Anda di halaman 1dari 9

EKO-REGIONAL, Vol 1, No.

2, September 2006

PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN BAGI PENDAPATAN KELUARGA


PADA INDUSTRI TEMPE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN
KABUPATEN BANYUMAS
Oleh:
Ratna Setyawati Gunawan1) dan Barokatuminalloh2)
3
) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
4
) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

This research was aimed to analyze the economy contribution from woman workers to their family
income, and the influence of work hours, age and family burden to their income. This research was also to
find out the development strategy for woman workers in micro and small industry area, especially in Pliken
Village.
The result first, the income from woman workers give large contribution to their family income. Their
income is needed to affix their husband income. In fact, there are many woman workers who have higher
income. So it can be conclude that their income is more dominant to fulfill their family needs than their
husband income.Work hours, age and family burden have influence to the family income. Work hours and
age have positive influence, while family burden has negative influence. Work hours variable is the most
influential variable to income. The low income is caused by short work hours. It is only 2 – 3 hours a day.
It is find out also that the moulded soya bean industry is relative near with the city. It will make easier
in marketing term. But, caused of its small scale business, the business cannot get the sufficient credit
access.

Key words: economy contribution, income and small scale moulded soya bean industry

PENDAHULUAN daerah. Salah satunya yaitu industri tempe di Desa


Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten
Pembangunan manusia merupakan Banyumas.
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat Namun demikian sejumlah kajian di
atau pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu beberapa negara menurut Tim Smeru Research
kebijakan pembangunan nasional menurut (2003: 1) menunjukkan bahwa usaha mikro
Sumodiningrat (2001: 6) haruslah terangkai ke berperanan cukup besar bagi pertumbuhan
dalam tiga arah kebijakan yang saling mendukung. ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui
Kebijakan yang pertama yaitu kebijakan yang penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan
secara tidak langsung mengarah pada sasaran barang dan jasa dengan harga murah, serta
tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu,
mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kedua, usaha mikro juga merupakan salah satu komponen
kebijakan yang secara langsung mengarah pada utama pengembangan ekonomi lokal dan
peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. berpotensi meningkatkan posisi tawar (bargaining
Ketiga, kebijakan khusus yang mencakup upaya- position) perempuan dalam keluarga.
upaya khusus pemberdayaan masyarakat dan Kegiatan usaha mikro dan usaha kecil tidak
penanggulangan kemiskinan yang langsung lepas dari peran kaum perempuan. Menurut
menjangkau masyarakat miskin. Sumampouw (dalam Smeru, 2003: 1) usaha mikro
Pembangunan daerah merupakan suatu banyak diminati oleh perempuan dengan
proses dimana pemerintah daerah dan pertimbangan bahwa usaha ini dapat menopang
masyarakatnya mengelola sumber daya–sumber kehidupan rumah tangga dan dapat memenuhi
daya yang ada dan membentuk suatu pola kebutuhan pengembangan diri. Meskipun sulit
kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk memisahkan peran perempuan dan laki laki
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan dalam usaha mikro dan belum ada angka pasti
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi mengenai tingkat keterlibatan perempuan dalam
dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999: 108). usaha mikro, porsi perempuan dalam usaha mikro
Usaha yang dapat dilakukan adalah memberikan dan kecil sekitar 40 persen.
dukungan pada industri-industri mikro dan kecil Berdasarkan latar belakang di atas, dapat
yang banyak diusahakan oleh masyarakat di dipahami bahwa perempuan berperan dalam

99
Peningkatan Peran Perempuan..... (Ratna S, Barokatuminalloh)

menunjang perekonomian keluarga. Oleh karena e = error term


itu, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: c. Untuk mengetahui variabel yang paling
1. Bagaimana sumbangan ekonomi tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan tenaga
perempuan terhadap pendapatan keluarga? kerja perempuan digunakan alat analisa
2. Seberapa besar pengaruh variabel jam kerja, sebagai berikut (Pindick dan Rubienfield, 1991:
umur dan beban tanggungan keluarga 86):
terhadap pendapatan tenaga kerja Xj
perempuan? Ej = bj
3. Variabel manakah yang mempunyai pengaruh Y
paling besar terhadap pendapatan tenaga kerja Keterangan:
perempuan? Ej = elastisitas ke-j
4. Bagaimanakah strategi pembinaan tenaga kerja X j = rata-rata Xj
perempuan dalam industri mikro dan kecil?
Y = rata-rata Y
METODE ANALISIS bj = koefisien regresi parsial
j = 1,2,3
1. Sumber Data Dimana:
a. Sumber pengumpulan data X = variabel independen (variabel jam kerja,
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu umur dan beban tanggungan keluarga)
data yang diperoleh dari responden secara Y = Variabel dependen (variabel pendapatan
langsung, baik melalui kuesioner maupun tenaga kerja perempuan)
wawancara. 1 = jam kerja
b. Metode pengambilan sampel 2 = umur
Menurut Suparmoko (1999: 54) apabila sama 3 = beban tanggungan keluarga
sekali tidak ada informasi tentang besarnya e. Untuk mencari strategi pembinaan tenaga kerja
variance atau populasi secara pasti, cara perempuan dalam industri mikro dan kecil
penentuan sampel cukup dilakukan dengan akan dilakukan dengan menggunakan analisis
mengambil persentase tertentu yaitu 5 persen, SWOT yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan
10 persen atau 50 persen. Oleh karena itu, (strength), kelemahan (weakness), peluang
dengan jumlah populasi sekitar 600 orang maka (oppotunity) dan ancaman (threat) dari industri
sampel diambil dengan menggunakan tempe yang ada di Desa Pliken Kecamatan
persentase 10 persen yaitu 60 orang. Kembaran Kabupaten Banyumas.
Responden ditetapkan sebanyak 60 orang
dengan sasaran para pekerja perempuan. 3. .Definisi Operasional
Variabel-variabel yang akan digunakan
2. Metode Analisis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sumbangan ekonomi a. Jam kerja merupakan banyaknya jam kerja ibu
tenaga kerja perempuan terhadap pendapatan rumah tangga di indusri tempe dalam satu
keluarga dilakukan dengan menggunakan bulan atan jumlah waktu efektif tenaga kerja
analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan perempuan benar-benar melakukan pekerjaan
tabel. Data dalam tabel diperoleh dengan di industri kecil tempe.
proses tabulasi. b. Umur merupakan jumlah usia sampai pada saat
b. Untuk mengetahui pengaruh variabel jam kerja, penelitian ini dilakukan.
umur dan beban tanggungan keluarga c. Beban tanggungan merupakan jumlah orang
terhadap pendapatan tenaga kerja perempuan yang ikut menjadi tanggungan tenaga kerja
dilakukan dengan menggunakan regresi linier perempuan, seperti anak, orang tua, ataupun
berganda (multi linier regression) dengan keluarga lainnya.
persamaan sebagai berikut (Supranto, 1989: d. Pendapatan merupakan jumlah uang yang
181): diterima tenaga kerja perempuan sebagai balas
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e jasa atas tenaga yang sudah diberikan.
Keterangan: Pendapatan diukur dari besar upah yang
Y = pendapatan tenaga kerja perempuan diterima perempuan sebagai buruh atau tenaga
(output) kerja dalam satu bulan.
X1 = jam kerja (jam)
X2 = umur (tahun) HASIL ANALISIS
X3 = beban tanggungan keluarga (orang)
a = konstanta 1. Sumbangan Ekonomi Tenaga Kerja
b1 = koefisien jam kerja Perempuan terhadap Pendapatan Keluarga
b2 = koefisien umur Salah satu faktor pendorong perempuan
b3 = koefisien beban tanggungan keluarga bekerja adalah faktor ekonomi yaitu dikarenakan

100
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.2, September 2006

oleh pendapatan suami yang rendah, keinginan Dari tabel 12.1 dapat diketahui bahwa
untuk memperbaiki taraf hidup dan untuk pendapatan tenaga kerja perempuan relatif
membiayai anak-anak. Menurut penelitian yang dominan dalam perekonomian keluarga bahkan
dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (dalam sebanyak 22 orang atau 36,67 persen dapat
Tarmizi dan Siwar, 2002: 60), diketahui bahwa dikatakan pendapatan mereka lebih dominan dari
pendapatan suami yang rendah merupakan faktor pendapatan suami. Hal ini disebabkan karena
utama yang mendorong isteri untuk bekerja, pendapatan yang diperoleh suami juga rendah
terutama bagi wanita dari keluarga miskin. (rata-rata berada pada kisaran Rp 300.000,-
Hasil penelitian yang dilakukan oleh PBB sampai dengan Rp 400.000,- per bulan). Sebagian
sama dengan hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil besar pekerjaan dari suami responden adalah
penelitian diketahui bahwa pendapatan tenaga sebagai buruh batu bata, yang upah hariannya
kerja perempuan sangat berarti di dalam juga rendah.
menambah atau bahkan sebagai penyumbang Dari hasil wawancara juga diperoleh hasil
terbesar pendapatan keluarga. Temuan ini bahwa yang bertanggung jawab terhadap
menunjukkan bahwa peranan isteri demikian ekonomi keluarga adalah suami dan isteri. Para
penting, mereka akan mengurangi waktu suami berpendapat bahwa apabila isteri tidak ikut
istirahatnya untuk bekerja di luar rumah. Besarnya bekerja akan terjadi penurunan pendapatan
perbandingan antara pendapatan istri dan suami sebesar 50 persen dan para isteri juga menyatakan
dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan besarnya bahwa mereka menyumbang terhadap ekonomi
sumbangan pendapatan tenaga kerja perempuan keluarga sebesar 50 persen.
terhadap pendapatan keluarga dapat dilihat pada Persepsi suami dan pendapat istri
tabel 12.1. merupakan kenyataan bahwa peranan isteri dalam
pemberdayaan ekonomi keluarga tidak dapat
Tabel 12.1. Sumbangan Pendapatan Tenaga diremehkan dan peranannya besar.
Kerja Perempuan terhadap Pendapatan
Keluarga 2. Pengaruh Jam Kerja, Umur dan Jumlah
Tanggungan terhadap Pendapatan Tenaga
Skala Jumlah Kerja Perempuan di Industri Tempe Pliken
Sumbangan Orang Persen Sebelum digunakan untuk prediksi maka
<10% 3 5,00 koefisien hasil estimasi model harus diuji
stabilitasnya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
10-19% 3 5,00
apakah koefisien hasil estimasi bersifat stabil atau
20-29% 3 5,00 tidak sepanjang periode pengamatan. Apabila
30-39% 7 11,67 bersifat stabil maka model tersebut dapat
40-49% 4 6,67 digunakan untuk peramalan, sedangkan apabila
50-59% 4 6,67 tidak stabil maka model tersebut tidak dapat
60-69% 4 6,67 digunakan untuk peramalan. Uji ini dilakukan
70-79% 4 6,67 dengan menggunakan uji CUSUM. Hasilnya
80-89% 4 6,67 adalah sebagai mana pada gambar 12.1. Dari
90-99% 2 3,33 gambar ini dapat dikatakan bahwa koefisien hasil
>100% 22 36,67 estimasi stabil sepanjang periode pengamatan
karena garis yang menunjukkan kestabilan masih
60 100,00
berada di dalam batas.

30

20

10

-10

-20

-30
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

CUSUM 5% Significance

Gambar 12.1. Hasil Uji CUSUM

101
Peningkatan Peran Perempuan..... (Ratna S, Barokatuminalloh)

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dihasilkan. Mereka rata-rata bekerja hanya pada
dilakukan, diperoleh koefisien determinasi saat pekerjaan rumah tangga di rumah sudah
berganda (R2) sebesar 0,64; sedangkan koefisien selesai dikerjakan sehingga dalam bekerja tidak
korelasi (R) sebesar 0,80. Parameter a sebesar - optimal. Apabila jam kerja dapat ditambah maka
986513,9; parameter b1 sebesar 8186,109; output yang dihasilkan juga akan bertambah, yang
parameter b2 sebesar 19029,85 dan parameter b3 selanjutnya akan menambah pendapatan. Namun,
sebesar -79969,69. kebanyakan tenaga kerja perempuan yang menjadi
Parameter koefisien regresi yang bertanda responden menyatakan bahwa mereka sudah
positif (+) berarti setiap perubahan suatu variabel cukup puas dengan hasil yang didapat sekarang,
independen, dimana variabel independen lainnya dengan alasan pekerjaan yang mereka lakukan
tetap (tidak mengalami perubahan) menyebabkan tidak membutuhkan banyak waktu dan mereka
terjadinya perubahan pada variabel dependen yang merasa bahwa pekerjaan mereka hanya sebagai
searah dengan perubahan variabel independen tambahan pendapatan bagi keluarga. Walaupun
tersebut. Sebaliknya, parameter koefisien regresi pada kenyataannya pendapatan suami juga masih
yang bertanda negatif (-) berarti setiap perubahan rendah yaitu rata-rata Rp 300.000,- sampai Rp
suatu variabel independen, dimana variabel 500.000,- sebulan. Sikap menerima membuat para
independen lainnya tetap (tidak mengalami tenaga kerja perempuan ini menjadi pasrah pada
perubahan) menyebabkan terjadinya perubahan keadaan sehingga tidak peduli pada besarnya
pada variabel dependen yang tidak searah pendapatan yang diperoleh.
(berbanding terbalik) dengan perubahan variabel Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
independen tersebut. yang dilakukan oleh Yuliana (2001: 91) yaitu
Hasil regresi linear berganda dapat dilihat variabel besarnya upah berpengaruh positif
pada tabel berikut ini: terhadap jam kerja tenaga kerja perempuan di
sektor pertanian. Semakin besar waktu yang
Tabel 12.2. Hasil Regresi Linear Berganda dialokasikan untuk bekerja maka pendapatan yang
diterima akan semakin besar.
Variabel Koefisien Reg t-test Koefisien regresi umur atau usia tenaga
kerja perempuan sebesar 19029,85 yang berarti
Jam kerja 8186,109 8,77
bahwa kenaikan umur sebesar 1 satuan, dimana
Umur 19029,850 2,24
variabel independen yang lain tetap (tidak
Jmlh Tanggungan -79969,99 -1,83
mengalami perubahan) akan menyebabkan
Konstanta = -986513,9 F-statistik= 33,14
meningkatnya pendapatan sebesar 19029,85. Ini
AdjR2 = 0,64 R = 0,8
berarti bahwa usia berpengaruh positif terhadap
pendapatan. Umur dari hasil perhitungan
Berdasarkan pengolahan data diperoleh
berpengaruh secara signifikan terhadap
persamaan regresi estimasi sebagai berikut:
pendapatan yang diperoleh tenaga kerja
perempuan dengan a = 5%.
Ŷ = -986513,9 + 8186,109X1 + 19029,85X2 - 79969,69X3
Usia tenaga kerja perempuan yang menjadi
responden berada dalam rentang usia 15 sampai
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa koefisien 60 tahun, namun sebagian besar berusia 30-an
regresi dari jam kerja sebesar 8186,109 yang berarti tahun. Walaupun dari regresi maupun secara teori
bahwa kenaikan jam kerja sebesar 1 satuan, diperoleh hasil bahwa semakin tua usia, sejalan
dimana variabel independen yang lain tetap (tidak dengan bertambahnya pengalaman kerja, maka
mengalami perubahan) akan menyebabkan akan meningkatkan produktivitas. Peningkatan
meningkatnya pendapatan sebesar 8186,109. Ini produktivitas ini selanjutnya akan meningkatkan
berarti bahwa jam kerja berpengaruh positif pendapatan. Namun, sebenarnya usia di dalam
terhadap pendapatan. Bertambahnya jam kerja industri tempe ini tidak terlalu berpengaruh karena
akan menyebabkan naiknya pendapatan. Jam kerja sebagian besar pekerjaan responden adalah
dari hasil perhitungan berpengaruh secara sebagai pembungkus tempe sehingga tidak terlalu
signifikan terhadap pendapatan yang diperoleh diperlukan pengalaman. Apalagi pendidikan para
tenaga kerja perempuan dengan a = 5%. tenaga kerja ini juga masih rendah yaitu sebagian
Jam kerja di industri rumah tangga tempe besar hanya tamat sekolah dasar.
Pliken relatif masih rendah sehingga pendapatan Koefisien regresi jumlah tanggungan
yang diperoleh juga rendah. Rata-rata jam kerja sebesar -79969,69 yang berarti bahwa kenaikan
para tenaga kerja tersebut adalah 3 - 4 jam sehari, jumlah tanggungan sebesar 1 satuan, dimana
bahkan bagi tenaga kerja yang bertugas sebagai variabel independen yang lain tetap (tidak
pembungkus tempe hanya bekerja dalam rentang mengalami perubahan) akan menyebabkan
waktu 1 – 2 jam sehari, dengan upah per hari menurunnya pendapatan sebesar -79969,69. Ini
hanya sekitar Rp 2.000,- sampai Rp 3.000,- atau berarti bahwa jumlah tanggungan berpengaruh
tergantung pada banyaknya bungkusan yang negatif terhadap pendapatan. Semakin besar

102
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.2, September 2006

beban tanggungan berarti pendapatan yang Tabel 3. Nilai Elastisitas Masing-masing


diterima menurun. Jumlah tanggungan dari hasil Variabel Independen
perhitungan tidak berpengaruh secara signifikan Variabel Independen Nilai Elastisitas
terhadap pendapatan yang diperoleh tenaga kerja
Jam kerja 2,23
perempuan pada nilai a = 5% tetapi signifikan Umur 1,38
pada nilai a = 10%. Jumlah tanggungan -0,4
Sebagian besar responden mempunyai
jumlah beban tanggungan 1 – 5 orang di rumah
Variabel jam kerja mempunyai nilai elastisitas
tangganya yang meliputi anak, orang tua maupun
sebesar 2,23 berarti bahwa perubahan jam kerja
saudara. Semakin besar jumlah tanggungan akan
sebesar 1 persen mengakibatkan perubahan
menurunkan pendapatan karena jam bekerja
pendapatan sebesar 2,23 persen. Variabel umur
mengurus rumah tangga akan semakin besar yang
mempunyai nilai elastisitas sebesar 1,38 berarti
pada akhirnya akan mempersempit jam kerja di luar
bahwa perubahan umur sebesar 1 persen
rumah. Selain itu tenaga pekerja perempuan ini
mengakibatkan perubahan pendapatan sebesar
juga sudah habis untuk mengurus rumah tangga
1,38 persen.
sehingga produktivitas mereka tidak bisa optimal
Variabel jumlah tanggungan mempunyai
dalam bekerja. Hal ini terlihat dari sedikitnya jam
nilai elastisitas sebesar -0,4 berarti bahwa
kerja sebagian besar responden, seperti sudah
perubahan jumlah tanggungan sebesar 1 persen
dikemukaan dimuka.
mengakibatkan perubahan pendapatan sebesar
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana
0,4 persen. Tanda negatif menunjukkan apabila
(2001: 91) lebih spesifik mengurai definisi jumlah
terjadi kenaikan jumlah tanggungan akan
tanggungan yaitu dengan menggunakan jumlah
mengakibatkan penurunan pendapatan.
anak perempuan dewasa (usia 15 tahun ke atas)
Dari tabel 12.3, dapat diketahui bahwa
yang dimiliki. Penelitiannya menghasilkan bahwa
variabel jam kerja mempunyai nilai elastisitas yang
jumlah anak perempuan dewasa berpengaruh
lebih besar daripada nilai elastisitas variabel umur
positif terhadap alokasi waktu bekerja perempuan
dan jumlah tanggungan. Dengan demikian berarti
di sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh anak
bahwa jam kerja merupakan variabel yang paling
perempuan dapat menggantikan ibu untuk
berpengaruh terhadap pendapatan tenaga kerja
melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah
perempuan di industri tempe Pliken.
sehingga waktu ibu dapat digunakan untuk bekerja
di luar rumah.
Nilai R2 sebesar 0,64 berarti bahwa variabel 3. Analisa SWOT
jam kerja, umur dan jumlah tanggungan dapat a. SWOT pada Faktor Lingkungan Sosial
menjelaskan perubahan yang ada pada variabel Ekonomi
pendapatan sebesar 64 persen dan sisanya sebesar Kekuatan
36 persen dijelaskan oleh variabel independen lain i. Akses jarak yang dekat dengan wilayah
di luar model. Besarnya korelasi atau keeratan perkotaan. Desa Pliken yang terletak cukup
hubungan antara seluruh variabel independen dekat dengan beberapa wilayah perkotaan,
dengan variabel dependen ditunjukkan oleh antara lain Purwokerto, Sokaraja mauun
besarnya nilai R. Nilai R sebesar 0,80 berarti bahwa wilayah kecamatan kota Purbalingga. Hal ini
seluruh variabel independen mempunyai hubungan memudahkan pengrajin tempe untuk
yang sangat erat dengan variabel dependen karena memasarkan produknya dekat dengan
nilai R mendekati satu. konsumen.
ii. Selain jarak yang dekat, topografi Pliken yang
3. Variabel yang Paling Berpengaruh terhadap cenderung rata tanpa wilayah perbukitan
Pendapatan Tenaga Kerja Perempuan di memudahkan akses transportasi Pliken
Industri Tempe Pliken dengan wilayah-wilayah perkotaan tersebut
Untuk mengetahui variabel yang paling iii. Frekuensi pembinaan usaha cukup sering
berpengaruh terhadap pendapatan tenaga kerja diberikan oleh dinas terkait, lembaga
perempuan digunakan uji elastisitas. Semakin besar pendidikan maupun lembaga lain,
nilai elastisitas suatu variabel independen maka diantaranya dengan penyuluhan dan sebagai
semakin besar pengaruhnya terhadap variabel lokasi Kuliah Kerja Nyata. Diharapkan
dependen. Nilai elastisitas masing-masing variabel pembinaan ini akan meningkatkan
independen dapat dilihat pada tabel 12.3. Dari ketrampilan dan diversifikasi usaha
tabel 3, dapat diketahui bahwa variabel jam kerja masyarakat, terutama pengrajin tempe.
mempunyai nilai elastisitas sebesar 2,23; variabel Kelemahan
umur mempunyai nilai elastisitas sebesar 1,38 dan i. Kurangnya bantuan permodalan dari pihak
variabel jumlah tanggungan mempunyai nilai perbankan. Jumlah pengrajin yang telah
elastisitas sebesar -0,4. memanfaatkan lembaga perantara keuangan
masih sedikit, kurang dari 5%. Kelemahan

103
Peningkatan Peran Perempuan..... (Ratna S, Barokatuminalloh)

untuk akses ke sektor perbankan turut ii. Jam kerja tenaga kerja wanita pengrajin
memberikan andil rendahnya omzet dan tempe dalam 1 bulan antara rentang 30
perluasan usaha. sampai 300 jam. Sebagian besar tenaga
ii. Pembinaan ketrampilan yang pernah kerja wanita (52%) memiliki total jam kerja
diberikan oleh lembaga dan pendidikan tinggi dalam satu bulan kurang dari 100 jam,
belum efektif. Hal ini dapat terlihat dari dengan rata-rata mean untuk total tenaga
rendahnya jumlah dan variasi produksi yang kerja wanita adalah 135 jam per bulan. Rata-
monoton serta ketidakmampuan warga rata jam kerja sehari 3,4 jam. Dilihat dari sisi
untuk mengembangkan usaha dengan lebih produktifitas, angka jam kerja ini
besar lagi. menunjukkan produktifitas kerja yang relatif
iii. Koperasi yang efisien dalam mewadahi rendah.
kebutuhan pendanaan maupun sarana iii. Rasio total penduduk berpendidikan dasar
kerjasama antar pengrajin tempe belum ada. menengah sebesar 39% dan berpendidikan
Peluang/Kesempatan tinggi 10%. Sedangkan rasio wanita
i. Adanya perhatian dari pendidikan tinggi dan berpendidikan dasar menengah 30%. Angka
lembaga atau institusi yang berminat untuk ini mencerminkan pendidikan wanita relatif
meningkatkan kemampuan usaha pengrajin lebih rendah daripada pria.
tempe Pliken. iv. Pada umumnya, tenaga kerja wanita
Strategi pengrajin tempe Pliken merupakan golongan
i. Upaya pembinaan saat ini belum cukup ekonomi lemah. Dukungan pendapatan
mampu untuk meningkatkan kemampuan keluarga dari sisi suami rendah, dimana
usaha pengrajin tempe. Pemerintah maupun sebagian besar pekerjaan suami (47%)
lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk adalah buruh.
mengupayakan metode pembinaan yang v. Sumbangan pendapatan bagi pendapatan
lebih efektif. Informasi mengenai bantuan total keluarga keluarga antara 11% sampai
permodalan dan akses pada lembaga 100%) dengan rata-rata mean 44%, median
keuangan perlu diberikan untuk 43%, modus 50%.
meningkatkan minat pengembangan usaha. vi. Pendapatan kotor tenaga kerja wanita tidak
ii. Koperasi usaha yang mewadahi kebutuhan seragam antara tk 1 dengan yang lain,
simpan pinjam maupun sarana untuk dengan rentang antara Rp.45.000 (pekerja)
melakukan kerjasama antar pengrajin perlu sampai 7.310.000 (pemilik usaha). Rata-rata
dibentuk. pendapatan mereka Rp.495.608
(sd=969,711). Nilai median Rp 273.750.
2. SWOT pada Faktor Kependudukan dan vii. Jumlah tanggungan keluarga antara 0
Faktor Ketenagakerjaan Wanita sampai 10 orang, rata-rata mean 3 orang.
Kekuatan Dengan tingkat pendapatan yang rendah
i. Rasio penduduk usia produktif dengan total (dibawah UMK) dan tenaga kerja wanita
penduduk adalah 64%. penduduk umur memiliki tanggungan beban keluarga rata-
produktif mempunyai potensi besar dalam rata 3 orang, hal ini mencerminkan
penyediaan tenaga kerja dan dapat dijadikan kemampuan konsumsi yang rendah pula.
sebagai penggerak pengembangan Peluang/Kesempatan
perekonomian daerah. i. Perkembangan pembangunan daerah dan
ii. Sembilan puluh lima persen dari pengrajin di kemajuan dunia pendidikan menuntut
Pliken merupakan pengrajin tempe. partisipasi warga untuk meningkatkan
Penduduk yang mempunyai mata keahlian, ketrampilan dan pendidikan.
pencaharian sebagai petani dan buruh tani Kondisi ini memicu para tenaga kerja wanita
hanya sebanyak 491 jiwa dan 418 jiwa. di wilayah pliken, terutama generasi yang
iii. Jumlah suami tanpa kerja dari wanita sedang atau akan menempuh pendidikan,
pengrajin tempe cukup sedikit. Jumlah suami untuk meningkatkan kemampuannya.
menganggur tersebut sebanyak 2%. Dengan Tersedianya prasarana pendidikan dan
peran wanita sebagai istri adalah mayoritas sekolah ketrampilan yang memadai di
sebagai pendukung ekonomi keluarga, bukan wilayah Purwokerto dapat menjadi akses
sebagai sumber utama pencari nafkah untuk para tenaga kerja wanita muda untuk
keluarga. meningkatkan pendidikannya.
Kelemahan ii. Tuntutan kesetaraan gender menuntut
i. Total penduduk bekerja 2.510 jiwa (49% dari semakin tingginya peran wanita dalam
total penduduk usia produktif). Angka ini perekonomian. Bagi pekerja pliken, semakin
mencerminkan pula tingkat pengangguran terbukanya peluang kerja bagi wanita akan
tenaga kerja usia produktif mencapai 51%. membuka peluang yang lebih besar bagi
mereka dalam interaksi ekonomi untuk

104
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.2, September 2006

meningkatkan kemampuan konsumsi untuk menyediakan secara teratur


keluarga. kebutuhan bahan baku kedelai
Ancaman menyebabkan produksi tidak mampu stabil
i. Makin terbukanya peluang wanita untuk sepanjang.
bekerja dapat berimplikasi negatif pada v. Produk tempe mengenal batas daluwarsa
kelestarian kerajinan tempe. Tanpa adanya yang pendek. Mudahnya tempe untuk
perbaikan usaha, kerajinan tempe tidak akan membusuk jika disimpan terlalu lama
dianggap sebagai sumber pendapatan menyebabkan pengrajin berhati-hati dalam
keluarga yang menarik dan menyebabkan produksinya. Produksi dilakukan secara
para wanita tidak tertarik lagi menekuni terbatas untuk menghindari pembusukan.
usaha ini. vi. Sistem pemasaran tradisional (diantar ke
Strategi pasar tradisional, dijual sendiri ke pasar
i. Peningkatan jam kerja efektif perlu dilakukan tradisional atau menunggu pedagang
sebagai upaya meningkatkatkan pendapatan perantra mendatangi mereka)
tenaga kerja wanita. Upaya yang terkait Peluang/Kesempatan
dengan hal ini adalah meningkatkan omzet i. Loyalitas konsumen pada produk tempe
penjualan tempe dengan memperlebar Pliken. Dengan ciri spesifiknya, tempe dari
pasar, meningkatkan permintaan serta Pliken memiliki citra positif dan
memberikan kemudahan peningkatan modal meningatkan loyalitas konsumen tempe di
usaha. Pemerintah, lembaga intermediasi wilayah Banyumas.
keuangan, maupun institusi lain perlu ii. Diversifikasi produksi, rasa, bentuk,
mengupayakan hal ini. maupun diversifikasi spesifik lainnya, masih
ii. Pembinaan ketrampilan, pendidikan maupun terbuka luas. Hal ini mengingat produk
peningkatan informasi pasar pada tenaga tempe telah dikenal luas oleh masyarakat
kerja wanita perlu diupayakan untuk dengan harga yang secara umum
pengembangan usaha. terjangkau.
iii. Ekspansi pemasaran ke daerah lain masih
3. SWOT pada Faktor Produksi dan Pemasaran terbuka. Kemampuan produk untuk
Kekuatan bersaing dengan hasil produk dari daerah
i. Kemampuan menghasilkan tempe sebulan lain dituntut untuk ditingkatkan.
antara 1.000 sampai 60.000 bungkus, rata- Ancaman
rate produksi sebulan 14.773 bungkus. i. Kemampuan pengrajin tempe daerah lain
Dengan angka rata-rata bulanan tersebut, untuk memproduksi dengan spesifikasi
pendapatan kotor per orang mampu yang sama dengan produk Pliken. Tanpa
mencapai hampir Rp1.500.000,00. Dengan adanya perlindungan merek dan hak cipta,
jam kerja yang lebih banyak lagi, dimungkinkan kenaikan permintaan produk
pendapatan kotor ini akan mampu lebih tempe spesifik Pliken diambil alih oleh
meningkat lagi. produsen dari daerah lain.
ii. Sebagian poduk tempe Pliken berciri spesifik ii. Penggunaan bahan baku kedelai impor
yang berbeda dan tidak diproduksi dari hasil rekayasa genetika. Produsen tempe
daerah lain. Produk ini dikenal sebagai Pliken tidak mengetahui kebutuhan
mendoan, yang merupakan ciri khas dari konsumen pada bahan baku input yang
tempe spesifik Purwokerto. sehat.
Kelemahan Strategi
i. Jumlah produksi tidak mampu maksimal i. Perluasan area pemasaran perlu dilakukan.
karena ketergantungan pada permintaan Upaya promosi tempe pliken perlu
pedagang perantara, kondisi cuaca dan diupayakan lembaga terkait, termasuk
keterbatasan waktu sebagai ibu rumah upaya lebih mendekatkan produk ke
tangga. konsumen.
ii. Belum dikenalnya merek, kemasan tidak ii. Diversifikasi produk ditingkatkan serta
bersifat unik maupun tidak dikenalnya hak pemasarannya perlu ditingkatkan. Selain
cipta. untung pengembangan produk, upaya ini
iii. Pengolahan dengan peralatan tradisional. secara langsung akan meningkatkan
Peralatan mekanik yang mampu permintaan dan respon kenaikan produksi
menghasilkan produksi yang lebih higienis yang akan meningkatkan pendapatan
tidak dimiliki para pengusaha tempe. pengrajin tempe.
iv. Ketergantungan pada bahan baku kedelai
dari luar daerah. Ketidakmampuan daerah

105
Peningkatan Peran Perempuan..... (Ratna S, Barokatuminalloh)

KESIMPULAN _________, 1999, Ekonomi Pembangunan, STIE


YKPN, Yogyakarta.
Pendapatan tenaga kerja perempuan
memberikan sumbangan yang besar terhadap Gujarati, D.N., 2003, Basic Econometrics, Fourth
pendapatan keluarga. Pendapatan para pekerja Edition, Mc Graw Hill, New York.
perempuan ini menjadi penting bagi penambah
pendapatan keluarga karena rendahnya Kuncoro, M., 2004, Otonomi dan Pembangunan
pendapatan suami. Daerah: Reformasi Perencanaan, Strategi dan
Dari faktor yang mempengaruhi pendapatan, Peluang, Erlangga, Jakarta.
jam kerja, umur dan jumlah tanggungan
berpengaruh terhadap pendapatan tenaga kerja Mosse, J.C., 2004, Gender dan Pembangunan,
perempuan di industri tempe Pliken. Jam kerja dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
umur berpengaruh positif terhadap pendapatan,
sedangkan jumlah tanggungan berpengaruh Nas, S., 2004, Pemberdayaan Wanita Sektoral
negatif terhadap pendapatan yang diterima pekerja Informal(Studi Kasus pada Wanita Perajin
perempuan. Jam kerja merupakan variabel yang Kain Sasirangan di banjarmasin), JMK, Vol. 2
paling berpengaruh terhadap pendapatan tenaga No. 1, Maret 2004, hal 1-13.
kerja perempuan di industri tempe Pliken.
Rendahnya pendapatan memang disebabkan oleh Pindick, R., & Rubenfield, D.L., 1991, Econometric
sedikitnya jam kerja yaitu hanya 2 sampai 3 jam Models and Economic Forecast, Mc
sehari. Graw Hill, Singapura.
Wilayah kerajinan tempe Pliken relatif dekat
dengan daerah perkotaan. Hal ini memudahkan Sibero, A., 1985, Peningkatan Kemampuan
pemasaran lokal. Disamping itu dengan ciri produk Perencanaan dan Pelaksanaan
yang spesifik mampu mendekatkan produk pada Pembangunan Daerah, Prisma, No. 12,
konsumen wilayah perkotaan. Desember 1985.
Dari kesimpulan ini, rekomendasi kebijakan
yang disarankan adalah; Singarimbun, M., & Effendi, S., 1989, Metode
1. Kecenderungan pentingnya peran wanita Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
pengrajin bagi pemenuhan ekonomi rumah
tangga perlu mendapatkan perhatian. Smeru, 2003, Buku I: Peta Upaya Penguatan Usaha
Pembinaan ketrampilan yang lebih memadai dan Mikro/Kecil di Tingkat Pusat Tahun 1997-
pendidikan yang lebih baik akan memberikan 2003, Smeru dan Kementerian
tambahan manfaat bagi peningkatan sumber Pemberdayaan Perempuan, Jakarta.
pendapatan mereka.
2. Rendahnya jam kerja cenderung disebabkan oleh _____, 2003, Buku II: Upaya Penguatan Usaha
rendahnya penawaran jam kerja akibat produksi Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi
yang cenderung dipengaruhi oleh permintaan Perempuan (Sukabumi, Bantul, Kebumen,
(demand side). Upaya meningkatkan jam kerja Padang, Surabaya, Makassar), Smeru dan
dapat dilakukan jika pengusaha memiliki Kementerian Pemberdayaan Perempuan,
kreatifitas untuk melakukan diversifikasi produk Jakarta.
dan melakukan perluasan pemasaran usaha.
3. Produks spesifik (mendoan) perlu diupayakan Sumodiningrat, G., 2001, Responsi Pemerintah
adanya perbaikan dan diversifikasi produk. terhadap Kesenjangan Ekonomi, PerPod,
Pengemasan yang lebih baik, perluasan daerah Jakarta.
pemasaran maupun pemberian hak cipta bagi
pengrajin akan lebih mengangkat nama tempe Suparmoko, M., & Irawan, 1992, Ekonomika
pliken lebih luas. Pembangunan, BPFE, Yogyakarta.
4. Pihak lembaga intermediasi keuangan maupun
pemerintah sangat berperan dalam Suparmoko, M., 1999, Metode Penelitian Praktis,
mengupayakan kemudahan akses kredit bagi BPFE, Yogyakarta.
pengrajin tempe pliken. Supranto, J., 1989, Ekonometrik, Buku 1, LPFE-UI,
Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Suryana, 2000, Ekonomi Pembangunan


Problematika dan Pendekatan, Salemba
Arsyad, L., 1999, Pengantar Perencanaan dan Empat, Jakarta.
Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta.

106
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.2, September 2006

Suseno, T.W., Firma Sulistyowati & Dionysius ___________, 2004, Pembangunan Ekonomi di
Desembriarto, 2005, Reposisi Usaha Mikro, Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga,
Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Jakarta.
Nasional, Penerbit Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta. World Bank, 2001, Attacking Poverty, World
Development Report 2000/2001, Oxford
Tarmizi, N., & Chamhuri Siwar, 2002, Keikutsertaan University Press, New York.
Wanita dalam Ekonomi Keluarga: Kasus
Propinsi Sumatera Selatan Indonesia, Jurnal Yuliana, S., 2001, Faktor-Faktor yang
Kajian Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 1, Mempengaruhi Alokasi Waktu Kerja Wanita
Februari 2002, hal 58-72. Petani (Kasus Peserta dan Non Peserta
Todaro, M.P., 2003, Economic Development, Eight Program Perhutanan Sosial), Jurnal Kajian
Edition, Addition Wesley Longman Inc, New Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 No. 2, hal 73-84.
York.

107

Anda mungkin juga menyukai