Anda di halaman 1dari 112

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN

RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST STROKE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
BUKITTINGGI 2020

SKRIPSI

DONA ANDRIANI
161012114201003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
2020
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN
RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST STROKE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
BUKITTINGGI 2020

SKRIPSI

Diajukan Keprogram Studi S-1 Keperawatan IKes Prima Nusantara


Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarejana Keperawatan

DONA ANDRIANI
161012114201003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik IKes Prima Nusantara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dona Andriani

NIM : 161012114201003

Program Studi : S1 Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada IKes


Prima Nusantara Bukittinggi Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya saya yang berjudul: “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Motivasi Dalam Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi 2020. Beserta perangkat
yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non ekslusif ini IKes Prima
Nusantara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa
meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bukittinggi

PadaTanggal :

Yang menyatakan,

(DonaAndrian)
P
ERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pelaksanaan


Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020

Nama : Dona Andriani

Nim : 161012114201003

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns.Elfira Husna.M,Kep (…………………………)

Penguji I : Ns. Hariet Rinanci, M.Kep (…………………………)

Penguji II : Ns.Vera Kurnia,M.Kep (…………………………)

Ditetapkan : Bukitinggi

Tanggal : …………………

Mengetahui

Dekan Fakultas

(Ns.Rima Berlian P, S.Kep,.M.Kep.,Sp.Kep. Kom)


RIWAYAT HIDUP

FotoWarn

Nama : Dona Andriani


Tempat/tanggal Lahir : Rimbo Bujang, 10 Oktober 1996
Alamat : Jl. Patimura, Kel.Wirotho Agung, Kec.Rimbo Bujang,
Kab. Tebo, Kota. Jambi
NIM : 161012114201003
Status Keluarga : Anak
Alamat instansi : Jl.Kusuma Bhakti No.99 Gulai Bancah- Bukittinggi
Email : Donaandriani35@gmail.com
No. Hp : 0851-5544-0270

Nama Orang Tua


Ayah : Mursal
Ibu : Murni

Riwayat Pendidikan
1. SD : 2010 (S D N 8 2 W i r o t h o A g u n g )
2. SMP : 2013 (SMPN 3 Wirotho Agung)
3. SMA : 2016 (SMK N 2 Wirotho Agung)
4. PerguruanTinggi/akademi : 2020 (Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (Rom) Pada Pasien

Poststroke Diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun

2020”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesiakan proposal skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Yth. Ibu Ns. Elfira Husna,

M.Kep, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Seterusnya ucapan terimakasih

penulis kepada :

1. Ibu Dr.Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed selaku Rektor IKes Prima

Nusantara Bukittinggi.

2. Bapak Ayu Nurdian. M.Keb, selaku Wakil Rektor I IKes Prima Nusantara

Bukittinggi.

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Wakil Rektor II IKes Prima

Nusantara Bukittinggi.

4. Ibu Ns. Rima Berlian Putri,S.Kep, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku Dekan

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat IKes Prima

Nusantara Bukittinggi.
5. Ibu Ns. Elfira Husna, M.Kep selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

IKes Prima Nusantara Bukittinggi.

6. Ibu Ns. Vera Kurnia, M.Kep selaku Dosen Koordinator Skripsi Program

studi IKes Prima Nusantara Bukittinggi

7. Ibu Ns. Hariet Rinanci, M.Kep selaku penguji I dan Ibu Ns. Vera Kurnia,

M.Kep selaku penguji II.

8. Para staf dosen yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu.

9. Bapak/Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini

10. Keluarga besar Ikes Prima Nusantara Bukittinggi

11. Kepada para responden peneliti yang bersedia berpartisipasi pada

penelitian ini.

12. Orang tua tercinta, Ibu/ Bapak dan adik beserta keluarga yang telah

memberikan dukungan do'a, materil dan perhatian yang tidak terhingga.

13. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka dan duka

menjalani pendidikan ini.

Penulis menya0Gdari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi perbaikan proposal skripsi ini dimasa yang akan

datang. Mudah-mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan juga bagi

tenaga kesehatan

Bukittinggi,September, 2020

(Dona Andriani)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
DAN KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PRIMA
NUSANTARA BUKITTINGGI

DONA ANDRIYANI
161012114201003

SKIRPISI, NOVEMBER 2020


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI DALAM
PELAKSANAAN RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST
STROKE DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
BUKITTINGGI 2020.

ABSTRAK
Stroke merupakan sebuah gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena
tersumbatnya pembuluh darah oleh gumpalan darah dan stroke merupakan
penyebab utama kematian ketiga yang paling sering terjadi setelah penyakit
jantung. Melihat banyaknya kasus kematian yang disebabkan oleh stroke, maka
oleh sebab itu ada salah satu cara rehabilitas yang bisa diikuti oleh pasien stroke
ialah terapi ROM (Range of motion), agar ROM terlaksana dengan baik
membutuhkan dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pelaksanaan Range of Motion
(ROM) pada pasien post stroke diwilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad
Bukittinggi 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional penelitian ini
dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Rasihmah Ahmad. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 58 orang. Hasil penelitian ini menunjukan lebih dari
separoh responden memiliki dukungan keluarga baik yaitu 36 (62,1%) dan lebih
dari separoh responden memiliki motivasi kuat yaitu 36 (62,1%). Dengan hasil
analisa Chi-Square didapatkan nilai p=0,004,OR = 6,125 artinya ada hubungan
yang bermakna antara dukungan keluarga dengan motivasi dalam pelaksanaan
range of motion (rom) pada pasien post stroke diwilayah kerja puskesmas rasimah
ahmad bukittinggi 2020. Dimana p-value <alpha maka H0 ditolak Ha diterima.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan peneliti ini sehingga
bermanfaat bagi masyarakat maupun bagi instansi pendidikan khususnya
keperawatan komunitas.

Kata Kunci : Stroke, Dukungan keluarga, Motivasi, Pelaksanaan ROM


STUDY PROGRAM OF S1 NURSING FACULTY OF NURSING AND
PUBLIC HEALTH PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI INSTITUTE OF
HEALTH

DONA ANDRIYANI
161012114201003

SKIRPISI, NOVEMBLER 2020


RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH MOTIVATION IN
IMPLEMENTING THE RANGE OF MOTION (ROM) IN POST STROKE
PATIENTS IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS RASIMAH
AHMAD BUKITTINGGI 2020.
ABSTRACK

Stroke is a disruption of blood supply to the brain, usually due to blockage of a


blood vessel by a blood clot and stroke is the third most common cause of death
after heart disease. Seeing the number of cases of death caused by stroke,
therefore there is one way of rehabilitation that can be followed by stroke patients
is ROM (Range of Motion) therapy, so that ROM is carried out properly and
requires family support. The purpose of this study was to determine the
relationship between family support and motivation to implement Range of
Motion (ROM) in post-stroke patients in the work area of the Rasimah Ahmad
Bukittinggi Public Health Center 2020. The research method used was
quantitative with a correlational research design with a cross-sectional approach.
Rasihmah Ahmad Health Center. The sample in this study were 58 people. The
results of this study showed that more than half of the respondents had good
family support, namely 36 (62.1%) and more than half of the respondents had
strong motivation, namely 36 (62.1%). With the results of the Chi-Square
analysis, the value of p = 0.004, OR = 6.125 means that there is a significant
relationship between family support and motivation in implementing the range of
motion (ROM) in post stroke patients in the work area of the Rasimah Ahmad
Bukittinggi Community Health Center 2020. Where the p-value < alpha then H0
is rejected Ha is accepted. For further researchers, it is hoped that this researcher
can develop so that it is beneficial for the community and for educational
institutions, especially community nursing.

Keywords: Stroke, Family Support, Motivation, Implementation of ROM


DAFTAR ISI

HALAMAN .........................................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
PERNYATAAN PENGESAHAAN...................................................................iii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH.............................v
KATA PENGANTAR .........................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
DAFTAR SEKEMA..………………………………………………………….xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
A. Stroke........................................................................................................8
B. Rangen Of Motion (ROM).......................................................................21
C. Dukungan Keluarga..................................................................................25
D. Motivasi ................................................................................................... 30
E. Efikasi Diri.................................................................................................33
F. Kerangka Teori...........................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL............................................................
A. Kerangka Konsep.....................................................................................41
B. Definisi Operasional.................................................................................42
C. Hipotesis...................................................................................................43
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................
A. Desain Penelitian......................................................................................44
B. Populasi Dan Sampel................................................................................44
C. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................46
D. Etika Penelitian.........................................................................................46
E. Alat Pengumpulan Data............................................................................48
F. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................49
G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................49
H. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................................50

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................


A. Hasil Peneltian ..........................................................................................53
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................
A. Analisa Univariat ......................................................................................57
B. Analisa Bivariat.........................................................................................61
BAB VII PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................64
B. Saran..........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN…………………………………………………………………
DAFTAR TABEL
NoTabel Halaman
2.1 Perbedaan Pendarahan Intra Serebral dan Perdarahan Subarakhanoid…..13
3.1 Defenisi Operasional……………………………………………………..42
5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Pasien Post Stroke……..54
5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden Pasien Post Stroke….………….55
5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan
ROM…………………………………………………………………………56
5.4 Distribusi Frekuensi Motivasi Pelaksanaan ROM………………………57
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan ROM pada
Pasien Post Stroke……………………………………………………………58
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Lampiran 1 Ghant Chart……………………………………………
2. Lampiran 2 Permohonan Jadi Resaponden………………...............
3. Lampiran 3 Info Concent…………………………………………..
4. Lampiran 4 Kisi- kisi Kuesioner…………………………………..
5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian………………………………….
6. Lampiran 6 Master Table …………………………………………
7. Lampiran 7 Output Spss…………………………………………..
8. Lampiran 8 Surat Izin Melakukan Penelitian……………………
9. Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Kesbangpol…………………….
10. Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan…………….
11. Lampiran 11 LembarKonsultasi……………………………........
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori………………………………………..44


Skema 3.1 Kerangka Konsep……………………………………..45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya

karena tersumbatnya pembuluh darah oleh gumpalan darah. sehingga

kurangnya kebutuhan oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan pada

jaringan otak (WHO,2014). Stroke adalah kerusakan fungsi saraf akibat

kelainan vaskuler yang berlangsung lebih dari 24 jam atau kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga

mengakibatkan penghentian suplai darah ke otak, kehilangan sementara atau

permanen gerakan, berfiikir, memori, bicara atau sensasi (Nurlela

Mufida,2019).

Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling

sering setelah penyakut kardivaskuler di Amerika Serikat (WHO,2016).

Angka kematian mencapai 160.000 per tahun dan biaya langsung sebesar 27

miliyar dolar AS setahun, insiden bervariasi 1,5-4 per 1000 populasi. Stroke

merupakan penyebab utama kecacatan. Data beberapa rumah sakit besar di

indonesia menunjukan jumlah pasien stroke meningkat, diperkirakan hampir

50% ranjang bangsal pasien saraf diisi oleh penderita stroke, yang didominasi

oleh pasien dengan usia lebih dari 40 tahun (Handayani,2013). Studi

Framingham juga menyatakan, insiden stroke berulang dalam kurun waktu 4

tahun pada pria 42% dan wanita 24 % (Nurlela Mufida, 2019).

1
2

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia

(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita

stroke di indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia jumlah yang

disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan

kelima pada usia 15-59 tahun. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS)

pada tahun 2018 menunjukan peningkatan jumlah penderita stroke menjadi 12,1 per

1.000 penduduk, dan angka kematian stroke diindonesia menjadi 21,1 persen (Nurlela

Mufida ,2019).

Di indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah

yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per

1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk)

(Riskesdes,2016). Sumatra Barat merupakan provinsi di indonesia dengan prevalensi

penyakit tidak menular yang cukup tinggi. Di Sumatra Barat Stroke 10,9% (Riskesdes,

2018). Bukittinggi pada tahun 2018 merupakan kota dengan prevalensi penyakit tidak

menular yang cukup tinggi. Dengan Stroke dengan prevelensi 7,4%, (Kemenkes RI

Rikerkesda Provinsi Sumatra Barat, 2018).

Salah satu cara rehabilisasi yang bisa diikuti oleh pasien Stroke ialah dengan

mengikuti pelaksanaan terapi ROM ( range of motion). ROM adalah kemampuan gerak

yang bisa dilakukan oleh seseorang secara maksimal. Merupakan ruang gerak atau batas

-batasan gerakan dari kontraksi otot dalam ketika melakukan gerakan (Brunner &

suddart, 2013). Jenis mobilisasi atau rentang gerak yang dilakukan di bagi menjadi dua,

yaitu ROM aktif dan pasif. Range of Motion (ROM) aktif adalah latihan yang diakukan

untuk mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan pesendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan

tonus dan gerakan yang dilakukan pasien secara mandiri, dan dapat meningkatkan

2
3

motivasi klien dalam ROM aktif, hal ini dikarenakan semakin dekat hubungan keluarga

misalnya, suami/istri, anak, saudara akan menimbulkan semangata tersendiri bagi klien

untuk melakukan latihan Rom aktif, sedangkan Range of Motion (ROM) pasif adalah

pergerakan yang di lakukan pasein dengan membutuhkan bantuan orang lain baik itu

bantuan perawat anggota keluarga pasien (Lukman dan ningsih, 2012). Pasien Stroke

sangat membutuhkan motivasi dalam diri pasien untuk melakukan latihan ROM dengan

rutin, pasien membutuhkan dukungan dan perhatian khusus dari keluarga hal ini

dikarenakan terjadinya kelumpuhan otot pada angota badan atau wajah sebelah yang di

sebut dengan hemiparesis yang timbul secara mendadak setelah terjadi serangan Stroke

(Brunner & suddart, 2013), (Dwiyanti Purbasari,2020).

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi motivasi pada penderita stroke untuk

mau melakukan latihan, motivasi juga berpengaruh besar dalam upaya peningkatan

kekuatan otot. Dukungan keluarga harus diberikan secara terus menerus kepada pasien

karena pemulihan stroke merupakan proses yang sulit dan memerlukan waktu yang lama.

Anggota keluarga membutuhkan waktu untuk merawat penderita stroke rata-rata sekitar

3,4 jam sehari dan selalu bersama penderita stroke dengan kegiatan yang dilakukan yaitu

mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian dan dibutuhkan waktu 10,8 jam sehari

untuk tugas mengawasi penderita stroke dengan kegiatan mengawasi saat jalan dan

makan, (Ratna, 2010).

Motivasi merupakan sebuah dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga pergerak

lainnya, yang muncul dari dalam dirinya,untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu

memberi arah dan tujuan kepada tingkah laku yang bisa kita lakukan. Merupakan

merupakan motif tersendiri dalam melakukan berbagai kegiatan yang biasanya kita

lakukan sehari-hari (Sobur, 2010).

3
4

Motivasi Keluarga disebabkan adanya keluarga yang memberikan mendukung

anggota keluarganya yang agar melakukansuatu kegiatan atau aktivitas yang optimal

(Hasibuan, 2011). Hasil penelitian pasien pasca Stroke bermotivasi kurang, alasan

mereka ialah kurangnya dukungan dan pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara

melakukan ROM dan apa sebenarnya ROM tersebut, sehingga kebanyakan pasien Stroke

yang bermotivasi kurang ialah hanya dapat menerima keadaan yang ada. Mereka tidak

berusaha mencoba melakukan hal yang dapat menunjang penyembuhannya, terbatasnya

informasi dan penyuluhan dari tenaga kesehatan dari instansi terkait ikut adil dalam

penurunan motivasi pasien pasca Stroke untuk mendapat kesembuhan, (Dwiyanti

Purbasari, 2020).

Penelitian Surono (2013) di Puskesmas Karanganyar kabupaten pekalongan

tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi melakukan range of motion

pada pasien stroke, didapatkan mayoritaas pasien pasca stroke mempunyai dukungan

keluarga baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwiyanti Purbasari, 2020.

Mengatakan Ada hubungan Motivasi pelaksanaan latihan ROM dengan Dukungan

keluarga di Puskesmas Ciledug Kabupaten Cirebon.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada 7 puskesmas di Bukittinggi

dan terdapat Puskesmas Rasimah Ahmad dengen pasien post stroke paling tinggi,

didapatkan data pasien yang mengalami post stroke selama 3 bulan terakir 58 kasus.

Berdasarkan yang dikemukakan diatas, penelitian tertarik untuk meneliti apakah ada

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Range of Motion

(Rom) pada Pasien Post Stroke Diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi 2020.

4
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di kemukakan diatas, maka

rumusan masalahan “Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi

dalam Pelaksanaan Range of Motion (Rom) pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Tujuan untuk penelitian ini adalah ntuk mengetahui Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Range of Motion (Rom) pada Pasien

Post Stroke diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Post Stroke

diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

b. Mengetahui distribusi Frekuensi Motivasi dalam Pelaksanaan Range of Motion

(Rom) pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi 2020.

c. Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dalam

Pelaksanaan Range of Motion (Rom) pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

D. Manfaat Peneliti

1. Bagi Peneliti

Menambahkan dan memperluas pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang

keperawatan Neurologi dan mengembangkan kemampuan serta wawasan peneliti

mengenai Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dalam Pelaksanaan

5
6

Range of Motion (Rom) pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan bagi Intitusi pendidikan dalam proses belajar khusunya dalam

metode keperawatan neurologi dan memberikan sumbangan pikiran serta

penukaran pikiran yang kiranya dapat berguna sebagai informasi awal dan

pembanding atau pedoman bagi yang ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan

dukungan keluarga dengan motivasi pelaksanaan range of motion (rom) pada

pasien post stroke.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitan ini diharapkan bisa menjadi referensi bila ingin melakukan

penelitian lebih lanjut dan sebagai acuan dan data dasar untuk peneliti selanjutnya.

4. Bagi respondent

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan serta dapat memebagi

informasi dengan rekan-rekan yang lain, yang tidak dapat mengetahui.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. STROKE

1. Defenisi Stroke

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf

(dificit neurologi) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak

karena sumbatan ( Iskandar, 2011).

Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran

darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau

secara cepat dalam beberapa jam dengan gajala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah

yang tergantung (Muhammad,2012).

Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat

terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala

dan tanda sesuai bagian otak yang terkena yang dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan cacat, atau kematian (Iskandar, 2011).

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaraan

darah ke otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.

2. Klasifikasi Stroke

Secara garis besarnya stroke dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu stroke

perdarahan (hemoragik) dan stroke nonperdarahan atau stroke iskemik atau infark

karenasumbatan.

7
8

a. Stroke perdarahan (hemaragi)

Stroke perdarahan yang disebebkan oleh perdarahan suatu arteri

serebralis yang disebut hemaragi. Darah yang keluar dari pembuluh

darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi

hematom. Hematom ini menyebabkan timbulnya tekanan tinggi

intrakranial (TIK). Keadaan tersebut terjadi pada kanan tinggi

intrakranial (TIK). Keadaan tersebut terjadi pada kanan tinggi

intrakranial (TIK). Keadaan tersebut terjadi pada perdarahan

intrakranial. Pada hemaragi darah arteri dari sistem pembuluh darah

dapat masuk ke dalam rongga subarakhnoid yang disebut perdarahan

subaraknoid sekunder, (Iskandar, 2011).

Hemoragi juga meneyebabkan kerusakan otak dengan cara darah

dan jaringan otak biasanya dipisahkan oleh sawar darah otak dan

sawar darah cairan serebrospinal. Terdapatnya darah di jaringan

saraf dapat berakibat gangguan fungsi sel yang yang berat bahkan

nekrosis sl saraf. Selain kerusakan jeringan saraf, hemoragi juga

menyebabkan gangguan aliran darah di arteri yang terkena.

Kerusakan dinding menyebabkan pembulu darah berkonstriksi dan

daerah yang disuplainya menjadi terhambat sehingga terjadi iskemik,

(Iskandar, 2011).

dibagi lagi sebagai berikut :

1) Perdarahan subarakhnoid (PSA)

a) Perdarahan subarakhnoid (PSA)


9

Perdarahan subarakhnoid adalah masuknya darah ke

ruangan subarakhnoid baik dari tempat lain, (perdarahan

subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari

rongga subarakhnoid itu sendiri (perdarahan subarakhnoid

primer).

Peneyebab yang paling sering dari SPA primer adalah

robeknya aneurisma ( 51-75%), dan sekitar 90% aneurisma

penyebab PSA berupa aneurisma sekuler kongenital, angioma

(6-20%), gangguan koagulasi (iatrogenik/obat anti koagioma

kelaian hematologik (misalnya trombositopenia, leukemia,

anemia aplastik), tumor, infeksi, (misalnya vaskulitis, sifilis,

ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik atau tidak

diketahui (25%), serta trauma kepala.

Insiden PSA di negara maju maju sebesar 10 - 15 kasus

setiap 100.000 penduduk. Kejadian stroke dengan PSA antara 8

– 10% dan insiden tertinggi pada penderita yang berumur 50-an

tahun, kejadian mati mendadak (sudden death ), karena PSA

sebesar 2% dari seluruh kasus, sebagian besar (9%) terjadi pada

umur di bawah 45 tahun.

b) Gejala klinis perdarahan subarakhnoid (PSA)

(1). Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher.

(2). Neusea dan vomiting (mual dan muntah).

(3). Fotofobia (mudah silau).


10

(4). Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan

retina pada fuduskopi.

(5). Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik).

c) Klasifikasi PSA berdasarkan Hunt & Hess

(1). Stadium 1, perdarahan aimtomatik, sakit kepala ringan,

sedikit kaku kuduk.

(2). Stadium 2, sakit kepala sedang-berat, kaku kuduk, belum

ada gangguan defisit neurologis.

(3). Stadium 3, mengantuk, defisit neurologis ringan.

(4). Stadium 4, kesadaran hilang, hemiperesis sedang-berat,

mungkin ada gangguan otonom.

(5). Stdium 5, koma, dan kejang

d) Komplikasi PSA

(1). Perdarahan ulang (rekurens).

(2). Vasospasme, penyempitan saluran pembuluh akibat

kontraksi yang terjadi pada arteri.

(3). Edama otak, cairan dari darah merembes masuk ke jaringan

disekitar otak.

(4). Hidrosefalus, terkumpulnya cairan otak dalam kepala.

2) Perdarahan intraserebral (PIS)

a) Perdarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral diakibatkan oleh pecahnya

pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluarg dari

pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak.


11

Bila perdarahan nya luas dan secara mendadak sehingga

daerah otak yang rusak cukup luas makan keadaan ini biasa

disebut ensepaloragia.

Pada perdarahan intraserebral akan terjadi peningkatan

tekanan intraserebral atauintraserebral sehingga terjadi

penekanan pada struktur otak dan pembuluh darah otak secara

menyeluruh. Kemudian hal ini akan menyebabkan penurunan

aliran darah ke otak timbul hipoksia, iskemia global, yang

kemudian di ikuti dengan inluks ion kalsium yang berlebihan

ke dalam sel saraf (neuron). Akibat lebih lanjutnya adalah

terjadinya disfungsi membran sel, dan akhirnya terjadi

kematian sel saraf sehingga timbul gejala klinis defisit

neurologis.

Penyebab PIS biaanya karena hipertensi yang

berlangsung lama lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh

darah dan salah satunya adalah terjadinya mikroaneurisma.

Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi, peningkatan

tekanan darah mendadak yang mengakibatkan pecahnya

pembuluh darah. sekitar 60% - 75% PIS disebabkan oleh

hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh

darah bawaan, tumor otak yang kaya akan pembuluh darah,

kelaianan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal,

terutama apabila perdarahannya luas (masif).


12

b) Gejala klinis

(1). Sakit kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan

kesadaran.

(2). Gangguan fungsi tubuh (defisit neurologis), tergantung

lokasi perdarahan.

(3). Bila perdarahan ke kapsul interna (perdarahan kapsuler),

maka ditemukan, hemiparase kontralateral, hemiplegia, koma

(bila perdarahan luas).

