Anda di halaman 1dari 10

Summary, Mind Mapping dan Vignette “Hipertensi dalam Kehamilan”

Nama : Annisa Amalia


NIM : 1907101030029
DM Obgin Periode 04 Januari s/d 13 Februari 2021

Skenario
Seorang perempuan usia 37 tahun, G4P3A0, hamil usia 24 minggu datang ke IGD dengan
keluhan nyeri kepala sejak 1 hari SMRS. Nyeri kepala terus memberat dan tidak hilang
dengan istirahat. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
150/100mmHg, HR 90x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,2C. DJJ 150x/menit regular. Tidak
tampak adanya edema ekstremitas. Berdasarkan keterangan pasien, pasien tidak
memiliki Riwayat hipertensi sebelumnya. Pada pemeriksaan tes celup urin, ditemukan
protein urin (+1).
Apakah yang terjadi pada ibu ini, dan bagaimana tatalaksananya.
Summary Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dideskripsikan sebagai tekanan darah menetap yang tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi bisa
muncul tanpa gejala, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri dapat meningkatkan
risiko terjadinya stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan ginjal
dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.1
Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu:2
1) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik didefenisikan sebagai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. Saat hipertensi
diidentifikasi sebelum usia kehamilan 20 minggu, peningkatan tekanan darah
dianggap sebagai kronik hipertensi. Hipertensi kronik dapat bersifat esensial
ataupun sekunder akibat penyakit yang mendasarinya, seperti penyakit ginjal,
penyakit pembuluh darah renal, gangguan endokrin, koartasio aorta atau
penggunaan kontrasepsi oral.
2) Preeklamsia
Preeklamsia adalah onset baru dari kenaikan tekanan darah setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu. Preeklampsia ditandai dengan adanya (1) tekanan
darah sitolik lebih dari sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih
dari sama dengan 90 mmHg, pada dua kali pengukuran setidaknya dengan jarak 4
jam pada pasien yang sebelumnya normotensi atau (2) tekanan darah sistolik lebih
dari samadengan 160 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari sama dengan
100mmHg. Selain kriteria tekanan darah, proteinuria yang kadarnya lebih dari atau
sama dengan 0,3 gram pada specimen urin 24 jam, rasio protein dan kreatinin 0,3
atau lebih atau hasil pemeriksaan celup urin protein +1, juga didiagnosis dengan
preeklampsia.3
Preeklampsia berat ditandai dengan adanya gejala preeklampsia ditambah
dengan satu atau lebih tanda berikut:
• Tekanan darah sistolik dan diastolic lebih dari sama dengan 160/110
mmHg pada dua kali pengukuran dengan jarak sekurang-kurangnya 4 jam
pada pasien yang sedang tirah baring.
• Gangguan fungsi hepar yang ditandai dengan adanya peningkatan
konsentrasi enzim hati di dalam darah, nyeri pada ulu hati atau kuadran
kanan atas abdomen yang tidak respon terhadap pengobatan
• Insufisiensi renal progresif (kreatinin serum >1,1 mg.dL atau peningkatan
dua kali kreatinin serum tanpa adanya penyakit ginjal
• Gangguan neurologis onset baru
• Edema paru
• Trombositopenia (<100.000)
Patofisiologi yang mendasarinya belum jelas, namun preeklampsia bisa
disebabkan karena disfungsi plasenta yang megarah ke sindroma disfungsi
endothelial yang mengakibatkan vasospasme. Disfungsi endothelial ini dapat
bermanifestasi sebagai sindroma maternal, fetal atau keduanya. Ibu hamil yang
mengalami disfungsi endothelial dapat menunjukkan adanya disfungsi organ
multiple, termasuk system saraf, hepatic, pulmonal, renal dan system hematologic.
Kerusakan endotel akan menyebabkan kebocoran kapiler yang tampak sebagai
peningkatan berat badan ibu hamil yang cepat, edema pada wajah dan ekstremitas,
edema paru, hemokonsentrasi atau kombinasi semuanya. Plasenta yang terpengaruh
juga dapat menyebabkan penurunan aliran darah uteroplasenta. Perfusi yang
menurun ini dapat bermanifestasi sebagai pemeriksaan denyut jantung janin yang
tidak meyakinkan, skor profil biofisik yang rendah, oligohidramnion atau fetal
growth restriction.
Faktor resiko preeklampsia meliputi:
1. Faktor maternal
a. Kehamilan pertama
b. Usia muda kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Riwayat preklamsia
d. Riwayat keluarga preeklamsia
e. Ras kulit hitam
f. Obesitas
g. Interval kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
2. Factor resiko Kesehatan maternal
a. Hipertensi kronik
b. Diabetes melitus
c. Gangguan ginjal
d. SLE
e. Obesitas
f. Trombofilia
g. Riwayat migraine
h. Penggunaan SSRI pada trimester pertama
3. Faktor resiko plasenta atau janin
a. Multiple gestation
b. Hydrops fetalis
c. Penyakit trofoblastik gestasional
d. Triploidy
Diagnosis preeklampsia ditegakkan melalui kriteria teknan darah dan
proteinuria atau jika tidak ada proteinuria, maka nilai apakah ada gejala atau
tanda lain seperti; 1) Trombositopenia, 2)kreatinin serum diatas 1,1mg/dL atau
peningkatan sebanyak 2 kali, 3)peningkatan enzim hati sebanyak 2 kali atau lebih
dari konsentrasi normal, 4) edema pulmonal dan atau 5) gejala visual atau
neurologis lainnya. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan penungjang untuk
menilai:
• Pemeriksaan darah lengkap
• SGOT/SGPT
• Kreatinin serum
• Asam urat
• Protein urin
• Apusan darah tepi
• Laktat dehydrogenase serum
• Bilirubin
• CT scan kepala
• USG
• Cardiotocografi

Eklampsia didefenisikan sebagai komplikasi dari preeklamsia berat,


bermanifestasi sebagai bangkitan grand mal onset baru dan atau koma yang tidak
dapat dijelaskan selama kehamilan atau setelah persalinan pada wanita dengan
tanda dan gejalan preeklampsia.
Satu-satunya pengobatan untuk preeklampsia adalah persalinan. Pada
pasien dengan preeklampsia berat, induksi harus dipertimbangkan setlah usia
kehamilan 34 minggu.
• Kriteria persalinan, untuk pasien dengan preeklampsia berat haru
segera melahirkan jika ada kondisi berikut:
o Pemeriksaan janin yang meragukan
o Ketuban pecah dini
o Tekanan darah yang tidak terkontrol
o Oligohydramnion
o IUGR berat
o Oliguria
o Kreatinin serum mencapai 1,5 mg/dL
o Edema pulmonal
o Sesak napas
o Nyeri kepala persisten
o Tegang abdomen kuadran kanan atas
o HELLP sindrom
o Eclampsia
o Trombositopenia
o Koagulopati
• Pengobatan kejang dan pencegahan
o Tatalaksana ABC
o Berikan magnesium sulfat, pada bangkitan aktif, berikan
magnesium sulfat IV dengan dosis 4 mg dalam syringe
selama 5-10 menit, diikuti dengan infus 1 gr/jam selama 24
jam setelah bangkitan terakhir
o Tatalaksana bangkitan ulang dengan bolus 2 gr dengan
peningkatan dosis infus menjadi 1,5-2 gr/jam
o Lorazepam dan fenitoin bisa digunakan sebagai agen lini
kedua untuk bangkitan berulang.
• Tatalaksana akut hipertensi dalam kehamilan
o Antihipertensi direkomendasikan jikan tekanan darah
>160/110mmHg dan hasil yang diharapkan
mempertahankan tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
o Obat-obatan yang digunakan meliputi, hydralazine,
labetalol, nifedipine, sodium nitroprusside (pada hipertensi
emergency berulang)

3) Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik

4) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional didefenisikan sebagai hipertensi dengan onset setelah usia
kehamilan 20 minggu, tanpa adanya tanda eklamsia dan diikuti dengan tekanan
darah yang normal setelah persalinan. Ibu hamil yang mengalami hipertensi
gestasional, satu pertiga berkembang menjadi preeklampsia.

Pada tahun 2015 dan 2017, American College of Ostetricians and Gynecologists
Committee on Obstetric Practice memperbarui pedoman terkait tatalaksana onset kut
pada hipertensi dalam kehamilan, termasuk berikut ini:4,5,6
1) Onset akut, hipertensi berat yang telah diukur menggunakan Teknik
terstandarisasi dan menetap dalam 15 menit atau lebih, dinyatakan sebagai
hipertensi emergency
2) Labetalol dan hydralazine IV merupakan pengobatan lini pertama untuk
manajemen pada onset akut, hipertensi berat pada wanita hamil dan wanita
postpartum. Berdasarkan bukti yang tersedia, nifedipine oral juga merupakan
pengobatan lini pertama
3) Labetalol parenteral harus dihindari pada pasien dengan asma, gangguan
jantung atau gagal jantung kongestif
4) Saat dibutuhkan tatalaksana mendesak sebelum pemasangan akses intavena,
algoritme pemberian nifedipine oral dapat dilaksanakan selagi pemasangan
akses intravena, atau dapat diberikan labetalol 200mg secara oral. Dapat
diulang dalam 30 menit apabila tidak ada kemajuan.
5) Magnesium sulfat tidak direkomendasikan sebagai agen antihipertensi,
namun ia merupakan obat pilihan untuk pencegahan kejang pada preeklamsia
berat dan untuk mengontrol kejang pada eclampsia.
Daftar Pustaka
1. Yesi A. Hipertensi Dalam Kehamilan.; 2013.
2. Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 2000 Jul. 183(1):S1-
S22. [Medline].

3. [Guideline] American College of Obstetricians and Gynecologists, Task Force on


Hypertension in Pregnancy. Hypertension in pregnancy. Report of the American
College of Obstetricians and Gynecologists’ Task Force on Hypertension in
Pregnancy. Obstet Gynecol. 2013 Nov. 122 (5):1122-31. [Medline]. [Full Text].

4. Magee LA, Pels A, Helewa M, Rey E, von Dadelszen P, Canadian Hypertensive


Disorders of Pregnancy Working Group. Diagnosis, evaluation, and management of
the hypertensive disorders of pregnancy: executive summary. J Obstet Gynaecol Can.
2014 May. 36 (5):416-41. [Medline]. [Full Text].
5. [Guideline] Committee on Obstetric Practice. Committee Opinion No. 623:
Emergent therapy for acute-onset, severe hypertension during pregnancy and the
postpartum period. Obstet Gynecol. 2015 Feb. 125 (2):521-5. [Medline].
6. Khalil A, Jauniaux E, Harrington K. Antihypertensive therapy and central
hemodynamics in women with hypertensive disorders in pregnancy. Obstet
Gynecol. 2009 Mar. 113(3):646-54. [Medline].
Mind Mapping Hipertensi dalam Kehamilan
Vignette Hipertensi dalam Kehamilan

Ny. A usia 22 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 38 minggu datang diantar
keluarganya ke IGD dengan keluhan nyeri ulu hati dan nyeri kepala yang dirasakan satu
hari SMRS. Pada pemeriksaan tanda vital di dapatkan TD 160/110 mmHg, RR 24 x/menit,
HR 96x/menit dan suhu 37,2C. Tampak adanya edema pada tungkai bilateral. Pasien
tidak memiliki Riwayat hipertensi sebelumnya. Pada pemeriksaan tes celup urin
didapatkan hasil protein (3+).
1. Apakah diagnosis pasien ini?
a. Superimposed preeklampsia
b. Preklampsia berat
c. Eclampsia
d. HELLP sindrom
e. Hipertensi kronik
2. Tatalaksana antihipertensi yang dibutuhkan pasien adalah
a. Kaptopril
b. Valsartan
c. Klorotiazid
d. Nifedipine
e. MgSO4

Anda mungkin juga menyukai