Refleksi Kasus
Refleksi Kasus
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. T No RM : 514***
Umur : 66 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil)
Anamnesis
Seorang pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke IGD RSUD Wonogiri diantar
oleh keluarganya dengan keluhan pasien hanya diam, tidak mau bicara dan tidak mau
bergerak. Pasien sering murung dan menyendiri di dalam kamar. Keluhan seperti ini
dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu, dan memberat 3 hari terakhir sehingga pasien
dibawa ke IGD. Keluarga pasien becerita bahwa pasien menjadi lebih sensitif dan mudah
marah. Selain itu, pasien sering menangis dan mengurung diri di kamarnya. Pasien menjadi
tidak mau makan dan sulit tidur. Beberapa kali, cucu pasien melihat pasien berbicara sendiri,
namun tidak jelas apa yang dikatakan pasien. Menurut cerita cucu pasien, pasien juga
beberapa kali bicara bahwa ada seseorang yang akan menjemputnya. Perubahan perilaku ini
dirasakan keluarga terjadi sejak suami pasien meninggal sekitar setelah lebaran (kurang
lebih 6 bulan yang lalu). Sejak saat itu, pasien menjadi sering menangis dan merasa sedih.
Tidak lama kemudian, anak-anak pasien merantau ke Jakarta, sehingga pasien hanya tinggal
dengan seorang cucunya. Awalnya pasien masih seperti biasa dan bisa melakukan beberapa
aktivitas seperti bekerja di sawah, namun, lama-kelamaan pasien menjadi lebih pendiam dan
Page 1
sejak 2 bulan terakhir pasien tidak mau keluar rumah dan lebih sering menyendiri di
kamarnya. Pasien menjadi lebih pendiam dan murung, serta sulit diajak berbicara. Pasien
sudah tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya, seperti mandi, makan, dan bekerja di
sawah. Pasien juga menjadi sering gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien peranh mencoba
bunuh diri dengan meminum racun serangga tetapi berhasil diketahui oleh cucunya. Sampai
saat tiba di IGD, pasien tampak gelisah, murung, memjaamkan mata, dan sulit diajak
komunikasi.
Riwayat keluhan serupa sebelum 1 tahun terakhir disangkal, riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan alkohol disangkal. Riwayat penyakit lain seperti diabetes, hiperteni, penyakit
jantung, dan stroke disangkal.
Pemeriksaan Fisik didapatkan status generalis dan neurologis dalam batas normal.
3. Refleksi dari aspek Sosial ekonomi dan medikolegal beserta penjelasan evidence /
referensi yang sesuai
Pada umumnya, para lansia ingin menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga,
bersama anak dan cucunya. Namun, banyak lansia yang tinggal terpisah dari keluarganya,
misalnya karena semua anak dan cucunya pergi merantau. Kondisi seperti ini dapat
menimbulkan masalah psikologis bagi lansia. Perpisahan ini menimbulkan perasaan
kesepian pada lansia, dan rasa kesepian akan semakin meningkat apabila pasangan dari
lansia meninggal dunia (Marini dan Haryati, 2010). Dari rasa kesepian ini akan muncul
depresi pada lansia. Depresi yang tidak tertangani dengan baik meningkatkan risiko dan
muncul ide bunuh diri (Mardiyanti dan Prasetyo, 2012). Hal ini sama seperti yang dialami
oleh pasien dimana setelah ditinggal suaminya meninggal, anak-anaknya kembali merantau
di Jakarta sehingga pasien hanya tinggal bersama seorang cucunya, sehingga pasien sering
Page 3
merasa sendiri dan kesepian, terutama saat cucunya pergi sekolah atau bermain. Pasien
merasa tidak berdaya dan depresi sehingga pasien memiliki pikiran untuk bunuh diri dengan
meminum racun serangga.
Dari aspek sosial ekonomi, penulis merefleksikan kasus pada pasien tersebut.
Tingkat ekonomi dan sosial seseorang memiliki pengaruh dalam pengetahuan, dukungan,
dan motivasi seseorang dalam menjaga kesehatan dan kesadaran seseorang untuk mencari
bantuan tenaga kesehatan. Apabila semua hal ini dimiliki oleh seseorang, maka proses
terapi untuk penyakitnya dapat dilakukan sejak awal dan akan mempengaruhi prognosis dan
kesembuhan penyakitnya (Adam, 2015).
Berkaitan dengan aspek medikolegal pada kasus ini, terdapat 4 kaidah dasar moral
(moral principle) dalam segala tindakan yang dilakukan oleh dokter (Risky, 2013),
meliputi:
a. Beneficience
Prinsip beneficience merupakan tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yg merugikan atau
membahayakan pasien. Kewajiban seorang dokter adalah mengutamakan
kepentingan pasiennya.
b. Non-Maleficience
Dalam hal ini dokter tidak berbuat hal-hal yang memperburuk keadaan pasien.
Terutama saat emergensi atau gawat darurat. Bermaksud tidak menimbulkan bahaya
atau kecederaan kepada pasien dari segi fisik maupun psikologis.
c. Justice
Inti dari prinsip ini adalah keadilan, berlaku adil pada setiap pasien, setiap pasien
berhak mendapatkan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik,
maksudnya setiap pasien diberikan kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupannya.
d. Autonomy
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
Dalam hal medikolegal ini, dokter dan rumah sakit telah melakukan perawatan dan
penanganan pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Melihat dari aspek sosial
ekonomi pasien dengan keempat prinsip medikolegal tersebut dokter memberikan
pelayanan terbaik untuk pasien. Dalam prinsip beneficience dokter memberikan tatalaksana
yang adekuat dan tepat berupa anti-depressan untuk mengatasi rasa depresi dan
meningkatkan kualitas hidup pasien, dalam prinsip non maleficience dokter memberikan
Page 4
edukasi kepada pasien. Dokter juga tidak membeda-bedakan pasien baik pasien umum
maupun pemegang BPJS sesuai dnegan aspek justice. Aspek autonomy pasien dalam hal ini
juga sangat diperhatikan berkaitan dengan pemilihan keputusan terbaik bagi pasien dengan
mengutamakan hak-hak pasien untuk menentukan persetujuan atas setiap tindakan yang
diberikan.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29)
(Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang
bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan
Page 5
tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan
racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-
lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan
menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”
Allah telah memberikan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Orang-orang yang
mencoba bunuh diri, berarti hatinya telah jauh dari prtunjuk Allah. Setiap hamba Allah pasti
diberikan masalah, hanya cara menghadapi masalah tersebut berbeda-beda, apakah seorang
hamba dapat bersabar menjalani masalah tersebut atau tidak.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Q.S: al-Baqarah: 153)
Sangat dekatnya jarak antara masalah dan solusi, seharusnya membuat manusia yakin
dan bertawakal untuk mencari solusinya, bukan menyelesaikannya dengan cara bunuh diri
yang jelas-jelas ALLAH SWT membencinya. Wallahu’alam bish-showwab.
Page 6
Wonogiri, 27 Desember 2019
Kusumas Dani Ananta Utami Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, PhD, Sp.KJ(K)
Daftar Pustaka
Page 7
Page 8