Oleh
Oemar Moechtar*
Abstrak
Salah satu bidang usaha yang paling banyak diminati pelaku usaha saat ini adalah
bidang ritel, kenyataan tersebut ditandai dengan bermunculannya toko-toko modern
seperti minimarket, supermarket, department store dan hypermarket. Penetrasi pasar
modern di kota Surabaya membawa dampak buruk bagi pelaku usaha di pasar tradisional
dan pedagang-pedagang menengah ke bawah yang mayoritas bermodal kecil. Semakin
tinggi jumlah pasar modern di Surabaya akan menyebabkan semakin termarginalkannya
pasar tradisional di Surabaya. Diperlukan suatu aturan khusus mengenai zonasi antara
pasar modern dan pasar tradisional, agar tercipta suatu persaingan usaha yang sehat,
serta untuk mewujudkan sinergi yang saling memerlukan dan memperkuat antara pasar
tradisional dengan pasar modern agar dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai
upaya terwujudnya tata niaga dan pola distribusi yang mantap, lancar, efisien dan
berkelanjutan. Pemerintah kota Surabaya telah mengatur mengenai masalah antara
pasar modern dengan pasar tradisional dalam Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor
1 Tahun 2010, namun materi muatan dalam Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor 1
Tahun 2010 tersebut dinilai berpihak kepada peritel besar (pasar modern) dibandingkan
dengan pelaku usaha pasar tradisional.
disebut sebagai persaingan yang sama sekali pasar tradisional dari serangan pasar
tidak sehat (persaingan usaha tidak sehat). modern yang membabi buta sekarang ini.
Indikator dikatakan bahwa persaingan usaha Diantaranya, pertama, menciptakan regulasi
itu tidak sehat yaitu, kembali kepada definisi untuk mengendalikan keseimbangan pasar
persaingan usaha tidak sehat yang diberikan tradisional dengan pasar modern, perizinan
oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan poin penting dalam hal berdirinya
khususnya Pasal 1 angka 6: suatu pasar. Regulasi perizinan berkaitan
“Persaingan usaha tidak sehat adalah dengan pemenuhan dokumen-dokumen
persaingan antar pelaku usaha dalam administrasi yang meliputi Surat Izin Usaha
menjalankan kegiatan produksi dan Perdagangan (SIUP), Izin Mendirikan
atau pemasaran barang dan atau jasa Bangunan (IMB), Izin Gangguan (Hinder
yang dilakukan dengan cara tidak jujur Ordonantie) serta perizinan khusun lain.
atau melawan hukum atau menghambat Kedua, regulasi penataan. Regulasi
persaingan usaha” ini harus diterapkan bersamaan dengan
Dengan demikian persaingan usaha dokumen-dokumen perizinan. Termasuk
tidak sehat itu adalah setiap kegiatan dalam penataan ini adalah regulasi zonasi
usaha yang mengandung unsur-unsur pasar modern dengan pasar tradisional.
10
: Kebijakan zonasi kawasan saat ini
1. Ada cara yang tidak jujur dalam banyak diterapkan di negara-negara Eropa
kegiatan usaha, baik di bidang seperti Finlandia, Swiss, Swedia dan Bulgaria
produksi maupun pemasaran; yang efektif untuk mereduksi gesekan
antara pasar tradisional dan pasar modern11
2. Cara yang dilakukan itu merupakan
. Terdapat kawasan-kawasan tertentu yang
perbuatan melawan hukum;
memang diperuntukkan bagi pasar modern
3. Perbuatan melawan hukum itu dan pasar tradisional. Namun di Surabaya,
bertujuan untuk meniadakan zonasi kawasan itu tidak diterapkan secara
persaingan; baik. Karena itu tidak heran, banyak
4. Ada unsur perbuatan restrictive trade minimarket di tengah-tengah perkampungan,
practice atau barrier to entry; bahkan langsung berhadap-hadapan dengan
pasar tradisional.
5. Perbuatan itu dilakukan antar sesama
pelaku usaha; Zonasi rasio penduduk perlu juga
dipertimbangkan dalam pemberian izin
pasar modern. Tidak adanya zonasi ini
Pemerintah harus segera melakukan mengakibatkan banyak pasar modern yang
langkah-langkah strategis untuk melindungi menumpuk di wilayah tertentu, sehingga
10
Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli tidak sebanding dengan pangsa pasar yang
Indonesia(Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), Citra Aditya Bakti, Bandung,
11
2001. Saiful Arif, op.cit.
Oemar Moechtar: Urgensi Ketentuan Zonasi Pasar Tradisional 155
Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya yang Bupati Bantul Nomor 34 Tahun 2010,
berlaku selama ini. karena materi muatan dalam Peraturan
Sebagai tindak lanjut dari terbitnya Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 juncto
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun Peraturan Bupati Bantul Nomor 34 Tahun
2007 serta Peraturan Menteri Perdagangan 2010 tersebut dapat dinilai lebih pro kepada
Republik Indonesia Nomor: 53/M- pasar tradisional dibandingkan dengan
DAG/PER/12/2007, Pemerintah Kota pasar modern yang ada di kabupaten bantul
Surabaya menerbitkan Peraturan Daerah dan pengaturan mengenai zonasi pasar lebih
Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 terperinci dibadingkan peraturan daerah
tentang Penyelenggaran Usaha di Bidang kota lain yang mengatur hal serupa.
Perdagangan dan Perindustrian, sebagai Arti Penting Zonasi Bagi Persaingan
regulasi untuk mengatasi masalah antara Usaha
pasar tradisional dengan pasar modern.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Bila kita membicarakan zonasi, pasti
Tahun 2010 tetap tidak dapat mengakomodir yang terlintas dalam pikiran kita adalah jarak.
kepentingan pelaku usaha khususnya pelaku Zonasi berasal dari kata zona, zona adalah
usaha dalam pasar tradisional. Peraturan kawasan atau area yang memiliki fungsi
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 dan karakteristik lingkungan yang spesifik13
dirasa masih belum memihak kepada rakyat, . Zonasi dalam bahasa Inggris adalah zoning.
sama halnya dengan Peraturan Presiden Zoning merupakan pembagian kawasan ke
Nomor 112 Tahun 2007 serta Peraturan dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi
Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan karakteristik semula atau diarahkan
Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2007. bagi pengembangan fungsi-fungsi lain14.
sebagai penerima harga (price taker). Barang Hal inilah yang menjadi pertimbangan
dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat investor asing untuk masuk kedalam
homogen dan tidak dapat dibedakan, semua jalur perdagangan di Indonesia, sehingga
produk terlihat identik. Pembeli tidak dapat banyak bermunculan toko modern berupa
membedakan apakah suatu barang berasal minimarket, supermarket, department store
dari produsen A, produsen B atau produsen dan hypermarket. Toko modern ini jumlahnya
C, oleh karena itu, promosi dengan iklan semakin tahun semakin bertambah dan
tidak akan memberikan pengaruh terhadap tersebar hampir diluruh pelosok daerah.
penjualan produk. Untuk mengatasi masalah ini, pada
Dengan adanya zonasi ini bagi akhir tahun 2007 pemerintah melakukan
persaingan usaha adalah seolah-olah intervensi kebijakan melalui Peraturan
tiap pelaku usaha memiliki “wilayah Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
pasar”nya sendiri, agar pelaku usaha dalam Penataan dan Pembinaan pasar tradisional,
menjalankan usahanya dapat menjadi mitra pusat perbelanjaan dan toko modern. Pasal 3
usaha yang baik dan antar pelaku usaha dapat ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun
menjalankan usahanya dengan persaingan 2007 menyebutkan bahwa lokasi pendirian
yang sehat (fair trade) tanpa adanya unsur toko modern wajib mengacu pada Rencana
saling mematikan antar pelaku usaha. Dari Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan
adanya persaingan sehat ini diharapkan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota,
akan terciptanya pasar persaingan termasuk peraturan zonasinya. Dalam hal ini
sempurna (perfect competition) yang jauh Pemerintah Pusat menyerahkan kewenangan
dari usaha pelaku usaha menguasai pasar mengenai kewilayahan kepada Pemerintah
yang bersangkutan dengan cara yang non- Daerah. Propinsi Jawa Timur menerbitkan
fair. Mengenai pentingnya zonasi dalam Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2008
suatu persaingan usaha dapat diilustrasikan tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar
dengan bagan di bawah ini: Tradisional dan Penataan Pasar Modern di
Jawa Timur. Isinya antara lain mengatur
Ketentuan Persaingan Pasar Persaingan
yang sehat sempurna
mengenai
zonasi Pasar (fair Trade) (perfect tentang lokasi pendirian pasar modern yang
competition)
wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang
Bagan I: Ilustrasi Pentingnya Zonasi bagi Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana
Persaingan Usaha Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota,
Penerapan Peraturan Zonasi dalam termasuk peraturan zonasinya. Dalam hal
Peraturan Daerah ini pemerintah Propinsi Jawa Timur member
kewenangan kepada pemerintah kabupaten/
Keberadaan kegiatan perdagangan
kota.
skala besar seperti pasar modern sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan Pesatnya perkembangan toko modern
dalam kehidupan masyarakat perkotaan. tampaknya tidak diimbangi dengan upaya
menanggulangi dampak yang ditimbulkan
Oemar Moechtar: Urgensi Ketentuan Zonasi Pasar Tradisional 159
baik dari aspek fisik maupun aspek nonfisik. Surabaya. Peraturan Daerah Kota Surabaya
Apabila melihat dalam ketentuan Peraturan Nomor 1 Tahun 2010 ini pada intinya
Daerah kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 diterbitkan untuk memperketat Surat Izin
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kota Usaha Perdagangan (SIUP) yang selama
Surabaya (Lembaran Daerah Kota Surabaya ini dimiliki oleh toko modern dengan
Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran ketentuan baru harus memiliki Izin Usaha
Daerah Kota Surabaya Nomor 3, selanjutnya Toko Modern (IUTM) sebagai pengganti
disebut RT/RW Surabaya), toko modern SIUP. Apabila masa berlaku SIUP berakhir,
boleh berdiri dimana saja asalkan lokasinya pemilik SIUP harus segera menggantinya
di kawasan perdagangan dan jasa. Namun dengan IUTM. Kepala Dinas Perindustrian
dalam praktek sekarang banyak toko modern dan Perdagangan kota Surabaya, Endang
yang melanggar ketentuan ini, masih ada Tjatur Rahmawati menjelaskan bahwa
toko modern yang berdiri di luar kawasan untuk mendapatkan IUTM, tidak gampang,
perdagangan dan jasa. Pola perkembangan pengusaha harus melengkapi syarat-syarat
toko modern sudah semakin berkembang, antara lain izin peruntukan, Izin Mendirikan
toko modern tersebut distribusinya tidak Bangunan (IMB) dan izin gangguan (Hinder
merata dan dibangun di kawasan-kawasan Ordonantie). Penerbitan surat-surat izin ini
strategis. Toko modern memperoleh juga tidak mudah, harus sesuai peruntukan
kemudahan memperoleh ijin lokasi akibat lahan dan lokasi18.
belum tepatnya sebuah pengaturan perijinan Namun sangat disayangkan, Peraturan
lokasi dan aturan zonasi yang mengatur Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010
secara lebih spesifik kebutuhan lokasi toko ini belum memberikan keterangan yang
modern dalam RT/RW. Jika tidak segera spesifik mengenai berapa jarak minimal
diatur melalui penataan zonasi toko modern pendirian sebuah toko modern dengan
di Surabaya, jelas dapat menjadi dampak toko modern lain maupun jarak antara toko
baik dari segi fisik, lingkungan, tata ruang modern dengan pasar serta ritel tradisional.
maupun transportasi. Dalam Pasal 37 Peraturan Daerah Kota
Pada tahun 2010, tepatnya pada Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 ini hanya
tanggal 22 Maret 2010 Pemerintah menyebutkan:
Kota Surabaya menerbitkan Peraturan Lokasi untuk pendirian Toko Modern
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun wajib memperhatikan:
2010 tentang Penyelenggaran Usaha di
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
Bidang Perdagangan dan Perindustrian
(Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun b. Rencana Detail Tata Ruang
2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Wilayah Kota, termasuk peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 1) untuk zonasinya;
mengatasi masalah toko modern yang 18
Endang Tjatur Rahwati, “Minimarket Terancam
Tutup, Tanpa Izin Usaha Toko Modern”, Surya, 7 Mei,
semakin marak perkembangannya di 2010, h. 3-4.
160 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011
Izin Usaha Toko Modern (IUTM) yang rakyat kebanyakan, yang merupakan
telah diterbitkan oleh pejabat dalam hal ini cerminan dari ekonomi kerakyatan dan
walikota Surabaya tersebut sebenarnya telah demokrasi kerakyatan sebagaimana
melanggar ketentuan dari produk hukum diamanatkan dalam Pasal 34 Undang
diatasnya yaitu: Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1. Undang Undang Dasar Negara Tahun 1945. Di pasar tradisional, masih
Republik Indonesia Tahun 1945 banyak orang yang menggantungkan
hidupnya, dari mulai para pedagang kecil,
2. Undang Undang Nomor 26 Tahun
kuli panggul, pedagang asongan, hingga
2007 tentang Penataan Ruang
tukang becak. Manfaat yang dihasilkan dari
3. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun pembangunan pasar tradisional sangat besar
2007 tentang Penataan dan Pembinaan kepada perekonomian daerah, baik melalui
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan penyerapan tenaga kerja, stabilitas harga
dan Toko Modern bahan pokok, pemberdayaan usaha mikro
4. Peraturan Menteri Perdagangan kecil dan menengah, maupun peningkatan
Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 kesejahteraan masyarakat. Sudah banyak
tentang Pedoman Penataan dan kios di pasar tradisional yang harus
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat tutup karena sulit bersaing dengan pasar
Perbelanjaan dan Toko Modern modern. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar
Tradisional Seluruh Indonesia (APPSI)
5. Peraturan Daerah kota Surabaya
pada tahun 2005 seperti dikutip website
Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
Tata Ruang Wilayah kota Surabaya
Menengah menyebutkan, bahwa sekitar 400
Akibat dari adanya peraturan yang toko di pasar tradisional harus tutup usaha
dilanggar ini, berdasarkan asas hukum Lex setiap tahunnya. Jumlah ini kemungkinan
Superiori Derogat Legi Inferiori dimana akan terus bertambah seiring kehadiran
peraturan hukum yang kedudukannya lebih pasar modern yang kian marak.
tinggi dapat mengalahkan peraturan hukum
Dengan adanya pelanggaran
yang lebih rendah. Izin yang diterbitkan
pembangunan pasar modern ini
oleh walikota ini jelas-jelas telah melanggar
menyebabkan tujuan dari Undang Undang
peraturan hukum diatasnya, sehingga dapat
Nomor 5 Tahun 1999 khususnya Pasal
dibatalkan oleh pihak yang merasa dirugikan.
mengenai asas dan tujuan (Pasal 2 dan Pasal
Tanpa adanya gugatan pembatalan dari
3 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999)
pihak yang berkepentingan, maka peraturan
belum dapat tercapai. Salah satu tujuan yang
perundang-undangan tersebut dinyatakan
belum tercapai adalah “meciptakan iklim
masih tetap berlaku.
usaha yang kondusif melalui pengaturan
Pasar tradisional sebenarnya lebih persaingan usaha yang sehat sehingga
menggambarkan denyut nadi perkonomian menjamin adanya kesempatan berusaha
Oemar Moechtar: Urgensi Ketentuan Zonasi Pasar Tradisional 163
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku Dikhawatirkan dengan selalu
usaha menengah dan pelaku usaha kecil”. diterbitkannya Izin Usaha Toko Modern
Tidak adanya aturan yang jelas (IUTM) yang tiada hentinya ini di kota
mengenai zonasi antara pasar tradisional Surabaya, akan timbul persaingan usaha
dengan pasar modern dalam Peraturan yang tidak sehat, karena pasar tradisional
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun kalah jumlah dengan pasar modern, lambat
2010, menyebabkan pelaku usaha khususnya laun pasar tradisional akan tersingkir dari
pendiri toko modern dapat dengan sesuka hati permukaan dan terjadinya konsentrasi
memilih lokasi pendirian toko modernnya kekuatan pasar (market power) atau
tanpa memperhatikan jika disekitar proyek pemusatan kekuatan ekonomi22 pada satu
tersebut telah terdapat pasar tradisional dan/ atau beberapa perusahaan (toko modern).
atau pasar modern. Kondisi inilah yang Jika terjadi konsentrasi kekuatan pasar,
menyebabkan semakin terpuruknya pasar berarti konsumen tidak punya pilihan
tradisional tidak hanya di kota Surabaya, dalam memilih produk. Akibat dari adanya
namun juga pasar tradisional di seluruh kota konsentrasi kekuatan pasar ini, pelaku usaha
di Indonesia. pada pasar modern dapat menentukan harga
dengan sesuka hati karena harga benar-
Permasalah selanjutnya adalah pejabat
benar ditentukan oleh pasar permintaan dan
selaku penerbit izin usaha bagi pelaku usaha
penawaran, bukan oleh hal-hal lain. Tidak ada
yang hendak mendirikan toko modern, dalam
pelaku usaha pesaing dalam relevan market
hal ini adalah Walikota Surabaya. Walikota
yang bersangkutan, tidak ada persaingan
Surabaya sebelum menerbitkan izin usaha
maka akan terjadi pemusatan kekuatan
bagi toko modern, tidak memperhatikan
pasar yang menyebabkan kesempatan
kondisi di lapangan yang menjadi lokasi
berusaha menjadi semakin menyempit, dan
dalam permohonan penerbitan izin usaha
dikhawatirkan dari adanya fenomena ini
toko modern (IUTM) apakah melanggar
akan menimbulkan tindakan monopoli23
ketentuan dalam RT/RW, Peraturan Daerah
sebagaimana diatur dalam Undang Undang
Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010, aspek
Nomor 5 Tahun 1999.
sosial masyarakat di sekitar lokasi, aspek
lingkungan dan aturan-aturan lain yang Dampak lain yang ditimbulkan dari
bersangkutan. Dalam prakteknya Walikota pemusatan kekuatan ekonomi oleh pasar
22
Surabaya hanya dapat menerbitkan Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan
yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau
izin usaha toko modern tersebut, tanpa lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga
barang dan atau jasa. (Undang-Undang No.5 Tahun 1999
melakukan survey terhadap lokasi yang tentang Larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
dimohonkan, sehingga apabila toko modern tidak sehat, LN Tahun 1999 No. 33, TLN 3817, ps. 1 ayat
3)
tersebut telah selesai dibangun, maka akan 23
Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu
menimbulkan masalah, “mengapa bisa ada oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
toko modern di lokasi ini?”. (Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, LN
Tahun 1999 No. 33, TLN 3817, ps. 1 ayat 1)
164 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011
tersebut mengatur masalah pasar modern dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden
dan pasar tradisional, namun bila dianalisis Nomor 112 Tahun 2007, yang berbunyi:
lebih jauh Peraturan Daerah Kota Surabaya Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko
Nomor 1 Tahun 2010 ini masih dapat Modern wajib:
dikatakan bersifat abu-abu, karena aturannya
a. Memperhitungkan kondisi sosial
belum jelas, hanya mengatur mengenai
ekonomi masyarakat, keberadaan
pokok bab saja, sama halnya dengan kedua
Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan
peraturan diatasnya yang menjadi rujukan
Usaha Menengah yang ada di wilayah
dibuatnya Peraturan Daerah Kota Surabaya
yang bersangkutan;
Nomor 1 Tahun 2010 yaitu Peraturan
Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang b. Memperhatikan jarak antara
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, hypermarket dengan pasar tradisional
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan yang telah ada sebelumnya;
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor c. Menyediakan areal parkir paling
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman sedikit seluas kebutuhan parkir 1
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, (satu) unit kendaraan roda empat
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter
per segi) luas lantai penjualan Pusat
Jika dikaitkan dengan masalah zonasi
Perbelanjaan dan/atau Toko Modern;
pasar antara pasar tradisional dengan pasar
dan
modern, Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 1 Tahun 2010 mengaturnya dalam d. Menyediakan fasilitas yang menjamin
Pasal 37 yang berbunyi: Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
yang bersih, sehat (hygienis), aman,
Lokasi untuk pendirian Toko Modern
tertib dan ruang publik yang nyaman.
wajib memperhatikan:
Kedua peraturan diatas dapat dinilai
a. Rencana Tata Ruang Wilayah kota; kurang spesifik mengatur hal mengenai jarak
b. Rencana Detail Tata Ruang Wilayah antara toko modern dengan pasar tradisional.
Kota, termasuk peraturan zonasinya; Ketidakjelasan mengenai berapa jarak yang
c. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan harus dipatuhi oleh pelaku usaha yang
keberadaan Pasar Tradisional, Usaha akan mendirikan pasar modernnya, akan
Mikro, Kecil dan Menengah yang ada menyebabkan eksistensi pasar tradisional
di wilayah yang bersangkutan; dan semakin termarginalkan, sebab pemerintah
d. Jarak antara Toko Modern yang akan kota Surabaya sendiri belum dapat
didirikan dengan Pasar Tradisional melindungi kepentingan rakyat. Peraturan
yang telah ada sebelumnya. daerah yang diterbitkan oleh wakil rakyat
Materi muatan Pasal 37 Peraturan seharusnya dapat melindungi kepentinga
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 rakyatnya, bukan pihak lain. Norma dalam
diatas, hampir sama dengan materi muatan Pasal 37 Peraturan Daerah kota Surabaya
170 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011
Nomor 1 Tahun 2010 telah nyata merugikan Daerah kota Surabaya ini. Masalah lain
kepentingan para pedagang dalam pasar yang ditimbulkan oleh Peraturan Daerah
tradisional, dimana banyak pasar tradisional Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010
di Surabaya yang di sekitarnya juga berdiri adalah pendirian toko modern khususnya
pasar modern, misalnya: minimarket vs minimarket yang jaraknya
a. Pasar Kembang Vs Giant saling berdekatan. Contoh dari masalah ini
Diponegoro adalah jarak antara minimarket Alfamart
dengan minimarket Indomaret, masalah
b. Pasar Blauran Vs Carefour BG
ini tidak hanya terjadi di kota Surabaya,
Junction
namun juga terjadi di kota-kota di Pulau
c. Pasar Pacar Keling Vs Indomaret dan
Jawa. Persaingan antar minimarket tersebut
Alfamart
tidak tanggung-tanggung, minimarket yang
d. Pasar Pagesangan Vs Indomaret menurut ketentuan pasal 5 ayat 4 Peraturan
Hal ini terjadi karena Pemerintah Presiden Nomor 112 Tahun 2007 berbunyi:
Kota Surabaya belum mampu memberikan “Minimarket boleh berlokasi pada setiap
aturan yang jelas mengenai berapa jarak sistem jaringan jalan, termasuk sistem
minimal yang harus dipenuhi oleh toko jaringan jalan lingkungan pada kawasan
modern sebelum mendirikan suatu toko pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam
modern dengan pasar tradisional. Akibanya kota/perkotaan”. Atas dasar inilah banyak
sudah nampak seperti yang penulis minimarket yang mendirikan bangunannya
contohkan diatas, banyak toko modern di dalam perumahan, hingga masuk ke dalam
yang pendiriannya berdekatan dengan perkampungan-perkampungan, dimana pada
pasar tradisional. Praktisi pasar di Surabaya saat mendirikan bangunan tersebut, owners
dari PD Pasar Surya, menerangkan dalam minimarket tersebut tidak memperhatikan
sebuah diskusi di radio di Surabaya, bahwa berapa jumlah toko pedagang kecil yang
menurunnya pasar tradisional, salah satunya ada disekitarnya, dan berapa jarak antar
disebabkan oleh ekspasi besar-besaran yang toko pedagang kecil tersebut dengan
dilakukan oleh pelaku ritel modern dalam minimarket-nya. Sehingga disadari atau
industri ritel30. Juru bicara PD Pasar Surya tidak, lambat laun toko pedagang kecil
mengharapkan regulasi pemerintah yang tersebut mengalami kebangkrutan akibat
melindungi pasar tradisional dari serbuan dari perubahan gaya hidup masyarakat di
ritel modern yang kian terjepit. sekitar yang dahulu belanja dari toko kecil
Masalah utama dari Peraturan kini beralih ke minimarket.
Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun Dengan tidak adanya aturan yang lebih
2010 adalah mengenai zonasi, namun detail mengenai minimarket, maka banyak
tidak menutup kemungkinan ada masalah pengusaha minimarket yang menggunakan
lain yang ditimbulkan oleh Peraturan dalil dalam Peraturan Presiden Nomor
30
“Pasar Tradisional vs Pasar Modern”, Suara
Surabaya, diskusi, 26 Februari 2010
112 Tahun 2007 dan/atau Peraturan
Oemar Moechtar: Urgensi Ketentuan Zonasi Pasar Tradisional 171
a. Untuk hari Senin sampai dengan seperti Alfamart, Indomaret dan Cicle-K
jumat, pukul 10.00 sampai dengan melakukan perubahan jam kerja yang
pukul 22.00 waktu setempat. semula jam buka dari jam 10.00-22.00, kini
b. Untuk hari Sabtu dan Minggu, waktu operasionalnya 7hari/24 jam non-
pukul 10.00 sampai dengan pukul stop. Inovasi yang dilakukan minimarket ini
23.00 waktu setempat. telah jelas-jelas melanggar ketentuan dalam
(2) Untuk hari besar keagamaan, libur Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007
nasional atau hari tertentu lainnya, pasal 7.
Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Masalah lainnya adalah masalah
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus infrastruktur yang hingga kini masih
Ibukota Jakarta dapat menetapkan menjadi masalah serius di pasar tradisional
jam kerja melampaui 22.00 waktu yang kurang populer di kalangan pembeli,
setempat. kebersihan dan tempat pembuangan sampah
Melihat dari ketentuan diatas sudah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan
jelas bahwa pasal 7 ayat 1 Peraturan parkir dan buruknya sirkulasi udara. Belum
Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tidak lagi ditambah semakin menjamurnya
dapat disimpangi oleh siapapun, dalam pedagang kaki lima (PKL) yang otomatis
artian aturan ini adalah aturan baku yang merugikan pedagang yang berjualan
tidak dapat dirubah-rubah. Namun jika di dalam lingkungan pasar yang harus
melihat ketentuan pasal 7 ayat 2 Peraturan membayar penuh sewa dan retribusi. PKL
Presiden Nomor 112 Tahun 2007, Bupati/ menjual barang dagangan yang hampir sama
Walikota atau Gubernur untuk Pemerintah dengan seluruh produk yang dijual di dalam
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pasar, dengan demikian pembeli tidak perlu
dapat menyimpanginya dengan mengatur masuk ke dalam pasar untuk berbelanja
jam kerja toko modern dapat melebihi pukul karena mereka dapat membeli dari PKL di
22.00 waktu setempat tergantung kebijakan luar pasar.
yang nanti akan dikeluarkan. Maka dari itu, ini merupakan tugas
Peraturan Daerah Kota Surabaya berat bagi PD Pasar Surya untuk segera
Nomor 1 Tahun 2010 tidak mengatur me-revitalisasi pasar-pasar tradisional yang
mengenai jam kerja bagi toko modern di ada di kota Surabaya untuk meningkatkan
Surabaya. Ketatnya persaingan ritel di kota kenyamanan di pasar tradisional agar tidak
Surabaya menyebabkan pelaku bisnis ritel terkesan becek, bau, kotor dan banyak terjadi
melakukan berbagai inovasi agar bisnis pencurian, agar konsumen dapat betah
ritelnya dapat bertahan ditengah derasnya berbelanja di pasar tradisional. Pedagang
persaingan usaha di Surabaya. Inovasi yang di pasar tradisional juga mempunyai tugas
dilakukan oleh pelaku bisnis ritel ini yang untuk meningkatkan kepuasan konsumen
berupa toko modern khususnya minimarket melalui peningkatan kualitas produk yang
dijajakan, pelayanan kepada konsumen
174 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011
33
Aisyah, “Mendukung Pasar Tradisional”, Jawa
Pos, edisi 12 April 2009
Oemar Moechtar: Urgensi Ketentuan Zonasi Pasar Tradisional 175