Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

ANALISIS
LAPORAN
KEUANGAN

MARKET VALUE RATIO

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Ekonomi & Bisnis Akuntansi DRS.MARSYAF, AK.M. AK, CA

Abstract Kompetensi
Sesi 12 ini akan membahas analisis Mahasiswa diharapkan mampu
tentang market value ratio menjelaskan tentang market value ratio
MODUL 12
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan mampu:

1. Menjelaskan pengertian dari nilai pasar.


2. Menjelaskan pengertian dan perhitungan rasio pendapatan per lembar saham .
3. Menjelaskan pengertian dan perhitungan rasio harga laba.
4. Menjelaskan pengertian dan perhitungan rasio pasar per buku .
5. Menjelaskan pengertian dan perhitungan rasio pendapatan dividen.
6. Menjelaskan pengertian dan perhitungan rasio pembayaran dividen.

Materi Pembahasan:

1. Pendahuluan
2. Pengertian Nilai Pasar (Market Value)
3. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham
4. Rasio Harga Laba
5. Rasio Pasar Per Buku
6. Rasio Pendapatan Dividen
7. Rasio Pembayaran Dividen

15
2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

1. PENDAHULUAN

Pada umumnya rasio keungan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
leverage, dan rasio profitabilitas, dan rasio profitibilitas. Namun rasio keuangan yang akan
digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan PT Kedawung Setia
Industrial Tbk ini adalah rasio pasar.
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham,
ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat
membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang
bessar sebelum melakukan penaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak
mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan
harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan
laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang
(Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham
perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno,
2003:256).

2. DEFINISI MARKET VALUE

Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan
oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di pasar bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai
konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar
menunjukan fluktuasi dari harga saham. Jogiyanto (2000).

Market value perusahaan kaitannya dengan laporan keuangan diuraikan oleh teori pasar
efisien. Fama dalam Belkaoui (1993) menyatakan bahwa dalam pasar efisien
”mencerminkan sepenuhnya” mencerminkan informasi yang tersedia. Hipotesis pasar efisien

15
3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengungkapkan bahwa harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada
masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan.

Ang (1997) menyatakan bahwa harga pasar merupakan harga jual saham sebagai
konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar
menunjukan fluktuasi dari harga saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham
yang diterbitkan (outstanding share) maka akan didapatkan market value.

Market value inilah yang kemudian disebut dengan kapitalisasi pasar (market


capitalization).

Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto, 2000). Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

Berkaitan dengan bursa saham, Anoraga (2001) menyatakan bahwa nilai pasar merupakan
harga pasar riil dan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup,
berdasarkan bursa utama. Nilai pasar menunjukan keadaan perusahaan berdasarkan
persepsi investor yang teraktualisasi melalui harga saham. Secara garis besar nilai pasar
perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena
merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau
sudah tutup, yang didasarkan pada bursa utama oleh pelaku pasar sebagai konsekuensi
dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukan
fluktuasi dari harga saham dimana harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya
informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak
dipublikasikan.

Sistem nilai buku yang merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten,
adapula nilai-nilai yang berhubungan dengan saham. Salah satunya adalah nilai pasar atau
market value yang diukur dari mengalikan harga pasar saham dan jumlah saham yang
beredar. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang
bertumbuh dan yang murah (Jogiyanto, 2003). Pertumbuhan perusahaan
menunjukan investment opportunity set (IOS) atau set kesempatan investasi di masa
mendatang. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang
berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.

15
4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ini berarti pula bahwa market value yang mencerminkan ukuran perusahaan mempengaruhi
keputusan investor untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.

Selain diukur dengan membandingkan nilai pasar dan nilai bukunya, investor juga dapat
mengukur besar kecilnya perusahaan dengan membandingkan nilai pasar dan nilai
intrinsiknya. Nilai yang lebih kecil dari nilai intrinsik atau nilai sebenarnya dari perusahaan,
menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued) karena
investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya ia bayar. Sebaliknya
nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukan bahwa saham tersebut dijual
dengan harga yang mahal (overvalued). Tinggi rendahnya harga saham tersebut
menunjukan seberapa besar ukuran sebuah perusahaan.

Harga saham pada sekuritas yang jarang diperdagangkan biasanya akan mengalami
penurunan yang lebih besar. Investor akan mengalami kerugian pada sekuritas yang jarang
diperdagangkan karena harga sekuritas tersebut mengalami penurunan dibanding dengan
pada waktu investor pertama kali membelinya.

Harga saham merupakan komponen utama pembentuk market value. Harga saham
biasanya cenderung fluktuatif (berubah-ubah). Menurut Bringham dan Gapenski (1994:26-
27), fluktuasi harga saham dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :

1. Laba per lembar saham yang diharapkan (projecting earning per share).
Pemodal yang bijaksana akan tetap mempertahankan kepemilikan sahamnya,
apabila saham yang dimiliki tersebut memberikan keuntungan yang layak baginya.
Keuntungan yang layak ini dapat dilihat dari laba per lembar saham secara umum
yaitu laba bersih pada periode tertentu dibagi dengan jumlah saham yang beredar
pada periode tersebut.

Laba per lembar saham yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan
mempengaruhi harga saham, yaitu meningkatkan harga saham yang bersangkutan.
Kenaikan laba per lembar saham ini terjadi apabila laba perusahaan mengalami
kenaikan dan jumlah lembar saham beredar tetapi bila laba bersih tetap dan jumlah
lembar saham beredar meningkat maka laba per lembar saham akan menurun.
Penurunan laba per lembar saham akan mempengaruhi perilaku pemodal dan calon
pemodal untuk memiliki saham sehingga harga saham akan terpengaruh pula.

15
5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Arus waktu penerimaan laba (timing of the earning stream)
Waktu penerimaan laba sangat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seorang
pemodal yang memperoleh laba sekarang dengan pemodal yang menerima laba di
masa yang akan datang berbeda nilainya bila diukur dengan present value.

Dalam memilih proyek investasi terbaik, tergantung pada proyek investasi mana
yang dapat memberikan tambahan nilai yang terbesar bagi laba yang akan diterima.
Jadi waktu adalah alasan yang penting untuk memusatkan kekayaan yang dalam hal
ini diukur dari waktu penerimaan laba karena pemilihan saham.

3. Risiko dari laba yang diharapkan (riskness of the projecting earning)


Harga saham juga dipengaruhi oleh resiko dari laba yang telah direncanakan atau
yang diharapkan sebelumnya. Semakin besar jaminan kepastian, investor akan
memberikan nilai tinggi terhadap harga saham yang bersangkutan.
4. Penggunaan hutang (use of debt)
Hutang merupakan sumber dana dari luar perusahaan yang harus dilunasi pada
suatu waktu di masa yang akan datang dengan disertai kewajiban untuk membayar
bunga. Banyak perusahaan yang menjadi bangkrut karena penggunaan hutang yang
berlebihan. Semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar pula
ancaman kebangkrutan yang mungkin menimpa perusahaan.

Meskipun penggunaan hutang tersebut diimbangi dengan adanya harapan untuk


memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar, namun penggunaan hutang yang
berlebihan dan tidak dikelola dengan baik akan menurunkan nilai perusahaan, yang
akhirnya akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

5. Kebijakan deviden (dividen policy)


Kebijakan pembayaran deviden memiliki pengaruh terhadap harga sahamnya.
Kebijakan manajemen dalam memutuskan besarnya laba yang dibagikan sebagai
deviden dan besarnya laba yang ditahan untuk perkembangan usaha perusahaan
atau diinvestasikan kembali (deviden policy) akan mempengaruhi pertimbangan
investor dalam memutuskan keputusan investasinya yang mungkin akan
meningkatkan atau menurunkan harga saham.

Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham
penutupan pada hari ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga
saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan.

15
6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Semakin banyak jumlah saham yang beredar dan semakin tingginya harga saham
menunjukan semakin besar ukuran sebuah perusahaan.

Seperti dikutip dalam Miapuspita, dkk (2003) semakin besar market value maka makin lama
pula investor menahan kepemilikan sahamnya. Investor melihat market value sebagai
ukuran perusahaan. Semakin besar nilai market value menunjukan bahwa perusahaan
tersebut adalah perusahaan dengan ukuran besar dan akan memberikan keuntungan tinggi
seperti yang diharapkan oleh investor.

Adapun untuk penyelesaian nilai market value ditunjukan dalam persamaan sebagi berikut :

MV = Ln of (harga pasar perlembar saham x jumlah lembar saham yang beredar)

dimana,
Market value : nilai pasar perusahaan dalam periode tertentu
Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) periode tersebut
Saham beredar : jumlah saham beredar dalam periode tersebut

Dalam akuntansi, pasar terjadi bilamana suatu entitas melakukan pembelian yang
berkenaan dengan inputnya, dan entitas melakukan penjualan yang berkenaan dengan
outputnya. Edwards dan Bell dalam Kam (1990) menyebutkan bahwa apabila pasar bisa
dikendalikan, baik oleh pialang (brokers), pembeli (buyers), atau penjual (sellers),
perbedaan antara harga pembelian dan penjualan mungkin lebih besar karena perbedaan
tersebut kemungkinan termasuk pembayaran monopoli (monopoly payment). Biaya (cost)
transportasi dan pemasangan juga akan menimbulkan harga masukan dan keluaran.

Tujuan dari manajemen keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan


memakmurkan kekayaan para pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan.
Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya
meningkat. Sementara itu harga saham yang terbentuk dalam pasar modal dan ditentukan
oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham (earning per share), rasio laba terhadap
laba per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito
pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan (Sartono, 1996).

15
7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. RASIO PENDAPATAN PER LEMBAR SAHAM (EARNING PER SHARE )

Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian


pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS
menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar
nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan
pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya
dihitung untuk saham biasa (Prastowo, 2005:93).
EPS = Laba Bersih - deviden saham istemewa
Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar

4. RASIO HARGA LABA (PRICE EARNING RATIO)

Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa


banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan
dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi.
Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER
yang rendah pula (Prastowo 2005:96)
PER Harga pasar per lembar saham
X 1 Kali
= Pendapatan per lembar saham

15
8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. RASIO PASAR PER BUKU (MARKET TO BOOK VALUE RATIO)

Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau
sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar
tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau prospek
suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor
optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
MBV = Harga pasar per saham
X 1 Kali
Nilai buku per saham
Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas
saham biasa dengan jumlah saham yang berdedar (Moeljadi, 2006:75)

6. RASIO PENDAPATAN DEVIDEN (DIVIDEND YIELD RATIO)

Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham


sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang
merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).
 Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan
kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga
pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk
perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43)
DY = Dividen per lembar saham
X 100%
Harga per lembar saham

15
9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7.  RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN (DIVIDEND PAYOUT RATIO)

Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
(Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio
pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah
akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen
perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil
pertumbuhan pendapatan perusahaan.
DPR = Dividen per lembar saham
X 100%
Pendapatan per lembar saham

15
10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Subramanyam, K.R, dan John J.Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan.Jakarta:Salemba


Empat

15
11 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai