Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan adalah proses alami yang dialami oleh semua manusia.

Proses penuaan menyangkut terjadinya berbagai perubahan yang akan

berdampak pada penurunan kondisi fisik, mental, psikososial, perubahan

yang berkaitan dengan pekerjaan dan peran sosial lansia. Perkembangan

psikososial lansia ada pada tahap peningkatan integritas diri (Hidayati,

2015).

Lansia merupakan tahap terakhir dalam tahap pertumbuhan, dan

merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu.

Pada lansia akan terjadi kemunduran fisik, seperti kulit mulai mengendur,

timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan mulai

berkurang, mudah lelah, gerakan mulai lambat dan kurang lincah (Selo,

2017). Masalah kesehatan tersebut akan berpotensi pada masalah

kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa. Ketika lansia telah

mengalami masalah dalam kesehatannya, maka kondisi kehidupan lansia

akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang dialami lansia

seringkali menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan lansia

sehingga terjadi berbagai macam fenomena permasalahan lansia. Kesiapan

dalam menghadapi perubahan ini menentukan kondisi lansia. Idealnya

semua perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia tidak terlepas dari

tugas-tugas perkembangan.

1
Ketika ketidakseimbangan yang terjadi pada lansia anatara tugas-

tugas perkembangannya menyebabkan munculnya banyak fenomena

permasalahan lansia yang terjadi, diantaranya lansia merasakan diabaikan,

kesepian, perasaan tidak berdaya bahkan perasaan bersalah. Disinilah

terkadang lansia sangat membutuhkan bantuan orang lain guna

meningkatkan kesehatan mentalnya. Masalah kesehatan jiwa akan muncul

bila lansia tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi seiring dengan proses penuaan, salah satunya

timbul dalam bentuk depresi. Masalah kesehatan psikologis ini terjadi

tidak terkecuali pada lansia yang tinggal di panti sosial. Bahkan ketika

seorang lansia tinggal di panti sosial, mereka akan mengalami stress yang

akan mengganggu kesehatan mentalnya.

Depresi merupakan salah satu gangguan hati yang umum dialami

oleh lansia. Lansia yang mengevaluasi pengalaman masa lalunya sebagai

suatu kegagalan, kesalahan, kemarahan, ketidakpuasan, dan keputusasaan

pada umumnya akan mengalami depresi (Lestari, 2016). Lansia yang

tinggal di panti werdha cenderung mengalami depresi dibandingkan

dengan lansia yang tinggal dengan keluarga. Hal ini dikarenakan ketika

lansia diletakkan di panti werdha lansia merasa tersisihkan dan terbuang

oleh keluarganya. Oleh karena itu lansia akan merasakan stres. Stres

secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang (Rahayuni,

2015). Tingkat stres pada lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan

yang di rasakan atau dialami lansia sebagai akibat dari stresor berupa

perubahan-perubahan baik fisik, mental maupun sosial dalam kehidupan

2
yang dialami lansia. Stres dapat berdampak terhadap kondisi emosional

sehingga lansia akan mudah gelisah, suasana hati yang sering berubah-

ubah, mudaha atau cepat marah, mudah tersinggung dan stres

berkepanjangan dapat menyebabkan lansia cemas dan depresi. Dan hal ini

sangat tidak baik bagi kondisi kesehatan mental lansia.

Hasil pendataan yang dilakukan pada tahun 2007 ditemukan

penduduk lansia berjumlah 18,96 juta (8,42% dari total penduduk) dengan

komposisi perempuan 9,04% dan 7,80% laki laki (Badan Pusat Statistik,

2013). Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia akan

menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik

maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada

lansia adalah stress (Tamher & Noorkasiani, 2009 ). Insidensi stres di

Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% pada lansia dari total

penduduk Indonesia. Menurut Stanlay (2007), walaupun tinggal dengan

keluarga masih terdapat 10-15 % lansia yang mengalami stres. Penelitian

Raden (2015) menunjukan tingkat stres yang tinggi pada lanjut usia,

dengan 21,25% menunjukan keluhan berat dan 18,75% menunjukan

keluhan sedang.

Untuk menghindari dampak negatif dari stres tersebut maka

akan diperlukan penanganan yang baik yaitu dengan pengelolaan stres.

terdapat banyak sekali macam pengelolaan stres seperti, terapi farmakologi

yang meliputi penggunaan obat cemas (anxiolytic) dan anti depresi (anti

depressant), serta terapi nonfarmakologi. Terdapat suatu penelitian terkait

penanganan stres nonfarmakologis yaitu menggunaka terapi Reminiscence.

3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Nariska Rahayuni dkk 2015

terapi reminiscence menunjukkan adanya pengaruh terhadap stres lansia

sebesar 95 %. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Feny Mega

Lestari 2016 terapi Reminiscence belum seutuhnya berpengaruh untuk

pengelolaan stres pada lansia. Terdapat perbedaan hasil terkait kefektifan

pengaruh terapi ini pada lansia laki-laki dan perempuan.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

pengaruh terapi reminiscence pada stres lansia dan juga ingin meneliti hal

apa yang menyebabkan ketidakefektifan dari terapi Reminiscence pada

lansia laki-laki dan perempuan di Pantai Sosial Tresna Werdha Kasiyan.

B. Perumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Munculnya stres yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya adalah ketidakseimbangan peran-peran yang ada.

Perubahan fisik, psiko dan mental juga mempengaruhi timbulnya stres

pada lansia. Stres ini akan mempengaruhi kesehatan mental lansia,

ketika seorang lansia sudah mengalami stres maka kondisi yang sering

terjadi lansia akan sering mudah marah, emosi yang mudah muncul.

Dan lansia juga kurang bisa menerima keadaan yang terjadi pada

dirinya.

2. Pertanyaan Masalah

a. Bagaimana adaptasi stress pada Lansia yang tidak dilakukan

teraphy Reminiscence di Panti Sosial Tresna Werdha Kasiyan ?

4
b. Bagaimana adaptasi stres pada lansia yang telah dilakukan teraphy

Reminiscence di Panti Sosial Tresna Werdha Kasiyan?

c. Apakah teraphy Reminiscence efektif terhadap adaptasi stres pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasiyan?

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas terapi

reminiscence terhadap adaptasi stres pada lansia di panti sosial tresna

werdha kasiyan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi keefektifan dari terapi Reminiscence pada lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha Kasiyan.

b. Mengidentifikasi adaptasi stres pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Kasiyan.

c. Menidentifikasi kefektifitas terapi Reminiscence terhadap adaptasi

stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasiyan.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi care giver

Dengan penelitian diharapkan care giver di panti atau dirumah dapat

meminimalisir dampak negatif dari timbulnya stres pada lansia.

b. Bagi peneliti lain

Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk

meneliti permasalah stres yang ada di lansia. Serta dapat meneliti

5
keefektifan terapi ini jika terhadap faktor-faktor lain yang dapat

menghambat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Nur Laili. (2015). Terapi Individu Reminiscence Menurunkan Tingkat

Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial. Jurnal Ners Vol. 10 No. 2

Lestari, Feny Mega. (2016). Kajian Reminiscence Group Theraphy Pada Depresi

Lansia Wanita Yang Tinggal Di Panti Werdha. Jurnal Ilmiah Psikologi

Manasa Vol. 5, No. 1, 42-56

Rahayuni, Ni Putu Nariska. (2015). Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap

Stres Lansia Di Banjar Luwus Baturiti Tabanan Bali. Jurnal

Keperawatan Sriwijaya Volume 2 - Nomor 2

Selo, Jefri. (2017). Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia Di Dalam Dan Di Luar

Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing News Volume 2, Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai