OLEH :
1. Ahmad Jazuli
2. M. Yunus
3. Benediktus
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-
Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti.
Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang disajikan
berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun
teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan
akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Keperawatan Perioperatif ................................................3
B. Indikasi Pembedahan......................................................................6
C. Klasifikasi Pemedahan....................................................................6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................17
B. Saran .............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien
dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien
baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di
samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu
penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting,
karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang
baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal
terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap
langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Tujuan
1
1. Tujuan Umum
Untuk para pembaca mahasiswa maupun perawat dapat mengetahui
bagaimana keperawatan perioperatif pada anak itu sendiri, dan
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca dan perawat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana keperawatan perioperatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperatif :
1. Fase pra operasi
Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika pasien berada di meja operasi sebelum pembedahan
dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan selam waktu tersebut dapat
mencangkup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,
wawancara praoperasi dan menyiapakan pasien untuk anestesi yang
diberikan dan pembedahan.
Tujuan perawatan praoperasi :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika
penyuluhan tentang tindakan anesthesia.
b. Mengkaji, merencanakandan memenuhim kebutuhan pasien
c. Mengetahu akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan
d. Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.
2. Fase intra operasi
Fase intar operasi dimulai ketika asien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruangan pemulihan (recovery room) atau istilah lainnya adalah post
anestesi care unit (PACU). Pada fase ini ruangna lingkup aktivitas
keperawatan mencangkup pemasangan intarvena kateter, pemberian
medifikasi intarvena, melakukan pemantaun kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedah dan menjaga keselametan
pasien.
Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada di meja operasi sampai
dengan pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar.
Tujuan :
Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi
optimal agar pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.
3. Fase pasca operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan
4
klinik atau ruang perawatan bedah atau dirumah. Ringkup ativitas
keperawatan melipti rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada
fase ini focus pengkajian efek agen atau obat anestesi dan memantau
fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas perawat berfokus pada
peningkatan penyembuhan dan rehabilitasi dan pemulangna pasien.
Perawatan pasca anestesi atau pembedahan di mulai sejak pasien
dipindahkan ke ruangan pulih sadar sampai diserah terimakan kembali
pada perawat di rungan rawat inap. Jika kondisi klien tetap kritis pasien
dipindahkan ke ICU.
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih
b. Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan / pemulangan pasien.
Pengkajian yang dilakukan perawat pada periode perioperatif
diantaranya adalah :
1. Rumah atau klinik
a. Melakukan pengkajian periopertif awal
b. Merencanankan metode penyuluhan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
c. Melibatakan keluarga dalam wawancara
d. Memastika kelengkapan pemeriksaan pra-operatif
e. Mengkaji kebutuhan klien terhadap transpotasi da perawatan
pasca operasi
2. Unit perawatan bedah
a. Melengkapi pengkajian pre-operatif
b. Koordinasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf
kepewaratan lain
c. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal
mungkin akan terjadi
d. Membuat rencana asuhan keperawatan.
3. Ruang operasi
5
a. Mengkaji tingkat esadaran klien
b. Melakukan penilaian ulang lembar observasi pasien atau rekam
medis
c. Mengidentifikasi pasien
d. Memastiakn daerah pembedahan
B. Indikasi Pembedahan
Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan tau sesuai
berdasarkan indikasi. Beberapa indikasi yang dapat dilakukan pembedahan
diantaranya adalah indikasi :
1. Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang
mengalami inflamasi
3. Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple
4. Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastic
5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
seperti pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkonpensasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.
C. Klasifikasi Pembedahan
Jenis-jenis prosedur bedah di klasifikasikan menurut keseriusan, urgensi,
dan tujuan. Beberapa prosedur dapat bergabung ke dalam lebih dari satu
klasifikasi. Misalnya, operasi pengangkatan dan bekas luka adalah minor
dalam keseriusan, elektif di urgensi, dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya
pembagian kelas-kelas tersebut tumpang tindih. Prosedur yang mendesak
adalah juga penting dalam tingkat keseriusannya. Kadang-kadang operasi
yang sama dilakukan untuk alasan yang berbeda pada klien yang
berbeda. Sebagai contoh, gastrektomi mungkin dilakukan sebagai prosedur
darurat untuk reseksi tukak yang telah berdarah atau sebagai prosedur
6
mendesak untuk menghapus pertumbuhan kanker. Klasifikasi menunjukkan
kepada perawat tingkat perawatan yang dibituhkan oleh klien.
7
BAB III
ASKEP PERIOPERATIF
B. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas dua
bagian, yaitu :
1) Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.
8
2) Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.
Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data pengkajian. Misalnya,
jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari yang sama, maka waktu yang
tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan pemeriksaan fisik yang
komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih berfokus pada pengkajian utama
seluruh system tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada masalah yang terabaikan.
Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh sebelum
menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian praoperatif sering kali
menunjukkan adanya ketidaknormalan. Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau
pembatalan jadwal pembedahan yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada
terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil
pemeriksaan memperlihatkan hasil yang normal-normal saja. Pengkajian praoperatif
secara umum meliputi :
1. Pengkajian umum
2. Riwayat kesehatan
3. Pengkajian psikososiospiritual
4. Pemeriksaan fisik
5. Pengkajian diagnostic
C. PENGKAJIAN UMUM
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap. Poliklinik, bagian bedah sehari, atau
unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang
berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama. Berikut ini
adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat melakukan pengkajian umum.
Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur
pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis
pembedahan. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa faktor usia, baik anak-anak dan
lansia, dapat meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut akan
membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang
penting untuk dimasukkan ke dalam rencan asuhan keperawatan.
Bayi dan anak-anak. bayi dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis
9
yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang menjalani
pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih belum optimal. Refleks
menggigil pada bayi belum berkembang dan sering terjadi berbagai variasi suhu.
Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen anetesi dapat menyebabkan
vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah bayi dianggap
kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah
kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi
sulit berespons terhadap kebutuhan untuk meningkatkan oksigen selama
pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami dehidrasi.
Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat , maka akan menimbulkan
overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak meliputi
manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan cairan, mengatasi kejang,
mengatasi perubahan suhu, mengidentifikasi dan mengatasi penurunan kesadaran
yang tiba-tiba dan kegawatan anestesi yang tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi,
serta terjadinya peralatan dan obat-obatan.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk
beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya
beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa
mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan selain masalah
kesehatan yang mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia dianggap
memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda.
Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas
gastrointestinal tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga
mungkin terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran,
serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya
kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab
sering kali ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting bagi ahli
anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatal-
gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan
kewaspadaan yang lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia.
Penurunan lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan
suhu tubuh.
Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan
10
Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai persiapan
umum. Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada kemampuan
pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses pembedahan .
beberapa jenis pembedahan membutuhkan biaya yang lebih mahal . misalnya
pembedahan jantung dan vascular, bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu
disebabkan karena proses pembedahan tersebut memerlukan alat tambahan karena
waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga berpengaruh pada biaya obat anestesi
yang digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat
penjelasan dan informasi terkait masalah financial, mulai dari biaya operasi hingga
pemakaian alat tambahan . hal ini diperlukan agar setelah operasi nanti tidak ada
complain atau ketidakpuasan pasein dan keluarga.
Persiapan Umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan.
Pasien dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis operasi, dan
prognosis dari hasil pembedahan. peran perawat disini adalah bertanggung jawab dan
memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter sudah menandatangani isi dari
informed consent.
Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus
dilakukan secara optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah sakit
memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus dilakukan sebelum
pasien memasuki kamar operasi. Beberapa rumah sakit lainnya mensyaratkan
penyediaan darah untuk persiapan transfuse harus dilakukan oleh pihak keluarga.
Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse darah antara donor dengan resipien dapat
menurunkan resiko kesalahan pemberian transfusi.
Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti pencalonan pasien yang akan
dilakukan pembedahan dari ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau unit perawatan
intensif ke kamar unit dimana pasien akan dilakukan pembedahan.
Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu
keterampilan yang biasanya difokuskan pada area intervensi bedah dan harus
dilakukan dalam waktu yang amat singkat. Pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi,
serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh seorang perawat praoperatif untuk
menyintesis temuan pengkajian dan menggunaknnya untuk menentukan tujuan
11
perawatan pasien. Pasien yang baru diterima di kamar operasi akan diklarifikasi
secara ringkas dan disesusaikan dengan intervensi bedah yang akan dilakukan. Dalam
melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi hanya
melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan system checklist.
Formulis checklist .pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif
di kamar operasi bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin
dilakukan pada pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi
yang cepat antara perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi. Yang
diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat secara
ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit memberlakukan
lembar pengenal yang dipasang pada lengan bawah pasien agar memudahkan
pengenalan lebih lanjut tentang identitas pasien. Tujuan pemasangan tanda pengenal
ini adalah untuk mencegah kekeliruan atau kesalahan intervensi yang dilakukan.
12
pasien . informasi ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan
pasien selama pra dan pascaoperatif.
Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik
yang dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur pembedahan. misalnya, pasien
yang pernah menjalani torakotomi untuk reseksi lobus paru mempunyai resiko
komplikasi paru-paru yang lebih besar daripada pasien dengan paru-paru yang masih
utuh dan normal.
Jika pasien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli di
luar apotik secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin akan
menghentikan pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum pembedahan atau
mereka akan menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat mempunyai implikasi
khusus bagi pasien bedah. Obat ynag diminum sebelum pembedahan secara otomatis
akan dihentikan saat pasien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien
untuk menggunakannya kembali.
Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada
riwayat yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien
dirawat di rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan, karena
terbatasnya waktu. Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh informasi yang
dibutuhkan maka perawat dapat bertanya pada anggota keluarga.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian
riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, tuberklusis paru, dan berbagai penyakit kronis yang akan
berdampak pada peningkatan resiko komplikasi intraoperatif.
Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu
atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada
pergelangan tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi
yang tertulis jelas pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi . perawat
juga harus memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi
yang dideritanya.
Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba
13
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi paru-
paru pascaoperasi daripada pasien bukan perokok. Perokok kronik telah mengalami
peningkatan jumlah dan ketebalan sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum
akan meningkatkan iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena
sekresi tersebut akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama
anestesi. Setelah pembedahan, pasien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar
dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir.
Kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap
obat anestesi . pasien juga mengalami toleransi silang (toleransi obat meluas)
terhadap pemakaian obat anestesi, sehingga memerlukan dosis anestesi yang lebih
tinggi dari normal. Selain itu dokter mungkin perlu meningkatkan dosis analgesic
pascaoperatif. Konsumsi alcohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan
malnutrisi sehingga penyembuhan luka menjadi lambat.
Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba (narkotika dan obat-
obatan terlarang) perlu diwaspadai atas kemungkinan yang lebih besar untuk
terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis, terutama pada pasien pengguna narkoba
suntik. Penggunaan obat-obatan narkotika atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang
dapat mengganggu kemampuan pasien mengontrol nyeri setelah operasi serta
mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anestesi selama pembedahan.
penggunaan narkoba suntik dapat mengganggu system vascular dan menyulitkan
akses ke dalam vena.
Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensori yang dinyatakan
sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat dianggap
sebagai modalitas nyeri.
Penting bagi setiap perawat untuk mempercayai pasien yang melaporkan rasa
nyeri . yang juga sama pentingnya adalah waspada terhadap pasien yang
mengabaikan nyeri. Misalnya mengungkapkan kenyataan bahwa gangguan atau
prosedur biasanya menimbulkan nyeri atau bahwa pasien tampak meringis saat
bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alas an mengapa pasien mengabaikan
rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak orang yang menyangkal nyeri yang
dialaminya karena mereka takut dengan pengobatan /tindakan yang mungkin
14
diberikan jika mereka mengeluh nyeri, atau takut menjadi ketergantungan terhadap
opioid jika obat-obat ini diberikan untuk mengatasi nyerinya.
Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri pada pasien, perawat
perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya, metode pengontrolan nyeri
yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan obat-obatan peghilang rasa nyeri,
respons perilaku terhadap nyeri, pengetahuan pasien, harapan, dan metode
manajemen nyeri yang dipilih karena akan member dasar bagi perawat dalam
memantau perubahan kondisi pasien.
Pengkaji nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif untuk
menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi pada sifat kemitraan dalam
melakukan penatalaksanaan nyeri. Perawat harus mengembangkan hubungan
terapeutik yang positif dan memberi waktu kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri.
Member posisi yang nyaman pada pasien sebelum perawat bertanya dapat membantu
pasien merasakan bahwa perawat peduli akan dirinya. Perawat menghindari nyeri
yang semakin buruk karena melakukan pengkajian yang lama.
Perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal pasien dalam
mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu bagian
tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim merupakan contoh ekspresi nyeri secara
nonverbal.
Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit biasanya membutuhkan
perhatian khusus selama pengkajian . anak-anak, individu yang mengalami
keterlambatan perkembangan, pasien yang menderita psikosis, pasien yang sedang
dalam kondisi kritis, pasien yang mengalami dimensia, dan pasien yang tidak bisa
berbicara bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan dengan cara yang berbeda.
Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal yang paling penting. Anak-anak yang
masih kecil mungkin tidak mengerti makna “nyeri” sehingga dalam melakukan
pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata, seperti ouh, aduh, atau sakit.
Untuk pasien yang mengalami gangguan kognitif, perlu menggunakan pendekatan
pengkajian yang sederhana, yaitu dengan melakukan observasi ketat terhadap
perubahan perilaku pasien. Untuk pasien yang sedang dalam kondisi kritis dan
mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan selang nasogastrik, atau
jalan nafas artificial perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik secara
lansung kepada pasien sehingga pasien dapat member jawaban dengan mengangguk
15
dan menggelengkan kepala.
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur
yang menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengungkapkan kata-
kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan. Secara kognitif ,
anak-anak toddler dan prasekolah tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri
atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi
. dengan memikirkan pertimbangan pemikiran ini, perawat harus mengadaptasi
pendekatan yang dilakukan dalam upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang
dirasakan anak-anak (termasuk apa yang akan dinyatakan dan perilaku yang akan
diobservasi) dan bagaimana mempersiapkan seorang anak untuk prosedur medis yang
menyakitkan (whaley, 1995).
Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, maka akan sulit
melakukan pengkajian nyeri . dalam situasi seperti ini, seorang penerjemah atau
seorang anggota keluarga mungkin diperlukan untuk menjelaskan perasaan pasien
dan sensasi yang dirasakan.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan
sebelum (praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi
(pascaoperasi). Ini terjadi di rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di
rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri sendiri, atau di kantor-kantor
penyedia layanan kesehatan.
Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman bedah pasien.
Selain itu tahapan bedah / perioperati itu sendiri di bagi menjadi 3
tahapan (praoperasi), selama (intraoperasi) dan setelah operasi (pascaoperasi),
dn makalah ini juga menjelaskan indikasi pembedahan dan klasifikasi
pembedahannya.
B. Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya
makalah ini semoga dapat menambah wawasannya mengenai perioperatif
care pada pediatric sendiri, dan saat kita memberikan asuhan keperawatan
agar bisa memberikan asuhan yang optimal kepada anak / pasien.jangan lupa
untuk dibaca dan di mengerti karena ini menyangkut pembedahan pada anak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Delaune & Ladner. (2006). Fundamental of Nursing Standart & Practice Third
Edition. Thomsom Delmar Learning. Clifton Park. NewYork.
http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/11/askep-perioperatif.html diakses pada 01-
09-2020
18