Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dari pembangunan ekonomi di
Indonesia. Sektor ini mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia karena
menghasilkan bahan pangan, bahan baku atau sumber energy serta untuk mengelola
lingkungan hidup. Selain itu sektor ini juga banyak menyerap tenaga kerja sehingga juga
berperan dalam roda perekonomian masyarakat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2018, struktur tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh sektor
pertanian yaitu sekitar 30,46% (BPS, 2018).

Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting, mengingat lebih dari 20%
angkatan kerja menggantungkan hidup di sektor ini. Berdasarkan data International
Labor Organization (ILO), sekitar 28, 305% orang bekerja di bidang pertanian di seluruh
dunia. Dari angka tersebut 60% diantaranya bekerja di Negara berkembang (ILO, 2019).
Tingkat kecelakaan fatal di Negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding
Negara industri. Di Negara berkembang kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan, dan konstruksi.
Di lain pihak, di Indonesia kelima sektor industri ini memberikan kontribusi yang sangat
penting bagi perekonomian. Berdasarkan data yang diperoleh dari data ASEAN
OSHANET dan ILO, kecelakaan kerja di Indonesia yang terjadi di industri pertanian
menduduki tempat kedua atau ketiga terbesar disbanding industri lain. Pada tahun 2015,
dari 1.476 kasus kematian yang terjadi, 280 kasus diantaranya menimpa pekerja
pertanian (ILO, 2018).

Penggunaan mesin dan alat berat sepertit traktor, mesin permanen, alat tanam, dan
sebagainya di sektor pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat mengakibatkan
cedera dan kecelakaan kerja fatal. Selain itu, penggunaan pestisida dapat menyebabkan
keracunan atau penyakit yang serius serta debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat
mengakibatkan alergi dan penyakit pernafasan. Karena Indonesia merupakan negara
tropis, maka pekerja di bidang pertanian berisiko terkena sengatan matahari dan hawa
panas. Situasi akan semakin buruk jika air bersih untuk diminum tidak ada atau kurang
tersedia dan sanitasi yang tidak memadai sehingga dapat menimbulkan penyakit
menular. Bahaya lain meliputi semua jenis nyeri otot akibat terkilir akibat mengangkat
atau membawa beban, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang dan bekerja
dengan postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psikososial. Risiko terkena
tanaman beracun atau berbahaya, serangan binatang buas, gigitan serangga dan ular juga
merupakan risiko yang sudah umum diketahui. Faktor lain yang memicu terjadinya
kecelakaan di bidang pertanian adalah terbatasnya waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang diakibatkan oleh batasan iklim (ILO, 2013).

Hal yang mempengaruhi tingginya kecelakaan kerja di negara berkembang (termasuk


Indonesia) dibandingkan dengan Negara maju adalah perspektif masyarakat terhadap
pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, system yang berjalan dan
perangkat hokum yang memadai. Di negara maju, kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja sangat tinggi, hal ini diakibatkan oleh
adanya perangkat system dan hukum yang memadai dan diterapkannya hukum secara
tegas. Terjadinya kecelakaan ini tentu saja merugikan secara ekonomi dan terhadap
kondisi kesehatan pekerja. Kecelakaan bisa mengakibatkan hilangnya waktu yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan pertanian yang waktu pengerjaannya terbatas.
Pada kondisi ekstrim, kecelakaan bisa berakibat pada hilangnya nyawa pekerja. Untuk
itu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian perlu diperhatikan.

Tingkat kecelakaan kerja pada bidang pertanian di Indonesia tergolong tinggi


dibandingkan dengan industri lain. Hal ini perlu diperhatikan secara khusus mengingat
sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Pemerintah Indonesia telah
berupaya membuat perangkat hukum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang cukup
lengkap namun perangkat hukum yang spesifik pada bidang pertanian kurang memadai.
Kondisi ini diperparah dengan lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kesadaran,
perilaku, dan sikap untuk menanamkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
(ILO, 2018)

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keselamatan kerja di bidang agrikultur
2. Mengetahui penyakit akibat kerja di bidang agrikultur
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab dan pencegahan penyakit akibat kerja di bidang
agrikultur
4. Memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.


DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2018. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018. Badan Pus. Stat. 1–16.

https://doi.org/No. 74/11/35/Th.XVI, 5 November 2018

ILO, 2019. Employment in Agriculture [WWW Document]. ILOSTAT database. URL

https://data.worldbank.org/indicator/SL.AGR.EMPL.ZS

ILO, 2018. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda, Kantor Perburuhan

Internasional , CH- 1211 Geneva 22, Switzerland.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

ILO, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ; Sarana untuk Produktivitas modul 5. Jakarta:

ILO

Anda mungkin juga menyukai