BAHASA INDONESIA
Persoalan pandemi yang semula hanya merupakan masalah di bidang kesehatan, jika tidak
komprehensif penanganannya, membuat sektor penting seperti perekonomian ikut terdampak.
Konsekuensinya, saat mengambil keputusan terkait pengatasan pandemi, pengambil
kebijakan diminta mempertimbangkan dengan matang dampak kebijakan yang diambil agar
tidak kontraproduktif dan membawa akibat buruk terhadap bidang-bidang kehidupan lain.
Pandangan itu banyak mengemuka saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis
(10/9), menarik ‘rem darurat’ dalam penanganan pandemi covid-19 dengan menghentikan
status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi dan mengembalikan Ibu Kota kepada
PSBB seperti yang berlaku di awal masa pandemi.
Anies menyatakan keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa kondisi pandemi
di Ibu Kota yang sudah berada di tahap mengkhawatirkan. Jika ‘rem darurat’ itu tidak
diambil, kata dia, dikhawatirkan kapasitas rumah sakit di Jakarta akan segera penuh hanya
dalam sepekan.
Untuk itu, mulai Senin, 14 September 2020, PSBB ketat akan diberlakukan kembali di
seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Seluruh aktivitas di segala sektor, terkecuali 11 sektor
penting, dihentikan. Warga diminta tetap berada di rumah, kecuali untuk keperluan yang
mendesak.
Adalah wajar jika keputusan Anies yang mengembalikan status DKI Jakarta ke PSBB lama
disesalkan banyak kalangan. Salah satu yang paling mengemuka ialah munculnya
kekhawatiran akan dampak ‘rem darurat’ PSBB yang mengejutkan pelaku ekonomi dan
mengganggu progres yang telah dicapai selama ini.
Sejumlah pelaku usaha menyoroti geliat perekonomian yang sudah mulai tumbuh sebagai
dampak dari penggelontoran stimulus untuk mengungkit daya beli. Pengembalian status DKI
ke PSBB lama dinilai sama saja dengan menghentikan progres yang telah dicapai dalam
pemberian stimulus tersebut. Kita melihat pandangan tersebut beralasan dan memiliki dasar
yang jelas.
Reaksi pasar atas kebijakan tersebut juga terlihat nyata dan langsung. Setelah kebijakan itu
diumumkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis
(10/9), dilaporkan langsung turun meski pada penutupan perdagangan kemarin kembali
menguat.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kemarin masih ditutup melemah
karena terseret sentimen negatif pemberlakuan PSBB total di Jakarta.
Kita mendorong agar fenomena di Jakarta tersebut menjadi pelajaran bagi daerah lain untuk
mempertimbangkan dan mematangkan benarbenar suatu kebijakan sebelum ia diputuskan
dan diumumkan kepada publik.
Sebuah kebijakan terlanjur diumumkan, setelah mendapat reaksi yang luas, baru dibahas
kembali. Mestinya, kebijakan dibahas matang di internal pemerintah, setelah itu baru
diumumkan.
Jangan sampai akibat kebijakan itu satu persoalan selesai, tetapi persoalan lain yang lebih
besar justru muncul. Inilah pelajaran yang ingin kita tarik dari kasus di DKI Jakarta.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2114-matangkan-kebijakan-
sebelum-diumumkan
1. Coba tulis kembali judul tulisan yang kamu baca.
Matangkan Kebijakan sebelum Diumumkan
2. Apa yang kamu pahami dari judul tersebut? Rumuskan dalam kalimat baru
pemahamanmu tersebut.
Yang saya pahami dari judul tersebut, “Matangkan Kebijakan sebelum Diumumkan”
memiliki arti bahwa pemerintah harus mematangkan/ memikirkan baik- baik sebuah
kebijakan sebelum kebijakan itu diumumkan.
3. Apa kata kunci dalam paragraf pertama?
Pandemi korona, COVID-19, dampak serius, bidang kesehatan, tuntas.
4. Rumuskan kembali dalam kalimat baru pernyataan umum dalam paragraf
pertama berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
COVID- 19 menimbulkan berbagai dampak serius tidak hanya dalam bidang
kesehatan, melainkan juga bagi suatu negara bila tidak ditangani dengan tuntas.
5. Apa kata kunci dalam paragraf kedua?
Komprehensif, sektor penting, perekonomian, kebijakan, matang, kontraproduktif,
dampak buruk.
6. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumnentasi dalam paragraf kedua
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Sektor penting seperti perekonomian juga akan terdampak bila penanganan pandemi
tidak komprehensif. Agar hal itu tidak terjadi, dampak kebijakan harus
dipertimbangkan dengan matang agar tidak kontraproduktif dan berdampak buruk
bagi bidang- bidang lainnya.
7. Apa kata kunci dalam paragraf ketiga?
Pandangan, rem darurat, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, status PSBB
transisi, PSBB, penanganan.
8. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraf ketiga
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Pandangan ini berhubungan dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
yang menarik ‘rem darurat’, yaitu memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) lagi pada Jakarta setelah sebelumnya berstatus PSBB transisi.
9. Apa kata kunci dalam paragraf keempat?
Anies, keputusan, tahap mengkhawatirkan, kapasitas, rumah sakit, penuh, sepekan.
10. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraf keempat
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Menurut Anies, kondisi pandemi di Ibu Kota sudah berada di tahap mengkhawatirkan.
Kapasitas rumah sakit di Jakarta juga diperkirakan segera penuh dalam sepekan bila
PSBB tidak diberlakukan kembali.
11. Apa kata kunci dalam paragraf kelima?
Senin, 14 September 2020, PSBB ketat, DKI Jakarta, 11 sektor penting, warga,
rumah, dihentikan.
12. Rumuskan kembali dalam kalimat baru argumentasi dalam paragraf kelima
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
PSBB ketat akan diberlakukan kembali di DKI Jakarta mulai Senin, 14 September
2020, semua aktivitas akan dihentikan kecuali 11 sektor penting.
13. Apa kata kunci dalam paragraf keenam?
Wajar, keputusan, disesalkan, mengejutkan, pelaku ekonomi.
14. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf keenam
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Keputusan Anies dalam ‘rem darurat’ PSBB ini wajar bila disesali banyak kalangan
karena khawatir dampaknya mengejutkan dan mengganggu progres pelaku ekonomi
yang sudah dicapai.
15. Apa kata kunci dalam paragraf ketujuh?
Pelaku usaha, stimulus, penggelontoran, progres.
16. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf ketujuh
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Pengembalian status PSBB lama dianggap menghentikan progres yang telah dicapai
pelaku usaha.
17. Apa kata kunci dalam paragraf kedelapan?
Indeks harga saham gabungan, Bursa Efek Indonesia, turun.
18. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf kedelapan
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung turun
karena kebijakan tersebut.
19. Apa kata kunci dalam paragraf kesembilan?
Nilai tukar rupiah, antarbank, Jakarta, melemah.
20. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf kesembilan
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Selain itu, nilai tukar rupiah antarbank di Jakarta yang masih ditutup juga ikut
melemah.
21. Apa kata kunci dalam paragraf kesepuluh?
Fenomena, pelajaran, mempertimbangkan, mematangkan, publik, kebijakan.
22. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf kesepuluh
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Belajar dari fenomena di Jakarta, hendaknya suatu kebijakan daerah lain benar- benar
dipertimbangkan dan dimatangkan terlebih dahulu sebelum diumumkan ke publik.
23. Apa kata kunci dalam paragraf kesebelas?
Telanjur, internal pemerintah, reaksi yang luas, dibahas kembali, matang, internal
pemerintah.
24. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf kesebelas
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Seharusnya kebijakan dibahas secara matang di internal pemerintah sebelum
diumumkan, bukan setelah telanjur diumumkan dan mendapat reaksi yang luas.
25. Apa kata kunci dalam paragraf kedua belas?
Perkembangan terakhir, gagap, pemerintah, pandemi, solusi.
26. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf kedua belas
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Pemerintah tidak perlu gagap mengambil kebijakan meski penanganan pandemi
COVID-19 semakin mengkhawatirkan. Tetap pertimbangkan secara matang dan
komprehensif berbagai dampak yang berpotensi muncul dari solusi yang akan
diambil.
27. Apa kata kunci dalam paragraf ketiga belas?
Akibat, kebijakan, selesai, persoalan, pelajaran, kasus, DKI Jakarta.
28. Rumuskan kembali dalam kalimat baru penegasan dalam paragraf ketiga belas
berdasarkan kata kunci yang kamu temukan.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kasus di DKI Jakarta adalah jangan biarkan
persoalan yang lebih besar muncul ketika satu persoalan lain sudah selesai karena
kebijakan tersebut.
29. Apa saja fakta -fakta yang disajikan dalam tulisan tersebut?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghentikan status PSBB transisi dan
mengembalikan Ibu Kota kepada PSBB yang berlaku di awal pandemi. Mulai Senin,
14 September 2020, PSBB ketat akan diberlakukan kembali di seluruh wilayah
Provinsi DKI Jakarta. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dilaporkan langsung turun. Nilai tukar rupiah yang di transaksi antarbank di
Jakarta masih ditutup melemah.
30. Apa yang menjadi opini redaktur atas fakta tersebut?
Keputusan Gubernur wajar disesalkan karena dirasa tidak dipertimbangkan secara
matang dan komprehensif sebelum diumumkan ke publik. Pengembalikan status DKI
ke PSBB dinilai sama saja, karena menghentikan progres yang sudah dicapai.
31. Menurutmu, tanggapan redaktur tersebut ditujukkan kepada siapa?
Masyarakat atau pemerintah?
Kepada pemerintah, karena pada beberapa paragraf terakhir disebutkan beberapa
saran untuk pemerintah daerah lain agar menjadikan kasus DKI Jakarta sebagai
pelajaran.
32. Bagaimana sikap redaksi terhadap peristiwa tersebut? Mendukung, menolak,
atau netral?
Menolak, karena pada paragraf ketujuh disebutkan bahwa pengembalikan status DKI
ke PSBB dinilai sama saja, karena menghentikan progres yang sudah dicapai
33. Bagaimana saran atau rekomendasi redaksi terhadap pihak yang dituju dalam
teks editorial tersebut?
Saran redaksi terhadap pihak yang dituju adalah pemerintah tidak perlu gagap
mengambil kebijakan meski penanganan pandemic COVID-19 semakin
mengkhawatirkan. Tetap pertimbangkan secara matang dan komprehensif berbagai
dampak yang berpotensi muncul dari solusi yang akan diambil.
34. Buatlah ringkasan dengan menggunakan jawaban-jawabanmu sebelumnya!
COVID- 19 menimbulkan berbagai dampak serius tidak hanya dalam bidang
kesehatan, melainkan juga bagi suatu negara bila tidak ditangani dengan tuntas.
Sektor penting seperti perekonomian juga akan terdampak bila penanganan pandemi
tidak komprehensif. Agar hal itu tidak terjadi, dampak kebijakan harus
dipertimbangkan dengan matang agar tidak kontraproduktif dan berdampak buruk
bagi bidang- bidang lainnya. Pandangan ini berhubungan dengan kebijakan Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan yang menarik ‘rem darurat’, yaitu memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lagi pada Jakarta setelah sebelumnya
berstatus PSBB transisi. Menurut Anies, kondisi pandemi di Ibu Kota sudah berada di
tahap mengkhawatirkan. Kapasitas rumah sakit di Jakarta juga diperkirakan segera
penuh dalam sepekan bila PSBB tidak diberlakukan kembali. PSBB ketat akan
diberlakukan kembali di DKI Jakarta mulai Senin, 14 September 2020, semua
aktivitas akan dihentikan kecuali 11 sektor penting. Keputusan Anies dalam ‘rem
darurat’ PSBB ini wajar bila disesali banyak kalangan karena khawatir dampaknya
mengejutkan dan mengganggu progres pelaku ekonomi yang sudah dicapai.
Pengembalian status PSBB lama dianggap menghentikan progres yang telah dicapai
pelaku usaha. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
langsung turun karena kebijakan tersebut. Selain itu, nilai tukar rupiah antarbank di
Jakarta yang masih ditutup juga ikut melemah. Belajar dari fenomena di Jakarta,
hendaknya suatu kebijakan daerah lain benar- benar dipertimbangkan dan
dimatangkan terlebih dahulu sebelum diumumkan ke publik. Seharusnya kebijakan
dibahas secara matang di internal pemerintah sebelum diumumkan, bukan setelah
telanjur diumumkan dan mendapat reaksi yang luas. Pemerintah tidak perlu gagap
mengambil kebijakan meski penanganan pandemic COVID-19 semakin
mengkhawatirkan. Tetap pertimbangkan secara matang dan komprehensif berbagai
dampak yang berpotensi muncul dari solusi yang akan diambil. Pelajaran yang dapat
kita ambil dari kasus di DKI Jakarta adalah jangan biarkan persoalan yang lebih besar
muncul ketika satu persoalan lain sudah selesai karena kebijakan tersebut.
Teks 2
Akan tetapi, mereka malah seperti tak bosan-bosannya berseberangan dengan rakyat.
Ketidakberpihakan mereka kali ini ditunjukkan melalui pencabut an Rancangan Undang-
Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) dari Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) 2020. Ini menjadi salah satu kabar paling memilukan di tengah situasi pagebluk
covid-19 yang tak berkesudahan.
RUU PKS senyatanya sangat dinanti-nanti sebagai payung hukum terkait dengan kekerasan
seksual. Mengapa? Saat ini, di Republik ini, isu kekerasan seksual tidak terjangkau oleh
aturan hukum mana pun. Aturan perundang-undangan yang ada, sebutlah KUHP dan
KUHAP, amat tidak memadai untuk bisa mengatasi kasus kekerasan seksual.
Tidak memadai dalam arti bahwa ada kesenjangan hukum yang nyata dalam isu kekerasan
seksual tersebut. Proses hukum kasus-kasus jenis itu selama ini justru kerap tidak memenuhi
keadilan terhadap korban.
Alih-alih berpihak, proses hukum yang bertele-tele dan acap bias gender itu malah makin
meningkatkan trauma korban. Dalam beberapa kasus, korban bahkan ditempatkan sebagai
pihak yang bersalah.
Intinya, hukum kita saat ini tidak mampu memberikan rasa keadilan bagi korban. Hukum
tidak sanggup menjangkau pemulihan korban kekerasan seksual dari traumanya.
Yang terjadi sungguh memiriskan, korban kekerasan seksual pada akhirnya dibiarkan
menyelesaikan masalahnya sendiri. Dalam bahasa keras mungkin bisa kita katakan
perlindungan negara terhadap korban kekerasan seksual nihil.
Tidak bisa dimungkiri, dengan kondisi sekarang ini masyarakat Indonesia sangat rawan
mengalami kekerasan seksual. Data menunjukkan jumlah kasus kekerasan seksual terus
meningkat.
Ambil contoh data dari Komnas Perempuan yang mencatat pada 2018 menerima laporan
406.178 kasus dan pada 2019 naik menjadi sebanyak 431.471 kasus kekerasan terhadap
perempuan. Sebagian besar merupakan kekerasan seksual.
Angka-angka itu akan semakin bicara bila kita tambah dengan data lain dari komisi yang
sama, yang menyebutkan bahwa pada masa pandemi terjadi peningkatan 75% kasus
kekerasan terhadap perempuan. Sebagian besar tentu juga merupakan kekerasan seksual.
Pada alasan-alasan prinsip itulah sejatinya kebutuhan akan sebuah payung hukum bernama
RUU PKS disandarkan. Aturan hukum yang sejak awal disusun komprehensif dan
berperspektif korban.
Inilah suluh yang diharapkan mampu memberi jalan terang bagi upaya menekan angka kasus
maupun korban kekerasan seksual. Tak cuma fokus pada penindakan, tapi juga penanganan,
pemulihan, dan yang terpenting pencegahan.
Tidak ada sikap lain saat ini selain kita mendesak DPR memasukkan lagi RUU PKS ke dalam
prioritas pembahasan untuk 2020. Publik sudah bersuara keras, kini giliran gebrakan dari
gedung parlemen yang kita tunggu.
Kita yakin tidak semua anggota ataupun fraksi setuju dengan pencabutan RUU tersebut dari
Prolegnas 2020. Sejumlah fraksi bahkan terlihat ngotot mengembalikan RUU itu ke
pembahasan.
Inilah saatnya bagi Anda memperlihatkan keberpihakan kepada masyarakat, kepada korban-
korban kekerasan seksual yang selama ini tak mendapat keadilan, kepada perempuan dan
anak-anak yang amat rawan mengalami kekerasan karena tidak memperoleh cukup
perlindungan dari negara. Anda adalah wakil rakyat, maka wakililah kepentingan rakyat,
jangan wakili kepentingan-kepentingan yang lain.
Jika fraksi atau anggota DPR ogah mengembalikan RUU PKS ke prolegnas, tidaklah
berlebihan bila para ketua umum partai politik turun tangan. Negeri ini darurat kekerasan
seksual. Saatnya pemimpin politik jangan berpangku tangan.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2056-tarik-ulur-ruu-pks
Kegiatan 2 Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial (Halaman 91)
Teks 3
Melindungi Garda Kesehatan
Terus bertambahnya tenaga kesehatan (nakes) yang gugur akibat covid-19 amat menyedihkan
dan juga membuat geram. Sebab, tingginya angka ini sudah terlihat sejak perte ngahan Juli
dan berbagai faktornya pun sudah dijabarkan berulang kali.
Per 13 Juli, bahkan Indonesia telah menjadi negara ketiga terting gi soal persentase kematian
nakes berbanding kematian total masyarakat akibat covid-19. Kala itu, dengan 89 nakes yang
telah gugur dan jumlah kematian akibat covid-19 mencapai 3.656 orang, persentase kematian
nakes mencapai 2,4%. Angka itu menempatkan Indonesia di bawah Rusia dan Mesir.
Dengan belum adanya perbaikan signifi kan dalam perlindungan nakes, membengkaknya
angka kematian tentu saja tidak terhindarkan. Seperti diungkapkan Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), per 30 Agustus 2020, jumlah dokter yang berpulang telah mencapai 100 orang. Jika
memperhitungkan jumlah perawat dan nakes lainnya yang juga berpulang akibat covid-19,
kehilangan kita jelas jauh lebih besar.
Betul memang jika ada yang berpendapat bahwa permasalahan itu berakar sangat dalam,
yakni sistem kesehatan kita yang belum ideal untuk kondisi normal, apalagi pandemi. Ini
dilihat dari rasio dokter yang masih jauh dari angka ideal WHO. Sementara itu, WHO
menyebutkan angka ideal jumlah dokter di populasi ialah 1:1.000, perbandingan di Tanah Air
hanya 0,4 dokter: 1.000 penduduk. Angka itu sekaligus yang kedua terendah di Asia
Tenggara.
Dari jumlah itu tentunya dokter-dokter spesialis jumlahnya amat sedikit jika dibanding
dengan populasi. IDI mengungkapkan bahwa jumlah dokter spesialis paru yang dimiliki
Indonesia hanya 1.200 orang.
Dokter spesialis lainnya, yang terkait untuk penanganan covid-19, termasuk dokter spesialis
internis, anestesi, dan dokter UGD, rasionya pun tidak lebih baik. Maka dalam kondisi perang
jangka panjang seperti sekarang ini, para dokter tersebut mestinya ibarat senjata yang harus
benar-benar dirawat dan disokong.
Betul seperti yang dikatakan juru bicara Satgas Covid-19 bahwa jam kerja nakes perlu
dibatasi. Namun, jelas ini tidak cukup. Ketika jumlah nakes di sebuah pelayanan kesehatan
memang sudah minim, pembatasan jam kerja mustahil dilakukan. Solusi macam ini ibarat
retorika, jika tidak mau dikatakan menyederhanakan persoalan yang ada.
Pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan yang paling bertanggung jawab terhadap sistem
kesehatan mestinya bisa membuat solusi lebih tersistematis. Solusi ini tentunya dengan
mendengar berbagai permasalahan krusial yang sudah dijabarkan banyak pihak, termasuk
IDI.
Salah satu permasalahan krusial ialah tata kelola ruang pelayanan kesehatan yang belum
didesain untuk menghadapi wabah virus. Tata kelola yang baik baru bersandar pada
ketanggapan manajemen rumah sakit belum berdasar dari regulasi pemerintah.
Padahal, tata kelola ini bukan berarti harus dengan pendirian fasilitas baru yang canggih,
tetapi bisa dimulai dari ada nya pembuatan alur zonasi kegawatan di rumah sakit hingga
pembuatan ruang tekanan negatif (berventilasi baik).
Selain itu, pemerintah sudah saatnya memperhatikan urgensi hadirnya komite keselamatan
kesehatan yang nantinya dapat benar-benar mengawasi dan mendorong lingkungan kerja
yang terstandar bagi para nakes.
