Keperawatan SBG Profesi
Keperawatan SBG Profesi
PENDAHULUAN
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Perawat yang semula tugasnya hanyalah
semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya
sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.
Terdapat 4 (empat) rumusan masalah yang dibahas lebih lanjut dalam makalah ini,
yakni:
1
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana peran
perawat profesional dan standar praktik keperawatan profesional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Definisi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “profess”, yang
dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen.
Wilensky (1964)
Hamid A. Y (1996)
DeYoung (1985)
Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 (tujuh) elemen yang memiliki dasar ilmu
yang kuat, berorientasi pada pelayanan, mempunyai otoritas, memiliki kode etik,
mempunyai organisasi profesi, melakukan penelitian secara terus menerus serta
memiliki otonomi.
3
Pengertian Keperawatan
Schein EH (1962)
Wilensky (1964)
Profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).
Hall (1968)
Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus
melalui proses 4 (empat) tahapan, antara lain:
4
Karakteristik Profesi Keperawatan
Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki
karakteristik sebagai berikut:
5
diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap
kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua
implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan
pada situasi tertentu.
6. Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas yang merupakan bagian dari
pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan
pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari
para anggotanya (Djam Satori, 2003: 1.2). Pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang yang dengan sengaja
dipersiapkan untuk memangku jabatan itu. Bersumber dari istilah profesi muncul
istilah-istilah lain seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan
profesionalisasi. Dalam buku Kapita Selekta Kependidikan SD, Surya dkk, 2000: 4.5
– 4.9 memberikan penjelasan menganai istilah-istilah tersebut diatas sebagai berikut:
6
2. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya.
Ciri-Ciri Profesi
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untu mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya;
4. Ada etika dank kode etik yang mengatur perilaku etika para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya;
5. Ada system imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku; serta
4. Jabatan tersebut berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematis dan eksplisit yang bukan sekedar pendapat khalayak umum;
7
6. Proses pendidikan untuk jabatan tersebut juga merupakan aplikasi dan sosialisasi
nilai-nilai professional itu sendiri;
9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang luar; serta
10. Jabatan tersebut mempunyai presentase yang tinggi dalam masyarakat dan oleh
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Ciri-ciri profesi menurut D. Westby Gibson dalan Djaman Satori dkk (2003: 1.7 )
adalah sebagai berikut:
2. Dimilkinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan
prosedur yang unik;
1. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal;
8
3. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI, dan
PERSAHI; serta
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab proses tersebut.
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;
4. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; serta
9
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai
dengan batas kewenangannya.
10
1. Mematuhi semua peraturan RS dengan hubungan hukum antara perawat dan
bidan dengan pihak RS.
2. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.
3. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
4. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan atau kebidanan sesuai
dengan standarprofesi dan batas kewenangannya atau otonomi profesi.
5. Menghormati hak-hak klien atau pasien.
6. Merujuk klien atau pasien kepada perawat lain atau tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
7. Memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau
keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan
kesehatan.
8. Bekerjasama dengan tenaga medis/tenaga kesehatan lain yang terkait dalam
memberikan pelayanan kesehatan/asuhan kebidanan kepada klien/pasien.
9. Memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan atau
kebidanan kepada klien/pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya.
10. Membuat dokumen asuhan keperawatan atau kebidanan secara akurat dan
berkesinambungan.
11. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan atau kebidanan
sesuai standar profesi keperawatan atau kebidanan dan kepuasan klien/pasien.
12. Mengikuti IPTEK keperawatan atau kebidanan secara terus menerus.
13. Melakukan pertolongan darurat sebagai tugas perikemanusiaan sesuai dengan
batas kewenangannya.
14. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/pasien bahkan juga
setelah klien/pasien tersebut meninggal, kecuali jika diminta keterangannya oleh
yang berwenang.
Peran Perawat
11
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Edukator
4. Koordinator
12
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
5. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peneliti/Pembaharu
Fungsi Perawat
1. Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan
dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
13
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.
Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan keperawatan
ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas
perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:
1. Mengumpulkan data;
14
11. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan;
18. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat; serta
19. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun tim
kesehatan lain.
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan
politik.
15
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan
diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti
dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang
sulit penyembuhannya maka digunakanlah alat seperti laser, terapi peruahan gen
dll.Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan
butuh tenaga yang professional di bidang tertentu.
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki
kesadaran yang lebih dalam penngunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan,
demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang
akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehinnga
kondisi demikian akan sangat mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seorang pelayan kesehatan lebih mudah diperoleh dan
dijangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah.
Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam system pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada
dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.
16
2.3. Tingkatan Pelayanan Kesehatan
1. Health promotion
3. Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau
ditimbulnya gejala dari suatu penyakit.
5. Rehabilitation (rehabilitasi)
17
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktik
keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan konflik antara nilai-nilai pribadi yang memiliki perawat dengan
pelaksana praktek yang dilakukan sehari-hari selain itu pihak atasan
membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan tertentu, dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.
Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.
Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Dua kategori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan
(standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima
oleh pasien,dan standar praktek. (standar of practice) atau harapan terhadap kinerja
perawat dalam memberikan standar asuhan. Aktifitas pemantaan dan evaluasi
memastikan bahwa level perawatan pasien dan kinerja perawat telah dicapai dengan
baik. Dua macam kinerja ini di rancang untuk mendukung perawat dalam praktek
sehari-hari dengan menyediakan suatu sruktur untuk praktek tersebut dan untuk
membantu perawat dalam mengidentifikasi kontribusi keperawatan dalam perawatan
pasien.
1. Standar praktek
18
Standar praktek meliputi kebijakan (police), uraian tugas (job description), dan
standar kinerja (performance standar). Ia menuntun perawat dalam
melaksanakan perawatan pasien. Ia juga menetapkan level kinerja yang perlu
diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwa standar asuhan akan dicapai
dan menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapat dilakukan oleh
perawat. Kebijakan menetapkan sumber-sumber atau kondisi yang harus tersedia
untuk menfasilitasi pemberian asuhan.
2. Standar Asuhan
Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana asuhan
(care plans). Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan pasien yang
aman dan memastikan hasil yang berasal dari pasien ini. Prosedur adalah urain
tahap pertahap tentang bagaimana melakukan keterampilan psikomotor dan
bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori utama: manajemen
pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralatan non invatif;
manajemen status fisiologis dan psikologis; dan diagnosa keperawatan tertentu.
Standar asuhan genetik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan
bagi semua pasien diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan
biasanya mempunyai hubungan dengan diagnosa medis pasien dan diagnosa
keperawatan pasien.
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes. R.I. (1995) yang
terdiri dari beberapa standar. Menurut JCHO atau Joint Commission on
Accreditation of Haealth Organization (1999:1;4:249-54), terdapat 8 standar tentang
asuhan keperawatan yang meliputi:
19
3. Observasi keadaan pasien;
1. Praktek Klinis
3. Pendidikan Keperawatan
4. Riset Keperawatan
20
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam
mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga
terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim
kesehatan.
Kriteria proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada evaluasi praktek
keperawatan melalui:
d. Penyebaran informasi;
21
Standar II: Pndidikan
Kriteria proses
Kriteria proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian kinerja
melalui:
22
a. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja;
c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurang;
Kriteria proses
Standar V: Etik
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang etis
(sesuai dengan norma, nilai budaya, modul dan idealisme profesi). Kode etik perawat
merupakan parameter bagi perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu
spesifik tentang etik yang menjadi kepedulian perawat meliputi penolakan pasien
terhadap pengobatan, “informed-consen”, pemberhentian bantuan hidup, serta
kerahasiaan klien.
23
Kriteri proses
Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak terkait serta tim multi
disiplin kesehatan dalam memberikan keperawatan klien. Kerumitan dalam
pemberian asuhan membutuhkan pendekatan multi disiplin untuk memberikan
asuhan kepada klien. Kolaborasi multi disiplin mutlak diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan dan untuk membantu klien mencapai
kesehatan optimal. Melalui proses kolaboratif kemampuan yang khusus dari
pemberian asuhan kesehatan digunakan untuk mengkomunikasikan, merencanakan,
menyelesaikan masalah dan mengevaluasi pelayanan.
Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan terhadap klien, perawat
dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan asuhan klien dan adanya
jadwal pertemuan berkala, serta tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan
klien dalam pengambilan keputusan tim.
Kriteria proses
24
4. Perawat berfungsi sebagai advokat klien
Kriteria Proses
25
dipelayanan keperawatan dan unit keperawatan,tersediannya sumber dana sesuai
dengan anggaran yang disetujui. Tersedianya standar kinerja yang jelas dan
mekanisme penyelesaian konflik, sistem informasi manajemen yang digunakan oleh
berbagai tingkat manajerial keperawatan, untuk menerima, mengatur, menganalisa
dan menyampaikan serta menyimpan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan pelaksanaan keperawatan, mengatur tenaga keperawatan,
mengarahkan kegiatan keperawatan, dan evaluasi keluaran keperawatan.
Kriteria Proses
3. Perawat mengontrol penggunaan sebagaian besar dari sumber daya institusi yang
menjadi tanggung jawab keperawatan.
5. Perawat pengelola menyesuaikan jumlah beban kerja unit dengan setiap tenaga
kerja purna waktu.
26
mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al.,
2009).
IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan
dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal,
kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi
(Clifton et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers
(2009) praktek kolaborasi antar profesi didefinisikan sebagai beragam profesi yang
bekerja bersama sebagai suatu tim yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesehatan pasien/klien dengan saling mengerti tujuh batasan yang ada pada masing-
masing profesi kesehatan.
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai
profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara
efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada
mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini
dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan
dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).
27
kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO
(2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang
dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi
layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah
kematian pasien. Framework for Action on Interprofessional Education &
Collaborative Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan
berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi:
4. Tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain;
6. Belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam
tim; dan
Hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama
dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka,
penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan. Praktek etis
meliputi pemahaman pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki
oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki
pandangan yang sama-sama sah dan penting.
Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai
kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan
yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan
kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran, 2010).
1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas.
28
2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan
perawatan dan pengobatan pasien.
Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi
terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar
profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi. IPE terjadi
ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (CAIPE,
2002).
29
Beberapa definisi tersebut menggambarkan adanya pembelajaran yang terintegrasi
antar mahasiswa profesi kesehatan satu dengan yang lainnya. Manfaat IPE ke
depannya adalah terciptanya hubungan kolaboratif posistif antar profesi kesehatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawat merupakan kekuatan awal terbesar yang dimilki oleh dunia keperawatan saat
ini. Mereka memilki kesempatan dan kekuatan untuk melakukan perbaikan,
mengingat masih banyak nya kesempatan yang dimiliki. Hal ini diwujudkan dalam
sebuah revolusi secara signifikan dan menyeluruh dalam berbagai aspek dalam dunia
keperawatan. Sehingga pada akhirnya akan tercipta profesi keperawatan yang
profesional, dihargai, dan memberikan manfaat banyak bagi negeri tercinta ini.
3.2. Saran
30
Kemajuan dunia keperawatan tidak akan pernah terlepas dari kontribusi mahasiswa
keperawatannya. Seiring dengan kompleksitas yang ada, maka bukan saatnya
mahasiswa mementingkan dirinya sendiri, melainkan mampu memberikan
sumbangsih pada orang lain. Bangsa ini sesungguhnya membutuhkan orang-orang
yang mampu menciptakan sebuah perubahan terutama dari kalangan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi terjemahan, EGC,
Jakarta.
https://www.dictio.id/t/apa-saja-hak-dan-kewajiban-perawat/13812/2
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2014-keperawatan
31