Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

1.1 Kasus (Masalah Utama)


Isolasi Sosial: Menarik diri
1.2 Proses Terjadinya Masalah
1.2.1 Pengertian
Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
Isolasi sosial suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 2006 ).
Kerusakan interaksi sosial merupakn suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial menurut Depkes RI (Fitria, 2010).
1.1.2 Tanda dan gejala
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8. Asupan makanan dan minuman terganggu
1
STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners
Sri Astuti
2012.C.04a.0396
2

9. Retensi urin dan feses


10. Aktivitas menurun
11. Kurang energi
12. Rendah diri
13. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur) (Fitria, 2010).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori: halusinasi dan risiko tinggi mencenderai diri, orang lain bahkan
lingkungan. perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan
intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seorang yang mempunyai harga diri
rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal(koping
individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar
mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu bila sistem pendukung tidak baik
(koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga
diri rendah (Fitria, 2010).

1.1.3 Rentang Respon


Respons Adaftif Respons Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Ffgfg
Depedensi Ketergantungan
Bekerja sama curiga Manipulasi
interdependen curiga

Gambar 1.1 Rentang Respon Isolasi Sosial


Sumber: Townsend (1998) dalam Buku Fitria (2010)

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
3

Berikut ini adalah penjelasan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1. Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku.Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1) Menyendiri
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
terjadi di lingkungan sosialnya.
2) Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja keras
Kemampuan individu saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen
Saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat.Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptive:
1) Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung
dengan orang lain.
3) Manipulasi
Seseorang yang menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga
tidak dapat dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4) Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
4

1.1.4 Faktor Predisposisi


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
1) Masa Balita (0-5 tahun)
Balita sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu
dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal
ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan
lingkungan di kemudian hari. Balita yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak (5-11 tahun)
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau
terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
5

ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja (12-25 tahun)
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang
tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan
tertekan maupun tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda (25-35 tahun)
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan
ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan
menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain.
Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa
muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality). 
5) Masa Dewasa Akhir (36-45 tahun)
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau
peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain
akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
6

2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a. Sikap bermusuhan/hostilitas
b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
e. Ekspresi emosi yang tinggi
f. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
7

1.1.5 Faktor Presipitasi


Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang
yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stressor Biokimia
a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah
sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat
merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat
oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan
hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim
dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi
masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego
tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
8

dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan
ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing
tingkah laku adalah sebagai berikut:
1. Tingkah laku curiga: proyeksi
2. Dependency: reaksi formasi
3. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
9

1.3 Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri


Orang Lain dan
Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori : Defisit Perawatan Diri


Resiko kekambuhan Halusinasi

Regimen Terapeutik ISOLASI SOSIAL Intoleransi Aktifitas


Inefektif

Koping keluarga tidak Harga Diri Rendah Kronis


efektif

Koping Individu Tidak


Efektif

Gambar 1.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial


Sumber: Fitria (2010)

1.4 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Koping Keluarga Tidak Efektif
6. Perubahan Proses Pikir
7. Intoleransi Aktivitas
8. Deficit Perawatan Diri
9. Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang Lain Dan Lingkungan.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
10

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji


Isolasi Sosial 1.      Subjektif :
1. Klien mengatakan malas bergaul
dengan orang lain
2. Klien mengatakan dirinya tidak ingin
ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
3. Klien mengatakan tidak mau berbicara
dengan orang lain.
4. Tidak mau berkomunikasi
5. Data tentang klien biasanya didapat
dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri, anak,
ibu, ayah, atau teman dekat).
Objektif :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi
verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
8. Asupan makanan dan minuman
terganggu
9. Retensi urin dan feses
10. Aktivitas menurun
11. Kurang energy
12. Rendah diri
13. Postur tubuh berubah, misalnya

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
11

sikap fetus/janin(khususnya pada


posisi tidur).

1.5 Diagnosa Keperawatan


Isolasi sosial
1.6 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Isolasi sosial: Menarik diri
Tujuan umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan nama lengkap, nama panggilan dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d. Buat kontrak yang jelas
e. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
f. Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klien.
h. Dengarkan dengan penuh perhatian pada ekspresi perasaan klien.
i. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Tindakan:
a. Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien
b. Orang yang paling dekat dengan klien dirumah/diruang perawatan
c. Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah/ diruangan perawatan
e. Apa yang membuat klien tidak dekat dengan tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
12

g. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian


menarik diri.
Tindakan:
a. Tanyakan kepada klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian
menarik diri
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Tindakan:
a. Observasi perilaku klien saat berhubungan social
b. Berikan motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/berkomunikasi
dengan : Klien-perawat
a.Klien-perawat-perawat lain
b. Klien- perawat-perawat lain-klien lain
c.Klien-keluarga kelompok masyarakat
d. Libatkan klien dalam TAK (terapi aktivitas kelompok)
e.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
f. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
g. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan.
h. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan orang lain dan kelompok.
b. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakannya.
c. Klien dapat memanfaatkan obat yang baik:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
13

a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat , kerugian tidak


minum obat, nama obat, warna obat, dosis yang dibrikan, efek terapi dan
efek samping.
b. Pantau klien saat menggunakan obat
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
d. Diskusikan akibat dari menghentikan penggunakan obat tanpa konsultasi
dengan dokter
d. Anjurkan klien untuk berkonsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
Tindakan keperawatan untuk keluarga:
a. Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial: menarik diri dan danpaknya
pada klien
b. Keluarga mengetahui penyebab isolasi social
c. Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi isolasi sosialnya
d. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk klien
e. Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi klien

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
14

DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat, SKp. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Balitbang. 2007.Workshop standar proses keperawatan jiwa.Bogor

Fitria,Nita.2010.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta.

Stuart, G.W , sundeen, S.J. 1998. Buku saku keperawatan jiwa.Edisi 3.Jakarta :
WHO dan FKI-UI

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
15

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Januari 2014, informasi diperoleh
dari klien, perawat ruangan, buku status klien dan diperoleh hasil, tanggal masuk
atau mulai dirawat 04 Januari 2015 di ruang Flamboyan, klien berinisial Ny. K no
RM 031866, jenis kelamin perempuan, umur sekarang adalah 46 tahun.
2. Alasan Masuk
Klien dibawa keluarga (orang tua dan anaknya) ke RSJ Menur karena sering
bicarangelantur. Keadaan umum : saat pengkajian klien tampak duduk menyedari,
tidak ada kontak mata, tidak mau diajak ngobrol, tidak kooperatif.
3. Faktor Predisposisi
1. Klien Tidak Pernah Mengalami Gangguan Jiwa
Dimasa Lalu
2. Pengobatan Sebelumnya tidak ada
3. Pengalaman aniaya fisik tidak ada
Masalah Keperawatan: Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
Inefektif, Distres MasaLaludan Resiko kekambTidak ditemuka masalah
keperawatan.
4. Adakah Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Anggota keluarga klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
5. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Saat dikaji klien tidak mau mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Fisik
Tanda-tanda vital klien pada saat pengkajian TD 110/80 mmHg, N:
80x/Menit, S: 36,5º, P: 20 x/Menit. Ukur tinggi badan 150 cm dan berat badan 60
Kg. Keluhan fisik yang dialami klien tidak ada.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Psikososial
1. Genogram

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
16

Klien adalah anak ke tiga dari empat bersaudara, kedua orang masih hidup,
klien bercerai dari suaminya, memiliki tiga orang ank laki-laki semua. Dan
mereka semua tinggal serumah.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
2. Konsep Diri
Gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri: klien tidak mampu
mengungkapkan gambaran dirinya,
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan konsep
diri.
3. Hubungan Sosial
Apakah ada orang yang berarti bagi klien saat ditanya demikian, klien
menjawab orang tua dan ketiga anaknya.. Peran serta dalam kegiatan kelompok,
ketika ditanya apakah klien tidak mau berkumpul dan melakukan kegiatan dengan
orang lain dan lebih sering menyendiri klien menjawab ya. Hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain adalah klien selalu menyendiri, berbicara hanya
menjawab ya dan tidak saja, terkadang tidak mau menjawab saat ditanya klien
menunduk dan tidak mau tatap muka, kontak mata kurang.
Masalah Keperawatan: Isosasi Sosial: menarik diri
4. Spiritual
Nilai keyakinan klien beragama islam, ketika ditanya apakah sakitnya klien
saat ini adalah cobaan dari Tuhan atau perbuatan orang lain, klien tidak
menjawab. Kegiatan ibadah klien masih dilakukan pada saat di RSJ, saat ditanya
apakah klien mau sholat, klien menjawab ya.
Masalah Keperawatan: Distres spiritual
5. Genogram

Keterangan:
laki-laki

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
17

perempuan
meninggal dunia
meninggal dunia
hubungan keluarga
klien

6. Status Mental
1. Penampilan
Klien tidak rapi, tampak lesu tidak ada semangat, rambut acak-acakan, baju
kotor dan tidak diganti.
Masalah keperawatan: Defisit Perawatan diri: berhias.
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien baik
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik
Klien sangat lesu dan hanya duduk diatas tempat tidur saja.
Masalah Keperawaatan: Intoleransi Aktivitas
4. Alam Perasaan
Klien tidak mampu mengungkapkan alam perasaannya.
Masalah Keperawatan: Belum ada ditemukan masalah keperawatan
5. Afek
Afek datar, dangkal dan tidak ada ekspresi roman muka.
Masalah keperawatan: Gangguan komunikasi
6. Interasksi selama Wawancara
Selama wawancara klien tidak kooperatif dan kontal mata kurang, klien
banyak menunduk saat ditanya klien lebih banyak diam.
Masalah keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial
7. Persepsi Halusinasi
Saat dikaji tidak ada tanda-tanda halusinasi hanya saja klien sering
menyendiri, tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak mau berbicara dengan
orang lain.
Masalah keperawatan: Resiko tinggi halusinasi

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
18

3.2.6.8 Proses Pikir


Saat ditanya, klien hanya diam saja, kadang menjawab ya dan tidak saja.
Masalah keperawatan: masih belum ditemukan masalah keperawatan
3.2.6.9 Isi Pikir
Saat dikaji tidak ditemukan gangguan pada isi pikir dan waham karena
klien hanya diam.
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
3.2.6.10 Tingkat kesadaran
Saat dikaji, klien kadang-kadang tampak bingung, ketika ditanya waktu
dan tempat klien hanya diam.
Masalah keperawatan: perubahan proses pikir
3.2.6.11 Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang, klien masih belum bisa mengingat,
dan saat ditanya hanya diam.
Masalah keperawatan: perubahan proses pikir
3.2.6.12 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dikaji klien hanya diam tidak mengikuti perintah dan diperintah
menghitung, klien tidak menjawab.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
3.2.6.13 Kemampuan Penilaian
Klien kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya sendiri, dan
orang lain, hanya duduk diam saja.
Masalah keperawatan: perubahan proses berpikir
3.2.6.14 Daya Tilik diri
Klien tidak merasa sakit jiwa
Masalah keperawatan: Resiko tinggi penatalaksanaan regimen terapi
inefektif

7. Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan Klien Memenuhi/Menyediakan
Kebutuhan:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
19

Klien tidak mampu makan sendiri, pakaian tidak rapi, kebutuhan


menyediakan tempat tinggal bila pulang, tidak bisa disiapkan sendiri.
Masalah keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari:
a. Perawatan diri
Klien tidak mampu melakukan perawatan diri sendiri, tetapi harus
diarahkan
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri
b. Nutrisi
Nafsu makan klien meningkat, frekuensi makanan sehari tiga kali.
Masalah keperawatan: resiko nutrisi kurang dari kebutuan tubuh
c. Tidur
Waktu tidur malam klien mulai dari jam 19.30 WIB sampai jam 04.00
WIB.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah yang muncul
1. Kemampuan Klien Dalam
Klien dalam penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan
masih dalam pengawasan petugas kesehatan.
Masalah keperawatan: penatalaksanaan regimen terapi inefektif
2. Klien Memiliki Sistem Pendukung
Klien mendapat dukungan dari keluarganya (ayah,ibu, dan ketiga orang
anaknya)
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
3. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi
Klien sangat antusias saat mengikuti kegiatan di ruang okupasi
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
2. Mekanisme Koping
Reaksi klien lambat dan menghindar
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping individual
3. Masalah psikososial dan lingkungan

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
20

Masalah klien dengan lingkungan kelompok, spesifik tidak ada aktivitas


klien yang berhubungan dengan interaksi kelompok, karena selama di rumah klien
jarang bergaul dengan orang lain. Klien tidak ada masalah yang berhungan dengan
lingkungan. Untuk pendidikan, klien tidak pernah sekolah dan untuk pekerjaan,
sejak menikah klien bekerja sebagai petanai, klien sering diam dan menyendiri.
klien tinggal bersama kedua orang tua dan anaknya, kebutuhan ekonominya
dibantu keluarga.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial Menarik diri
4. Pengetahuan Kurang Tentang
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa, koping individu, sistem
pendukung dan obat-obatan
Masalah keperawatan: Defisit pengetahuan
5. Data dan Lain-lain
Pemeriksaan laboratorium
2. WBC (leukosit) : 8,5
3. RBC (Eritrosit) : 4,61
4. HGB (Hemoglobin) : 12,9
5. HCT (Hematokrit) : 38,0
6. LED : 24-47
1. Aspek medik
Diagnosa Medik : F.20.3 + Z91.1
Terapi medik : CP2 (Chlorpromazine) 2 x 100 mg
TFP (Trifluoperazine) 2 x 5 mg
2. Daftar masalah keperawatan
a. Isolasi social : MD
b. Defisit perawatan diri : berhias
c. Intoleransi aktivitas
d. Gangguan komunikasi
e. Gangguan interaksi sosial
f. Resiko tinggi : halusinasi
g. Perubahan proses pikir
h. Resiko tinggi penatalaksanaan regimen terapi inefektif

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
21

i. Perubahan pemeliharaan kesehatan


j. Ketidakefektifan koping individual

1. Daftar diagnosis keperawatan


Isolasi sosial:menarik diri

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
22

ANALISA DATA SINTESA


Tabel 3.1 Tabel Analisa Sintesa
Nama: Ny. K NIRM: 031866 Ruangan:Flamboyan
TGl Data Etiologi Masalah T.T
12 Ds: Klien Isolasi sosial :
Januari mengatakan MD
2015 namanya K,
panggilannya K
Do:
a. Klien tampak
bicara ngelantur
b. Klien jarang
berinteraksi
dengan orang lain
c. Klien sering
menyendiri
d. Tidak ada
kontak mata
e. Klien tidak
kooperatif
f. Penampilan
klien tidak rapi
g. Rambut acak-
acakan
h. Baju kotor
i. Klien tampak
hanya mau
menjawab nama,
selain itu tidak
mau menjawab
j. Klien tampak
banyak duduk
diam di atas
tempat tidur
k. Apek klien datar
walau diberi
stimulus yang
kuat tetap tidak
ada respon

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
23

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
POHON MASALAH

Gangguan
Resiko nutrisi kurang
komunikasi
dari kebutuhan tubuh
verbal
Resiko Kekambuhan Resiko tinggi
Effect perubahan
Defisit Kerusakan
Persepsi sensori:
perawatan diri interaksi sosial
Halusinasi

Regimen terapeutik
inefektif CP Isolasi sosial intoleransi aktivitas

Koping keluarga
inefektif Koping individu
Causa Inefektif

Respon pasca Distres Spiritual


Trauma

Gambar 3.1 Pohon Masalah Pada Tn.M dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri
STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners
Sri Astuti
2012.C.04a.0396
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien: Ny.K
NIRM: 031866
Bangsal/tempat: Flamboyan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi T.T
Senin, 13 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-1 S: Klien mengatakan namanya K,
Januari 2015 diri Sp 1: Membina Hubungan Saling panggilannya K
Percaya dengan menggunakan prinsip O:
komunikasi terapeutik. a. Ekspresi klien tidak
bersahabat
a. a,Mengucap salam
b. Tidak ada kontak mata
b. b.Menyapa klien dengan ramah
c. Tidak mau berjabat tangan
c. c.Memperkenalkan nama dan tujuan
d. Tadak ada menyebutkan
berkenalan
nama
d. d.Menanyakan nama lengkap dan
e. Tidak menjawab salam
nama panggilan klien
f. Duduk sendiri diatas
e. e.Menciptakan lingkungan yang
tempat tidur
tenang, nyaman dan bersahabat
g. Klien belum bersedia
f.Menunjukan sikap jujur, empati dan
mengungkapkan masalah
menerima klien apa adanya
yang dihadapinya
g. g.Memberikan perhatian dan
A: Sp 1 belum teratasi
penghargaan serta menemani klien
walaupun tidak menjawab P: ulangi Sp 1

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
Selasa 14 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-2 S: Klien mengatakan namanya K,
Januari 2015 diri Sp 1: Membina Hubungan Saling panggilannya K
Percaya dengan menggunakan prinsip O:
komunikasi terapeutik. 1. Ekspresi klien tidak
bersahabat
h. a,Mengucap salam
2. Tidak ada kontak mata
b.Menyapa klien dengan ramah
3. Tidak mau berjabat tangan
c.Memperkenalkan nama dan tujuan
4. Tadak ada menyebutkan
berkenalan
nama
k. d.Menanyakan nama lengkap dan
5. Tidak menjawab salam
nama panggilan klien
6. Duduk sendiri diatas
e.Menciptakan lingkungan yang
tempat tidur
tenang, nyaman dan bersahabat
7. Klien belum bersedia
m. f.Menunjukan sikap jujur, empati dan
mengungkapkan masalah
menerima klien apa adanya
yang dihadapinya
n. g.Memberikan perhatian dan
A: Sp 1 belum teratasi
penghargaan serta menemani klien
walaupun tidak menjawab P: ulangi Sp 1
o.
Rabu, 15 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-3 S: Klien mengatakan namanya K,
Januari 2015 diri Sp 1: Membina Hubungan Saling panggilannya K
Percaya dengan menggunakan prinsip O:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
komunikasi terapeutik. 1. Ekspresi klien tidak
bersahabat
p. a,Mengucap salam
2. Tidak ada kontak mata
q. b.Menyapa klien dengan ramah
3. Tidak mau berjabat tangan
c.Memperkenalkan nama dan tujuan
4. Tadak ada menyebutkan
berkenalan
nama
d.Menanyakan nama lengkap dan
5. Tidak menjawab salam
nama panggilan klien
6. Duduk sendiri diatas
e.Menciptakan lingkungan yang
tempat tidur
tenang, nyaman dan bersahabat
7. Klien belum bersedia
u. f.Menunjukan sikap jujur, empati dan
mengungkapkan masalah
menerima klien apa adanya
yang dihadapinya
v. g.Memberikan perhatian dan
A: Sp 1 belum teratasi
penghargaan serta menemani klien
walaupun tidak menjawab P: ulangi Sp 1
a.
Kamis, 16 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-4 S: Klien mengatakan namanya K,
Januari 2015 diri Sp 1: Membina Hubungan Saling panggilannya K
Percaya dengan menggunakan prinsip O:
komunikasi terapeutik. 1. Ekspresi klien tidak
bersahabat
b. a,Mengucap salam
2. Tidak ada kontak mata
c. b.Menyapa klien dengan ramah
3. Tidak mau berjabat tangan
d. c.Memperkenalkan nama dan tujuan
4. Tadak ada menyebutkan
berkenalan
nama
e. d.Menanyakan nama lengkap dan
5. Tidak menjawab salam
nama panggilan klien
6. Duduk sendiri diatas
e.Menciptakan lingkungan yang

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
tenang, nyaman dan bersahabat tempat tidur
g. f.Menunjukan sikap jujur, empati dan 7. Klien belum bersedia
menerima klien apa adanya mengungkapkan masalah
h. g.Memberikan perhatian dan yang dihadapinya
penghargaan serta menemani klien A: Masalah teratasi
walaupun tidak menjawab
P: Lanjutkan Sp 2

Jumat, 17 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-5 S: Klien mengatakan namanya K,


Januari 2015 diri Sp 2: Klien mampu mempraktekkan panggilannya K
kembali cara berkenalan dengan orang O:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
lain 8. Ekspresi klien tidak
bersahabat
a,Mengevaluasi jadwal kegiatan
9. Tidak ada kontak mata
harian
10. Tidak mau berjabat tangan
b.Memberikan kesempatan kepada
11. Tadak ada menyebutkan
klien mempraktekkan cara
nama
berkenalan
12. Tidak menjawab salam
k. c.Membantu klien memasukkan
13. Duduk sendiri diatas
kegiatan berbincang-bincang
tempat tidur
dengan orang lain sebagai salah
14. Klien belum bersedia
satu kegiatan harian
mengungkapkan masalah
yang dihadapinya
A: Sp 1 belum teratasi
P: ulangi Sp 1
Sabtu, 18 Isolasi Sosial : Menarik Pertemuan Ke-6 S: Klien mengatakan namanya K,
Januari 2015 Diri Sp 2: Klien mampu mempraktekkan panggilannya K
kembali cara berkenalan dengan orang O:
lain 15. Ekspresi klien tidak
bersahabat
m. a,Mengevaluasi jadwal kegiatan
16. Tidak ada kontak mata
harian
17. Tidak mau berjabat tangan
n. b.Memberikan kesempatan kepada
18. Tadak ada menyebutkan
klien mempraktekkan cara
nama
berkenalan
19. Tidak menjawab salam
o. c.Membantu klien memasukkan
20. Duduk sendiri diatas
kegiatan berbincang-bincang
tempat tidur
dengan orang lain sebagai salah

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396
satu kegiatan harian 21. Klien belum bersedia
p. f.Menunjukan sikap jujur, empati dan mengungkapkan masalah
menerima klien apa adanya yang dihadapinya
q. g.Memberikan perhatian dan A: Sp 2 belum teratasi
penghargaan serta menemani klien
P: ulangi Sp 2
walaupun tidak menjawab

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Sri Astuti
2012.C.04a.0396

Anda mungkin juga menyukai