Perbaikan-perbaikan itu mestinya dapat cepat dilakukan sebagai langkah awal perlindungan
nakes. Dalam jangka pan jang, tentu saja, negara harus lebih memudahkan lahirnya dokter-
dokter dan nakes lainnya.
Dengan mahalnya biaya pendidikan dokter sesungguhnya negara sudah sangat berutang
kepada para orangtua yang membiayai anak-anaknya di jalan ini ketimbang profesi lainnya
yang tidak kalah menjanjikan materi dan prestise. Karena itu, perbaikan sistem dan
manajemen kesehatan nasional sebenarnya ialah hanya langkah kecil untuk berterima kasih
kepada para pejuang kesehatan ini.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2105-melindungi-garda-
kesehatan
Kalimat Opini
Kalimat Fakta
Kritik Penilaian Prediksi Harapan Saran
Per 13 Juli, Terus Dengan belum Tidak ada Dalam kondisi Betul seperti
Indonesia telah bertambahnya adanya perbaikan perang jangka yang
menjadi negara tenaga signifi kan dalam panjang seperti dikatakan juru
ketiga terting gi kesehatan perlindungan sekarang ini, bicara Satgas
soal persentase (nakes) yang nakes, para dokter Covid-19
kematian nakes gugur akibat membengkaknya tersebut bahwa jam
berbanding covid-19 amat angka kematian mestinya ibarat kerja nakes
kematian total menyedihkan tentu saja tidak senjata yang perlu dibatasi.
masyarakat dan juga terhindarkan. harus benar-
akibat covid-19. membuat benar dirawat
geram. dan disokong.
89 nakes yang Betul memang Pemerintah Solusi ini
telah gugur dan jika ada yang sebagai tentunya
jumlah berpendapat pengatur dengan
kematian akibat bahwa kebijakan dan mendengar
covid-19 permasalahan itu yang paling berbagai
mencapai 3.656 berakar sangat bertanggung permasalahan
orang, dalam, yakni jawab terhadap krusial yang
persentase sistem kesehatan sistem sudah
kematian nakes kita yang belum kesehatan dijabarkan
mencapai 2,4%. ideal untuk mestinya bisa banyak pihak,
kondisi normal, membuat termasuk IDI.
apalagi pandemi. solusi lebih
tersistematis.
Berdasarkan Jika Pemerintah Perbaikan-
Ikatan Dokter memperhitungkan sudah saatnya perbaikan itu
Indonesia (IDI), jumlah perawat memperhatikan mestinya
per 30 Agustus dan nakes lainnya urgensi dapat cepat
2020, jumlah yang juga hadirnya dilakukan
dokter yang berpulang akibat komite sebagai
berpulang telah covid-19, keselamatan langkah awal
mencapai 100 kehilangan kita kesehatan yang perlindungan
orang. jelas jauh lebih nantinya dapat nakes. Dalam
besar. benar-benar jangka pan
mengawasi dan jang, tentu
mendorong saja, negara
lingkungan harus lebih
kerja yang memudahkan
terstandar bagi lahirnya
para nakes. dokter-dokter
IDI Dari jumlah itu Perbaikan dan nakes
mengungkapkan tentunya dokter- sistem dan lainnya.
bahwa jumlah dokter spesialis manajemen
dokter spesialis jumlahnya amat kesehatan
paru yang sedikit jika nasional
dimiliki dibanding dengan sebenarnya
Indonesia hanya populasi. ialah hanya
1.200 orang. langkah kecil
untuk
berterima kasih
kepada para
pejuang
kesehatan ini.
Kegiatan 1 Menentukan Isu Aktual dari Berbagai Media Informasi (Halaman 96)
1. Teks 1
PSBB Jakarta Dimulai Hari Ini, Simak 16 Aturan Baru yang Wajib Dipatuhi Warga
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan
menerapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua atau PSBB
pengetatan. PSBB jilid dua berlaku selama dua pekan mulai Senin (14/9/2020) hari ini hingga
27 September 2020. Penerapan PSBB itu mengacu pada Pergub Nomor 88 tahun 2020 terkait
perubahan Pergub Nomor 33 tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam Penanganan
Covid-19 di DKI Jakarta. Dengan demikian, pelonggaran-pelonggaran yang sebelumnya
diberlakukan pada PSBB transisi akan ditiadakan.
Teks 2
PSBB Jakarta Mulai Besok, Simak Penjelasan Anies Baswedan
jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan
pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah ibu kota mulai Senin
14 September 2020. PSBB diatur dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun
2020 tentang Perubahan Pergub Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam
Penanganan Covid-19 di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Salah satu
pertimbangannya adalah melihat pertambahan kasus Covid-19 di DKI Jakarta dalam 12 hari
terakhir yang sangat besar.
Hal ini diungkap Anies dalam jumpa pers di Balai Kota DKI Jakarta, Minggu (13/9) yang
disiarkan secara langsung di YouTube Pemprov DKI Jakarta. Jumpa pers dihadiri Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Kajati DKI Jakarta, Kapolda Metro Jaya, Pangdam Jaya, Jubir Satgas
Covid-19. Anies mejelaskan bahwa pada September 2020, terjadi peningkatan kasus Covid-
19 yang signifikan di DKI Jakarta. Dia menjelaskan, per 30 Agustus 2020, kasus aktif di DKI
Jakarta ada 7.960. Sepanjang Agustus, kata dia, sebenarnya kasus aktif menurun. Namun,
September sampai tanggal 11 kemarin, atau 12 hari pertama terjadi penambahan 3.864 kasus
atau sekitar 49 persen dibanding akhir Agustus.
“Bila kita lihat rentangnya, sejak 3 Maret pada saat pertama kali ada kasus positif
diumumkan sampaik 11 September, ini lebih dari 190, dan dari 190 hari lebih itu 12 hari
terakhir kemarin menyumbangkan 25 persen kasus positif,” kata Anies Baswedan.
“Walaupun yang sembuh juga kontribusinya 23 persen, yang meninggal dunia dalam 12 hari
terakhir adalah 14 persen. Jadi, dari 120 hari, ada 12 hari di mana kita menyaksikan
peningkatan yang sangat signifikan,” katanya.
Sebab itu, Anies merasa perlu melakukan langkah extraordinary bagi penanganan Covid-19
di DKI Jakarta. Sebab, ujar Anies Baswedan, sejak 4 Juni 2020, sudah dilakukan masa
transisi. Kegiatan yang semula tidak dizinkan, sudah mulai dibuka. Sudah mulai aktivitas
sosial, ekonomi, budaya, bergerak.
“Namun, menyaksikan kejadian selama 12 hari ini, kami merasa perlu untuk pengetatan agar
pergerakan pertambahan kasus di Jakarta bisa terkendali. Bila ini tidak terkendali, dampak
ekonomi sosial budaya akan menjadi sangat besar,” paparnya.
Karena itu, kata Anies, formulasi PSBB kali ini dilakukan berbeda dengan masa transisi lalu.
Formulasi berbeda inilah yang menyebabkan memerlukan waktu ekstra, dan baru
disampaikan pada siang ini. Anies Baswedan menambahkan di Jakarta kegiatan testing
dilakukan masif. Karena kebijakan yang diambil Pemprov DKI Jakarta adalah mendeteksi
kasus-kasus positif Covid-19 seawal mungkin.
Dengan demikian, maka mereka yang terpapar bisa isolasi agar tidak menular ke yang lain.
Di sisi lain bila terpapar, terlebih mereka yang memiliki penyakit penyerta berisiko maupun
lanjut usia bisa melakukan isolasi di fasilitas kesehatan. Mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan (mendikbud) menjelaskan di seluruh Indonesia sudah dilakukan uji usab PCR
sebanyak 1,49 juta penduduk. Di Jakarta, lebih dari 732 ribu orang menjalani tes usap. Dia
menegaskan, masifnya tes yang dilakukan ini adalah dalam rangka menyelamatkan nyawa
warga Jakarta. “Beberapa hari terakhir kita menyaksikan angka kematian yang meningkat,
walau tingkat kematiannya menurun, tapi jumlah orang yang meninggal mengalami
peningkatan cukup tinggi,” kata Anies. (boy/jpnn)
Sumber: https://www.jpnn.com/news/psbb-jakarta-mulai-besok-simak-penjelasan-
anies-baswedan
Teks 3
PSBB Jakarta Diperketat Mulai Senin, Gubernur Anies Umumkan Aturan
Barunya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerbitkan
aturan baru terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota. PSBB ketat
diterapkan pada Senin (14/9/2020) hingga dua minggu ke depan. Aturan baru PSBB Jakarta
ini tertuang dalam Peraturaan Gubernur (Pergub) 88 tahun 2020 tentang Perubahan atas
Pergub 33/2020 tentang Pelaksanaan PSBB di DKI. Anies menyebut, secara prinsip, PSBB
yang besok mulai diterapkan kembali tak jauh berbeda dengan awal masa pandemi.
"Prinsipnya dalam masa PSBB yang berlaku di Jakarta sejak 10 April dan sampai hari ini
masih berstatus PSBB," ucapnya, Minggu (13/9/2020). Mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan ini mengatakan, tujuan penerapan PSBB kembali ialah untuk mengendalikan
penularan Covid-19 di awal September ini. "Bila tidak terkendali, dampak ekonomi sosial
budaya akan sangat besar," ujarnya. Dengan penerapan ini, ada sejumlah pembatasan
kegiatan sosial ekonomi yang bakal diterapkan. "Pesan paling penting PSBB tetap berada di
rumah kecuali mendesak dan esensial," kata dia.
5 Pembatasan
Gubernur Anies mengatakan ada lima faktor pembatasan dalam penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) Jakarta. Faktor pertama, kata Anies, adalah pembatasan sosial,
ekonomi, keagamaan, kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Kedua, lanjut Anies, adalah
pengendalian mobilitas. Ketiga, kata Anies, adalah remcana isolasi yang terkendali.
"Keempat adalah pemenuhan kebutuhan pokok dan yang kelima adalah penegakan sanksi,"
kata Anies. Prinsipnya dalam masa PSBB yang berlaku di Jakarta sejak 10 April dan sampai
dengan hari ini, kata Anies, Jakarta masih berstatus PSBB sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes).
Sesuai Permenkes, PSBB berlaku dua mingguan dan dapat diperpanjang. "Pada prinsipnya
selama masa PSBB sebisanya tetap berada di rumah dianjurkan untuk tidak berpergian
kecuali untuk keperluan mendesak kecuali untuk aktivitas dalam usaha esensial yang
memang diperbolehkan," kata Anies.
11 Sektor Usaha
Selama masa PSBB Jakarta, ada ke 11 sektor usaha esensial yang tetap beroperasi namun
menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Yakni, sektor kesehatan, sektor bahan pangan
dan minuman, sektor energi, sektor komunikasi dan teknologi informasi. Sektor keuangan
(termasuk perbankan, sistem pembayaran dan pasar modal, dan seluruh sistem yang berada
dalam sistem keuangan di Indonesia) juga masih diperbolehkan beroperasi dengan
pembatasan.
Selain itu, sektor logistik, sektor perhotelan, sektor konstruksi, sektor industri strategis, sektor
pelayanan dasar (termasuk utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital
nasional dan objek tertentu), serta sektor yang memfasilitasi kebutuhan sehari-hari juga masih
diperbolehkan beroperasi dengan pembatasan.
Sektor yang Dilarang Beroperasi
Sektor atau kegiatan yang dilarang beroperasi selama PSBB berlangsung, di antaranya:
Pendidikan, sekolah masih tetap tutup
Kawasan pariwisata, taman rekreasi dan semua kegiatan hiburan
Fasilitas umum yang terkait pengumpulan orang
Sarana olahraga publik, olahraga dilakukan secara mandiri di lingkungan masing-
masing
Kegiatan resepsi pernikahan, seminar atau conference.
"Khusus pernikahan, dan pemberkatan perkawinan dapat dilakukan di KUA atau di
kantor catatan sipil," tegas Anies.
Sedangkan, kegiatan esensial yang dapat beroperasi dengan kapasitas dibatasi diantaranya:
Kantor perwakilan negara asing
Organisasi internasional
BUMN dan BUMD yang terlibat dalam penanganan Covid-19
Organisasi masyarakat lokal dan internasional yang bergerak di sektor kebencanaan
Sumber: https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/09/13/psbb-jakarta-
diperketat-mulai-senin-gubernur-anies-umumkan-aturan-barunya