(4). Perdarahan luas/ masifke otak kecil/serebelum (perdarahan

selebeler),maka akan ditemukan ataksia serebelum (gangguan

koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus, dan

disarti.

(5). Perdarahan terjadi di PONS (batang otak).


13

Tabel

Perbedaan perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan

Subarakhnoid (PSA)

Gejala dan PIS PSA/SAH


Tanda
Kelainan / difisit Hebat Ringan
Sakit kepala Hebat Sangat hebat
Kaku kuduk Jarang Biasanya ada
Kesadarah Terganggu Terganggu
sebentar
Hipertensi Selalu ada Biasanya tak ada
Lemah sebelah Ada sejak awal Awalnya tidak
ada
Tubuh
LCS Eritrosit > 5000/ Eritrosit
mm3 >25.000/mm3
Angiografi Shift ada Shift tidak ada
CT- Scan Area putih Kadang normal

b. Stroke nonperdarahan (iskemik/infark)

Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan

terjadinya serangkain perubahan dalam otak yang terserang yang

apabila tidak ditangani dengan segera berakir dengan kematian

bagian otak tersebut. Stroke iskemik terjadi bila karena suatu sebab

suplai darah ke otak terhambat atau terhenti. Walaupun berat otak

hanya sekitar 1400 gram, namun menuntut suplai darah yang relatif

sangat besar yaitu sekitar 20% dari seluruh curah jantung.

Kegagalan dalam memasok darah akan menyebabkan gangguan

fungsi bagian otak atau yang terserang atau terjadi kematian sel

saraf (nekrosis) dan kejadian inilah yang lazimnya disebut stroke,

(Iskandar,2011).
14

1) Pembagian Stroke Iskemik

Kejadian stroke iskemik sekitar 70 -85% dari total kejadian

stroke. macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan

perjalanan.

Pertolongan berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompokkan

sebagai berikut.

a) Transient Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke sementara

yang berlangsung kurang dari 24 jam.

b) Reversible Ischemic Neurologik Deficit (RIND) : gejala

neurologis akan menghilang antara > 24 jam samapi dengan 21

hari.

c) Progressing stroke atau stroke in evolution : kelaianan atau

defisit neurologik menghilang antara lebih dari 24 jam sampai

3 minggu.

d) Stroke komplit atau completed stroke. Kelaianan neurologis

sudah lengkap menetap dan tidak berkembang lagi.

2) Bagaimana Terjadinya Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak

berkurnang karena sumbatan sehingga oksigen yang sampai

sampai ke otak juga berkurang atau tidak ada tergantung berat

ringannya aliran darah yang tersumbat. Sumbatan oleh kerak

(plak) aterosklerosis. Trombus (pecahan bekuan darah/plak),

emboli (udara, dan lemak), pada arteri otak yang bersangkutan,

merupakan sumbernya. Iskemik otak trejadi bila aliran darah ke


15

otak kurang dari 20 ml per 100 gram otak per menit. Plak

penyebab sumbatan terbentuk karena adanya proses aterosklerosis

yang diperkuat dengan hadir berbagai faktor resiko, (Iskandar,

2011).

3) Gejala Stroke Iskemik

Transient ischemic attack (TIA)atau serangan stroke sementara.

Gejalan TIA yang disebabkan terserangnya sistem karotis adalah

gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri

( amaurosis fugax), terutama bila disertai dengan :

a) Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang

sama.

b) Defisit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan

atau tungkai saja secara unilateral.

c) Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara

pemakaian kata-kata yang salah atau diubah.

Gejala TIA yang disebabkan terserangnya sistem

vertebrobasilaris sebagai berikut :

a) Vertigo, dengan atau tanpa nause dan atau muntah, terutama

bila disertai dengan diplosia, disfagi, atau disartri.

b) Mendadak tidak stabil.

c) Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral, atau bilateral.

d) Hemianopsia homonim.

e) Serangan drop atau drop attack.

3. Faktor resiko stroke


16

Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang

menbuat sesorang rentan terhadap serangan stroke, faktor resiko

stroke umuny dibagi menjadi 2 kelompok besar sebagai berikut :

a. Faktor resiko internal, yang tidaj dapat dikontrol/ diubah :

1) Umur

2) Faktor keturunan

3) Jenis kelamin

4) Ras/ suku

b. Faktor resiko eksternal, yang dapat dikotrol/ diubah :

1) Tekanan darah tinggi (hipertensi)

2) Diabetes militus

3) Transient ischemic attack (TIA) : serangan lumpuh sementara

4) Pasca stroke : mereka yang pernah terserang stroke

5) Perokok

6) Peminum alkohol

7) Aktifitas fisik rendah

8) Obesitas

9) Hiperkolestrol

4. Jenis – jenis Stroke

Stroke dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, antara lain :

a. Stroke Iskemik

Stroke iskemik sesuai namanya disebabkan oleh penyumbatan

pembuluh darah otak ( stroke non pendarahan = infark). Otak dapat

berfungsi dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancar
17

dan tidak mengalami hambatan. Hampir 85 % stroke disebabkan

oleh sumbatan oleh bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau

beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus (kotoran)

yang terlepas dari jantung atau arteri ekstermitas (arteri yang

berada diluar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan di sutu atau

beberapa arteri intrakrani (arteri yang berada di dalam tengkorak).

Ini disebut sebagai infark otak atau stroke iskemik. Pada orang

berusia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan atau penyempitan

dapat disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya arteri).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam

jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom

intraserebrum) atau ke dalam ruangan subaraknoid yaitu ruang

sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi

otak ( disebut hemoragik subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang

paling mematikan, tetapi relatif hanya menyusun sebagian kecil

dari stroke total : 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5%

untuk pendarahan subaraknoid.

Pendarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan

oleh aneurisma (arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu

penyakit.

Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis dan rapuh

adalah penyebab tersering pendarahan intraserebrum. Penyakit

semacam ini adalah hipertensi atau angiopati amiloid (di mana


18

terjadi pengedapan protein di dinding artegri-arteri kecil di otak).

Jika seseorang mengalami perdarahan intraserebrum, darah dipaksa

masuk ke dalam jaringan otak, merusak neuron sehingga bagian

otak yang terkena tidak dapat berfungsi dengan baik.

Pecahnya sebuah aneurisma merupakan penyebabkan tersering

perdarahan subaraknoid. Pada perdarahan subaraknoid, darah

didorong ke ruangan subaraknoid yang mengelilingi otak. Jaringan

otak pada awalnya tidak terpengaruh, tetapi pada tahap selanjutnya

dapat terganggu.

Kadang satu-satuannya gejala perdarahan subaraknoid adalah

nyeri kepala, tetapi jika diabaikan gejala ini dapat berakibat fatal.

Nyeri kepala khas pada perdarahan subaraknoid timbul mendadak,

parah dan tanpa sebab yang jelas. Nyeri kepala ini sering disertai

oleh muntahan, kaku leher, atau kehilangan kesadaran sementara.

5. Klasifikasi Stroke Menurut Defisit Neurologis

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang

menyebabkan timbulnya defisit neurologis akut yang berlangsung

kurang dari 24 jam. Stroke ini tidak akan meninggalkan gejala sisa

sehingga pasien tidak terlihat pernah mengalami serangan stroke.

Akan tetapi adanya TIA merupakan suatu peringatan akan serangan

stroke selanjutnya sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.


19

Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja

berlangsung lebih lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND juga

tidak meninggalkan gejala sisa.

b. Complete Stroke

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang

menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung lebih dari

24 jam. Stroke ini akan meninggalkan gejala sisa.

c. Stroke In Evolution (Progressive Stroke)

Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit ditentukan

prognosanya. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung

labil, berubah-ubah, dan dapat mengarah ke kondisi yang lebih

buruk .

6. Klasifikasi Stroke Berdasarkan Klinis

Berdasarkan status klinisnya, maka stroke dapat dikelompokan

menjadi :

a. Lacunar Syndromes (LACS)

Terjadi penyumbatan tunggal pada lubang arteri sehingga

menyebabkan area terbatas akibat infark yang disebut dengan

lacune. Istilah lacune adalah salah satu yang patologis dan akan

tetapi terdapat beberapa kasus di literatur yang memiliki korelasi

patalogi dengan klinikoradiologikal. Mayoritas lacune terjadi di

area seperti nukleus lentiform dan gejala klinisnya tidak diketahui,

terkadang terjadi kemunduran kognitif pada pasien.


20

Lacunar yang lain juga dapat mengenai kapsul internadan pons

dimana akan mempengaruhi traktus asendens dan desendens yang

menyebabkan defisit klinis yang luas. Bila diketahui lebih awal

tentang dasar pola neurovaskular, lesi tersebut dapat dikurangin

sehingga mempunyai tingkat kognitif dan fungsi visual yang lebih

tinggi. Jadi LACS memiliki defisit maksimal dari gangguan

pembuluh darah tunggal, tanpa gangguan visual, tidak ada

gangguan pada level fungsi kortikal yang lebih tinggi serta tidak

ada tanda gangguan pada batang otak.

b. Kategori Lacunar Syndromes (LACS)

1) Pure Motor Stroke (PMS)

2) Pure Sensory Stroke (PSS)

3) Homolateral ataxia and crual paresis (HACP), Dysarthria clumsy-

hand syndrome (DCHS) dan Ataxic Hemiparesis (AH)

4) Sensory Motor Stroke (SMS)

7. PENATALAKSANAAN STROKE

Perawatan terhadap penderita paska stroke harus di mulai sedini

mungkin. Keterlambatanperawatan akan menimbulkan hal yang kurang

baik dan tidak kita harapkan. Selain perawatan yang dilakukan oleh tim

medis, campur tangan dari anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap

proses pemulihan pada penderita stroke.

Penderita pasca stroke sebaiknya memperhatikan dan mengontrol

segala aktifitas dan gaya hidupnya agar terhindar dari serangan stroke

susulan yang keadaannya lebih parah. Sikap obtimis untuk menatap hari
21

esok bagi penderita pasca stroke, jika tidak diikuti dengan

terapipengobatan akansia-sia. Maka dari itu perlu dilakukan pengobatan

secara berkelanjutan.

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Dengan pelaksanaan ROM

Dengan cara mengajarkan pasien melakukan latihan ROM dan

mengedukasi keluarga pasien untuk mengajarkan pasien melakukan

Rom.

2) Mengedukasi keluarga untuk mengatur diet pasien

3) Anjurkan pasien untuk kontral tekanan darah

8. KOMPLIKASI STROKE

Komplikasi yang mungkin timbul adalah aspirasi pneumonia,

infeksi saluran kemih, dehidrasi/ gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit, trombosis vena dalam dan emboli paru,

agitasi/gelisah, depresi, kejang, dekubitus, dan gangguan lambung

(gastritis), (Iskandar,2011).

Beberapa komplikasi stroke, diantaranya :

a. Dekubitus : tidur yang terlalu lama karena lumpuh dapat

mengakibatkan lukam/lecet pada bagian tubuh yang menjadi

tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan

tumit. Luka (dekubitus) ini bila dibiarkan akan terkena infeksi.

Untuk mencegah itu, anda akan sering dipindah dan digerakan

secara teratur tidak peduli parahanya sakit anda.


22

b. Bekuan darah : bekuan darah mudah terjadi pada kaki yang

lumpuh, penumpukan cairan dan pembengkakan, embolisme paru-

paru.

c. Pneumonia : terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau

menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di

paru-paru dan selanjutnya terinfeksi, untuk mengatasi ini dokter

memberikan antibiotik.

d. Kekuatan otot dan sendi : terbaring lama akan menimbulkan

kekuatan pada otot dan sendi, untuk itulah fisioterapi dilakukan

sehingga kekuatan otot atau minimal dikurangi.

e. Stress/depresi : terjadi karena anda akan merasa tidak berdaya dan

ketakutan akan masa depan. Cobalah untuk tidak berharap terlalu

banyak pada diri sendiri pada hari-hari awal setelah serangan

stroke.

f. Nyeri pundak dan subluxation/dislokasi : keadaan pangkal bahu

yang lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot di sekitar

pundak yang mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat

ganti pakaian atau saat ditopang orang lain. Untuk itu sebaiknya

diletakkan papan atau kain untuk menahan lengan agar tidak

terkulai.

g. Pembengkakan otak.

h. Infeksi : saluran kemih, paru (pneumonia aspirasi).

i. Kardiovaskuler : gagal jantung, serangan jantung, emboli paru.

j. Gangguan proses berfikir dan ingatan : pikun (demensial).


