang tanpa
sebab yang jelas.

Tapi biasanya demam yang diderita anak tidak tinggi, tapi berlangsung lama dan disertai keringat dingin.

Baca Juga: Makanan yang Bisa Meredakan Asam Lambung pada Anak

3. Lemas

Anak tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan, tampak terlihat lesu dan tidak aktif saat diajak
bermain.
Jika kondisi ini disertai dua gejala sebelumnya, maka Moms sangat perlu khawatir dan berkonsultasi
dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

4. Berkeringat di Malam Hari

Pada umumnya tak sedikit bayi yang berkeringat di malam hari, tapi jika ditandai dengan gejala-gejala
tadi, maka ini bisa jadi menunjukkan Si Kecil terkena tuberkulosis.

[11:08, 8/6/2020] I Wayan Kep: pemeriksaan atau diagnosis tbc

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Terkadang, penyakit ini sulit terdeteksi di awal karena bakteri penyebab TBC bisa dalam
keadaan “tidur” atau tidak aktif menginfeksi paru-paru. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk
menjalani pemeriksaan TBC, terutama jika Anda memiliki faktor-faktor risiko tertular bakteri M.
tuberculosis. Seperti apa proses diagnosis TBC, dan siapa saja yang harus menjalani pemeriksaan? Simak
penjelasannya di bawah ini.

Kenapa perlu melakukan pemeriksaan TBC?

Penularan penyakit TBC terjadi melalui udara. Saat penderita TBC batuk atau bersin, ia mengeluarkan
droplet (percikan dahak) yang mengandung bakteri tuberkulosis. Droplet yang berisi bakteri bisa
bertahan di udara selama beberapa waktu.

Saat droplet mengandung bakteri terhirup orang lain, bakteri akan berpindah ke tubuh orang tersebut
melalui mulut atau saluran pernapasan atas.

Faktanya, kebanyakan orang telah terpapar bakteri TBC selama hidupnya. Namun, kebanyakan memang
tidak menunjukkan gejala, alias dalam keadaan TB laten atau tidur

Meski begitu, 10% di antara orang yang terinfeksi tuberkulosis menderita TB paru aktif. Itu sebabnya,
penderita TB laten tetap perlu mewaspadai perkembangan penyakit ini di dalam tubuh, salah satunya
dengan melakukan pemeriksaan.

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terinfeksi bakteri tuberkulosis. Orang yang
memiliki faktor risiko tersebut disarankan untuk mengikuti pemeriksaan TBC. Dari hasil pemeriksaan,
dokter akan menentukan apakah Anda perlu menjalani pengobatan TBC atau tidak.
Selain memastikan status infeksi agar tidak terlambat berobat, diagnosis TBC sedari dini untuk orang
dengan faktor risiko juga berguna untuk menghindari penyebaran penyakit ke orang lain. Anda yang
dinyatakan positif menularkan TBC sejak awal bisa segera melakukan langkah pencegahan penularan
TBC.

Berbagai metode pemeriksaan dalam diagnosis TBC

Jika Anda atau tim medis mencurigai adanya infeksi TBC di dalam tubuh, Anda harus menjalani
pemeriksaan fisik terlebih dahulu sebelum pengobatan.

Dokter akan mengawali proses diagnosis TBC dengan menanyakan faktor-faktor risiko yang ada. Kapan
terakhir kali pergi ke daerah endemik TBC, kapan melakukan kontak dengan pasien TBC, apa pekerjaan
Anda adalah pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan.

Selain itu, dokter juga akan mencari tahu apakah Anda memiliki penyakit atau kondisi kesehatan
tertentu yang menurunkan sistem kekebalan tubuh Anda, seperti infeksi HIV atau diabetes.

Tidak hanya itu saja, dokter juga akan mengecek apakah ada pembengkakan pada kelenjar getah bening
Anda, serta mendengarkan bunyi paru-paru Anda dengan stetoskop saat Anda bernapas.

Apabila terdapat dugaan infeksi TBC, dokter akan meminta Anda melakukan tes-tes tambahan agar hasil
diagnosis TBC lebih akurat.

Beberapa prosedur pemeriksaan medis yang umum dilakukan untuk mendiagnosis TBC adalah:

1. Tes kulit (Mantoux test)

Tes kulit, atau mantoux tuberculin skin test (TST), merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam pemeriksaan TBC. Biasanya, tes ini dilakukan di negara-negara dengan angka kejadian TBC yang
rendah, di mana kebanyakan orang hanya memiliki TBC jenis laten di dalam tubuhnya.

Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan yang disebut dengan tuberkulin. Itu sebabnya, tes ini
disebut juga dengan nama uji tuberkulin. Tuberkulin disuntikkan di bagian bawah lengan Anda. Setelah
itu, Anda akan diminta untuk kembali ke dokter dalam waktu 48-72 jam setelah tuberkulin disuntikkan.
Tim medis akan mengecek apakah terdapat pembengkakan (benjolan) atau pengerasan—atau disebut
indurasi—di bagian tubuh Anda. Jika ternyata ada, tim medis akan mengukur indurasi tersebut.

Hasil diagnosis TBC akan bergantung pada ukuran pembengkakan tersebut. Semakin besar area yang
bengkak akibat suntikan tuberkulin, semakin besar pula kemungkinan Anda terinfeksi oleh bakteri TBC.

Sayangnya, tes kulit dengan cairan tuberkulin belum dapat menunjukkan apakah Anda memiliki TBC
jenis laten atau penyakit TBC aktif.

2. The Interferon Gamma Release Assays (IGRA)

IGRA adalah jenis pemeriksaan TBC terbaru yang dilakukan dengan mengambil sedikit sampel darah
Anda. Tes darah dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem imun tubuh Anda merespons bakteri
penyebab TBC.

Pada prinsipnya, sistem imun tubuh Anda memproduksi molekul yang disebut dengan sitokin. Tes IGRA
bekerja dengan cara mendeteksi salah satu jenis sitokin bernama interferon gamma.

Terdapat dua jenis IGRA yang sudah disetujui dan sesuai dengan standar FDA, yaitu QuantiFERON®–TB
Gold In-Tube test (QFT-GIT) dan T-SPOT® TB test (T-Spot).

Tes IGRA untuk diagnosis TBC biasanya akan berguna ketika hasil tes kulit tuberkulin Anda menunjukkan
adanya bakteri M. tuberculosis, tapi Anda masih perlu memastikan jenis TBC tersebut.

3. Sputum smear microscopy

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya TBC adalah sputum smear microscopy,
atau mengambil sedikit cairan dahak untuk diperiksa di bawah mikroskop. Anda mungkin lebih
mengenalnya dengan nama tes dahak atau pemeriksaan BTA.

Saat Anda batuk, dokter akan mengambil sampel dari dahak Anda. Dahak kemudian akan dioleskan ke
lapisan kaca tipis. Proses ini disebut dengan smear.

Setelah itu, cairan tertentu akan diteteskan ke sampel dahak tersebut. Dahak yang telah tercampur
dengan tetesan cairan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya bakteri TBC.
Terkadang, ada cara lain yang dapat meningkatkan akurasi sputum smear, yaitu dengan menggunakan
mikroskop fluorescent. Cahaya yang dikeluarkan dari mikroskop jenis ini menggunakan lampu
berkekuatan merkuri yang tinggi, sehingga lebih banyak area sampel dahak yang terlihat dan proses
mendeteksi bakteri akan jauh lebih cepat.

Potensi penularan TBC ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam pemeriksaan sputum
atau sampel dahak. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan sputum untuk TBC, makin tinggi risiko
penderita menularkan penyakitnya kepada orang lain.

4. Rontgen thorax TB paru

Hasil rontgen dada (thorax) dapat memberikan gambaran klinis dari kondisi paru-paru seseorang
sehingga bisa mendeteksi penyakit TBC.

Pemeriksaan TBC ini mungkin dilakukan setelah satu spesimen tes dahak BTA menunjukkan hasil positif
dan dua spesimen lainnya negatif. Anda juga akan diminta melakukan rontgen thorax apabila hasil tes
Anda negatif semua dan Anda telah diberikan obat antibiotik non-TB paru, tapi tak ada perbaikan.

Dari foto rontgen thorax dapat diketahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi bakteri di paru-paru. Hasil
foto rontgen thorax yang abnormal menunjukan bakteri TB aktif menginfeksi bagian paru-paru. Itu
sebabnyan sering disebut dengan gambaran tuberkulosis aktif.

Dalam artikel ilmiah Pulmonary Tuberculosis: Role of Radiology, menjelaskan hasil rontgen abnormal
ditandai dengan kemunculan area putih berbentuk iregular di sekitar area paru-paru yang ditunjukkan
dengan bayangan berwarna hitam. Area putih tersebut merupakan lesi, yaitu kerusakan jaringan yang
terjadi akibat infeksi. Semakin luas area putih menandakan semakin besar kerusakan yang disebabkan
infeksi bakteri di paru-paru.

Dokter akan memeriksa bentukan lesi untuk melakukan diagnosis lanjutan terhadap perkembangan
penyakit tuberkulosis. Lesi dapat ditunjukkan dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda yang
diklasifikasikan sebagai kavitas, infiltrat dengan pembesaran kelenjar, dan nodul. Masing-masing lesi
menunjukkan tahap perkembangan infeksi ataupun tingkat keparahan penyakit TBC.

Bagaimana dengan tingkat keakuratan pemeriksaan TBC?


Masing-masing metode pemeriksaan TBC memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa jenis tes tidak
dapat menunjukkan hasil yang cukup akurat, bahkan berpotensi memberikan hasil yang salah.

Tes mantoux dinilai salah satu yang berpotensi kurang akurat. Pasalnya, uji tuberkulin ini tidak mampu
membedakan apakah Anda menderita TB laten atau aktif. Hasil yang muncul pada orang yang telah
menerima vaksinasi BCG juga kurang optimal.

Hasil tes bisa saja menunjukkan positif terkena infeksi TBC jika pernah menerima vaksinasi tersebut.
Padahal, Anda mungkin belum terpapar bakteri TBC sama sekali.

Uji tuberkulin negatif juga sering terjadi pada kalangan tertentu, seperti anak-anak, lansia, dan penderita
HIV/AIDS.

Tes dahak (pemeriksaan BTA) hanya memiliki persentase akurasi sebesar 50-60 persen. Bahkan, di
negara-negara dengan kasus kejadian TBC yang tinggi, akurasinya malah semakin menurun.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena TBC pada penderita penyakit lainnya, seperti HIV, memiliki
kadar bakteri TBC yang rendah di dalam dahaknya. Akibatnya, bakteri sulit dideteksi.

Metode pemeriksaan TBC yang terbukti menunjukkan hasil diagnosis paling akurat sejauh ini adalah tes
darah IGRA. Sayangnya, tes IGRA belum tersedia di beberapa daerah, terutama kawasan dengan fasilitas
medis yang kurang memadai.

Siapa saja yang perlu melakukan pemeriksaan TBC?

Dilansir dari situs Centers for Disease Control and Prevention, terdapat beberapa orang dengan faktor
risiko, kondisi kesehatan atau penyakit tertentu seperti diabetes diharuskan menjalani pemeriksaan TBC,
yaitu:

Orang yang tinggal atau sering menghabiskan waktu dengan penderita TBC

Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah dengan kasus TBC yang tinggi, seperti Amerika Selatan,
Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa Timur.

Orang yang tinggal atau bekerja di tempat dengan risiko tertular tinggi, seperti rumah sakit, puskesmas,
panti, penampungan anak jalanan, pengungsian, dan lain sebagainya.
Bayi, anak-anak, dan remaja yang berdekatan dengan orang dewasa penderita TBC.

Orang dengan sistem imun lemah.

Orang dengan penyakit yang menyebabkan penurunan sistem imun tubuh, seperti HIV/AIDS, atau
rheumatoid arthritis.

Orang yang pernah menderita penyakit TBC dan tidak menjalani pengobatan dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai