BAB 2 M ZAINUL ABIDIN HT NYERI AKUT Bu Erik
BAB 2 M ZAINUL ABIDIN HT NYERI AKUT Bu Erik
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi
2.1.2.1 Umur
Menurut CDC (2016), resiko terjadinya hipertensi meningkat sesuai dengan usia.
Pada usia pertengahan atau awal dari usia 45 tahun, hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-
laki. Wanita akan berada pada tingkat yang sama untuk berisiko terserang hipertensi pada
usia >65 tahun.
Menurut kumar, abbas dan fausto (2005) pada dasarnya prevalensi terjadinya
hipertensi pada wanita sama dengan pria. Namun sebelum mengalami menopause, wanita
terlindungi dari penyakit kardiovaskuler karena aktivitas hormone estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadarhigh density lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan factor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama
ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana jumlah
hormone estrogen tersebut makin berkurang secara alami seiring dengan meningkatnya usia,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Jika dibandingkan antara pria
dan wanita didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 58,07% dan
pria sebesar 41,98%. (pratiwi,2013)
Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering
menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki factor
keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya.
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan resiko hipertensi sebesar empat kali
lipat. Data statistic membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuannya
menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunanya
memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut.Jika kedua orang tua memiliki penyakit
tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%. (kartikasari,
A.N 2012)
2.1.2.4 Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.Akibat penyakit ini, umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya
mortalitas pasien pria kulit hitam dengan diastole 115 atau lebih 3,3 kali lebih tinggi daripada
pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita berkulit putih. Berikut adalah beberapa factor
penyebab hipertensi yang dapat dirubah.
Octavian (2015) menyatakan bahwa zat kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap akan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Pada syudi autopsy, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jntung. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap
rokok, nikotin disera oleh pembuluh-pembuluh darah kapiler didalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah hingga ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin denga member
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormone ini akan
menyempitkan pembuluh drah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Nikotin yang terkandung dalam rokok dan asap rokok dapat
membuat pembuluh darh mengecil sehingga meningkatkan tekanan darah segera setelah
isapan pertama (rhoden and schein, 2010). Setelah merokok minimal dua batang makanan
tekanan sistolik maupun diastolic akan meningkatkan 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap
pada ketinggian tesebut sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Saat efek nikotin
perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada
perokokberat tekanan darah akan berada pada level tinnngi sepanjang hari. (nurwidayanti, L
2013).
2.1.2.8 Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada pnderita obesitas
atau kelebihan berat badan, beresiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan orang
yang kurus.Obesitas atau kegemukan merupakan factor resiko yang sering dikaitkan dengan
hipertensi.Resiko terjadi hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah dengan
meningkatnya berat badan.Individu dengan kelebihan brat badan 20% memiliki resiko 3-8
kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. (pratiwi, V.R
2013)
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.Pada orang yang tidak
aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi.Hl tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi.Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan
yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan
risiko kelbihan berat bada yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat. (kartika, A.N
2012)
a. Sakit kepala
e. Telinga berdenging
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi
b. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
c. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal (Novianti
(depkes, 2014)
2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut depkes 2014 adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh
penderita hipertensi adalah:
1). Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
lemak hewani)
2). Makanan yang dioleh dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripik dan makanan yang asin)
3). Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran, serta buah-
buahan dalam kaleng)
4). Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang)
5). Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
ayam.
6). Bumbu-bumbu seperti kecap, magi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7). Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti, durian, tape
Menurut muttaqin, A (2012) obat-obat anti hipertensi dapat digunakan sebagai obat
tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat hipertensi dapat dibagi menjadi lima
kategori berikut ini :
1) Laboratorium
2) Elektrokardiogram (EKG)
a. Hipertrofi ventrikel kiri
c. Peningkatan gelombang P
d. Gangguan konduksi
3) Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah
yang menuju ke area otak yang diperdarahi berkurang.Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2.1.8.2 Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak
dapat menyuplay cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembulu darah. Pada
hipertensi kronis dan hipertrovi ventrikel kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat menyebabkan terjadinya iskemia
jantung yang menyebabkan infark.(Aspiani, R.Y. 2014).
2.1.8.3 Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus aliran darah ke nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksis dan kematian. Dengan
rusaknya membran glumerulus, protein kluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik berkurang dan menyebabkan edema, yang sering ditemui pada
hipertensi kronis. (Aspiani, R, Y, 2014).
2.1.8.4 Esefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
.tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan keruang interstisil di seluruh susunan
sistem syaraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian. (Aspiani, R, Y, 2014).
2.1.8.5 kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat badan yang kecil akibat perfusi plasentayang tidak adekuat.
Kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalianan. (Aspiani, R, Y, 2014).
Nyeri atau rasa takut merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan, biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan
jaringan tubuh.Nyeri yang dirasakan seseorang memiliki tingkatan yakni nyeri
ringan, sedang, berat atau yang disebut skala nyeri. Skala nyeri menurut wong-
baker faces pain rating scale.
Tipe nyeri:
Menurut Potter dan perry 1997 dalam Haryanto, 2007 Menjelaskan bahwa
pengkajian adalah proses sistematis yang berupa pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien. Berikut merupakan aspek yang perlu dikaji
pada penderita hipertensi menurut (Muttaqin, A 2009).
2.2.1.1 Identitas
1. Keluhan utama: Fatigue, lemah dan sulit bernafas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, destritmia, dan tekipneu.
2. Riwayat penyakit sekarang: gejala yang sering muncul yaitu sakit kepala,
kelelahan, susah nafas, mual, gelisah, penurunan penglihatan, palpitasi
(berdebar-debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal.
2.2.1.3 Riwayat penyakit dahulu
1. riwayat penyakit sebelumnya: penyakit yang pernah dialami sebelumnya,
seperti riwayat penyakit gagal ginjal dan ernah mengalami sakit yang amat
berat.
2. riwayat penyakit keluarga: hipertensi pada orang yang memiliki riwayat
hipertensi dalam keluarga sekitar 15-35%. Hipertensi usia dibawah 55 tahun
terjadi 3,8 kali lebih sering.
3. riwayat pengobatan: ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita
penyakit hipertensi yaitu obat diuretic untuk menurunkan tekanan darah
dengan meningkatkan ekskresi natrium urin dan obat angiostensin. Obat ini
bekerja secara langsung pada dinding pembuluh darah, menyebabkan
hipertrofi medial.
2.2.1.4 pemeriksaan fisik
1. B1 (system pernafasan)
Inspeksi: bentuk dada (pigeon chest/barrel chest, funnel chest)
Pola nafas: normal 16-20x/mnt, abnormal bradipnea <16x/mnt,
takipnea >20x/mnt.
Kesimetrisan dada
Adanya otot bantu nafas (pernafasan cuping hidung, retraksi
otot intercosta)
Sianosis
Adanya lesi, edema, pembengkakan/penonjolan, secret
Bentuk hidung simetris/tidak
Palpasi: Adanya nyeri tekan, massa
Melakukan tractile fremitus (“66” dan “99”)
Pergerakan dinding dada
Perkusi: thoraks normal sonor/resonan “du-dug”
Abnormal pekak lebih padat “bleg-bleg”
Hiperesonan lebih udara “deng-deng”
Timpani berongga “dang-dang”
Batas paru-paru: Atas suprakapulans (3-4 jari dari pundak)
Bawah ICS VII-VIII kiri
ICS IV-V kanan
Auskultasi: suara nafas normal vesikuler, bronchiovesikuler,
brochial, tracheal abnormal ronkhi, rales, wheezing, pleura
frichon rub.
Gejala yang sering muncul yaitu sesak nafas saat
beraktivitas, takipnea, PND, batuk dengan atau tanpa sputum
semua fisik meliputi sianosis, penggunaan otot bantu
pernapasan, terdengar suara nafas tambahan(ronkhi, rales,
wheezing).
2. B2 (system kardiovaskuler)
Inspeksi: distensi vena jugularis (JVP meningkat tanda gagal
jantung), sianosis, konjungtiva pucat
Palpasi: nyeri tekan/tidak, pitting edema (edema cekung pada
saat dilakukan tekanan)
Perkusi:
Batas atas: ICS II mid sternalis (aorta)
Batas bawah: ICS V mid sternalis (aorta)
Batas kiri: ICS V mid klavikula kiri (katup mitral)
Batas kanan: ICS IV mid sternalis kanan
Subyektif, lemah
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia,
neoplasma).
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
Kriteria Minor :
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
e) Glaukoma
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a. Subyektif : (tidak tersedia)
b. Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun
atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat,turgor
kulit menurun.
3. Hipervolemia (D.0022)
intraseluler.
dyspnea (PND)
positif.
Kriteria Minor :
a. Subyektif : (tidak tersedia)
b. Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas
tambahan,
c. hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake
Batasan karakteristik :
Kondisi klinis terkait :
1) Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormone
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena,
phlebitis) Imobilitas.
2.2.4 implementasi
Pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang muncul.
2.2.5 evaluasi
Tahap akhir dari prosese keperawatan, pada kasus hipertensi yang sudah dilakukan
tindakan harus dilakukan evaluasi dengan meninjau respon paien dan untuk mengetahui
tindakan yang telah dilakukan berhasil atau tidak
2.2.6 Pathway
Pembuluh darah
2.2.2 Batas Umur Lanjut Usia
sistemik koroner
Pertama (fase investus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-
55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah
65 hingga tutup usia.
2016).
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam (Jubaedi dkk., 2008) lansia
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dan rentang sehat sampai sakit dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif. (Jubaedi dkk., 2008).
a. Pralansia (prasenilis)
a) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukkan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa Depkes RI, 2003 dalam Jubaedi., dkk (2008)
1. Permasalahan Umum
2.2.5 Masalah atau Resiko Tinggi yang Sering Terjadi pada Lanjut
Usia
a. Mudah Jatuh
Secara singkat faktor resiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan dalam
dua golongan, yaitu:
1. Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh) antara lain:
b) Gangguan anggota gerak misalnya kelemahan otot ektermitas bawah dan kekuatan,
athritis lutut.
f) Penyakit-penyakit sistemik.
c) Tersandung benda-benda
e) Tali sepatu
g) Turun tangga
a) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit, berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena
b) Patah tulang
c) Hematoma
d) Disabilitas/kecacatan
e) Meninggal
27