Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM AGRARIA NASIONAL

Untuk memenuhi salah satu tugas individu

Mata kuliah HUKUM AGRARIA

Disusun oleh:

Nama :AMAL RIDHA NURYAMIN

Stambuk : 040 2018 0813

Kelas : C16

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, hukum agraria di

Indonesia masih dualistis, yaitu bahwa disamping hukum agraria adat berlaku

hukum tanah barat.Yang dimaksud hukum adat ialah adat kebiasaan yang

mempunyai akibat hukum.Hukum adat itu terdiri dari pereturan-peraturan yang

tidak tertulis, sedangkan hukum barat itu terdiri dari pereturan-peraturan yang

tertulis. Dualisme itu merupakan peninggalan dari jaman Hindia Belanda dahulu,

dimana rakyat Indonesia dibagi menjadi golongan-golongan : Golongan Eropa,

Golongan Timur Asing Tionghoa, Golongan Timur Asing bukan Tionghoa,

Golongan Indonesia/Pribumi. Dan terhadap mereka masing-masing tidak

diperlakukan satu macam hukum.

Hukum agraria di Indonesia baru mendapat perhatian yang sebenar-

benarnya pada waktu pemerintahan Inggris menggantikan pemerintah kerajaan

Belanda pada tahun 1811 pada waktu Indonesia dipengaruhi oleh pikiran Raffles

dengan teori domainnya.

B.     Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang Upaya Penyelesayan Hukum Agraria Nasional ?

2. Menjelsakan tentang Faktor-faktor Penting dalam Pembangunan Hukum

Agraria Nasional. ?
3. Menjelaskan tentang Undang-undang Pokok Agraria Hukum Agraria

Nasional ?     
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Upaya Penyelesayan Hukum Agraria Nasional

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dinyatakan pada tanggal

17 Agustus 1945 oleh soekarno dan Mohamad Hatta atas nama bangsa indonesia

sebagai tanda terbentuknya negara kesatuan RI sebagai suatu bangsa yang

merdek. Dari segi yuridis, proklamasi kemerdekaan merupakan saat tidak

berlakunya hukum kolonial dan saat mulai berlakunya hukum nasional, sedangkan

dari segi politis, peroklamasi kemerdekaan mengandung arti bahwa bangsa

indonesia terbatas dari penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk

menentukan nasibnya sendiri.

Proklamasi kemerdekaan RI mempunyai 2 arti penting bagi penyusunan

hukum agraria nasional, yaitu pertama, bagsa indonesia memutuskan

hubungannya dengan hukum agraria kolonial, dan kedua, bangsa indonesia

sekaligus menyusun hukum agraria nasional.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 panitia persiapan kemerdekaan indonesia

(PPKI) yang dipimpin oleh soekarno mengadakan sidang, menghasilkan

keputusan antara lain ditetapkannya Undang-undang Dasar (UUD) 1945 sebagai

hukum dasar ( konstitisi ) negara RI.

UUD 1945 meletakkan dasar politik agraria nasional yang dimuat dalam

pasal 33 ayat 3, yaitu ’’bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung untuk

sebesarnya kemakmuran rakyat’’. ketentuan ini bersifat imperatif, yaitu

mengandung pemerintakepada negara agar bumi,air,dan kekayaan alam alam yang


terkandung didalamnya, yang diletakkan dalam penguasaan negara itu

dipergunakan untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat indonesia.

Dengan demikian, tujuan dari penguasaan oleh negara atas bumi,air, dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya adalah untuk mewujudkan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat indonesia.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah indonesia untuk menyesuaikan

hukum agraria kolonial dengan keadaan dan kebutuhan setelah indonesia

merdeka, yaitu :

1. Mengunakan kebijaksanaan dan tafsir baru.

2. Penghapusan hak-hak kovensi.

3. Penghapusan tanah pertikelir.

4. Perubahan peraturan persewaan tanaah rakyat.

5. Peraturan tambahan untuk mengawasi pemindahan hak atas tanah.

6. Peraturan dan tindakan mengenai tanah-tanah perkebunan.

7. Kenaikan canon dan ciji.

8. Larangan dan penyelesayan soal pemakaian tanah tanpa izin.

9. Peraturan perjanjian bagi hasil (tanah pertanian).

10. Peralihan tugas dan wewenang.

B.     Faktor-faktor Penting dalam Pembangunan Hukum Agraria Nasional.

Menurut notonagoro, faktor-fakror yang harus diperhatikan dalam

pembangunanhukum agraria nasional, adalah faktor formal, faktor materil,faktor

ideal, faktor agraria modern, dan faktor ideologi politik.


1. Faktor formal

Keadaan hukum agraria diindonesia sebelum diundangkannya UUPA

merupakan keadaan peralihan, keadaan sementara waktu oleh karena peraturan-

peraturan yang sekarang berlaku ini berdasarkan pada peraturan-perturan

peralihannn yang terdapat dalan pasal 142 undang-undang dasar sementaraa

(UUDS) 1950, pasal 192 konstitusi Republik indonesia serikat (KRIS) dan pasal 2

aturan peralihan UUD 1945 , yang semuanya itu bersama-sama menentukan

dalam garis besarnya bahwa peraturan-peraturan hkum yang berlaku pada zaman

hindia belanda memegang kekuasaan, masih berlaku untuk sementara.

2. Faktor material

Hukum agraria kolonial mempunyai sifat dualisme hukum. Dualisme

hukum ini dapat meliputi hukum, subjek maupun objek. Menurut hukumnya,

yaitu disuatu pihak berlaku hukum agraria barat yang diatur dalam KUH perdata

maupun agrarische wet, di pihak lain berlaku hukum agraria adat yang diatur

dalam hukum adat tentang tanah masing – masing. Menurt subjeknya, hukum

agraria barat berlaku bagi orang – orang yang tunduk pada hukum barat, dipihak

lain hukum agraria adat berlaku bagi orang – orang yang tunduk pada hukum adat.

Menurut objeknya, di satu pihak ada hak-hak atas tanah yang diperuntukan bagi

orang-orang yang tunduk hukum barat, di pihak lain ada hak-hak ats tanah yang

diperuntukkan bagi orang – orang yang tunduk pada hukum adat. Adanya sifat

dualisme hukum ini membawa konsekuensi, baik dari sistem hukum maupun segi

hak dan kewajiban bagi subjek hukumnya. Sifat dualisme hukum ini

menimbulkan persoalan dan kesulitan yang tidak dapat dibiarkan terus-menerus.


3. Faktor ideal

Dari faktor ideal (tujuh negara),sudah tentu tujuan hukum agraria tidak

cocok dengan tujuan negara indonesia yang tercantum dalam alinea IV

pembukaan UUD dan tujuan penguasaan bumi,air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya , seperti yang tercantum dalam pasal 33 ayat 3 UUD

1945.

4. Faktor agraria modern

Faktor-faktor agraria modern terletak dalam lapangan – lapangan:

1. Lapangan sosial

2. Lapangan ekonomi

3. Lapangan etika.

4. Lapangan idiil fundamental

Faktor-faktor diatas yang mendorong agar dibuat hukum agraria nasional.

5. Faktor ideologi politik

Indonesia sebagi bangsa dan negara mempunyai keterkaitan hidup dengan

negara-negara lain. Indonesia tidak dapat mempunyai kedudukan tersendiri

terlepas dari keadaan dan hubungan dengan negara-negara lain.

Dalam menyusun hukum agraria nasional boleh mengadopsi hukum agraria lain

sepanjang tidak bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. UUD 1945

dijadikan faktor dasar dalam pembangunan hukum agraria nasional.


C.     Sejarah Penyusunan Undang-undang Pokok Agraria.

Upaya pemerintah indonesia untuk membentukhukum agraria nasional

yang akan mengantikan hukum agraria kolonial , yang sesuai dengan pancasila

dan UUD1945 sudah dimulai pada tahun 1948 dengan membentuk kepentingan

yang diberi ugas menyusun undang-undang agraria. Setelah mengalami beberapa

pengantian kepanitiaan yang berlangsung selama 12 tahun sebagai suatu

rangkayan peroses yang cukup panjang, maka baru pada tanggal 24 september

1960 pemerintah berhasil membentuk hukum agraria nasional, yang dituangkan

dalam undang-undang no.5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok

agraria, yang lebih dikenal dengan sebutan undang-undang pokok agraria

(UUPA).

Tahap-tahap dalam penyusunan undang-undang pokok agraria (UUPA)

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Panitia agraria yogya

Panitia ini di bentuk dengan penetapan presiden No.16 tahun 1948 tanggal 21 mei

1948 berkedudukan di yogyakarta diketahui oleh sarimin reksodihardjo, kepala

bagian agraria kementrian dalam negeri.

2.      Panitia agraria jakarta

Panitia agraria yogya dibubarkan dengan keputusan presiden no.36 tahun 1951

tanggal 19 maret 1951, sekaligus dibentuk panitia agraria jarkarta yang

bekedudukan dijarkarta diketahui oleh singgih praptodihardjo, wakil kepala

bagian agraria kementerian dalam negeri.

3.      Panitia soewahjo


Berdasarkan keputusan presiden No. 1 tahun 1956 tanggal 14 januari 1956

dibentukan panitia negara urusan agraria berkedudukan dijakarta yang diketahui

soewahji soemodilogo, seketaris jendral kementrian agraria.

4.      Rancangan soenarjo

Setelah dilakukan beberapa perubahan megenai sistematika dab perumusan

beberapa pasalnya, maka rancangan panitia soewahjo oleh menteri agraria

soenarjo diajukan kepada dewan menteri pada tanggal 14 maret 1958.dewan

menteri dalam sidangnya tanggal 1 Aperil 1958 dapat menyetujui rancangan

soenarjo dan diajukan kepada dewan perwakilan rakyat (DPR) melalui amanat

presiden sokarno tanggal 24 april 1958.

5.      Rancangan sadjarwo

Berdasarkan dekrik presiden tanggal 5 juli 1959 kita kembali kepada UUD 1945.

Berhubungan rancangan soenarjo yang telah diajukan kepada DPR beberapa

waktu yang lalu disusun berdasarkan UUDS 1950, maka dengan surat presiden

tanggal 23 maret 1960 rancangan tersebut ditarik kembali dan disesuaikan dengan

UUD 1945.

D.    Undang-undang Pokok Agraria Hukum Agraria Nasional.

UUPA merupakan pelaksanaan pasal 33 ayat (3) UU 1945 sebagaimana

yang dinyatakan dalam pasal 2 ayat (1) UUPA, yaitu ats dasar ketentuan dalam

pasal 33 pasal ayat (3) undang-undang dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud

dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang

terkandung didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai

organisasi kekuasaan seluruh rakyat.


Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan landsan konstitusional bagi

pembentukan politik dan hukum agraria nasional, yang berisi perintah kepada

negara agar bumi, air, dan kekayaan alamyang terkandung didalamnya yang

diletakan dalam penguasaan negara itu digunakan untuk mewujudkan sebesar-

besarnya kemakmuran seluruh rakyat indonesia.

UUPA mempunyai dua subtansi dari segi berlakunya, yaitu pertama,tidak

memberlakukan lagi atau mencabut hukum agraria kolonoial, dan kedua

membangun hukum agraria nasional. Menurut boedi harsono, dengan berlakunya

UUPA, maka terjadilah perubahan yang fundamental pada hukum agraria

diindonesia, terutama hukum dibidang pertanahan. Perubahan yang fundamental

ini mengenai struktur perangkat hukum, konsepsi yang mendasari maupun isinya.

UUPA merupakan undang-undang yang melakukan pembaruan agraria

karena didalamnya memuat program yang dikenal dengan panca program agraria

reform indonesia, yang meliputi :

1. Pembaruan hukum agraria melalui unifikasi hukum yang berkonsepsi

nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum.

2. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah.

3. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur.

4. Perombakan pemilikkan dan penguasaan ats tanah serta hubungan-

hubungan hukum yang berhubungan dengan pengusahaan tanah

mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan, yang kemudian

dikenal sebagai program landreform.


5. Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi,air, dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya serta penggunaanya secara terncana, sesuai

dengan daya dukung dan kemampuannya.

E.     Peraturan dan Keputusan yang Dicabut oleh Undang-undang Pokok

Agraria

Dalam pembentukan UUPA disertai dengan pencabutan terhadap

peraturan dan keputusan yang dibuat pada masa pemerintahan hindia belanda

sebagaimana yang tersebut dalam dictum memutuskan UUPA dibawah perkataan

‘’dengan mencabut’’ adapun peraturan yang dicabut oleh UUPA yaitu :

1) Agrarishe wet stb. 1870 no.55 sebagai yang termuat dalam pasal 51 IS stb.

1925 no.447.

2) Peraturan-peraturan tentang domein verklaring baik yang bersifat umum

maupun khusus, yaitu:

a) Domein verklaring tersebut dalam pasal 1 Agrarische besluit stb.1870

No.118.

b) Algemene domein verklaring tersebut dalam stb.1875 No. 119a.

c) Domein verklaring untuk sumatera tersebut dalam pasal 1 dari stb.1874

No 94f.

d) Domein verklaring untuk karesidenan manado tersebut dalam pasal 1 dari

stb.1877 No 55.

e) Domein verklaring untuk residentie zuder en Osterafdeling van borneo

tersebut dalam pasal 1 dari stb.1888. No.58.


3) Koninklijk besluit (keputusan raja) tanggal 16 april 1872 No 29 (stb 1872 No.

29 ( stb.1872 No,117) dan peraturan pelaksanaannya.

4) Buku II KUHperdata indonesia sepanjan yang mengenai bumi, air srta

kekayaan alam yang terkandung didalam nya,kecuali ketentuan-ketentuan

tentang Hypotheek yang masih berlaku pada mulai berlakunya UUPA.

F.     Tujuan Undang-undang Pokok Agraria

Tujuan diundangkan UUPA sebagai tujuan hukum agraria nasional

dimuat dalam penjelasan umum UUPA ,yaitu :

A. Meletak kan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional,yang akan

merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagian, dan keadialn

bagi negara dan rakyat, terytama rakyat tani dalam rangka masyarakat yang

adil dan makmur.

Dasar kenasionalan hukum agraria yang telah dirumuskan dalam UUPA,adalah:

1. Wilayah indonesia yang terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan

tanah air dari rakyat indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia

(pasal 1 UUPA).

2. Bumi air ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

merupakan karunia tuhan yang maha esa kepada bangsa indonesia dan

merupakan kekayaan nasional. Untuk itu kekayaan tersebut harus

dipelihara dan digunakan untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(pasal1,2,14, dan 15 UUPA).


3. Hunbungan antara bangsa indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa, dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnyabersifat abadi, sehingga tidak

dapat diputuskan oleh siapa pun (pasal 1 UUPA).

4. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa dan rakyat indonesia

diberi wewenang untuk menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran,

rakyat (pasal 2 UUPA).

5. Hak ulayat sebagi hak masyarakat huykum adat diakui keberadaanya.

Pengakutan tersebut disertai syarat bahwa hak ulayat tersebut masih ada,

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-

uandangan yang lebih tinggi (pasal 3 UUPA).

6. Subjek hak yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air,

ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah

warga negara indonesia tanpa dibedakan asli dan tidak asli. Badan hukum

pada perinsipnya tidak mempunyai hubungan sepenuhnya alam yang

terkandung didalamnya (pasal 9, 21,dan 49 UUPA)

B. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan

dalam hukum pertanahan.

Dalam rangka mengadakan kesatuan hukum tersebut sudah semestinya

sistem hukum yang akan diberikan harus sesuai dengan kesadaran hukum

masyarakat.

C. Meletakkan dasar-dasar untuk memeberi kepastian hukum mengenai hak-hak

atas tanah bagi rakyat seluruhnya.


Upaya untuk mewujudkan tujuan ini adalah dengan membuat

peraturan perundang-undang yang diperintahkan oleh UUPA yang sesuai

dengan asas dan jiwa UUPA. Selain itu demngan melakukan pendaftaran

tanah atas bidang-bidang tanah yang ada diwilayah indonesia yang bersifat

tanah yang bertujuan memberiakn jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak

atas tanah.

G.    Asas – asas dalam Undang-undang Pokok Agraria

Dalam UUPA dimuat 8 asas dari hukum agraria nasional. Asas – asas ini

kerena sebagai dasar dengan sendirinya harus menjiwai pelaksanaan dari UUPA

dan segenap peraturan pelaksanaannya. Delapan asas tersebut, adalah sebagai

berikut

1. Asas kenasionalan

2. Asas pada tingkat tertinggi,bumi,air, dan kekayaan alam tyang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara

3. Asas mengutamakan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas

persatuan bangsa dari pada kepentingan perseorangan atau golongan.

4. Asas semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

5. Asas hanya negara indonesia yang mempunyai hak milik atas tanah.

6. Asas persamaan bagi setiap warga negara indonesia.

7. Asas tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh

pemiliknya sendiri dan mencegah cara-cara yang bersifat pemerasan.

8. Asas tata guna tanah/pengunaan tanah secara berencana.


H.    Undang-undang Pokok Agraria Didasarkan Atas Hukum Adat.

Dengan dicabutnya peraturan dan keputusan agraria kolonial, mak

tercapailah unifikasi hukum agraria yang berlaku diindonesia, yang sesuai dengan

keperebadian dan persatuan bangsa indonesia.

Dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum tersebut, hukum adat tentang

tanah dijadikan dasar pembentukan hukum agraria nasional. Hukum adat

dijadikan dasar dikarenakan hukum tesebut dianut oleh sebagian besar rakyat

indonesia, sehingga hukum adat tentang tanah mempunyai kedudukan yang

istimewa dalam pembentukan hukum agraria nasional.


BAB III

KESIMPULAN

1.      Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia ( RI ) dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh soekarno

dan Mohamad Hatta atas nama bangsa indonesia sebagai tanda terbentuknya

negara kesatuan RI sebagai suatu bangsa yang merdeka. Dari segi yuridis,

proklamasi kemerdekaan merupakan saat tidak berlakunya hukum kolonial dan

saat mulai berlakunya hukum nasional, sedangkan dari segi politis, peroklamasi

kemerdekaan mengandung arti bahwa bangsa indonesia terbatas dari penjajahan

bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Faktor-fakror yang harus diperhatikan dalam pembangunan hukum

agraria nasional, adalah faktor formal, faktor materil,faktor ideal, faktor agraria

modern, dan faktor ideologi politik. Upaya pemerintah indonesia untuk

membentukhukum agraria nasional yang akan mengantikan hukum agraria

kolonial , yang sesuai dengan pancasila dan UUD1945 sudah dimulai pada tahun

1948 dengan membentuk kepentingan yang diberi tugas menyusun undang-

undang agraria.

Dan tujuan UUPA Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum

agraria nasional,yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran,

kebahagian, dan keadialn bagi negara dan rakyat, terytama rakyat tani dalam

rangka masyarakat yang adil dan makmur.


2.      Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan

yang tidak saya ketahui jadi saya saran kan kepada si pembaca untuk mengkeritik

dan menyarankan tentang makalah saya ini.


DAFTAR PUSTAKA

Muchsin, konflik sumber daya agraria dan upaya penegakan hukumnya,makalah,

seminar pertahanan nasional 2002,pembaruan agraria STPN, yogyakarta.

Notonagoro, politik hukum dan pembangunan agraria diindonesia, Bina

Aksara,jarkarta,1984.

Soeprapto, Undang-undang pokok Agraria dalam peraktek, Universitas indonesia

perss,jarkarta 1986.

Anda mungkin juga menyukai