Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun
tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat
dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan pemukaan tergantung pada desain
cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Depkes, RI, 1995:4).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan
perubahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan
tekanan tinggi. Tablet dapat memilih bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram,
serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17
mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, R., 1994:164).
Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57) :
a. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam
berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada
desain cetakan.
b. Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet
tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan
selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
c. Tablet Triturat
Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris,digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk
peracikan obat.
d. Tablet Hipodermik
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau
melarut sempurna dalam air, umumnya dulu digunakan untuk membuat
sediaan injeksi hipodermik.
e. Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi
dan gusi.
f. Tablet Sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet
dibawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui
mukosa mulut. Tablet nitrogliserin merupakan salah satu obat yang
mudah diserap dengan cara ini.
g. Tablet Effervessent
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain
zat aktif, tablet efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat,
asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan karbon dioksida. Tablet harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, dan pada etiket tertera
tablet tidak untuk langsung ditelan.
h. Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu
dengan rasa enak dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam
formulasi tablet untuk anak, terutama multivitamin, antasida dan
antabiotik tertentu. Tablet ini dibuat dengan cara dikempa, pada
umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi, serta mengandung bahan pewarna dan bahan
pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
i. Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet
ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan.
j. Tablet Hisap
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis,
yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi
kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi
keringdibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan sehingga menjadi
tablet yang besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (Depkes RI,1995:5).
Tablet mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain
yang cocok (Depkes RI, 1979:6).
Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan
dibandingkan sediaan lain (Lachman, 2008: 645), yaitu :
a. Granulasi basah
Metode granulasi basah merupakan metode yang terluas digunakan
orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah sebagai
berikut : menimbangdan mencampur bahan-bahan, pembuatan
granulasi basah,pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul,
pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelincir dan
pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 2008: 261).
b. Granulasi kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi
dengan cara memadatkan massa yang jumlah besar dari campuran
serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-
pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini baik
bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa
yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk
bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,
karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikan (Ansel, 2008:
269).
c. Kompresi langsung
Metode kempa langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet
dengan cara mengempa langsung campuran bahan-bahan yang
terbentuk kristal/serbuk tanpa mengubah karakterisktik fisiknya.
Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung khususnya
digunakan untuk bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat mudah
mengalir dan mempunyai sifat kohesif yang memungkinkan untuk
cetak langsung dalam mesin tablet (Ansel, 2008: 271).
2.3 Komposisi tablet
a. Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi yang sering digunakan antara lain laktosa, pati dan
selulosa mikrokristal. Bahan pengisi ditambahkan jika perlu kedalam
formulasi agar membentuk ukuran tablet yang diinginkan (Ansel,
2008: 263).
b. Pengikat (binders)
Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikan kekompakan kohesif
bagi tablet yang dicetak langsung. Contoh bahan pengikat adalah
akasia dan tragakan, gelatin, kanji, polimer-polimer alam yang telah
dimodifikasi seperti alginat, derivat, selulosa, seperti CMC dan PVP
(Voight. 1995: 359).
c. Pelicin (lubrikan)
Bahan pelicin berfungsi memudahkan mendorong tablet cetakan
melalui pengurangan gesekan antar dinding dalam ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet. Bahan pemisah bentuk (anti-adherent) berfungsi
mengurangi lekatnya massa tablet pada dinding ruang cetak dan
permukaan punch serta menghasilkan kilap percetakan pada tablet
(Voight. 2008: 359).
d. Pelincir
Bahan pelincir berfungsi meningkatkan aliran bahan measuki cetakan
tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta
membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat (Ansel,2008: 266).
2.4 Tablet Salut
Tablet salut yang telah dikenal luas diantaranya adalah tablet salut gula,
tablet salut tipis (enterik dan non enterik), dan tablet salut kompresi (compression
coating). Tujuan penyalutan tablet adalah untuk memperbaiki penampilan obat,
menutupi rasa, bau dan warna obat yang tidak menyenangkan, memberikan
perlindungan fisik dan kimia pada obat (melindungi obat yang tidak stabil dalam
asam dan melindungi lambung dari obat yang dapat mengiritasi lambung), serta
mengendalikan pelepasan obat dari tablet (Michelle & Yisheng, 2009; Porter &
Bruno, 1990). Ada tiga komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet,
yaitu sifat-sifat tablet, proses penyalutan, dan suasana penyalut (Porter & Bruno,
1990).
Tablet yang akan disalut harus memiliki sifat-sifat yang sesuai selama
proses penyalutan. Tablet inti sebaiknya berbentuk sferis, elips, bikonveks, bulat,
atau bikonveks oval agar tablet dapat mengikuti perputaran dan bergerak bebas
dalam panci penyalut. Kekerasan dan keregasan tablet menjadi perhatian utama
karena pada proses penyalutan akan saling berbenturan. Jika tablet rapuh maka
akan terjadi pecahan-pecahan hasil kikisan atau benturan yang pada akhirnya
menyebabkan rusaknya tekstur pada permukaan tablet.
Medium penyalut terdiri dari polimer pembentuk lapis tipis, plasticizer,
zat warna, dan pelarut. Polimer yang digunakan hendaknya dapat
membentuk lapisan tipis yang koheren pada permukaan tablet, larut dalam
pelarut yang digunakan, stabil terhadap cahaya, panas, kelembaban
udara, kompatibel dengan bahan tablet yang akan disalut, tidak
memiliki bau, rasa, tidak memiliki efek farmakologi, dan bahan lain
yang digunakan dalam susunan penyalut ataupun zat aktif, serta memiliki
nilai estetika yang baik agar produk yang dihasilkan menarik (Lachman,
Lieberman, & Schwartz, 1990). Penggunaan plasticizer dengan
perbandingan yang tepat dalam susunan penyalut dapat memberikan
fleksibilitas lapisan salut. Beberapa contoh plasticizer yang sering
digunakan dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu poliol (gliserol,
propilen glikol, ester), organik (ester ftalat, triasetin), minyak/gliserida
(minyak jarak monogliserida terasetilasi). Pelarut yang digunakan dalam
susunan penyusun penyalut dapat berupa pelarut tunggal atau kombinasi.
Contoh dari pelarut yang digunakan adalah air, etanol, metilklorida,
metanol, aseton, dan isopropanol. Zat warna yang digunakan harus dapat
memberi warna nyata dan menarik. Zat warna terbagi menjadi tiga jenis
yaitu pewarna organik (FD&C red), pewarna anorganik (titanium oksida),
dan pewarna alami (karmin) (Cole, 1995).
Metode penyalutan yang digunakan tergantung dari fasilitas yang
tersedia. Metode yang umum digunakan adalah:
a. Panci penyalut
Panci ini berbentuk bulat atau heksagonal, terbuat dari tembaga
atau besi dengan stainless steel berdiameter 8 inchi sampai 6 kaki dan
dilengkapi dengan penyangga untuk memperbaiki gerakan tablet dalam
panci. Panci dipasang dengan kemiringan 300-500 untuk mempermudah
proses penyemprotan.
b. Alat penghisap udara
kera puhan=¿ ¿
d. Uji waktu hancur
Uji ini dilakukan untuk menentapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera pada masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang
jelas diantara periode pelepasan tersebut.Uji waktu hancur tidak menyatakan
bahwa sediaan atau bahan aktifnya larut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur
sempurna bila sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak
yang tidak mempunyai inti yang jelas (Ditjen POM, 2014).
e. Uji disolusi
Obat yang telah memenuhi persyaratan waktu hancur, kekerasan,
keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar belum dapat menjamin
bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan
pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari
bentuk padat kedalam bentuk larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan
jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu.Uji ini digunakan untuk
memenuhi kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-
masing monografi (Ditjen POM, 2014).
1. Farmakodinamik Clopidogrel
2. Dosis Clopidogrel
5. Interaksi Clopidogrel
Keamanan pemberian bersamaan aspirin dengan clopidogrel secara kronik
belum dibuktikan. Pengguanaan bersamaan antara heparin dan clopidogrel harus
dilakukan dengan perhatian khusus karena keamanannya belum dibuktikan.
Selama penelitian interaksi obat, tidak ada interaksi obat dengan obat yang
penting secara klinis diamati dengan clopidogrel dan aspirin (diberikan 500 mg
dua kali sehari selama satu hari) heparin, atenolol, nifedipin, esterogen, digoksin
atau teofilin. Aktivitas farmakodinamik clopidogrel tidak terlalu dipengaruhi oleh
pemberian bersama fenobarbital atau simetidin. Pemberian bersamaan clopidogrel
dengan naproksen menghasilkan peningkatan kehilangan darah samar GI. Tidak
ada interaksi obat atau uji laboratorium yang diketahui dengan clopidogrel
(Mozayani dan Raymon, 2014).
6. Indikasi Clopidogrel
Mencegah kejadian aterotrombosit pada pasien yang menderita infark
miokard, stroke iskemik atau penyakit arteri perifer tahap lanjut, pasien dengan
sindrom korner akut, sindrom coroner akut tanpa peningkatan segmen-ST (angina
tak stabil atau infark miokard non gelombang Q), infark miokard akut dengan
peningkatan segmen-ST, dalam kombinasi dengan asetosal pada pasien yang
memenuhi syarat untuk mendapat terapi trombolitik (Pramudianto dan Evaria,
2013).
7. Kontraindikasi Clopidogrel
Hipersnsitivitas terhadap suatu obat perdarahan patologis aktif seperti
ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial (Kastrup, 2011).
8. Efek Samping Clopidogrel
Terapi antiplatelet efektif untuk mengurangi kejadian stroke, namun
antiplatelet mempunyai efek samping perdarahan saluran cerna dan dapat
meningkatkan angka kematian. UK Transient Ischemic Attack study melaporkan
bahwa 3,1% pasien yang mendapatkan terapi antiplatelet mengalami perdarahan
saluran cerna. Sebuah penelitian dengan metode randomized, double-blind,
placebocontrolled melibatkan 5.170 pasien dengan hasil yang menunjukan
penggunaan antiplatelet clopidogrel ganda atau kombinasi aspirin dan clopidogrel
meningkatkan kejadian perdarahan pada saluran cerna dibandingkan dengan
kelompok yang menggunakan aspirin (Yanti et all, 2018).
2.9 CPOB
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.
2.9.1 Persyaratan CPOB
PEMBAHASAN
3.4 Perhitungan
Zat aktif Clopidogrel = tiap tablet mengandung 75 mg/tablet
Zat tambahan
1. Avicel = 25% x 300 mg = 75 mg
2. Crospovidone = 5% x 300 mg = 15 mg
3. Mg-Stearat = 1% x 300 mg = 3 mg
4. Talk = 3% x 300 mg = 9 mg
5. Laktosa = 300 mg – ( 75 + 75 + 15 + 3 + 9 )
= 300 mg – 177 mg
= 123 mg
Skala Produksi (untuk 100.000)
1. Clopidogrel = 75mg x 100.000 tab = 75 kg
2. Avicel = 75mg x 100.000 tab = 75 kg
3. Crospovidone = 15 mg x 100.000 tab = 15 kg
4. Mg – stearat = 3 mg x 100.000 tab = 3 kg
5. Talk = 9 mg x 100.000 tab = 9 kg
6. Laktosa = 123 mg x 100.000 tab = 123 kg
3.5 Alur Pengadaan Barang
Bahan baku yang baru datang dicek dokumennya apakah sudah sesuai
satndar atau tidak, jika tidak maka akan didisposisi, jika ya maka bahan baku
diberi label berwarna kuning dan kemudian dikarantina. Setelah dikarantina,
bahan baku akan disampling untuk uji. Jika tidak lolos uji, bahan baku diberi label
merah (reject). Jika lolos uji, bahan akan diberi label hijau (release), yang artinya
bahan baku tersebut siap untuk dijadikan bahan produksi. Pelabelan ini berguna
untuk mencegah terjadinya mix up (campur baur) yang mana bahan baku salah
ambil sehingga akan merusak mutu produk.
3 Proses Produksi Sediaan yang Baik
3.6.1 Pengeluaran Bahan Baku
3.6.2 Proses Produksi
Proses produksi sediaan tablet Clopidogrel menggunakan metode
kempa langsung dan proses penyalutan, mempertimbangkan sifat
hidrokopis dari Clopidogrel tersebut.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1 Clopidogrel Bisulfate sebagai zat aktif memiliki komponen formula yang
cocok dengan bahan baku Cellulose Microcrystalline (Avicel 102)
sebanyak 25% , Crospovidone (polivinilpirolidon) sebanyak 5%, Mg-
Stearat sebanyak 1%, Talk sebanyak 3%, Laktosa spray dried ad 100%,
Sementara untuk penyalut digunakan HPMC, PEG 400, Iron oxide yellow,
titanium dioxide.
2 Pembuatan Tablet salut Clopidogrel Bisulfate di pertimbangkan karena
clopidogrel merupakan zat aktif yang memliki sifat hidroskopis, sehingga
pembuatan tablet salut melalui metode kempa langsung kemudian di
lakukan proses penyalutan.
a. Proses pembuatan tablet inti Clopidogrel Bisulfate, avicel 102, talk
dan crospovidone diayak dengan mesh 20 untuk mendapatkan
partikel yang homogen, sedangkan mg-stearat dan laktosa diayak
dengan mesh 40. Semua bahan yang sudah diayak dicampur
menggunakan planetary mixer hingga homogen.
b. Proses selanjutnya adalah penyalutan. Campurkan HPMC dengan
air dikembangkan terlebih dahulu, selanjutnya campurkan PEG
400 sedikit demi sedikit hingga homogen, setelah itu tambahkan
titaniumdioxide dan iron oxide yellow hingga homogen.
Selanjutnya tablet inti tadi dilakukan proses spraying dengan
menggunakan bahan penyalut yang telah dibuat. Tablet yang sudah
selesai disalut dimasukkan ke dalam panci polishing untuk
memoles tablet supaya mengkilat. Tahap pengkilatan (polishing)
bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut sehingga
terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer
selulosa.
4.2 Saran
Dalam Produk Tablet salut Clopidogrel Bisulfate tentunya memiliki kendala
pada bentuk sediaanya, diharapkan ada sediaan selain bentuk tablet salut
sehingga penggunaaan/pemerian obat Clopidogrel Bisulfate bisa lebih
flexible.