Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab dan berwenang memberikan


pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup praktik dan perawat.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasma
bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Perawat yang semula tugasnya hanyalah
semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya
sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Terdapat 4 (empat) rumusan masalah yang dibahas lebih lanjut dalam makalah ini,
yakni:

1. Apa definisi dari keperawatan sebagai profesi?

2. Bagaimana peran dan fungsi pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan


kesehatan?

3. Bagaimana standar praktik profesional dalam profesi keperawatan?

4. Bagaimana standar kinerja profesional dalam profesi keperawatan?

5. Apa definisi dan bagaimana implementasi dari Interprofessional Education dan


Interprofessional Collaboration dalam pelayanan kesehatan, khususnya terkait
profesi keperawatan?

1
1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana peran
perawat profesional dan standar praktik keperawatan profesional.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Konsep Dasar Keperawatan’;

2. Untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam menjalankan profesinya; dan

3. Untuk dapat memahami dan mengaplikasikan secara langsung dalam praktik di


lapangan mengenai keperawatan sebagai profesi, peran, dan standar praktik
perawat profesional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

2.1.1. Definisi

Pengertian Profesi dan Keperawatan

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “profess”, yang
dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap


suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode
etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.

Pengertian Profesi Menurut Para Ahli

Wilensky (1964)

Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan


dukungan dengan badan ilmu (body of knowledge) sebagi dasar untuk pengembangan
teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus
utama pada pelayanan (altruism).

Hamid A. Y (1996)

Profesi merupakan pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan


bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu

DeYoung (1985)

Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 (tujuh) elemen yang memiliki dasar ilmu
yang kuat, berorientasi pada pelayanan, mempunyai otoritas, memiliki kode etik,
mempunyai organisasi profesi, melakukan penelitian secara terus menerus serta
memiliki otonomi.

3
Pengertian Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral


pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif ditujukan kepada
individu,keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencangkup siklus hidup
manusia untuk mencapai derajat kesehatan optimal.

Definisi Keperawatan Sebagai Profesi

Schein EH (1962)

Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang


sangat khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat.

Wilensky (1964)

Profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).

Hall (1968)

Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus
melalui proses 4 (empat) tahapan, antara lain:

1. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi;

2. Menjadi pekerjaan utama;

3. Adanya organisasi profesi; dan

4. Terdapat kode etik.

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam


menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan
yang jelas dalam keahliannya.

4
Karakteristik Profesi Keperawatan

Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki
karakteristik sebagai berikut:

1. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan


masalah dalam tatanan praktik keperawatan. Pada awalnya praktik keperawatan
dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang
keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali
menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan
lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang
menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan
dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan
secara langsung kepada klien.

2. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat. Fungsi unik


perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan
untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian
klien.

3. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi


atau universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan
tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan
dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan
mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan
yang menyeluruh dan berkesinambungan. Di samping itu perawat dituntut untuk
mengembangkan Iptek keperawatan.

4. Pengendalian terhadap standart praktik. Standart adalah pernyatan atau criteria


tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kepada
tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah
ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat
bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.

5. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.


Tanggung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang

5
diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap
kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua
implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan
pada situasi tertentu.

6. Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas yang merupakan bagian dari
pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan
pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.

7. Fungsi mandiri. Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan


keperawatan walaupun kegiatan kolaborasi dengan profesi lain kadang kala
dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai
ekstensi intervensi profesi lain.

2.1.2. Hakikat Profesi

Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang


berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada kepentingan umum untuk
mencapai kesejahteraan manusia. Keterampilan teknis yang didukung oleh
pengetahuan dan sikap kepribadian tertentu yang dilandasi oleh norma norma yang
mengatur perilaku anggota profesi.

Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan  yang menuntut keahlian (expertise) dari
para anggotanya (Djam Satori, 2003: 1.2). Pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang yang dengan sengaja
dipersiapkan untuk memangku jabatan itu. Bersumber dari istilah profesi muncul
istilah-istilah lain seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan
profesionalisasi. Dalam buku Kapita Selekta Kependidikan SD, Surya dkk, 2000: 4.5
– 4.9 memberikan penjelasan menganai istilah-istilah tersebut diatas sebagai berikut:

1. Istilah Profesional mempunyai dua makna, pertama, mengacu kepada sebutan


tentang orang yang menyandang suatu profesi. Kedua mengacu pada sebutan
tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan
profesinya.

6
2. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. 

Ciri-Ciri Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan.  Memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Racham Nata


Widjaya dalam Djaman Sutori (2003: 1. 4) pekerjaan yang disebut profesi memiliki
ciri-ciri:

1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas;

2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dangan program


dan jenjang pendidikan yang baku serta bertanggung jawab tentang
pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi tersebut;

3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untu mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya;

4. Ada etika dank kode etik yang mengatur perilaku etika para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya;

5. Ada system imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku; serta

6. Ada pengakuan dari masyarakat (profesional, penguasa dan aman) terhadap


pekerjaan itu sebagai suatu profesi.

Somesi dalam Djaman Satori (2003: 1. 6) mengemukakan ciri-ciri profesi secara


lebih rinci sebagai berikut:

1. Suatu jabatan yang mempunyai fungsi dan signifikasi sosial;

2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu;

3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan ididapat melalui pemecahan dengan


menggunakan teori dan metode ilmiah;

4. Jabatan tersebut berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematis dan eksplisit yang bukan sekedar pendapat khalayak umum;

5. Jabatan tersebut memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang


cukup lama;

7
6. Proses pendidikan untuk jabatan tersebut juga merupakan aplikasi dan sosialisasi
nilai-nilai professional itu sendiri;

7. Dalam memberikan layanan pada masyarakat anggota profesi itu berpegang


teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi;

8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan justifikasi


terhadap permasalahan profesi yang dihadapi;

9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang luar; serta

10. Jabatan tersebut mempunyai presentase yang tinggi dalam masyarakat dan oleh
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Ciri-ciri profesi menurut D. Westby Gibson dalan Djaman Satori dkk (2003: 1.7 )
adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat


dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikatagorikan sebagai suatu profesi;

2. Dimilkinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan
prosedur yang unik;

3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang  mampu


melaksanakan sesuatu pekerjaan profesional;

4. Dimilikinya mekasinasi untuk menjaring, sehingga hanya untuk mereka yang


dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk lapangan pekerjaan
tertentu; dan

5. Dimilikinya organisasi profesional, yang melindungi kepentingan anggotanya


dari saingan kelompok luar, juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas layanan
kepada masyarakat, termasuk tindak etis profesional pada anggotanya.s

Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun (1991/1992:133) juga mengemukakan


beberapa ciri pokok jabatan profesional sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal;

2. Pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat;

8
3. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI, dan
PERSAHI; serta

4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab proses tersebut.

2.1.3. Batasan Hak dan Kewajiban Perawat

Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan


hukumuntuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu, sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh
seseorang atau suatu badan hukum.

Dalam Pasal 36, perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;

2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;

3. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;

4. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; serta

5. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Dalam Pasal 37 Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:

1. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar


Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
3. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan
lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
4. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar.

9
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai
dengan batas kewenangannya.

Hak-Hak Perawat dan Bidan

1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan


profesinya.
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang
pendidikannya.
3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi.
4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.
5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan atau
keluarganya.
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya.
8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan
tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan
kode etik profesi.
11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai
peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang
profesinya.

Kewajiban Perawat dan Bidan

10
1. Mematuhi semua peraturan RS dengan hubungan hukum antara perawat dan
bidan dengan pihak RS.
2. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.
3. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
4. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan atau kebidanan sesuai
dengan standarprofesi dan batas kewenangannya atau otonomi profesi.
5. Menghormati hak-hak klien atau pasien.
6. Merujuk klien atau pasien kepada perawat lain atau tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
7. Memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau
keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan
kesehatan.
8. Bekerjasama dengan tenaga medis/tenaga kesehatan lain yang terkait dalam
memberikan pelayanan kesehatan/asuhan kebidanan kepada klien/pasien.
9. Memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan atau
kebidanan kepada klien/pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya.
10. Membuat dokumen asuhan keperawatan atau kebidanan secara akurat dan
berkesinambungan.
11. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan atau kebidanan
sesuai standar profesi keperawatan atau kebidanan dan kepuasan klien/pasien.
12. Mengikuti IPTEK keperawatan atau kebidanan secara terus menerus.
13. Melakukan pertolongan darurat sebagai tugas perikemanusiaan sesuai dengan
batas kewenangannya.
14. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/pasien bahkan juga
setelah klien/pasien tersebut meninggal, kecuali jika diminta keterangannya oleh
yang berwenang.

Peran dan Fungsi Perawat

Peran Perawat

11
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:

1. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat


pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.

4. Koordinator

12
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.

5. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peneliti/Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,


kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi


diantaranya adalah:

1. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan
dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen

13
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

Tugas Perawat

Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan keperawatan
ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas
perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:

1. Mengumpulkan data;

2. Menganalisis dan mengintrepetasi data;

3. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan;

4. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku,


sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
rangka memenuhi KDM;

5. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan;

6. Menilai tingkat pencapaian tujuan;

7. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan;

8. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan;

9. Mencatat data dalam proses keperawatan;

10. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan;

14
11. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan;

12. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan;

13. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan;

14. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan;

15. Membuat rencana penyuluhan kesehatan;

16. Melaksanakan penyuluhan kesehatan;

17. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan;

18. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat; serta

19. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun tim
kesehatan lain.

2.2. Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi


pelayanan dasar dan pelyanan rujukan.Pelayanan keperawatan oleh tenaga perawat
dalam pelayanannya memiliki tugas, diantaranya memberikan keperawatan keluarga,
komunitas dalam elayanan kesehatan dasar dan akan memberikanasuhan keperawatn
secara umum pada pelayanan rujukan.

Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan asuhan


keperawatan pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak,maka perawat
memberikan asuhan keperwatan melalui pendekatan proses keperawatan anak,untuk
lingkup keperawatan jiwa, perawat akan memberikan asuhan eperawatn pada pasien
gangguan jiwa dan lain-lain.

Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan
politik.

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

15
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan
diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti
dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang
sulit penyembuhannya maka digunakanlah alat seperti laser, terapi peruahan gen
dll.Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan
butuh tenaga yang professional di bidang tertentu.    

2. Pergeseran nilai masyarakat

Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki
kesadaran yang lebih dalam penngunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan,
demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang
akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehinnga
kondisi demikian akan sangat mempengaruhi system pelayanan kesehatan.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat tehadap penggunaan atau pemanfaatan


jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntunan hokum dan
etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku memberi pelayanan kesehatan
harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan
memperhatikan norma dan etik yang ada dalam masyarakat

4. Ekonomi

Semakin tinggi ekonomi seorang pelayan kesehatan lebih mudah diperoleh dan
dijangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah.
Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam system pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada
dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

16
2.3. Tingkatan Pelayanan Kesehatan

Meliputi 5 (lima) aspek pokok, yaitu:

1. Health  promotion

Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan


pelayanan melalui peningkatan kesehatan.

2.  Specific protection (perlindungan khusus)

Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya


yang akan menyebabkan penurunan status kesehatan, seperti imunisasi BCG,
DPT, hepatitis, campak.

3. Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)

Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau
ditimbulnya gejala dari suatu penyakit.

4. Disability limitation (pembatasan cacat)

Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau


masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang
ditimbulkan.

5.  Rehabilitation (rehabilitasi)

Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh.

2.4. Standar Praktik Keperawatan Profesional

Klasifikasi Praktik Keperawatan

1. Perawat dan pelaksana praktik keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan


standar praktek keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan
standar pendidikan Keperawatan. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat
dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart profesi keperawatan.

2. Nilai-nilai pribadi dan praktik profesional

17
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktik
keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan konflik antara nilai-nilai pribadi yang memiliki perawat dengan
pelaksana praktek yang dilakukan sehari-hari selain itu pihak atasan
membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan tertentu, dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

Ciri–ciri Standar Praktek Keperawatan

Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.
Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Otonomi dalam pekerjaan;

2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat;

3. Pengambilan keputusan yang mandiri;

4. Kolaborasi dengan disiplin lain;

5. Pemberian pembelaan; dan

6. Memfasilitasi kepentingan pasien.

Tipe Standar Keperawatan

Dua kategori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan
(standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima
oleh pasien,dan standar praktek. (standar of practice) atau harapan terhadap kinerja
perawat dalam memberikan standar asuhan. Aktifitas pemantaan dan evaluasi
memastikan bahwa level perawatan pasien dan kinerja perawat telah dicapai dengan
baik. Dua macam kinerja ini di rancang untuk mendukung perawat dalam praktek
sehari-hari dengan menyediakan suatu sruktur untuk praktek tersebut dan untuk
membantu perawat dalam mengidentifikasi kontribusi keperawatan dalam perawatan
pasien.

1. Standar praktek

18
Standar praktek meliputi kebijakan (police), uraian tugas (job description), dan
standar kinerja (performance standar). Ia menuntun perawat dalam
melaksanakan perawatan pasien. Ia juga menetapkan level kinerja yang perlu
diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwa standar asuhan akan dicapai
dan menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapat dilakukan oleh
perawat. Kebijakan menetapkan sumber-sumber atau kondisi yang harus tersedia
untuk menfasilitasi pemberian asuhan.

Uraian tugas mencerminkan kompetensi, pendidikan, dan pengalaman yang


diperlukan bagi semua staf yang memiliki peran atau posisi sebagai perawat.
Sedangkan standar kinerja diturunkan dari uraian tugas dan menyediakan ukuran
untuk mengevaluasi level perilaku perawat yang didasarkan atas pengetahuan,
ketrampilan, dan pencapaian aktifitas kemajuan profesional.

2. Standar Asuhan                                         

Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana asuhan
(care plans). Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan pasien yang
aman dan memastikan hasil yang berasal dari pasien ini. Prosedur adalah urain
tahap pertahap tentang bagaimana melakukan keterampilan psikomotor dan
bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori utama: manajemen
pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralatan non invatif;
manajemen status fisiologis dan psikologis; dan diagnosa keperawatan tertentu.
Standar asuhan genetik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan
bagi semua pasien diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan
biasanya mempunyai hubungan dengan diagnosa medis pasien dan diagnosa
keperawatan pasien.

Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes. R.I. (1995) yang
terdiri dari beberapa standar. Menurut JCHO atau Joint Commission on
Accreditation of Haealth Organization (1999:1;4:249-54), terdapat 8 standar tentang
asuhan keperawatan yang meliputi:

1. Menghargai hak-hak pasien;

2. Penerimaan sewaktu pasien MRS;

19
3. Observasi keadaan pasien;

4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;

5. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive;

6. Asuhan pada tindakan non-operatif dan administratif;

7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga; serta

8. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

Tujuan Standar Praktek Keperawatan

Standar praktek keperawatan mempunyai tujuan umum untuk  meningkatkan asuhan


atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada
usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan berguna bagi
perawat, rumah sakit, klien, profesi, dan tenaga kesehatan lainnya.

Manfaat Praktek Keperawatan

1. Praktek Klinis

Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan


merupakan alat mengukur mutu penampilan kerja perawat guna
memberikan feeedback untuk perbaikan.

2. Administrasi Pelayanan Keperawatan

Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam


perencanaan pola staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari
program orientasi.

3. Pendidikan Keperawatan

Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan


kerja mahasiswa.

4. Riset Keperawatan

Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat


memperbaiki dan meningkatkan kualitas askep.

5. Sistem Pelayanan Kesehatan

20
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam
mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga
terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim
kesehatan.

2.5. Standar Kinerja Profesional

Standar I: Jaminan Mutu

Perawat secara sitematis melakukan evaluasi mutu dan efektifitas praktek


keperawatan. Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek
keperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi suatu kewajiban profesi yaitu
menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu. Dengan adanya kebijakan institusi
untuk mendukung terlaksananya jaminan mutu, tersedia mekanisme telaah sejawat
dan program evaluasi terdisiplin di tatanan praktek.

Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan angggota program  evaluasi terdisiplin


untuk menilai hasil akhir asuhan kesehatan. Tersedianya rencana pengembangan
jaminan  mutu berdasarkan standar praktek yang sudah ditetapkan untuk memantau
mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.

Kriteria proses

1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada evaluasi praktek
keperawatan melalui:

a. Penetapan indikator kritis dan alat pemantauan;

b. Pengumpulan data dan analisi data;

c. Perumusan kesimpulan,umpan balik dan rekomendasi;

d. Penyebaran informasi;

e. Penyusunan rencana tindak lanjut; dan

f. Penyusunan rencana dan pelaksanaan nilai secara periodik.

2. Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang diperoleh melalui


program evaluasi praktek keperawatan.

21
Standar II: Pndidikan

Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan mutakhir dalam


praktek keperawatan. Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan
pendidikan masyarakat menuntut komitme perawat untuk terus menerus
meningkatkan pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi. Adanya
kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi peluang dan fasilitas pada perawat
untuk mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek. Adanya peluang
untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi profesi untuk mengembangkan
profesi.

Kriteria proses

1. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar dapat mengikuti


pengembangan ilmu dan meningkatkan keterampilan.

2. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan ditempat kerja (insevice)


seperti diskusi ilmiah, ronde keperawatan.

3. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan profesional lainnya.

4. Perawat membantu sejawat mengidentifikasi kebutuhan belajar.

Standar III: Penilaian Kinerja

Perawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar praktek profesional dan


ketentuan lain yang terkait. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk
menjamin tercapainya standar praktek keperawatan dan ketentuan lain yang terkait:

1. Adanya kebijakan penilaian kinerja perawat;

2. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja

3. Adanya standar penilaian kerja; dan

4. Adanya rencana penilaian kinerjaberdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Kriteria proses

1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian kinerja
melalui:

22
a. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja;

b. Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan;

c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurang;

d. Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut; serta

e. Perawat memanfaatkan hasil penilaian umtuk memperbaiki dan


mempertahankan kinerja.

Standar IV: Kesejawatan (Collegial)

Kolaborasi antara sejawat melalaui komunikasi efektif meningkatkan kualitas


pemberian pelayanan asuhan pelayanan kesehatan pada klien. Tersedianya
mekanisme untuk telaah sejawat yang mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang mengevaluasi hasil
asuhan keperawatan. Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat.

Kriteria proses

1. Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan kolanorasi antar terdisiplin


melalui mekanisme telaah sejawat.

2. Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi sejawat dan melaksanakan asuhan


keperawatan.

Standar V: Etik

Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang etis
(sesuai dengan norma, nilai budaya, modul dan idealisme profesi). Kode etik perawat
merupakan parameter bagi perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu
spesifik tentang etik yang menjadi kepedulian perawat meliputi penolakan pasien
terhadap pengobatan, “informed-consen”, pemberhentian bantuan hidup, serta
kerahasiaan klien.

1. Adanya komite etik keperawatan

2. Adanya kriteria masalah etik

3. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik

4. Adanya program pembinaan etik profesi keperawatan.

23
Kriteri proses

1. Praktek perawat berpedoman pada kode etik.

2. Perawat menjaga kerahasiaan klien.

3. Perawat bertindak sebagai advokat klien.

4. Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa menghakimi” (non-judgement),


tanpa diskriminasi

5. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi, martabat dan hak-hak


klien.

6. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk membantu menetapkan


keputusan etik.

Standar VI: Kolaborasi

Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak terkait serta tim multi
disiplin kesehatan dalam memberikan keperawatan klien. Kerumitan dalam
pemberian asuhan membutuhkan pendekatan multi disiplin untuk memberikan
asuhan kepada klien. Kolaborasi multi disiplin mutlak diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan dan untuk membantu klien mencapai
kesehatan optimal. Melalui proses kolaboratif kemampuan yang khusus dari
pemberian asuhan kesehatan digunakan untuk mengkomunikasikan, merencanakan,
menyelesaikan masalah dan mengevaluasi pelayanan.

Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan terhadap klien, perawat
dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan asuhan klien dan adanya
jadwal pertemuan berkala, serta tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan
klien dalam pengambilan keputusan tim.

Kriteria proses

1. Perawat berkonsultasi dengan profesi lain dalam kebutuhan untuk memberikan


asuhan yang optimal bagi klien.

2. Perawat mengkonsultasikan pengetahuan dan keterampilan keperawatan


sehingga sejawat dapat mengintergrasikannya dalam asuhan klien.

3. Perawat melibatkan klien dalam tim multidisiplin

24
4. Perawat berfungsi sebagai advokat klien

5. Perawat berkolaborasi dengan tim multi disiplin dalam program pengajaran,


supervisi dan upaya-upaya penelitian.

6. Perawat mengaku dan menghormati sejawat dan kontribusi mereka.

Standar VII: Riset

Perawat menggunakan hasil riset dalam praktek keperawatan. Perawat sebagai


profesional mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pendekatan baru
dalam praktek keperawatan melalui riset. Tersedianya kebijakan institusi tentang
riset, pedoman riset, kesempatan bagi perawat untuk melakukan  dan atau
berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan dan peluang serta fasilitas untuk
menggunakan hasil riset.

Kriteria Proses

1. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait praktek yang memerlukan


riset

2. Perawat menggunakan hasil riset yang dapat dipertanggung jawabkan dalam


upaya investigasi.

3. Perawat melaksanakan riset.

4. Perawat menggunakan hasil riset

5. Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melndungi manusia sebagai subjek.

6. Perawat mengembangkan, mengimplementaskan dan mengevaluasi telaah riset


sesuai tingkat pendidikan.

7. Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.

Standar VIII: Pemanfaatan Sumber-Sumber

Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan keamanan, efektifitas


dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan klien. Pelayanan keperawatan
menuntut upaya untuk merancang pogram pelayanan keperawatan yang lebih efektif
dan efisien. Perawat berpartisipasi dalam menggali dan memanfaatkan sumber-
sumber bagi klien. Tersedianya kebijakan  ukuran produktif yang digunakan

25
dipelayanan keperawatan dan unit keperawatan,tersediannya sumber dana sesuai
dengan anggaran yang disetujui. Tersedianya standar kinerja  yang jelas dan
mekanisme penyelesaian konflik, sistem informasi manajemen yang digunakan oleh
berbagai tingkat manajerial keperawatan, untuk menerima, mengatur, menganalisa
dan menyampaikan serta menyimpan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan pelaksanaan keperawatan, mengatur tenaga keperawatan,
mengarahkan kegiatan keperawatan, dan evaluasi keluaran keperawatan.

Kriteria Proses

1. Perawat mengelola menyiapkan dan menatalaksanaan program anggran unit

2. Perawat bertanggung jawab untuk mendistribusikan sumber daya yang tersedia


dengan cara yang paling efektif dan tidak boros.

3. Perawat mengontrol penggunaan sebagaian besar dari sumber daya institusi yang
menjadi tanggung jawab keperawatan.

4. Perawat menganalisa laporan bulanan anggaran untuk mengevaluasi pola


pengeluaran dan dapat menyesuaikan penggunaannya pada situasi berubah.

5. Perawat pengelola menyesuaikan jumlah beban kerja unit dengan setiap tenaga
kerja purna waktu.

6. Menetapkan tugas pokok dan  fungsi keperawatan dengan tepat (menyusun


jejaring yang mendukung kesejawatan bagi perawat dan menanggapi dengan
tepat semua keluhan dan konflik perawat dengan sejawat, ketidak serasian
keluarga dengan jadual kerja, ketidak adilan penugasan kerja dan kurang
memadai orientasi kerja).

7. Perawat bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan alat-alt yang berfungsi


baik.

8. Perawat bertangguang jawab menjamin K3 institusi/unit keperawatan.

2.6. Interprofessional Education dan Interprofessional Collaboration

Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002)


menyebutkan bahwa Interprofessional Education atau IPE terjadi ketika dua atau
lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan

26
mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al.,
2009).

IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan
dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal,
kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi
(Clifton et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers
(2009) praktek kolaborasi antar profesi didefinisikan sebagai beragam profesi yang
bekerja bersama sebagai suatu tim yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesehatan pasien/klien dengan saling mengerti tujuh batasan yang ada pada masing-
masing profesi kesehatan.

Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam mengembangkan dan


mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi, pasien/klien/
keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan.

Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai
profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara
efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada
mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini
dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan
dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).

World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang


dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil
bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi
layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome

27
kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO
(2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang
dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi
layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah
kematian pasien. Framework for Action on Interprofessional Education &
Collaborative Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan
berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi:

1. Mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim;

2. Mengetahui hambatan untuk kerja sama tim;

3. Peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri;

4. Tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain;

5. Komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk


rekan, mendengarkan anggota tim;

6. Belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam
tim; dan

7. Mentransfer IPE untuk pengaturan kerja.

Hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama
dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka,
penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan. Praktek etis
meliputi pemahaman pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki
oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki
pandangan yang sama-sama sah dan penting.

Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai
kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan
yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan
kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran, 2010).

Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu:

1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas.

28
2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan
perawatan dan pengobatan pasien.

3. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau


perawatan pasien.

4. Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain.

5. Memfasilitasi pertemuan interprofessional.

6. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.

American College of Clinical Pharmacy atau ACCP (2009) membagi kompetensi


untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, orientasi tim,
dan kemampuan tim. Pengaruh persepsi pada interprofessional education Buku
Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014) menyatakan keefektifan
komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan, dan pengetahuan.

Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi
terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar
profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi. IPE terjadi
ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (CAIPE,
2002).

Interprofessional education (IPE) adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang


diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan
kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran,
baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga
kesehatan yang profesional (ACCP, 2009). IPE adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar
berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk
menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan
hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Royal College of Nursing,
2006).

29
Beberapa definisi tersebut menggambarkan adanya pembelajaran yang terintegrasi
antar mahasiswa profesi kesehatan satu dengan yang lainnya. Manfaat IPE ke
depannya adalah terciptanya hubungan kolaboratif posistif antar profesi kesehatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perawat merupakan kekuatan awal terbesar yang dimilki oleh dunia keperawatan saat
ini. Mereka memilki kesempatan dan kekuatan untuk melakukan perbaikan,
mengingat masih banyak nya kesempatan yang dimiliki. Hal ini diwujudkan dalam
sebuah revolusi secara signifikan dan menyeluruh dalam berbagai aspek dalam dunia
keperawatan. Sehingga pada akhirnya akan tercipta profesi keperawatan yang
profesional, dihargai, dan memberikan manfaat banyak bagi negeri tercinta ini.

Kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan


hampir selalu dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut sebagai
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satu definisi menyatakan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi
pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh
pasiennya.

3.2. Saran

30
Kemajuan dunia keperawatan tidak akan pernah terlepas dari kontribusi mahasiswa
keperawatannya. Seiring dengan kompleksitas yang ada, maka bukan saatnya
mahasiswa mementingkan dirinya sendiri, melainkan mampu memberikan
sumbangsih pada orang lain. Bangsa ini sesungguhnya membutuhkan orang-orang
yang mampu menciptakan sebuah perubahan terutama dari kalangan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi, Salemba


Medika, Jakarta.

Potter dan Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi terjemahan, EGC,
Jakarta.

https://www.dictio.id/t/apa-saja-hak-dan-kewajiban-perawat/13812/2

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2014-keperawatan

31

Anda mungkin juga menyukai