Anda di halaman 1dari 9

Catalog Search Courses D R .

S E K A R M E N TA R I

Modul Tanggap Pandemi COVID-19 – Untuk Dokter


dan Tenaga Kesehatan (untuk Program Dokter
Internship Indonesia)
“Belajar Kesehatan dari yang terpercaya dan terbaik, tanpa batasan ruang dan waktu”

Dashboard / My courses / Open Courses / Medical Education / Modul Tanggap Pandemi COVID-19 – Untuk Dokter dan ... / Latihan
Kasus 1
/ Model Answer Latihan Kasus 1

 A5. EPIDEMIOLOGI,
 Navigation
SKRINING, DAN
SURVEILANS
 Dashboard
 Site
home
 Site pages
 My courses
 Open Courses
 Medical Education
 Modul Tanggap
Pandemi
COVID-19 – Untuk
Dokter
dan ..
.
 Participants
 Badges
 Competencies
 Grades
 Download center
 Selamat datang!
 Tim Modul Tanggap
Pandemi COVID-19
untuk
Dokter da...
 Pendahuluan dari Dek
an
FKUI
 Silahk an Mencoba
Terlebih Dahulu
 Apa Target
Pembelajaran yang Ak
an
Dicapai dan Baga...
 A1. Skrining
 A2. Triase
 A3. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
 A4. Tata Laksana
Kegawatdaruratan
Model Answer Prosedur PPI yang perlu diterapkan terdiri dari:

Latihan Kasus 1 Prosedur kewaspadaan terhadap droplet - bertujuan mencegah transmisi droplet ukuran
besar dari virus
1. Bagaimana prosedur
pencegahan dan pengendalian 1. Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari pasien.
Infeksi (PPI) yang perlu 2. Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka yang memiliki
diterapkan dr. Lisa dan Ners Sita diagnosis etiologi yang sama.
pada kasus di atas? APD apa 3. Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, kelompokkan pasien sesuai dengan diagnosis
sajakah yang harus dikenakan? klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam ruangan dengan separasi.
4. Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face mask
atau goggles mengingat cipratan sekret dapat terjadi.
5. Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan pastikan pasien

menggunakan masker medis saat di luar ruang perawatan. 


 A6. Etiologi, Cara Prosedur kewaspadaan terhadap kontak à bertujuan mencegah transmisi langsung
Penularan, dan Faktor atau tidak langsung dari kontak dengan permukaan atau alat yang terkontaminasi.
Risiko CO...
1. Gunakan alat pelindung diri (APD: masker medis, pelindung mata, sarung tangan
 A7. Tata Laksana
Pasien dan gown) saat memasuki ruangan, lepas APD saat keluar ruangan, dan praktikkan
Belum dan Sudah hand hygiene setelah pelepasan APD.
Terkonfirm... 2. Bila memungkinkan, gunakan perlengkapan seperti stetoskop, cuffs pengukur tekanan

 A8. Tata Laksana darah, termometer dll yang disposable atau bersifat dedicated untuk pasien tersebut. Jika
Pasien terpaksa perlengkapan itu digunakan bersama pasien lain, bersihkan dan lakukan disinfeksi
Meninggal Dunia sebelum digunakan ke pasien lain.
 Latihan Kasus 1 3. Pastikan tenaga kesehatan tidak menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan

Tempat telanjang atau sarung tangan yang sudah terkontaminasi.

Pengumpulan 4. Hindari mencemari permukaan lingkungan yang tidak terkait langsung dengan tata laksana
Jawaban pasien (contoh: pegangan pintu, saklar lampu).
Latihan Kasus 5. Hindari pergerakan pasien yang tidak perlu.
1 6. Selalu terapkan hand hygiene.
Model
Answer Prosedur kewaspadaan saat melakukan Aerosol Generating Procedure (AGP)
Latihan Kasus
1 1. Yakinkan bahwa tenaga kessehatan yang melakukan AGP (contoh: open suctioning of
 Forum Diskusi respiratory tract, intubasi, bronkoskopi, resusitasi jantung paru) menggunakan APD yang
 CHECKPOINT 1 - tepat termasuk sarung tangan, long-sleeved gowns, pelindung mata, dan fit-tested
PENYELESAIAN BAGIAN particulate respirators
A 2. Bila memungkinkan, gunakan ruangan tersendiri dengan ventilasi adekuat saat melakukan
MODUL prosedur AGP, aatau ruangan bertekanan negatif dengan minimal 12 pertukaran
 PETUNJUK BAGIAN B udara/jam atau setidaknya 160 L/detik/pasien dalam fasilitas dengan ventilasi netral.
 b1. tata laksana 3. Hindari kehadiran individu yang tidak diperlukan dalam ruangan tersebut.
pasien 4. Perawatan pasien dengan ventilator juga perlu dilakukan dalam ruangan bertekanan
dengan komorbid negatif
 B2. Tata Laksana
APD yang harus dikenakan oleh dr. Lisa dan Ners Sita adalah APD Level 1 yang terdiri dari
COVID-19 pada Anak
penutup kepala, masker surgikal, handshcoen, baju kerja dan alas kaki.
 B3. Asuhan Antenatal
pada Ibu Hamil di Tengah
Pand...
 B4. Transitional Care 2a) Bagaimana dr. Lisa dapat melakukan skrining dan triase (termasuk
 B5. DILEMA ETIKA, kebutuhan tata laksana kegawadaruratan) harus dilakukan pada pasien-pasien
MEDIKOLEGAL, DAN IGD dalam kasus di atas?
KOMUNIKASI DOKT...
Semua pasien yang datang harus dilakukan skrining terhadap COVID-19 menggunakan WHO Case
 B6. Menjaga Definition (demam, batuk, dispnea) pada saat pertama kali pasien mengakses fasilitas pelayanan
Kesehatan
kesehatan. Pasien kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, pasien dengan suspek COVID dan
Mental di Tengah Masa
non- suspek COVID.
Pandem...
 B7. Pelayanan
Perioperatif Selama
Pandemi COVID-19
 Courses


2b) Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk
masing – masing pasien?
Dr. Lisa dapat menerapkan Basic Emergency Care (BEC) untuk penilaian awal dan pengelolaan
empat kondisi time-sensitive, yaitu : kesulitan bernapas, syok, perubahan status mental dan cedera.
Semua kasus di atas dilakukan pemeriksaan ABCDE.
Khusus pada pasien dengan kasus sesak nafas (kesulitan dalam bernapas)

Khusus pada pasien dengan kasus syok


Khusus pada pasien dengan kasus perubahan status mental

2c) Pemeriksaan lanjutan apa sajakah yang diperlukan untuk masing –masing
pasien?
Pasien pertama dengan kasus sesak: Pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, analisis gas darah (AGD), f oto toraks dan EKG
Pasien kedua dengan kasus lemas pasca diare à Pemeriksaan darah perifer lengkap, Na,
K, Cl, gula darah sewaktu, ureum, kreatinin, dan feses lengkap
Pasien ketiga dengan kasus trauma disertai deformitas à Pemeriksaan darah perifer lengkap, dan
foto X-Ray humerus sinistra dan kruris s inistra
Pasien keempat dengan kasus demam + sakit kepala berat + riwayat otoimun à
Pemeriksaan darah perifer lengkap, CRP kuantitatif
Pasien kelima dengan kasus penurunan kesadaran à Pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, AGD, gula darah sewaktu, natrium, kalium, klorida, kalsium, CT-scan kepala.

2d) Bagaimana urutan prioritas kelima pasien tersebut?


Pasien yang datang perlu ditentukan tingkat prioritas penangannannya dengan memeriksa
kondisi ABCD (Airway, Breathing, Circulation, dan Disability) dan kondisi lainnya (hamil, trauma)
sesuai panduan pada gambar berikut.
Berdasarkan Interagency Integrated Triage Tools di atas urutan kelima pasien diatas sebagai berikut :

1. Pasien kelima dengan penurunan kesadaran (Merah)


2. Pasien pertama dengan sesak napas (Merah)
3. Pasien ketiga dengan kasus jatuh dari genting dengan deformitas lengan atas dan tungkai bawah
(Merah)
4. Pasien keempat dengan demam dan sakit kepala berat disertai riwayat penyakit otoimun (Merah)
5. Pasien ketiga dengan lemas pascadiare (Kuning)

Dari sudut pandang etik, prognosis merupakan dasar utama. Usia dan jenis kelamin pun merupakan
dasar pertimbangan berikutnya dalam menilai prognosis. Prinsip triase "pertama datang, pertama
dilayani" menjadi panduan keputusan triase ke unit perawatan kritis selama masa non-pandemi
saja.

3) Bagaimana tata laksana pasien DoA pada kasus di atas?


Jenazah dari luar rumah sakit yang memiliki riwayat suspek atau probabel, termasuk pasien
DOA (Death on Arrival) yang dirujuk dari rumah sakit lain harus dilakukan prosedur
pemindahan dan penjemputan jenazah sebagai berikut:
Tindakan swab nasofaring atau pengambilan sampel lainnya dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk di ruang perawatan sebelum jenazah dijemput oleh petugas kamar jenazah
Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut menggunakan kapas, hingga dipastikan
tidak ada cairan yang keluar
Bila ada luka akibat tindakan rnedis, maka dilakukan penutupan dengan plester kedap air
Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah, membawa:

1. Alat pelindung diri (APD) berupa: masker surgikal, goggle/kaca mata pelindung, apron
plastik, dan sarung tangan/hand schoen non-steril.
2. Kantong jenazah. Bila tidak tersedia kantong jenazah, disiapkan plastik pembungkus.
3. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.

Sebelum petugas memindahkan jenazah dari tempat tidur perawatan ke brankar jenazah,
dipastikan bahwa lubang hidung dan mulut sudah tertutup serta Iuka-Iuka akibat tindakan
medis sudah tertutup plester kedap air, lalu dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau
dibungkus dengan plastik pernbungkus. Kantong jenazah harus tertutup sempurna
Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah, lalu brankar ditutup dan dikunci
rapat.
Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan jenazah dibuka dan dibuang di ruang

perawatan
Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah selama perjalanan, petugas tetap menggunakan
masker surgikal
Surat keterangan kematian atau sertifikat medis penyebab kematian dibuat oleh dokter
yang merawat dengan melingkari jenis penyakit penyebab kematian sebagai penyakit
menular Jenazah hanya dipindahkan dari brankar jenazah ke meja pemulasaraan jenazah di
kamar
jenazah oleh petugas yang menggunakan APD lengkap

Pelajari lebih lanjut:


Buku Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 KEMENDAGRI dan Perhimpunan Dokter Forensik
Indonesia

Last modified: Friday, 14 August 2020, 10:58 AM


◄ Tempat Pengumpulan Jump to... Forum Diskusi Bagian A
Jawaban Latihan Kasus 1 ►


Copyright © 2020 Center of e-Learning Cluster | Indonesian Medical Education and Research Institute

Get the mobile app

Anda mungkin juga menyukai