Anda di halaman 1dari 13

PENYAKIT AIDS

Disususun Oleh :

Nama : Hotmardina Moira Putri

Nim : P07125320033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
2020/2021
Latar Belakang

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia. Masalah HIV/AIDS diyakini bagaikan fenomena gunung es
karena jumlah kasus yang dilaporkan tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya
(Hardisman, 2009). Pada khir tahun 2016 diestimasikan 36,7 juta orang di dunia hidup dengan
HIV, sebanyak 1,8 juta orang baru terinfeksi HIV, dan menyebabkan 1 juta kematian pada tahun
2016 (WHO, 2017).

Di dunia tercatat 34,5 juta orang terjangkit HIVdengan penderita wanita sebesar17,8 juta
sedangkan penderita anak berusia kurang dari 15 tahun 2,1 juta (UNAIDS, 2017). Asia Tenggara
menduduki peringkat kedua sebagai penderita HIV terbanyak setelah Afrika, yakni sebesar 3,5
juta orang dengan 39% penderita HIV merupakan wanita dan anak perempuan (WHO, 2016).

Pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat kedua yang diestimasikan sebagai
penyumbang orang dengan HIV/AIDS terbanyak di Asia Tenggara setelah India (60%) yakni
sebesar 20% atau 690.000 ODHA (WHO, 2016). Tahun 2016, Indonesia mengalami kenaikan
kejadian insiden HIV menjadi 41.250 orang yang sebelumnya sebesar 30.935 orang pada tahun
2015 (Ditjen P2PKemenkes RI, 2016).
Pengertian HIV/AIDS

Pengertian HIV atau kepanjangan dari human immunodeficiency virus adalah infeksi


virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini secara spesifik menyerang sel
CD4 yang menjadi bagian penting dalam perlawanan infeksi. Hilangnya sel CD4 akan
melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis. Akibatnya, HIV akan membuat
tubuh Anda rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan
patogen merugikan lainnya.

Sering dikira sebagai satu kesatuan, HIV dan AIDS adalah kondisi berbeda. Meski
begitu, keduanya memang saling berhubungan.AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah.
Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain, seperti kanker dan
berbagai infeksi oportunistik yang muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Sederhananya, infeksi HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Jika
infeksi virus ini dalam jangka panjang tidak diobati dengan tepat, Anda akan berisiko lebih
tinggi mengalami AIDS.

Seberapa umumkah HIV dan AIDS?

Menurut laporan UN AIDS, pada akhir 2019 ada sekitar 38 juta orang di dunia yang hidup
dengan penyakit HIV/AIDS alias ODHA. Sebanyak 4% kasus di antaranya di alami oleh anak-
anak.

Di tahun yang sama, sekitar 690.000 orang meninggal akibat penyakit yang muncul
sebagai komplikasi AIDS. Dari total populasi itu, 19% orang sebelumnya tidak menyadari
dirinya terinfeksi. 
Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS

Infeksi penyakit ini pada umumnya tidak menampakkan wujud yang jelas di awal masa
infeksi. Kebanyakan ODHA tidak menunjukkan tanda atau gejala HIV/AIDS yang khas dalam
beberapa tahun pertama saat terinfeksi.Jika mengalami gejala, kemungkinan gangguan yang
dirasakan tidak begitu berat. Gejala yang muncul kerap disalahpahami sebagai penyakit lain
yang lebih umum. 

Namun, Anda patut waspada jika mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan
melemahnya kondisi sistem imun tubuh. Gejala awal penyakit HIV umumnya mirip dengan
infeksi virus lainnya, yaitu:

 Demam HIV.
 Sakit kepala.
 Kelelahan.
 Nyeri otot.
 Kehilangan berat badan secara perlahan.
 Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.

Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu sekitar 2-15 tahun hingga menimbulkan gejala.
Infeksi virus ini memang tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda. Virus tersebut
perlahan menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai
kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit, terutama infeksi.Jika infeksi virus HIV
dibiarkan berkembang, kondisi ini bisa berubah semakin parah menjadi AIDS.

Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang dapat muncul:

 Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut.
 Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
 Penyakit radang panggul kronis.
 Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya (mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing).
 Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet.
 Lebih mudah mengalami memar.
 Diare yang lebih sering.
 Sering demam dan berkeringat di malam hari.
 Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan,
ketiak, atau pangkal paha.
 Batuk kering yang terus menerus.
 Sering mengalami sesak napas.
 Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
 Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
 Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
 Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
 Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.

Ada juga kemungkinan bahwa Anda akan mengalami berbagai gejala di luar yang telah
disebutkan.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda menunjukkan gejala seperti yang telah disebutkan di atas atau termasuk orang
yang berisiko terinfeksi, segera periksakan diri ke dokter.Kondisi tubuh masing-masing orang
berbeda. Setiap orang mungkin menunjukkan tanda-tanda yang berbeda. Anda mungkin juga
sudah terinfeksi tetapi masih terlihat sehat, bugar, dan bisa berkegiatan normal selayaknya orang
sehat lainnya.

Meski begitu, Anda masih dapat menularkan virus HIV ke orang lain. Anda tidak dapat
mengetahui secara pasti apakah benar terjangkit penyakit HIV/AIDS sampai melakukan
pemeriksaan medis secara menyeluruh.
Penyebab HIV/AIDS

HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus.
Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait melemahnya sistem
imun. AIDS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan
baik. 

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus HIV dari
orang yang terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti:

 Darah
 Air mani
 Cairan pra-ejakulasi
 Cairan rektal (anus)
 Cairan vagina
 ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau
luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.

1. Hubungan seksual

Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom (penetrasi
vaginal, seks oral, dan anal).

Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai orang yang sehat memiliki luka
terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit.

Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko terinfeksi HIV karena selaput vagina tipis
sehingga rentan lecet dan terluka dibandingkan wanita dewasa.

Penularan lewat seks anal juga termasuk lebih rentan karena jaringan anus tidak memiliki lapisan
pelindung layaknya vagina sehingga lebih mudah sobek akibat gesekan.
2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril

Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan HIV juga dapat
terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke pembuluh darah, misalnya dari:

 Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi dengan
human immunodeficiency virus.
 Menggunakan peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang tidak
disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
 Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus
HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
 Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya (sebelum
atau selama kelahiran) dan saat menyusui.

Namun, jangan salah sangka. Anda TIDAK dapat tertular virus HIV melalui kontak sehari-
hari seperti:

 Bersentuhan
 Berjabat tangan
 Bergandengan
 Berpelukan 
 Cipika-cipiki
 Batuk dan bersin
 Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman
 Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
 Berbagi sprei
 Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
 Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya
Faktor risiko HIV/AIDS

Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan orientasi seksualnya bisa terinfeksi
HIV. Namun, beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki faktor
seperti:

 Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan penyakit menular


seksual, seperti seks tanpa kondom atau seks anal.
 Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual.
 Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan secara
bergantian dengan orang lain.
 Melakukan prosedur STI yakni pemeriksaan pada organ intim.

Komplikasi HIV/AIDS

Komplikasi dari infeksi virus human immunodeficiency virus adalah penyakit


AIDS.Artinya, AIDS menjadi kondisi lanjut dari infeksi HIV. Infeksi virus ini  dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa menyebabkan berbagai infeksi lainnya.
Jika Anda juga memiliki AIDS, Anda mungkin memiliki beberapa komplikasi kondisi
yang cukup parah, seperti:

1. Kanker

Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis kanker
yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan sarkoma Kaposi.

2. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul saat seseorang
mengidap HIV. Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya sangat rentan terkena virus.
Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara orang dengan
HIV/AIDS.

3. Sitomegalovirus

Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti
air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat
virus tidak aktif.Namun, jika sistem kekebalan tubuh melemah karena Anda mengidap penyakit
HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lain.

4. Candidiasis

Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS. Kondisi ini
menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan tebal pada selaput lendir mulut,
lidah, kerongkongan, atau vagina.

5. Kriptokokus meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum
pusat yang bisa didapat oleh orang dengan penyakit HIV/AIDS. Kriptokokus yang disebabkan
oleh jamur di dalam tanah.

6. Toksoplasmosis

Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang menyebar
terutama melalui kucing. Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki parasit di dalam
tinjanya. Tanpa disadari, parasit ini kemudian dapat menyebar ke hewan lain dan manusia.

Jika orang dengan HIV/AIDS mengalami toksoplasmosis dan tidak segera ditangani,
kondisi ini bisa menyebabkan infeksi otak serius seperti ensefalitis.
7. Cryptosporidiosis

Infeksi ini terjadi disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan.
Biasanya, seseorang bisa terkena parasit ini cryptosporidiosis ketika Anda menelan makanan
atau air yang terkontaminasi. Nantinya, parasit akan tumbuh di usus Anda dan saluran empedu,
menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS.

Selain infeksi, Anda juga berisiko mengalami masalah neurologis dan masalah ginjal jika
memiliki penyakit AIDS.

Diagnosis HIV/AIDS

Mendiagnosis penyakit ini biasanya akan dilakukan dengan tes darah. Ini adalah cara
yang paling memungkinkan untuk dokter memeriksa sekaligus menentukan apakah Anda
terinfeksi HIV atau tidak. Keakuratan tes tergantung pada waktu paparan terakhir HIV, misalnya
kapan terakhir kali berhubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik dengan orang
yang terinfeksi. Jika Anda pernah melakukan berbagai tindakan berisiko, Anda bisa saja
terinfeksi. Meski begitu, butuh waktu sekitar 3 bulan setelah paparan pertama untuk antibodi
human immunodeficiency virus bisa terdeteksi dalam pemeriksaan.

Oleh karena itu, lebih baik melakukan tes HIV untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda
secara pasti.Jika hasil tes Anda positif (reaktif), tandanya Anda memiliki antibodi HIV dan
memiliki infeksi penyakit tersebut. Meski positif HIV, namun belum berarti Anda juga memiliki
AIDS. Tidak ada yang tahu pasti kapan seseorang terinfeksi virus HIV akan mengalami AIDS.
Jika hasil tes HIV negatif, artinya di dalam tubuh Anda tidak memiliki antibodi human
immunodeficiency virus. 
Pengobatan HIV/AIDS

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan


pada dokter Anda.Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi
virus HIV dari dalam tubuh. Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun bisa
ditingkatkan dengan pemberian terapi antiretoviral (ARV).

Terapi ARV tidak dapat membasmi virus seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan
HIV hidup lebih lama dan lebih sehat. Setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani
aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral.Selain itu, mengikuti
pengobatan juga membantu mengurangi risiko penularan terutama pada orang-orang
terdekat.Terapi ARV terdiri dari penggunaan sekumpulan obat antiviral yang dapat mengurangi
jumlah virus HIV di dalam tubuh dengan menghambat virus memperbanyak diri.Berkurangnya
virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.

Dengan begitu, jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan infeksinya tidak
menimbulkan gejala. Di samping itu, jumlah virus yang rendah membuat kemungkinan risiko
penularan ke orang lain pun semakin berkurang. Anda biasanya diminta untuk menjalani
pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika sedang dalam kondisi
berikut:

 Hamil
 Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV)
 Memiliki gejala yang parah
 Jumlah sel CD4 di bawah 350
 Memiliki penyakit ginjal akibat HIV
 Sedang dirawat karena hepatitis B atau C

Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya dikombinasikan sesuai dengan
kegunaannya. Beberapa jenis obat antiretroviral adalah:
 Lopinavir
 Ritonavir
 Zidovudine
 Lamivudine

Pemilihan jenis pengobatan akan berbeda untuk setiap orang karena perlu disesuaikan
dengan kondisi kesehatan pasien. Dokterlah yang akan menentukan rejimen yang tepat untuk
Anda.

Pengobatan di rumah

Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk
menjaga kesehatan:

 Makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur, buah, biji-bijian, dan
protein tanpa lemak.
 Cukup istirahat.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
 Berhenti merokok.
 Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga.
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan peliharaan.
 Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan makanan
laut mentah.
 Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan flu.
Pencegahan HIV/AIDS

Jika Anda atau pasangan positif terinfeksi HIV/AIDS, Anda dapat menularkan virus ke
orang lain, meski tubuh tidak menunjukkan gejala apapun.

Untuk itu, lindungi orang-orang di sekitar Anda dengan mencegah penyebaran HIV/AIDS
seperti:

 Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks vagina, oral, atau anal.
 Tidak berbagi jarum atau peralatan obat lainnya.

Jika Anda hamil dan terinfeksi HIV, berkonsultasilah dengan dokter yang memiliki
pengalaman tentang pengobatan penyakit HIV. Tanpa pengobatan, sekitar 25 dari 100 bayi yang
lahir dari ibu juga bisa terinfeksi.Jika memiliki pertanyaan, silakan berkonsultasi dengan dokter
demi lebih memahami solusi terbaik untuk Anda.

Anda mungkin juga menyukai