23

B. RANGE OF MONTION (ROM)

1. Defenisi ROM

Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk

menyatakanbatas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di

gunakan sebagaidasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan

sendi abnormal(HELMI, 2012).

Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan

maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga

bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal, (potter, 2010).

2. Klasifikasi

klasifikasi rom sebagai berikut:

a. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang

mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa

latihanpada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat

melakukannyasendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat

atau keluarga.

b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh

pasientanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan.

IndikasiROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu

melakukanROM sendii dan kooperatif.


24

3. Tujuan ROM

Tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut:

a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas

ekstermitasyang sakit.

b. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.

c. Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.

d. Memudahkan kenyamanan.

4. Faktor yang memengaruhi ROM

Faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan pada anak-anak.

b. Sakit.

c. Fraktur

d. Trauma

e. Kelemahan

f. Kecacatan

g. Usia

5. Gerakan ROM

Gerakan ROM bisa di lakukan pada leher, ekstermitas atas, dan

ektermitas bawah. Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan

fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi lateral. Menurut

Lukman(2010) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstermitas atas

dan ekstermitas bawah, adalah sebagai berikut:

a. Gerakan ROM pasif

Gerakan ROM pasif antara lain


25

1) Gerakan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan.

2) Gerakan fleksi dan ekstensi siku.

3) Gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah.

4) Pronasi fleksi bahu.

5) Gerak abduksi dan adduksi bahu.

6) Rotasi bahu.

7) Fleksi dan ekstensi Jari-jari.

8) Infersi dan efersi kaki.

9) Fleksidan ekstensi pergelangan kaki.

10) Fleksi dan ekstensi lutut.

11) Rotasi pangkal paha.

b. Gerakan ROM Aktif

Adapun gerakan ROM aktif yang dilakukan adalah sebagai berikut

(Nursalam, 2012): fleksi, ekstensi, hiperektensi, rotasi, sirkumsisi,

supinasi, pronasi, abduksi, adduksi, dan oposisi.

Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah sebagai berikut :

Latihan I

1) Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke

atas.

2) Letakkan kedua tangan diatas kepala.

3) Kembalikan tangan ke posisi semula.

Latihan II

1) Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang

sehat.
26

2) Kembalikan keposisi semula.

Latihan III

1) Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke

atas.

2) Kembalikan ke posisi semula.

Latihan IV

1) Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.

2) Luruskan siku kemudian angkat ke atas.

3) Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.

Latihan V

1) Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan

yang sehat angkat ke atas dada.

2) Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar

Latihan VI

1) Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian

luruskan.

2) Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.

Latihan VII

1) Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.

2) Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat

dibawah pergelangan kaki

3) Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat,

kemudian turunkan pelan-pelan.


27

Latihan VIII

1) Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehatke atas

sekitar 3cm.

2) Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke

sisi yang satunya lagi.

3) Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.

Latihan IX

1) Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut

yang kontraktur dengan tangan yang lain.

2) Dengan tangan yang lainnya penokong memegang pinggang

pasien.

3) Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.

4) Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.

C. DUKUNGAN KELUARGA

1. Defenisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Sedangkan menurut fatmawati

(2013), anggota keluarga memanang bahwa orang yang bersifat

mendunkung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya (psycholgymania, 2012).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang
28

lain (orang tua, anak, suami, istri atau saudara), yang dekat dengan

subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu

atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi,

diperhatikan, dan dicintai (fathraannis, 2014).

2. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mempunyai peranan penting karena keluarga

bisa memberikan dorongan fisik maupun mental, keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan yaitu :

a. Bentuk dukungan keluarga

1) Dukungan Emosional

Keluarga tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, penilaian, mendengarkan,

dan didengarkan. Suatu bentuk kenyaman, perhatian ataupun

bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti baik secara

perorangan maupun kelompok.

2) Dukungan informasional

Dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga pada keluarga

yang sakit atau menginformasikan cara minum obat yang benar dan

pentingnya berobat secara teratur serta selalu mengingatkan pada

anggota keluarga yang sakit bahwa penyakit dapat disembuhkan

apabila berobat secara teratur (Angelina, 2012).

3) Dukungan penilaian
29

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi

maslah dengan mudah, (psychologymania, 2012).

4) Dukungan instrumental

Dukungan instrumen merupakan dukungan keluarga untuk

membantu secara langsung dan memberikan kenyamanana serta

kedekatan, (Angelina, 2012).

b. Fungsi dukungan keluarga

Friedman (1998) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai

berikut:

1) Fungsi afektif

Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segalasesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Adalah fungsimengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi
30

Adalah keluargaberfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan untuk mengembangkan kemampuan

individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan

yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memilki produktivitas tinggi.

Menurut UU No.tahun 1992 jo PP No.21 tahun 1994 Secara

umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

a) Fungsi keagaman

b) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan

tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

c) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-

hari kepada seluruh anggota keluarga .

d) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam

pengalaman dari ajaran agama

e) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak

tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau

masyarakat.

f) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga

beragama sebagai pondasi menju keluarga kecil bahagia

sejatera.

Fungsi budaya :
31

(1). Membina tugas–tugas keluarga sebagai lembaga

untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat

dan bangsa ingin dipertahankan.

(2). Membina tugas–tugas keluarga sebagai lembaga

untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak

sesuai.

(3). Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga

yang anggotanya dapat berprilaku yang baik sesuai

dengan norma dan bangsa Indonesia dalam mengahadapi

tantangan globalisasi.

(4). Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga

yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari

berbagai pengaruh negatif globalisasi kedua.

(5). Membina budaya keluarga sesuai, selaras dan

seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk

menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia

sejahtera. (Harnilawati, 2013).

3. Ciri-ciri dukungan keluarga

Menurut House (Smet,1994:136) setiap bentuk dukungankeluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yangdihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan

ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini


32

dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi

persoalan yang sama atau hampir sama.

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan

afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik,

dan empatik, cinta dan kepercayaan dan penghargaan.

c. Bantuan instrumental, bantuan ini bertujuan untuk mempermudah

seseorang melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-

persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan

peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan

obat-obat yang dibutuhkan.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang

diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi

sebenarnya dari penderita.(Harnilawati, 2013).

D. MOTIVASI

1. Defenisi Motivasi

Motivasi adalah dorongan hati kita untuk bisa berbuat lebih baik.

Capaian tujuan menjadi target utama. Maka, harus ada yang memotivasi

baik dari diri sendiri, teman maupun keluarga, (Kunto wibisono, 2010).

Motivasi adalah adanya motivasi akan sangat membantu individu

dalam menghadapi dn menyelesaikan masalah. Individu yang tidak

mempunyai motivasi untuk me nghadapi dan menyelesaikan masalah akan

membentuk koping yang destruktif, ( Noorkasiani, 2010).

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan


33

terdapat adanya tujuan. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Jadi motivasi dalam hal ini sebenernya merupakan respons dari suatu aksi,

yaitu tujuan.motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain,

(Sardiman,2010).

2. Jenis dan sifat motoivasi

a. Jenis Motivasi

1) Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif

dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi

biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk

berjasmani, sehingga prilakunya terpengaruh pleh insting atau

kebutuhan jasmaninya.

2) Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Menurut

beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Prilakunya tidak

hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-

faktor sosial. Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang

peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi

motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda.

b. Sifat Motivasi

1) Motivasi intrinsik
34

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap

diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsangan dari luar.

3. Teori – teori motivasi

Landy dan Becker mengelompokan banyak pendekatan mpdern

pada teori dan praktik menjadi lima kategori sebagai berikut :

a. Teori kebutuhan

Teori kebutuhan berfokus pada kebutuhan orang untuk hidup

berkecukupan. Dalam praktiknya, teori kebutuhan

berhubungan dengan apa yang dilakuakan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, motivasi

dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan

tidak ada lagi menjadi motivtor. Teori – teori yang termasuk

dalam teori kebutuhan adalah :

1) Teori hierarki kebutuhan

2) Teori ERG

3) Teori tiga macam kebutuhan

4) Teori pelaksanaan ROM pada pasien stroke

b. Teori Keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama

dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau


35

keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan

termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan

usaha yang mereka kerjakan.

c. Teori harapan

Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai

alternative tingkah laku berdasarkan harapannya (apakah ada

keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku). Teori

harapan terdiri atas dasar sebagai berikut :

1) Harapan hasil prestasi

2) Velensi

3) Harapan prestasi usaha

d. Teori Penguatan

E. Efikasi Diri (Self Efficacy)

1. Defenisi Efikasi Diri

Konsep self efficacysebenarnya adalah inti dari teori social

cognitiveyang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan

peran belajar observasional, pengalaman social, dan determinisme

timbal balik dalam pengembangan kepribadian. Menurut Bandura, 2010

self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk

melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan

kejadian dalam linkungan. Bandura juga menggambarkan Self

Efficacysebagai penentu bagaimana orangmerasa, berfikir, memotivasi

diri, dan berperilaku.


36

Efikasi diri merupakan evaluasi seseorang mengenai kemampuan

atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan,

dan mengatasi hambatan. Bandura dan Woods menjelaskan bahwa

efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk

menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang

diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi (Ghufron, 2010).

Efikasi diri merupakan keyakinan individu pada kemampuan dirinya

sendiri dalam menghadapi atau meyelesaikan suatu tugas, mencapai

tujuan, dan mengatasi hambatan untuk mencapai suatu hasil dalam

situasi tertentu, (Gist dan Mitchell, 2010).

2. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi efikasi diri, keempat faktor

ini juga merupakan sumber efikasi diri

a. Mastery Experience

Semua orang memiliki mastery experience atau penguasaan

pengalaman. Hal ini terjadi ketika seseorang mencoba untuk

melakukan suatu hal dan berhasil, sehingga dapat dikatakan ia sudah

menguasai sesuatu. Mastery experiencemerupakan jalanyang

palingefektif untuk meningkatkanefikasi diri karena seseorang akan

lebih yakin jika ia dapat melakukan sesuatu yang baru apabila hal

tersebut sejenis dengan sesuatu yang telah dapat ia lakukan.

Menguasai sesuatu hal yang baru relatif sederhana, yang diperlukan

hanyalah latihan dan membiasakannya. Efikasi diri perlu


37

dikembangkan dengan cara mencoba menyelesaikan tugas yang sulit

dan melewati kendala-kendala yang ditemui.

b. Vicarious Experience

Efikasi diri dipengaruhi oleh vicarious experience yang merupakan

observasi seseorang terhadap kesuksesan atau kegagalan orang lain

atau model yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Seseorang yang

melihat orang lainyang memiliki kesamaan dengan

dirinyamenyelesaikansesuatu dengan sukses dapat meningkatkan

efikasi dirinya.Sebaliknya apabila seseorang melihat orang lain yang

memiliki kesamaan dengan dirinya gagal maka efikasi dirinya akan

berkurang. Seberapa besar dampak vicarious experienceterhadap

efikasi diri seseorang bergantung pada seberapa mirip seseorang

dengan model dalam pemikiran seseorang. Semakin mirip seorang

model dimata seseorang dengan dirinya maka akan semakin besar

pengaruh pengalaman sukses atau pengalaman gagal model terhadap

efikasi diri seseorang.

c. Verbal Persuasion/ Social

PersuasionKetika seseorang mendapat pengaruh secara verbal

bahwa ia dapat mencapai atau menguasai suatu tugas, ia akan lebih

mungkin melakukan tugas tersebut. Dengan adanya orang lain yang

mendukung secara lisan pencapaian atau penguasaan tugas akan

membuat seseorang memiliki keyakinan yang lebih terhadap dirinya

sendiri. Sebaliknya jika ada orang lain yang berkata pada seseorang
38

bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu

akan membuat seseorang tersebut lebih mudah menyerah.

d. Somatic and Emotional State

Keadaan fisik dan emosional yang ada ketika seseorang

merenungkan sesuatu yang ia kerjakan memberi petunjuk mengenai

kemungkinan keberhasilan atau kegagalan yang akan muncul. Stres,

kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan dapat berdampak negatif

terhadap efikasi diri seseorangdan dapat menyebabkan seseorang lebih

yakin bahwa dirinya akan gagal dan ketidakmampuan untuk

menyelesaikan sesuatu.

3. Klasifikasi Efikasi Diri

Perbedaan Pola Perilaku (Behavioral Pattern) Antara Seseorang

Yang Mempunyai Efikasi Diri Tinggi Dengan Seseorang Yang

Mempunyai Efikasi Diri Rendah, (Stuart, 2014).

a. Efikasi diri tinggi

1) Aktif memilih peluang terbaik

2) Mampu mengelola situasi, menghindari atau menetralisir

hambatan

3) Menetapkan tujuan, menetapkan standard

4) Membuat rencana, persiapan dan praktek

5) Bekerja keras

6) Kreatif dalam memecahkan masalah

7) Belajar daripelajaran

8) Memvisualisasikan keberhasilan
39

9) Membatasi stress

b. Efikasi diri rendah

1) Pasif

2) Menghindari tugas yang sulit

3) Aspirasi lemah dan komitmen rendah

4) Focus pada kekuranggan pribadi

5) Tidak melupakan upaya apapun

6) Berkecil hati karena kegagalan

7) Menganggap kegagalan adalah karena kurangnya

kemampuan atau nasib buruk

4. Proses Pembentukan Efikasi Diri

Beberapa peneliti menyatakan bahwa terdapat empat proses besar

psikologis dalam proses keyakinan diri atau efikasi diri dalam

mempengaruhi fungsi manusia:

a. Cognitive Processes

Dampak efikasi diri terhadap proses kognitif seseorang berbeda

antara satu dengan yang lainnya. Sebagian besar perilaku menjadi

berubah sesuai dengan pemikiran untuk mewujudkan tujuan. Semakin

tinggi seseorang menetapkan tujuannya atau tantangannya maka akan

semakin tegas pula seseorang tersebut untuk menjaga komitmennya.

Sebagian besar aksi direncanakan terlebih dahulu dalam pikiran. Fungsi

utama dari pemikiran adalah untuk memungkinkan seseorang

memprediksi kejadian dan menentukan langkah serta mengembangkan

cara untuk mengontrol hal-hal yang mempengaruhi hidup mereka.


40

Ketika seseorang dihadapkan pada sebuah masalah yang sulit akan

timbul keraguan diri mengenai keberhasilan yang dapat dicapai dalam

pemikirannya, sehingga tujuan dan kualitas prestasi menurun.

b. Motivational Processes

Efikasi diri memerankan peran penting dalam regulasi motivasi

diri. Kebanyakan motivasi dihasilkan secara kognitif. Pikiran seseorang

memotivasi diri dan membimbing tindakan untuk mengantisipasi

sesuatu. Efikasi diri mempengaruhi pola pikir seseorang sehingga

seseorang merasa bahwa dirinya adalah orang yang sukses sehingga

seseorang akan berusaha untuk mencapai kesuksesan. Tujuan yang

menantang akan meningkatkan dan mempertahankan motivasi

seseorang.

c. Affective Processes

Efikasi diri seseorang mengenai kemampuan mengatasi masalah

mempengaruhi tingkat motivasi, stress dan depresi yang dialami dalam

menghadapi atau situasi yang sulit atau mengancam. Seseorang yang

percaya bahwa ia mampu mengatasi masalah yang ada akan merubah

pola pikirnya yang mengganggu sehingga ia menjadi lebih tangguh

dalam menghadapi permasalahan. Setelah seseorang mengembangkan

rasa tangguh yang dimiliki, seseorang dapat menahan kesulitan dan

kemalangan yang datang. Sebaliknya orang dengan kepercayaan yang

rendah terhadap kemampuan dirinya akan merasa sangat cemas dan

melihat berbagai hal sebagai bahaya. Pemikiran seperti inilah yang


41

justru akan membuat seseorang merasa sengsara dan mengalami

penurunan fungsi.

d. Selection Processes

Efikasi diri mengaktifkan kemampuan seseorang untuk

menciptakan lingkungan yang bermanfaat dan melatih kemampuan

menghadapi segala hal setiap harinya. Efikasi diri seseorang dapat

membentuk arah tujuan hidup seseorang dengan mempengaruhi jenis

aktivitas dan lingkungan yang akan dipilihnya. Seseorang pada umunya

akan menghindari aktivitas dan situasi yang ia yakini berada di luar

kemampuannya. Tetapi ia akan segera bersiap begitu menghadapi suatu

masalah dan memilih situasi yang kemungkinan dapat ditangani. Setiap

faktor yang mempengaruhi perilaku memilih seseorang akan

memberikan efek yang dalam terhadap arah pengembangan seseorang.

5. Dimensi Efikasi Diri

a. Magnitude

Dimensi ini berfokus pada tingkat kesulitan yang dihadapi

oleh seseorang. Dimensi ini memiliki keterkaitan dengan pemilihan

perilaku untuk mengatasi masalah. Seseorang akan melakukan yang

ia anggap mampu ia lakukan dan menghindari yang berada di luar

batas kemampuannya. Namun apabila seseorang memiliki efikasi

diri yang tinggi ia akan melakukan usaha untuk menyelesaikan

masalah.
42

b. Generality

Dimensi ini berfokus pada keyakinan terkait pengalaman

dari usaha yang dilakukan. Seseorang akan menggeneralisasikan

keyakinan akan keberhasilan yang akan diperolehnya tidak hanya

berdasarkan satu aktivitas tetapi juga serangkaian aktivitas dan

situasi yang ada.

c. Strenght

Dimensi ini berfokus pada keyakinan terhadap senuah

usaha atau kemampuan yang dimiliki. Keyakinan yang lemah dapat

dengan mudah digoyahkan oleh pengalaman kegagalan, sebaliknya

keyakinan yang kuat akan mendorong seseorang untuk tetap

berusaha dan bertahan. Keyakinan dalam hal ini berberan dalam

proses pengambilan keputusan, sehingga meskipun merasakan

pengalaman kegagalan, seseorang akan tetap tangguh dalam

usahanya dan optimis terhadap masa depannya.

6. Alat Ukur Efikasi Diri

Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur

efikasi diri, diantaranya adalah:

a. General Self-Efficcacy Scale

General Self-Efficacy Scale merupakan alat ukur untuk

menilai efikasi diri yang mencerminkan keyakinan diri seseorang

terhadap kemampuannya dalam mengatasi berbagai tuntutan hidup

yang sulit. General Self-Efficacy Scale merupakan skala psikometri

yang terdiri dari 10 item yang dikembangkan oleh Matthias


43

Yerussalem dan Ralf Schwarzer pada tahun 1981 di Jerman. setiap

item dalam alat ukur memiliki 4 pilihan jawaban dengan rentang

nilai 1 sampai 4. Sehingga rentang skor dari seluruh item berkisar

antara 10 sampai 40, dengan skor semakin tinggi menunjukkan

efikasi diri yang lebih tinggi. General Self-Efficacy Scale telah diuji

baik validitas maupun reliabilitasnya di 28 negara dengan hasil yang

sagat reliabel, stabil dan valid. Kuesioner ini telah diterjemahkan ke

lebih dari 28 bahasa.

b. Medication Adherence Self Efficacy Scale

Medication Adherence Self-Efficacy Scale merupakan alat

ukur yang dapat dikunakan untuk mengukur dan mengevaluasi

sejauh mana kepatuhan pengobatan seseorang yang dibuat oleh

Ogedegbe G, Mancusi CA, Allegrante JP, dan Charlson ME.

Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyan. Kuesioner ini telah

diujicobakan kepada pasien Afrika Amerika dengan hipertensi.

c. Daily Living Self-Efficacy Scale

Daily Living Self-Efficacy Scale merupakan alat ukur yang

dapat digunakan untuk mengukur efikasi diri baik dalam fungsi

psikososial dan aktivitas sehari-hari pada penderita stroke terlepas

dari tingkat gangguan fisik yang dialami oleh pasien. Kuesioner ini

telah diuji coba dengan jumlah sampe 424 responden di Australia.

Kuesioner ini terdiri dari 12 item yang terdiri dari dua sub yaitu

efikasi diri untuk fungsi psikososial dan efikasi diri untuk fungsi

aktivitas sehari-hari.
44

F. KERANGKA TEORI
Penyebab stroke
1. Umur
2. Faktor keturunan
3. Jenis kelamin
4. Peminum alkohol
5. Perokok
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dengan pelaksanaan ROM
Stroke 2) Mengedukasi keluarga untuk
mengatur diet pada pasien
3) Anjurkan pasien untuk kontral
tekanan darah.

Motivasi Penatalaksanaan
ROM
1. Motivasi Primer
2. Motivasi Skunder

Keterangan :
Dukungan Keluarga
Diteliti : 1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Informasi
Tidak diteliti : 3. Dukungan Penilaian
4. Dukungan
Instrumental

Efikasi Diri
1. Efikasi diri tinggi
2. Efikasi diri rendah

Sumber : Iskandar, 2010. Intan, 2018. Fatmawati, 2013, Stuart, 2014.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep ialah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Oleh karena

itu, konsep tidak dapat ukur, maka konsep tersebut di jabarkan kedalam

variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan di ukur

(Notoatmodjo,2012).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Range of Motion (ROM)

pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad

Bukitinggi 2020. Adapun variabel indenpendennya adalah Dukungan

Keluarga. Untuk melihat Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi

Pelaksanaan Range of Motion (ROM) pada Pasien Post Stroke, maka

disusunlah kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Indenpenden Variabel Dependen


Dukungan Keluarga Motivasi ROM pada
pasien stroke

Skema 3.1

Kerangka Konsep

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MOTIVASi PELAKSANAAN

RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST STROKE

45
46

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012).

Tabel 3.2

Definisi Operasional

N Variabel Defenisi Alat Cara Hasil Skala


O Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
1 Independen : Dukungan Kuesioner Ceklis 1 Baik ≥ Ordinal
Dukungan yang 126
Keluarga diberikan Menggunak
keluarga an skala a 2 Kurang
dalam bentuk Likert : <126
dukungan 1. Tidak
penilaian, pernah
dukungan 2. Kadang-
instrumental kadang
dukungan 3. Sering
informasional 4. Selalu
,dan
dukungan
emosional,

2 Dependen : Dorongan Kuesioner Mengisi 1 Kuat ≥ Ordinal


Motivasi untuk Lembar 54
Pelaksanaan membangkitk Observasi
ROM an semangat 2 Lemah <
untuk Menggunak 54
melakukan an skala a
Range Of Likert :
Motion 1. Tidak
(ROM) pernah
2. Kadang-
kadang
3. Sering
4. Selalu
47

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

(Notoatmojo,2012). Berdasarkan tujuan dan kerangka konsep penelitian yang

telah dirumuskan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan Range

of Motion (Rom) pada Pasien Post Stroke diwilayah Kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal, beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akulasi suatu hasil. Dapat di gunakan peneliti sebagai petunjuk

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013). Jenis penelitian ini

adalah kuantitatif dengan desain penelitian korelasional dengan pendekatan

cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukur atau

observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat

(point time approach), artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dengan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek

pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).

B. Populasi dan sample

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

keluarga dengan pasien post stroke diwilayah kerja puskesmas Rasimah

Ahmad Bukittinggi tahun 2020 yang diteliti selama 3 bulan terakir

terdapat 58 kasus.

48
49

b. Sample penelitian

Sample adalah objek yang diteliti dan anggapan mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2012). Pengambilan sample ini menggunakan

metode Total Sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan

sample dimana jumlah sample sama dengan populasi, (Sugiyono,2010).

Sample dalam penelitian ini di ambil dari total populasi seluruh

pasien yang ada diwilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi tahun 2020 yang diteliti selama 3 bulan terakir dengan

sampel 58 kasus dengan menggunakan total sampling.

Adapun kritria yang sample yaitu :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sample

(Notoatmodjo,2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Keluarga yang bersedia menjadi responden

b. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan post stroke

diwilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad tahun 2020

c. Keluarga yang memiliki anggota keluarga post stroke yang

mengalami hambatan fisik

2. Kriteria ekslusi
50

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sample (Notoatmodjo, 2012)

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan post stroke yang

mengalami komplikasi

b. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan post stroke yang

sekian kali kunjungan tidak dilibatkan

C. Waktu dan tempat penelitian

a. Waktu penelitian :

Penelitian ini telah di lakukan pada bulan Oktober 2020.

b. Tempat Penelitian :

Penelitian ini telah dilakukan pada pasien diwilayah kerja puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi tahun 2020.

D. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat

di bedakan menjadi 3 bagian yaitu :

a. Prinsip manfaat

1) Bebas dari pendaritaan

Penelitian harus dilaksanakan tampa mengakibatkan penderitaan

kepada responden, khususnya jika menggunakan tindakan khusus

2) Bebas dari eksploitasi partispasi responden dalam penelitian, harus

dihindari dari keadaan yang tidak menguntungkan. Responden harus

diyakinkan bahwa partispasinya dalam penelitian atau informasi yang


51

telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan responden dalam bentuk apapun.

3) Risiko (Benefist Ratio)

Peneliti harus hati-hati dalam mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada responden pada setiap

tindakan(Nursalam,2013).

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity)

1) Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden(Right To Self

Determination)

2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang di berikan (Right

To Full Disclosure).

3) Informed Consent

Responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartispasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2013).

c. Prinsip keadilan (Right To Justice)

1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (Right In Fair

Treatment) respon harus diperlakukan secara adil sebelum dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

2) Hak dijaga kerahasiaannya (Right To Privacy)


52

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus di rahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (Anonymity) dan

rahasia (Confidentialy) (Nursalam, 2013).

E. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan

menggunakan instrumen penelitian. Adapun teknik mengumpulkan data yang

digunakan adalah kuesioner. Kuesionar adalah alat ukur berupa angket

dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam

kuesioner mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan

kuesioner ini mengacu pada premeter yang telah dibuat oleh penelitian sesuai

dengan penilaian yang telah dilakukan.

a. Bentuk kuesioner yang diberikan pertama adalah petunjuk pengisian

kuesioner sebelum responden menjawab pertanyaan- pertanyaan

yang diberikan.

b. Bentuk yang ke dua Observasi adalah tentang motivasi pelaksanaan

range of motion (rom) pada pasien post stroke.

c. Bentuk yang ke tiga yaitu identitas pasien, no responden, nama

responden, usia, jenis kelamin, pekeraan dan alamat.

d. Bentuk yang ke empat adalah kuesioner dukungan keluarga yang

terdiri 34 pertanyaan dengan menggunakan skala a Likert :

1 = Tidak pernah

2 = Kadang- Kadang

3 = Sering

4 = Selalu
53

(Eki Rusmayanti, 2017)

e. Bentuk ke lima adalah kuesioner motivasi pelaksanaan ROM yang

terdiri 15 pertanyaan dengan menggunakan skala a Likert : :

1 = Tidak Pernah

2 = Kadang-Kadang

3 = Sering

4 = Selalu

(Diadopsi dari Marisa, 2020)

F. Prosedur pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian hubungan dukungan keluarga

dengan motivasi dalam pelaksanaan range of motion (rom) pada pasien

post stroke.

a. Data Primer

Data primer di dapatkan menggunakan kuesioner yang diberikan

kepada responden di wilayah puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi.

b. Data Sekunder

Data sekunder di didapatkan dari Medical Record, yang meliputi

jumlah pasien yang ada pada 7 puskesmas wilayah bukittinggi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dimulai dengan melakukan pengajuan judul

kepada koordinator skripsi, setelah di setujui oleh koordinator kemudian


54

melakukan pengajuan judul kepada lembaga penelitian dan pengabdian

Masyarakat (LPPM) IKES Prima Nusantara kemudian meminta surat izin

dari LPPM melakukan survei awal atau penelitian, selanjutnya memberikan

surat tersebut kepada pemerintahan Kota Bukittinggi yaitu Kantor Kesatuan

Bangsa Dan Politik (KESBANGPOL). Surat Setelah disetujui pihak

KESBANGPOL. Selanjutnya memberikan surat tersebut kepada pihak

puskesmas yang bahwasanya peneliti akan melakukan survei awal penelitian

tentang hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pelaksanaan range of

motion (rom) pada pasien post stroke diwilayah kerja puskesmas Rasimah

Ahmad Bukittinggi tahun 2020.

Setelah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Bukittinggi untuk

melakukan survei awal, maka peneliti melakukan survei awal di 7 Puskesmas

Bukitinggi. Dan meminta data jumlah pasien yang datang di puskesmas

selama tahun 2019,2020 kebagian medical record, selanjutnya melakukan

pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang akan diteliti.

H. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Cara Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo, 2012 setelah data terkumpul, selanjutnya data

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Hasil dari pengisian kuesioner dan lembar observasi.


55

1) Coding

Coding yaitu mengklarifikasi hasil dari pengisian kuesioner mengenai

dukungan keluarga dan observasi wawancara terpimpin motivasi

pelaksanaan range of motion pasien stroke :

(a). Dukungan Keluarga

1 Baik ≥ 126

2 Kurang <126

( Eki Rusmayanti, 2017).

(b). Motivasi Pelaksanaa Range Of Motion

1. Kuat ≥ 54

2. Lemah < 54

(Diadopsi dari Marisa, 2020)

2) Tabulating

Hasil pemerikasaan dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program komputer.

Dalam proses ini dituntut ketelitian dalam melakukan data entry.

3) cleaning

Pada tahap akhir dari pengolahan data yaitu membersihkan kembali

terhadap ketetapan didalam memasukkan data ke master tabel

(Notoatmodjo,2012).

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Variabel independen penelitian ini adalah Dukungan Keluarga

dengan variabel dependen adalah Motivasi Pelaksanaan Range Of


56

Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke Diwilayah Kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukitinggi 2020.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini untuk mengetahui kemaknaan Hubungan Motivasi

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke

Diwilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukitinggi 2020. Uji

statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Uji ini digunakan

untuk melihat ada atau melihat atau tidaknya hubungan proposi yang

bermakna antara distribusi frekuensi Motivasi Pelaksanaan Range Of

Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke p value ≤ 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna (Ho ditolak), jika p value > 0,05 maka

secara statistik disebut tidak bermakna berarti tidak ada hubungan

yang bermakna (Ho diterima


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi

Pelaksanaan Rang of Motion (ROM) pada Pasien Post Stroke telah dilakukan

pada tanggal 05 Oktober – 17 Oktober 2020 dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020. Teknik yang digunakan

dalam pengambilan sample adalah Total Sampling. Dengan jumlah responden

58 responden. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desien penelitian

korelasional dengan pendekatan cross-sectionaladalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukur atau observasi data variable independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat (point time approach), artinya setiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dengan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan,

(Notoarmodjo, 2012).

Data yang sudah terkumpul dilakukan pengolahan data menggunakan

komputerisasi untuk mengatahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada

pasien post stroke , untuk mengetahui distribusi frekuensi motivasi

pelaksanan Rangeof Motion (ROM) pada pasien post stroke dan untuk

mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pelaksanaan

Range of Motion (ROM) pada pasien post stroke diwilayah kerja puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. Hasien penelitian terdapat dua variable

57
58

yaitu Dukukungan Keluarga dan Motivasi ROM pada pasien post stroke

dapat disajikan dalam bentuk analisa univariat dan analisan brivariat.

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 5.1

Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Post


Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukitinggi 2020

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Precentace (%)


Laki-Laki 33 56,9%
Perempuan 25 43,1%
Total 58 100%

b. Umur

Tabel 5.2

Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Pasien Post


Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukitinggi 2020

Umur Frekuensi (f) Precentace (%)


38 1 1,7%
39 1 1,7%
40 3 5,2%
41 1 1,7%
43 2 3,4%
44 2 3,4%
45 1 1,7%
46 1 1,7%
47 2 3,4%
48 4 6,9%
49 3 5,2%
50 3 5,2%
51 2 3,4%
52 3 5,2%
53 2 3,4%
54 4 6,9%
55 4 6,9%
56 4 6,9%
58 3 5,2%
59

59 2 3,4%
60 2 3,4%
62 2 3,4%
63 2 3,4%
64 1 1,7%
65 2 3,4%
66 1 1,7%
Total 58 100%

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dari setiap variable. Pada penelitian ini analisis univariat yaitu

untuk mengetahui distribusi Dukungan Keluarga dan motivasi pelaksaan

Rang of Motion ( ROM) pada pasien post stroke diwilayah kerja

puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. Distribusi frekuensi

masing-masing variable dapat dilihat pada table berikut ini :

a. Dukungan Keluarga

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga denganMotivasi Pelaksanaan
Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke

Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Precentace (%)


Baik 36 62,1%
Kurang 22 37,9%
Total 58 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahuibahwa dari 58 responden,

didapatkan hasil lebih dari sebagian yaitu 36 responden (62,1%) yang telah

menyatakan Dukungan Keluarga Baik.


60

b. Motivasi Pelaksanaan Range of Motion (ROM)


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM)
Pada Pasien Post Stroke

Motivasi Pelaksanaan Frekuensi (f) Precentace (%)


Range Of Motion
(ROM)
Kuat 36 62,1%
Lemah 22 37,9%
Total 58 100%

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 58

responden, didapatkan hasil lebih dari sebagian 36 responden (62,1%)

memiliki motivasi Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion Kuat.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

independen dan dependen. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji

statistik chi square dengan tingkat kepercayaan (CI) 95%, apabila nilai p

value diperoleh kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh yang bermakna.

Pengaruh yang akan dicari adalah pembelajaran e-learning dan motivasi

belajar.
61

Tabel 5.5
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan Range Of
Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke Diwilayah Puskesmas Rasimah
Ahmad Bukittinggi 2020.

Motivasi Pelaksanaan
Range Of Motion (ROM)
Dukungan Kuat Lemah Total OR p-
Keluarga value
N % N % N % 5,056 0,012
Baik 28 77,8 8 22,2 36 100
Kurang 8 36,4 14 63,6 22 100
Total 36 62,1 22 37,9 58 100

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan dukungan keluarga baik yang

memiliki Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Kuat sebanyak

28 (77,8%), dan dukungan keluarga kurang baik yang memiliki Motivasi

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Kurang sebanyak 8 (36,4%). Hasil

uji statistic diperoleh nilai p-value = 0,004 maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan bermakna antara Dukungan Keluarga dengan

Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM)Pada Pasien Post Stroke

Diwilayah Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. Hasil ini juga

didukung oleh nilai OR (or rasio) = 6,125 artinya Responden yang

memiliki Dukungan Keluarga yang Baik mempunyai Peluang 6,125 kali

memiliki Motivasi Pelaksanaan ROM Kuat Pada Pasien Post Stroke di

Wilayah Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020.


59
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Dukungan Keluarga

Berdasarkan tabel 5.1 Dapat diketahui lebih dari separoh responden

memberikan Dukungan Keluarga Baik yaitu 36 (62,1%). dan keluarga yang

memiliki dukungan kurang sebanyak 22 (37,9%) pada Pasien post Stroke.

Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit. Sedangkan menurut fatmawati (2013), anggota keluarga

memanang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Marisa &

Purbasari (2020).Dimana dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi

Pelaksanaan Latihan ROM Pada Pasien Stroke Berdasarkan Dukungan

Keluarga di Puskesmas Ciledug Kabupaten Cirebon,dimana keluarga yang

memiliki Dukungan Baik sebanyak 30 (40%), Cukup sebanyak 28 (37,3%),

Kurang sebanyak 17 (22,7%) dari 75 responden.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melva

(2019) yang berjudul Dukungan Keluarga dengan Motivasi dalam Melakukan

ROM Pada Pasien Pasca Stroke di RSU HKBP Balige Kabupaten Toba

Samosir, didapatkan lebih dari separoh responden keluarga mendukung Pasien

62
63

dalam melakukan ROM sebanyak 13 (76,5) dan tidak mendukung sebanyak 4

(23,5%) dari 17 responden.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Mufida (2019) yang berjudul Pengaru Pengetahuan dengan Dukungan

Keluarga dalam Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada Klien Post Stroke

di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara Barat Kecamatan Mutiara Kabupaten

Pidie, dimana lebih dari separoh responden memiliki dukungan yang baik

dalam melaksanakan ROM yaitu sebanyak 17 (53,1%) dan keluarga yang

memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 15 (46,9 %) dari jumlah

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orang

tua, anak, suami, istri atau saudara), yang dekat dengan subjek dimana bentuk

dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat

menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan, dan dicintai (fathraannis,

2014).

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi motivasi pada penderita

stroke untuk mau melakukan latihan, motivasi juga berpengaruh besar dalam

upayapeningkatan kekuatan otot. Dukungan keluarga harus diberikan secara

terus menerus kepada pasien karena pemulihan stroke merupakan proses yang

sulit danmemerlukan waktu yang lama. Anggota keluarga membutuhkan

waktu untuk merawat penderita stroke rata-rata sekitar 3,4 jam sehari dan

selalu bersama penderita stroke dengan kegiatan yang dilakukan yaitu

mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian dan dibutuhkan waktu 10,8jam


64

sehari untuk tugas mengawasi penderita stroke dengan kegiatan mengawasi

saat jalan dan makan, (Ratna, 2010).

Menurut asumsi peneliti dukungan dan motivasi keluarga sangaat di

perlukan oleh pasien stroke terutama memberikan dukungan informasi maupun

dukungan berupa materi agar pasien cepat sehat dan kembali normal. Pasien

yang selalu di berikan motivasi dan dukungan akan lebih cepat sembuh dari

pada pasien yang tidak diberikan motivasi dan dukungan oleh sebab itu

motivasi dan dukungan keluarga sanggat di perlukan oleh pasien post stroke

2. Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM)

Berdasarkan tabel 5.1 Dapat diketahui lebih dari separoh responden

memiliki Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion Kuat yaitu 36 (62,1%) dan

Motivasi Lemah kurang dari separoh responden memiliki motivasi lemah yaitu

22 (37,9%).Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk

menyatakanbatas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan

sebagaidasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi

abnormal(HELMI, 2012).Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah

pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga

bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal, (potter, 2010).

Penelitian ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nuryanti

(2016) yang berjudul Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Motivasi

Melakukan ROM pada Pasien Pasca Stroke, dimana didapatkan lebih dari

separoh responden memiliki Motivasi Lemah sebanyak 40 (66,7%) dan Kuat

sebanyak 20 (33,3%) dari 60 responden. dalam penelitian Arif Filantif (2015)


65

dimana hasil penelitian ini menunjukan terjadi peningkatan luas gerak

sendi pinggul sebesar (fleksi 3,920, ekstensi 1,680, abduksi 4,370, adduksi 3,670)

sementara sendi lutut (fleksi kiri 3,920, fleksi kanan 4,580,) dan kemampuan

gerak motorik meningkat sebesar 12,68 detik

Motivasi merupakan sebuah dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga

pergerak lainnya, yang muncul dari dalam dirinya,untuk melakukan sesuatu.

Motivasi dorongan hati kita untuk bisa berbuat lebih baik, capaian tujuan

menjadi target utama, maka ada yang memotivasi baik dari diri sendiri, teman

maupun keluarga, (Noorkasiani, 2010).

Motivasi adalah mendorong adanya keingan serta kebutuhan pada diri

individu untuk mampu memenuhinya apa yang diharapkan. Upaya latihan

yang dilakukan dengan melaksanakan gerak atau ROM pada pasien pasca

stroke akan tercapai apabila keluarga dan idividu termotivasi untuk

melakukan upaya dalam mencapai kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi,

dengan tujuan individu akan mengalami adanya peningkatan, sehingga

individu mampu menyelesaikan atau mencari solusi untuk memecahkan

masalah, (Tamher, 2010).

Menurut asumsi peneliti keluarga responden yang memiliki Motivasi

kurang dalam pelaksanaan ROM dikarenakan keluarga kurang mengetahui

tentang ROM dan tidak ada keluraga yang dilatih oleh perawat dalam

melakukan ROM kepada pasien sehingga pasien tidak ada dilakukan tindakan

ROM, sedang Tindakan ROM sanggat diperlukan agar keadaan pasien cepat

pulih kembali.
66

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan Range

Of Motion (ROM)

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan dukungan keluarga baik yang

memiliki Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Kuat sebanyak 28

(77,8%), dan dukungan keluarga kurang baik yang memiliki Motivasi

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Kurang sebanyak 8 (22,2%). Hasil uji

statistic diperoleh nilai p-value = 0,004 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan bermakna antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan

Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke Diwilayah Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. Hasil ini juga didukung oleh nilai OR (or

rasio) = 6,125 artinya Responden yang memiliki Dukungan Keluarga yang

Baik mempunyai Peluang 6,125 kali memiliki Motivasi Pelaksanaan ROM

Kuat Pada Pasien Post Stroke di Wilayah Puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi Tahun 2020.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orang

tua, anak, suami, istri atau saudara), yang dekat dengan subjek dimana bentuk

dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat

menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan, dan dicintai (fathraannis,

2014).

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi motivasi pada penderita

stroke untuk mau melakukan latihan, motivasi juga berpengaruh besar dalam
67

upayapeningkatan kekuatan otot. Dukungan keluarga harus diberikan secara

terus menerus kepada pasien karena pemulihan stroke merupakan proses yang

sulit danmemerlukan waktu yang lama. Anggota keluarga membutuhkan

waktu untuk merawat penderita stroke rata-rata sekitar 3,4 jam sehari dan

selalu bersama penderita stroke dengan kegiatan yang dilakukan yaitu

mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian dan dibutuhkan waktu 10,8jam

sehari untuk tugas mengawasi penderita stroke dengan kegiatan mengawasi

saat jalan dan makan, (Ratna, 2010).

Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk

menyatakanbatas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan

sebagaidasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi

abnormal(HELMI, 2012).Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah

pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga

bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal, (potter, 2010).

Penelitian ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melva

Manurung (2017) dimana dalam penelitiannya yang berjudul Dukungan

Keluarga dengan Motivasi dalam melakukan ROM Pada pasien pasca stroke

dengan hasil Chi-Square p= 0,001 yang berarti ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan motivasi dalam melakukan pada pasien pasca stroke.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Nuryanti (2016) dimana

dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara dukungan keluarga dan

Motivasi melakukan ROM Pada Pasien Pasca Stroke dengan hasil analisa data
68

didapatkan nilai pvalue =0,002 yang berarti ada hubungan antara dukungan

keluarga dan Motivasi Melakukan ROM.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan antaraDukungan Keluarga

dengan Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post

Stroke Diwilayah Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. penyebab

keluarga yang memiliki dukungan kurang kepada pasien dikarenakan keluarga

belum dapat menerima keadaan pasien seutuhnya atau keluarga pasien sibuk

bekerja sehinga pasien tidak mendapatkan dukungan keluarga dan salah satun

faktor penyebabnya adalah tingkat pendidikan karena rata-rata pendidikan

responden adalah rendah.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitianini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, dan

penelitian ini tidak terlepas dalam keterbatasan. Dalam penelitian ini peneliti

mengalami kesulitan mencari alamat pasien, serta pasien tidak ada meninggalkan

no Hp, sehingga peneliti meminta bantuan kader, agar kader menunjukan rumah

pasien, dan sebagian pasien tidak menepati kontrak yangsudah di sepakati

dikarenakan responden memiliki kesibukan.

Penelitian ini terdapat kendalawaktu untuk mendapat surat izin meneliti

dari pihak dinas kesehatan sehingga peneliti menunggu seminggu dulu baru surat

izin meneliti keluar dari pihak dinas kesehatan


62
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan pada Tanggal 05

Oktober-17 Oktober 2020 tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Stroke di

Wilayah Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020. Maka dapat di simpulkan

sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh responden 36 (62,1%) di wilayah kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020 memiliki dukungan Keluarga

Baik

2. Lebih dari separoh responden 36 (62,1%) di wilayah kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020 memiliki Motivasi Pelaksanaan

Range Of Motion Kuat.

3. Ada Hubungan yang bermakna antar Dukungan Keluarga dengan Motivasi

Pelaksanaan Range Of Motion Pada Pasien Post Stroke di Wilayah

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020 (p=0,004)

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini membantu peneliti untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dengan Motivasi

69
70

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Sroke di wilayah

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pada institusi pendidikan penelitian ini dapat menjadi bahan

acuan untuk melakukan atau melaksanakan pengabdian masyarakat

tentang pemberian edukasai hubungan dukungan keluarga dengan

Motivasi Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Sroke di

wilayah Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.

3. Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan kepada pihak Puskesmas agar memberikan promkes tentang

hubungan dukungan keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan Range Of

Motion (ROM) Pada Pasien Post Sroke di wilayah Puskesmas Rasimah

Ahmad Bukittinggi 2020.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil peenelitian ini di harapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti

selanjutnya dan mengembangkan penelitian ini sehingga bermanfaat bagi

kita semua dan bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mengunakan variabel

yang berbeda seperti Faktor-faktor dukungan keluarga dengan Motivasi

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Sroke di wilayah

Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi 2020.


60
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori Proses Dan Praktik

Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Amelia, Reski. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Stroke Berulang

Diwilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi.Jurnal skripsi.

Purbasari, Dwiyanti. 2010. Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Melakukan ROM

Pada Pasien Pasca Stroke Di poliklinik syaraf RSU Balage.Nursing Jurnal.

Junaidi Iskandar, 2011. STROKE Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.

Jumaidar, 2010. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Keluarga Terhadap

Perawatan Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Syaraf RUSP Dr. M.Djamil Padang

(penelitian). Padang : FKM Unad :2010, Jurnal skripsi.

Manarung, Melva . 2017. Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Melakukan ROM

Pada Pasien Pasca Stroke. Di RSU HKBP Balige Kabupaten Toba Samosir.

Nusing Jurnal.

Marissa, dkk. 2020. Motivasi Pelaksanaan Latihan ROM pada Pasien Stroke Berdasarkan

Dukungan Keluarga Di Puskesmas Ciledug Kabupaten Cirebon. Jurnal Biologi.

Mufida, Nurlela. 2019. Pengaruh Pengetahuan Dengan Dukungan Keluarga Dalam

Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) Pada Klien Post Stroke Diwilayah Kerja

Puskesmas Mutiara Barat Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie. Jurnal Biologi

Education.

Nottoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rienika Cipta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

71
72

Nuryanti, Siti. 2016. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi Melakukan Rom

Pada Pasien Pasca Stroke. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim, Jl. Wolter Monginsidi.Nursing Jurnal.

Nurhayati. 2018. Pengaruh Latihan Range Of Motion(Rom) Terhadap Activity Daily

Living(Adl) Pasien Post Strokedi Desa Pitu Kecamatan Pitu Kabupaten Ngawi.

Jurnal Skripsi.

Ratna. 2012. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi Melakukan Rom Pada

Pasien Pasca Stroke Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Jurnal Skripsi.

Sari, Etika, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Tn. Sdengan Gangguan Sistempersarafan: Stroke

Non Hemoragik Di Ruang Cempaka Iii Rsud Pandan Arang Boyolali. Jurnal

Skripsi.

Sobur, 2010. Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Melakukan ROM Pada Pasien

Pasca Stroke Diruangan Neurologi. Jakarta. Nursing Jurnal.

Susanto, Tantut. 2012. Keperawatan Keluarga Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan

Keperawatan Keluarga.Jakarta : CV.Trans Info Media.

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan

Transkultural.Jakarta:EGC
Lampiran 1 GANT CHART
KEGIATAN PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI TA 2019/2020

BULAN
NO Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
1 Pengajuan judul dan pembuatan proposal
2 Ujian Proposal
3 Perbaikan Proposal
4 Pengambilan dan pengolahan data penelitian
5 Konsul hasil penelitian
6 Ujian Skripsi
7 Perbaikan Skripsi
8 Batas akhir pengumpulan hard dan soft copy

Mengetahui Bukittinggi, November 20


Pembimbing Peneliti

(Ns. Elfira Husna, S.Kep, M.Kep) (Dona Andriani)


LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Siswa / Calon Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dona Andriani

Nim : 161012114201003

Pendidikan : Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukitinggi

Dengan ini saya mohon kesediaan Siswa / untuk menjadi responden pada penelitian yang
saya laksanakan dengan judul “ Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi
Pelaksanaan Range of Motion (ROM) pada Pasien Post Stroke di Wilayah Kerja
Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi 2020 “. penelitian ini tidak akan menimbulkan
kerugian bagi Siswa/ sebagai responden.

Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
peneliti. Apabila Siswa/ menyetujui untuk menjadi responden, maka saya mohon kesediaan
Siswa/ untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pernyataan yang disertakan
bersama surat ini. Demikian saya sampaikan, atas bantuan dan kerjasama Siswa/ saya ucapkan
terimakasih.

Peneliti,

Dona Andriani
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Dengan ini saya sampaikan,bahwa saya

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti,maka saya bersedia menjadi
responden penelitian oleh Dona Andriani Mahasiswa Institut Kesehatan Prima Nusantara
Bukittinggi yang berjudul ““ Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pelaksanaan
Range of Motion (ROM) pada Pasien Post Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi 2020 “. Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah diberikan informasi
dan memutuskan berpatisipasi dalam penelitian ini.

Bukittinggi,………2020

Responden

( ……………)
KISI-KISI KUESIONER
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pelaksanaan
Range of Motion (ROM) PADA Pasien Post Stroke di
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Bukittinggi 2020
No. Variabel Item Pertanyaan No. Soal Jumla Keterangan
h
1. Dukungan Dukungan Emosional 1,2,3,4,5,6,7,8,,9,10
Keluarga , dan 11 11
Dukungan Penilaian 1,2,3,4,5,6,7,dan 8 8

Dukungan informasional
1,2,3,4,5,6, dan 7 7
Dukungan Instrumental

1,2,3,4,5,6,dan 7 7

2. Motivasi Responden pasien dalam


Pelaksanaan melaksanakan ROM
ROM seperti,
1. Menggerakan 1,2, 3, dan 5 4
tangan
2. Menggerakan 4 1
Pinggul
6,7,8,9 dan 10 5
3. Menggerakana
ektremitas bawah 11 1
4. Menggerakan
jari-jari tangan 12 1
5. Menekukan
tangan 13 1
14 1
6. Memutar tangan
15 1
7. Berpindah tempat
8. Mengulangin
gerakan
Kuesioner Motivasi Pelaksanaan Range of Motion (ROM)

A. Identitas Responden
Inisial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Tanggal Pelaksanaan :

Isilah pernyataan ini dengan tanda centang (√) pada salah satu kolom sesuai kondisi yang anda
alami.

Kategorik
N Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak
O kadang pernah
(4) (3) (2) (1)
1 Saya mengangkat tangan
yang lemah dengan bantuan
tangan yang sehat
2 Saya menggerakan lengan
yang lemah ke atas kepala
dan di kembalikan ke posisi
semula
3 Saya menggerakan tangan
dari samping sampai
lurusan bahu
4 Saya memutar pinggul
searah jarum jam
5 Saya menggerakan dan
menggegam jari-jari tangan
6 Saya menggerakan kaki
sampai batas pinggang dan
kembali kebawah
7 Saya menggerakan kaki dan
memutar telapak kaki searah
jarum jam
8 Saya menggerakan jari-jari
kaki
9 Saya menggerakan kaki
dengan menekukan jari-jari
kaki kebawah

10 Saya menggerakan jari-jari


kaki saling menjauh

11 Saya menggerakan jari-jari


tangan dengan cara
membuka dan menutup
12 Saya menggerakan tangan
dan menekukan tangan ke
arah pundak
13 Saya menggerakan tangan
dari samping dan memutar
searah jarum jam
14 Saya berpindah dari kasur
ke tempat duduk agar
menggerkan bagian yang
lemah
15 Saya mengulangi gerakan
2x dalam sehari

Keteranagan : (Diadopsi dari Marisa 2020)

1. Tidak Pernah
2. Kadang-kadang
3. Sering
4. Selalu
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

A. Identitas Responden
Inisial :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Umur :
Alamat :
Tangga Pelaksanaan :

Istilah pernyataan ini dengan tanda centang (√) pada salah stu kolom sesuai kondisi yang anda
alami.

Kadang- Tidak
N Dukungan Selalu Sering
O kadang Pernah

Dukungan Emosional
Saya memotivasi pasien stroke untuk
1 makan sendiri semampunya

Saya memotivasi pasien stroke untuk


2 melakukan aktifitas diatas kasur sendiri
sesuai kemampuannya
Saya memotivasi pasien stroke untuk
3 melakukan aktifitas dikamar mandi sendiri
sesuai kemempuannya
Saya memotivasi pasien stroke untuk
4 memakai baju sendiri sesuai
kemampuannya
Saya memotivasi pasien stroke untuk
5 melepaskan baju sendiri sesuai
kemampuannya
Saya menghibur pasien stroke ketika dia
6 tidak mampu makan dan minum sendiri

Saya menghibur pasien stroke ketika dia


7 tidak mampu pergi kekamar mandi
seorang diri
Saya menghibur pasien stroke ketika dia
8 tidak mampu melakukan aktivitas diatas
kasur seorang diri
Dukungan Informasional
Saya memberikan informasi tentang
1 penyakit pasien storke

Saya menjelaskan setiap kali pasien stroke


2 bertanya soal penyakit pasien stroke

Saya memberikan informasi hasil


3 pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat pasien stroke
Saya selalu mengingatkan pasien stroke
4 tentang perilaku-perilaku yang
memperburuk penyakit pasien stroke
Saya mengingatkan pasien stroke tentang
5 diet yang harus pasien stroke jalani

Pasien stroke tidak tahu tentang


6 perkembangan kondisi kesehatan pasien
stroke
Saya menjelaskan pada pasien stroke
7 untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makan, minum, berpakaian, melakukan
aktivitas dikamar mandi sendiri sesuai
kemampuan

Dukungan Instrumental
Setiap kali pasien stroke ingin makan
1 dan minum saya yang memberikan

Saya membantu secara penuh dalam


2 memenuhi kebutuhan mandi dan
toileting pasien stroke
Saya membantu pasien stroke untuk
3 berpakaian

Saya membantu pasien stroke pergi ke


4 kamar mandi ketika dia tidak mampu
melakukannya sendiri
Saya membentu pasien stroke berpakaian
5 ketika dia tidak mampu melakukannya
sendiri
Saya membantu pasien stroke melakukan
6 aktivitas diatas kasur ketika dia tidak
mampu melakukan sendiri
Saya membantu pasien stroke untuk
7 berpindah dari tempat tidur ke kursi

8 Saya membantu pasien stroke untuk


berpindah dari tempat tidur ke kursi
ketika dia tidak mampu melakukan
seorang diri
Saya menyuapi makan dan minum
9 untuk pasien stroke

Saya memandikan pasien stroke


10

Saya membantu pasien stroke


11 melakukan aktivitas diatas kasur

Dukungan penilaian
Saya melibatkan pasien stroke setiap
1 mengambil keputusan terutama untuk
penyakit pasien stroke
Saya tidak pernah memberikan saran
2 kepada pasien stroke

Saya memberikan saran ketika pasien


3 stroke menghadapi masalah

Saya memberikan pujian pada pasien


4 stroke setiap kali mampu makan dan
minu sendiri
Saya memberikan pujian pada pasien
5 stroke setiap kali mampu pergi ke
kamar mandi
Saya memberikan pujian pada pasien
6 stroke setiap kali mampu melakukan
aktivitas diatas kasur sendiri
Saya memberikan pujian pada pasien
7 stroke setiap kali mampu berpindah dari
kasur ke kursi mampu sebaliknya
Saya memberikan pujian pada pesien
8 stroke setiap kali mampu berpakaian
sendiri

Total
Keterangan : Sumber : Eki Rusmayanti (2017)

1 = Tidak Pernah

2 = Kadang-Kadang

3 = Sering

4 = Selalu
No Inisia Responden umur Variabel Dukungan Keluarga
Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P
1 Tn.T Laki-laki 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4
2 Tn.M Laki-laki 52 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4
3 Ny.I Perempuan 53 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4
4 Tn.B Laki-laki 49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 NY.N Perempuan 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 Ny.S Perempuan 45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 Ny.F Perempuan 46 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3
8 Ny.R Perempuan 40 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4
9 Tn.H Laki-laki 48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 Tn.R Laki-laki 52 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4
11 Ny.A Perempuan 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 Ny.J Perempuan 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 Tn.E Laki-laki 39 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 Tn.D Laki-laki 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3
15 Tn.U Laki-laki 44 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 Ny.L Perempuan 43 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 Tn.P Laki-laki 58 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 Ny.O Perempuan 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4
19 Ny.G Perempuan 44 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
20 Tn.Y Laki-laki 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 Ny.Z Perempuan 48 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3
22 Tn.K Laki-laki 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
23 Tn.H Laki-laki 55 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4
24 Ny.W Perempuan 54 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
25 Ny.B Perempuan 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 Ny.u Perempuan 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 Ny.F Perempuan 64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Frequencies
[DataSet0]

Statistics

Motivasi
Dukungan Pelaksanaan
Keluarga ROM

N Valid 58 58

Missing 0 0

Frequency Table

Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 36 62.1 62.1 62.1

Kurang 22 37.9 37.9 100.0

Total 58 100.0 100.0

Motivasi Pelaksanaan ROM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kuat 36 62.1 62.1 62.1

Lemah 22 37.9 37.9 100.0

Total 58 100.0 100.0

Pie Chart
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dukungan Keluarga *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Motivasi Pelaksanaan ROM

Dukungan Keluarga * Motivasi Pelaksanaan ROM Crosstabulation

Motivasi Pelaksanaan ROM

Kuat Lemah Total

Dukungan Keluarga Baik Count 28 8 36

% within Dukungan Keluarga 77.8% 22.2% 100.0%

Kurang Count 8 14 22

% within Dukungan Keluarga 36.4% 63.6% 100.0%


Total Count 36 22 58

% within Dukungan Keluarga 62.1% 37.9% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.948 1 .002
b
Continuity Correction 8.266 1 .004
Likelihood Ratio 10.012 1 .002
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.776 1 .002
b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.34.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan


6.125 1.899 19.760
Keluarga (Baik / Kurang)
For cohort Motivasi
2.139 1.198 3.819
Pelaksanaan ROM = Kuat
For cohort Motivasi
.349 .176 .695
Pelaksanaan ROM = Lemah
N of Valid Cases 58

Frequencies

Statistics

JK UMUR

N Valid 58 58

Missing 0 0

Pie Chart
Frequency Table
UMUR

Cumulative
JK
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Valid 38 1 1.7 1.7 1.7
Frequency Percent Valid Percent Percent
39 1 1.7 1.7 3.4
Valid Laki-laki 33 56.9 56.9 56.9
40 3 5.2 5.2 8.6
Perempuan 25 43.1 43.1 100.0
41 1 1.7 1.7 10.3
Total 58 100.0 100.0
43 2 3.4 3.4 13.8

44 2 3.4 3.4 17.2

45 1 1.7 1.7 19.0

46 1 1.7 1.7 20.7

47 2 3.4 3.4 24.1

48 4 6.9 6.9 31.0

49 3 5.2 5.2 36.2

50 3 5.2 5.2 41.4

51 2 3.4 3.4 44.8

52 3 5.2 5.2 50.0

53 2 3.4 3.4 53.4

54 4 6.9 6.9 60.3

55 4 6.9 6.9 67.2

56 4 6.9 6.9 74.1

58 3 5.2 5.2 79.3

59 2 3.4 3.4 82.8

60 2 3.4 3.4 86.2

62 2 3.4 3.4 89.7

63 2 3.4 3.4 93.1

64 1 1.7 1.7 94.8

65 2 3.4 3.4 98.3

66 1 1.7 1.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai