Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ADAT ISTIADAT SUKU

JAWA(MALANG)
BAHASA DAERAH

Disusun Oleh:
M NASRULLAH ADI WAHYUDI

SAHRUL AZIZ

AZWAR HAMID

XI MULTIMEDIA 1

SMK DARUT TAQWA SENGONAGUNG PURWOSARI

PASURUAN

TAHUN AJARAN

2018/2019
ADAT ISTIADAT SUKU JAWA 
Penduduk-penduduk Jawa hidup didalam lingkungan yang memiliki adat
istiadat yang sangat kental. Adat istiadat suku jawa ini masih kerap dipakai
ketika ada kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh masyarakat-
masyarakat jawa.

Adat istiadat Jawa ini selain digunakan dalam adanya kegiatan-kegiatan


yang dibuat oleh masyarakat setempat, adat istiadat ini pun kerap
digunakan dalam kehidupan-kehidupan manusia, misalnya seperti masa-
masa kehamilan sampai kematian pun adat istiadat Jawa ini masih kerap
digunakan.

Adat istiadat Jawa ini oleh penduduk asli jawa digunakan dan diterapkan
didalam kehidupan sehari-harinya.

Penduduk suku Jawa ini merupakan penduduk yang jumlah nya terbesar di
Nusantara Indonesia. Jumlah dari penduduk suku Jawa ini hampir mencapai
setengah dari seluruh jumlah populasi penduduk yang tinggal di Negara
Indonesia.

Berasal nya suku Jawa ini dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY
(Yogyakarta), dan Jawa Timur. Semua sendi-sendi (Pondasi) pada
kehidupan di penduduk suku Jawa ini tidak ada yang namanya lepas dari
adat istiadat. Yang emang adat istiadat ini sudah dipercayai sejak jaman
dahulu kala.

Adat istiadat suku Jawa ini merupakan bentuk kebisaan dan budaya yang
telah diwarisi oleh leluhur-leluhur penduduk Jawa, yang dilakukan oleh
sebagian besar penduduk Jawa.

Bagi masyarakat penduduk jawa, apabila ada sebagian orang yang tak
melakukan adat istiadat suku Jawa atau mulai meninggalkanny adat istiadat
tersebut, maka akan di anggap oleh masyarakat Jawa sebagai orang yang
tak wajar, bahkan akan sering mendapatkan celaan dari penduduk-
penduduk sekitar.

Kebanyakan adat istiadat ini memliki sumber dari kepercayaan-kepercayaan


nenek moyang pada zaman dahulu, tetapi adat istiadat suku Jawa ini tidak
memiliki sumber selain sumber utama nya adalah Agama Islam,
kebanyakan dari penduduk Jawa ini rata-rata semuanya hampir memeluk
Agama Islam.

Maka dari itu, hal demikian banyak sekali dari penduduk Jawa yang mulai
meninggalkan ritual-ritual pelaksanaan dalam adat istiadat suku Jawa.
Mengapa demikian? Karena bagi mereka ketika mengikuti ritual-ritual adat
ini banyak yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran didalam Agama Islam.

Seperti yang sudah disebutkan didalam pelaksanaan adat istiadat suku


Jawa ini, bahwa didalam adat istiadat suku Jawa ini memiliki berbagai aspek
kehidupan manusia.

Adat istiadat suku jawa ini mulai dilakukan dari hamilnya seorang
perempuan, pernikahan, kematian, dan lain sebagainya.

1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan


Sedang Hamil
Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu
harus benar-benar dijaga supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk
menimpa dan anaknya.

Didalam Adat istiadat suku jawapun mempunyai kepercayaan-kepercayaan


seperti  ini.

Ketika seorang perempuan sedang hamil/mengandung bayi didalam


perutnya, didalam suku jawa seorang perempuan yang sedang
mengandung itu akan benar-benar yang namanya dijaga, supaya tidak
akan terjadi hal yang buruk menimpa perempuan dan calon anaknya itu.

Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk suku jawa akan
menyelenggarakan acara semacam selamatan-selamatan.

Mengadakannya acara selamatan ini dilakukan selama dua kali selama


masih pada masa-masa mengandung/kehamilan, pertama adanya acara
selametan ini ketika usia sang bayi didalam kandungan mencapai tiga
bulan, dan acara selamatan yang kedua ini dilakukan ketika usia sang bayi
sudah mencapai umur 7 bulan.

Ketika setiap melakukan selamatan-selamatan itu ada namanya tersendiri,


yaitu selamatan-selamatan yang pertama itu diberi dengan sebutan nama
“Neloni”, dan selamatan yang kedua atau yang terakhir ini disebut dengan
sebutan nama “Mitoni”.

Ketika kedua selamatan itu dijalankan, maka akan dibuatnya beberapa jenis
makanan untuk dibagikan kepada kerabat-kerabat terdekat, atau diberikan
kepada tetangga-tetangga.

Makanan-makanan yang dibuat itu seperti jenang blowok, apa jenang


blowok itu? Jenang blowok itu adalah kue yang dibuat dari tepung terigu
dengan dilengkapi oleh bungkusan daun nangka.

Selain dari jenang blowok juga ada makanan yang namanya trancam,
trancam itu adalah makanan yang dibuat dari potongan-potongan timun,
kacang toro, tempe goreng, dan setelah itu dicampur dengan parutan
kelapa.

Jenis-jenis makanan yang telah disebutkan pada tulisan diatas ini memang
harus dibuat ketika adanya acara seperti selametan ketika wanita hamil dan
tidak boleh yang namanya ditinggalkan. Ada salah satu ritual yang harus
dilakukan untuk ibu hamil, ritual untuk ibu hamil itu disebut dengan
tingkeban (Upacara kehamilan 7 bulan).

Ketika berjalannya ritual ini, perempuan yang sedang mengandung itu akan
dimandikan dengan air yang dicampur bunga-bunga. Selain itu, kain yang
akan digunakan sebagai kemben pun harus 7 jumlahnya, dan digunakan
secara bergantian ketika acara tingkeban berlangsung.

Apabila bayi yang sedang dikandung oleh perempuan itu sudah lahir,
didalam suku Jawa juga mempunyai ritual (Selamatan) khusus untuk
menyambutnya lahirnya si dedek bayi.
Adanya ritual (Selametan) ini berfungsi untuk memberi keselamatan pada
dedek bayi yang baru lahir, dan menjaga dedek bayi dari kejadian-kejadian
butuk yang akan menimpanya.

2. Adat Istiadat Suku Jawa – MULUTAN


Didalam suku jawa adanya mulutan ini merupakan bentuk rasa hormat
masyarakat Jawa kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana
Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama yang mulia (Islam) di tanah
Jawa ini.

Selain itu, mulutan juga merupakan upacara peringatan kelahiran Rasulullah


SAW yang mana mulutan ini diadakan selama 7 hari.

Pada saat ini mulutan ini masih dilestarikan oleh orang-orang jawa yang
mana mereka membeli buah-buahan makanan dan lain sebagainya untuk
di perebutkan dengan para tetangga karena dengan begitu mereka bisa
berbagi dengan sesama tetangga juga mereka membacakan maulid
diba’I,maulid habsy,maulid simtud duror di masjid-masjid, mushola ,rumah

3. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kenduren


Adanya upacara kenduren ini meruapakan hasil penggabungan budaya
Jawa dan agama Islam di pada abad 16 masehi.

Pada awalnya, upacara kenduren ini menggunakan doa-doa agama budha


atau menggunakan doa-doa agama hindu. Kemudian setelah mengalami
penggabungan dengan agama Islam, digantikanlah doa-doa itu menjadi
doa-doa yang biasa digunakan di agama Islam.

Begitu juga dengan sesaji yang dulu biasanya digunakan ketika adanya
upacara kenduren ini, namun pada saat ini sesaji-sesaji itu tidak di gunakan
lagi. Untuk saat ini upacara kenduren ini hanya ditujukan untuk makan-
makan bersama, itupun sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, bukan
untuk persembahan-persembahan seperti budaya Kejawen pada zaman
dulu.
4. Adat Istiadat Suku Jawa – Pernikahan dalam
Suku Jawa
Pernikahan tradisional adat Jawa ini sangat dikenal dengan kesuciannya,
bahkan sampai saat ini pernikahan tradisional adat Jawa masih dilestarikan.

Dibawah ini akan ada urutan-urutan pernikahan tradisional adat Jawa:

1. Siraman.
2. Ngerik.
3. Midodareni.
4. Serah-serahan.
5. Nyantri.
6. Balangan Suruh.
7. Panggih.
8. Ritual wiji dadi.
9. Kacar kucur.
10. Dhahar Klimah.
11. Tumplek Sunjen.
12. Sungkeman.
Itulah susunan-susunan pernikahan tradisional didalam adat Jawa.

5. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Tedak


Sinten
Tedal siten ini adalah selamatan, yang mana didalam kebudayaan adat Jawa
harus mengadakan tedak siten. Selamatan ini dimulai dari si bayi sudah
mulai bisa belajar berjalan. Di beberapa bagian kawasan lain yang berada di
Negara Indonesia mengenal tradisi ini dengan sebutan nama turun tanah.

Dalam upacara tedak siten ini tidak ada maksud tujuan lain/tujuan yang
berkaitan dengan hal-hal mistik. Upacara tedak siten ini tujuannya hanya
untuk mengungkapka rasa syukur kepada sang pecipta, karena Allah telah
memberikan nikmat kesehatan, dan nikmat kesempurnaan fisik pada sang
bayi.
6. Adat Istiadat Suku Jawa – Acara Ruwatan
Jika kamu anak tunggal dan kamu hidup di zaman dulu, kamu pasti sudah
yang namanya diruwat. Soalnya, masyarakat-masyarakat jawa percaya jika
anak tunggal harus melakukan ritual ruwatan untuk menghilangkan
kesialan dari dirinya.

Tradisi ruatan ini masih di lestarikan, tetapi hanya di dataran tinggi dieng
saja, itupun hanya untuk anak-anak yang berambut gimbal. Masyarakat-
masyarakat sana percaya bahwa anak-anak yang berambut gimbal ini
mempunyai keturunan raksasa atau buto, maka dari itu anak-anak yang
berambut gimbal harus diruwat.

7. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kematian


Apabila ada salah satu penduduk suku Jawa ada yang meninggal, ritual ada
istiadat jawa pun tidak akan lepas untuk mengirinya. Yang dimaksud
dengan ritual ini adalah supaya orang yang meninggal dunia dapat
mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat nanti. Ritual (Selamatan).

Biasanya sebelum jenazah dibawa ke pemakaman itu ada ritual-ritul khusus


yang dilakukan oleh seluruh pihak keluarga si jenazah tersebut.

Ritual yang biasa diakukan ini adalah brobosan namanya, yang mana
brobosan ini melintas di bawah mayat yang telah diatas tandu dengan cara
berjongkok.

Sesudah melakukan brobosan, ritual adat istiadat suku Jawa pun belum
selesai. Ritual ini dinamakan sebagai istilah sebutan Selamatan. Selamatan
orang meninggal ini dilakukan selama tujuh hari secara berturut-turut, dan
acara salamatan ini dilakukan ketika malam hari sesudah solat maghrib atau
sesudah solat isya.

Itulah adat istiadat suku jawa yang digunakan untuk wanita hamil, orang
meninggal, selamatan bayi, anak tunggal, dan lain sebagainya.
Semua adat istiadat suku Jawa ini dilakukan dengan cara turun menurun.
Selain itu juga, kita harus pandai-pandai memilih dalam mana yang
memang diperbolehkan oleh syariat-syariat Islam atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai