Anda di halaman 1dari 7

A.

DEFINISI
Menurut Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga tahun 2004, KDRT merupakan setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga. perbuatan KDRT adalah sebuah uasaha yang dilakukan oleh
pasangan, baik laki-laki ataupun perempuan, untuk mengambil alih posisi dominan dalam sebuah
keluarga. Pelaku berupaya mengambil kontrol dalam rumah tanggayang berupa hak, kebebasan,
atau lain dengan cara fisik maupun mental. Menurut WHO (1999), kekrasan adalah penggunaan
kekuatan fisik, dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar menyebabkan
trauma atau memar, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak.
Kekuatan fisik, psikis, seksual, dan kurang perhatian.

B. PENYEBAB
Penyebab utama KDRT yaitu pada saat ketidak setaraan dalam keluarga baik secara ekonomi, status
social, usia, jenjang pendidikan, agama, dan ras. Adapun penyebab kekerasan dlam rumah tangga
menurut Ihromi tahun 1995 diantaranya :
a. Komunikasi
komunikasi dlama keluarga merupakan kunci yang menunjukkan keterbukaan dalam keluarga
dan menghindari dari konflik.
b. penyelewengan
kehadiran orang lain dalam rumah tangga seperti pihak ketiga dalam hubungan suami istri.
c. Citra diri rendah yang rendah dan frustasi
Suami yang tertekan akan tanggung jawab yang tidak bisa dipenuhi seperti saat mencari nafkah
yang pada akhirnya mnimbulkan frustasi.
d. Perubahan status sosial
Adanya gengsi yang tinggi menekan adanya kebutuhan yang besar, dan sementara dalam sattus
sosail yang rendah dapat menjadi pemicu kekerasan dalam rumah tangga.
e. Kekerasan sebagai sumber penyelesaian masalah
Berkaitan dengan kekerasan yang pernah yang dialami sejak lahir. kekrasan sudah
mendarahdaging dan menjadi karakter seseorang ketika sedang dalam tingkat emosi yang tinggi.
Selain itu ada juga hal lain yang juga berpotensi untuk memicu munculnya KDRT di dalam suatu
keluarga. Unsur yang menyebabkannya pun berasal dari lingkup keluarga itu sendiri. Hal-hal yang
dapat memicu munculnya KDRT adalah:
Antar suami istri:
a. Terjadi dominasi antar pasangan, bisa sang suami atau istri yang dominan. Maksudnya jika
terjadi suatu perselisihan pendapat yang terjadi adalah penyelesaian sepihak (kalah - menang)
dan bukan penyelesaian yang baik (menang - menang).
b. Adanya sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan atau dialami pasangan.
Adanya sikap egosentris yang menonjol.
c. Tidak adanya kesatuan nilai dalam keluarga atau inkonsistensi apa yang boleh dan yang tidak
boleh.

Antar orang tua dan anak:

a. Pengalihan tanggungjawab sebagai orang tua, baik kepada pembantu rumah tangga, baby sitter,
sekolah atau keluarga yang lain.
b. Sikap dari orang tua yang berlebihan atau tidak pada porsinya. Misalkan terlalu melindungi,
terlalu bebas, terlalu keras bahkan ambisi orang tua yang dibebankan pada anak.
c. Banyaknya kata-kata “negatif” yang diucapkan orang tua kepada anak.
d. Kurangnya waktu berkumpul antara orang tua dan anak. Sehingga anak “kekurangan” kenangan
indah akan orang tuanya.
e. Orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya.
C. JENIS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU KDRT TAHUN 2004
1. Kekerasan Fisik
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Memukul dengan
menggunakan alat tubuh atau alat bantu dan bisa dideteksi dengan mudah dari hasil visum,
serta bentuk pemukulan, penamparan atau penusukan.
2. Kekerasan Psikis
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilanngnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/ atau pendritaa psikis berat pada seseorang.
3. Kekerasan Ekonomi
setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hokum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehisupan, atau perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
4. Kekerasan Seksual
kkerasan yang menimbulkan trauma fisik dan psikologis. yang dalam bentuk pemaksaan
hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam satu rumah, dan
pemaksan hubungan seksual terhadap orang lain di sekitar rumah.
D. FAKTOR RISIKO TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
1. Faktor Masyarakat
a. kemiskinan
b. urbanisasi yang terjadi disertai kesenjangan pendaoatan diantara penduduk kota
c. masyarakat keluarga ketergantungan obat
d. lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas yang tinggi
2. Faktor Keluarga
a. Adanya anggota keluarga yang sakit dan membtuhkan bantuan secara terus menerus
b. kehidupan kelluarga kacau, tidak saling menghargai, dan tidak menghargai peran wanita
c. kurang adanya keakraban dan hubungan jaringan social pada keluarga
d. sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas
3. Faktor Individu
a. wanita yang lajang, bercerai, atau ingin bercerai
b. berumur 17-28 tahun
c. ketergantungan obat atau alkohol atau riwayat ketergantungan kedua zat tersebut
d. sedang hamil
e. mempunyai partner dengan sifat memiliki dan cemburu berlebihan.
E. DAMPAK KDRT
dampak terhadap anak:
1. Anak usia bayi
Dampak yang terjadi pada anak usia bayi yang mengalami KDRT meliputi kesehatan buruk,
kebiasaan tidur yang jelek, dan teriakan yang berlebiahn menurut Jaffe dkk tahun 1990. kondidi
ini juga dapat berlanjut dengan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Pada anak usia pra sekolah
menyebabkan emosi negative, tidak menunjukkan emosi tapi setelah itu marah, mennujukkan
perasaan emosional yang tinggi saat berargumentasi, menunjukkan perilaku reaksi agresif dan
kesulitan makan, serta hambatan alam proses kognitif (Davis dan Carlson, 1987; Cuming (1981);
deLange (1986))
3. Anak usia sekolah
memiliki pmasalah akademis saat di sekolah tidak ingin pergi kesekolah, kesulitan dalam
berkonsentrasi, serta tingkat social yang kurang, serta mengalami kecemasan pada tingkat
menengah sampai dengan tinggi (Hughes, 1986; Wolfe et.al, 1986; Jaffe et.al, 1986;
Christopoulus et al, 1987; Mathias et. al, 1995).
4. Remaja
ketahanan mental dan kekuatan pribadi anak remaja tersebtu berpengaruh terhadap dampak
dari KDRT(Rosenbaum dan O’Leary, 1981)

dampak terhadap perempuan menurut Huda tahun 2005 yaitu perempuan korban kekerasan
pasangan intim mengalami hubungan seksual yang tidak seimbang dan tifdak sehat, pergaulan
dalam keluarga tidak harmonis, terganggunya kesehatan reproduksi, serta saling tidak percaya yang
berujung pada perceraian dan memberikan dampak psikologis negative bagi perempuan.

F. PENDEKATAN PSIKOLOGIS PELAKU DAN KORBAN


menurut evalina Asnawi, DOSEN ilmu kedokteran Jiwa universitas Kristen KRIDA Wacana, pelaku
kekerasan melakukan kekerasan yang dipengaruhi oelh kelainan jiwa yang diantaranya sadisme,
gagguan kepribadian, dan gangguan lekadakan emosional tiba-tiba, serta skizofrenia dan hausinasi.
gangguan kepribadian yang dialami berupa sikap paranoid, kecurigaan berlebih, dan mudah
tersinggung. menurut Eva Untoro, spesialis forensik di Rumah Sakit Sentra Medika CIBINONG,
pelaku KDRT yang memiliki kejiwaan mempunyai cara, motif dan tujuan yang sama.
G. SIKLUS KEKERASAN
1. dimulai dengan individu tertarik dan mengembangkan hubungan individu dan pasangan mulai
mengenal satu sama lain, tampil asli dengan karakteristik dan tuntutan masing-masing, muncul
konflik dan ketegangan
2. terjadi ledakan dalam bentuk kekerasan
3. ketegangan mereda. pelaku bersikap baik dan mungkin meminta maaf
4. korban merasa “berdosa” bila tidak dimaafkan, korban menyalahkan diri sendiri karena merasa
atau dianggap menjadi pemicu kejadian, korban mengembangkan harapan akan hubungan yang
lebih baik.
5. periode tengan tidak dapat bertahan. kembali muncul konflik dan ketegangan, disusul ledakan
kekerasan, dan seterusnya
6. korban terperangkap, merasa bingung, takut, bersalah, tak berdaya, berharap pelaku menepati
janji utuk tidak melakukan kekerasan lagi, dan demikian
7. bila tidak ada intervensi khusus baik dari internal atau eksternal siklus kekerasan dapat terus
berputar dengan cepat, dan makin intens
8. sangat destruktif, dan berdampak merugikan secara psikologis dan mungki juga pada fisik
H. PANDANGAN HUKUM PADA KDRT
Negara berpandagan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga
adalah pelanggaran hak asasi menusia dan kejahatan terhadap mertabat kemanusiaan serta bentuk
diskriminasi. pandsnan ini didasarkan pada Pasal 28 UNDANG-Undang dasar NEGARA Republik
Indonesia Tahun 1945, beserta perubahannya.
1. pasal 28 G ayat 1 UUD Republik Indonesia th. 1945, menetukan bahwa setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah
kekuasaanya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakuan untuk
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
2. pasal 28 H ayat 2 UUD Republik Indonesia th. 1945, menetukan bahwa setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai persamaan dan keadilan
3. undang-undang republic Indonesia Nomor 23 Thaun 2004 tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga memberikan jamianan bahwa setiap wrga negara berhak mendapatkan
rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
I. RUANG LINGKUP KDRT
LINGKUP RUMAH TANGGA MENURUT UNDANG-UNDANG MELIPUTI
1. suami, istri, dan anak. Termasuk juga anak angkat dan anak tiri
2. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang jkarena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwakilan, yang menetap dalam rumah tangga.
hubungan perkawinan misalnya mertua, menantu, ipar, dan besan.
3. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. orang
yang bekerja dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam
rumah tangga yang bersangkutan.
J. PENANGANAN KASUS KDRT
Kegiatan penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga
menurut Stark dan Flitcraft (1998), WHO (1997), Surjadi dan Handayani (1999) yaitu :
Kegiatan yang dilakukan dapat dibedakan atas kegiatan-kegiatan yang meliputi :
1. pencegahan primer yang terdiri atas promosi kesehatan dan pecegahan khusus
2. pencegahan sekunder terdiri dari diagnosis dini, pengobatan segera, dan pembatasan cacat
3. pencegaha tersier meliputi kegiatan rehabilitasi terhadap korban, anak, dan pelaku

Adapun secara psikologis dan pedagogis ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menangani KDRT, yaitu pendekatan kuratif dan preventif. (Wahab)

1. Pendekatan kuratif:
a. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan
memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
b. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya melaporkan
ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi
KDRT.
c. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang terjadinya
KDRT.
d. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat yang
ditimbulkan dari KDRT.
e. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang harmoni,
damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku KDRT.
f. Melakukan filter terhadap media massa, baik cetak maupun elektronik, yang menampilkan
informasi kekerasan.
g. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin, kondisi, dan
potensinya.
h. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena KDRT, tanpa
sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban KDRT.
i. Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih peduli dan responsif
terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya.

1. pendekatan preventif:
a. Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dan tingkat
berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi pelaku
KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota masyarakat lainnya.
b. Memberikan incentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi, mengeliminir, dan
menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga terjadi proses kehidupan
yang tenang dan membahagiakan.
c. Menentukan pilihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT dan nilai-
nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memiliki efektivitas yang
tinggi.
d. Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan penanganan
sejak dini, sehingga tidak terjadi luka dan trauma psikis sampai serius.
e. Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan kasih sayang dan keselamatan
korban untuk masa depannya, sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi pelakunya.
f. Mendorong pelaku KDRT untuk sesegera mungkin melakukan pertaubatan diri kepada Allah
swt, akan kekeliruan dan kesalahan dalam berbuat kekerasan dalam rumah tangga, sehingga
dapat menjamin rasa aman bagi semua anggota keluarga.
g. Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap setiap praktek KDRT dengan
mengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidak berdampak jelek bagi kehidupan
masyarakat.
K. PERAN PERAWAT PADA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Periaku perawat sebagai perawat yang bertanggung jawab dengan mendampingi keluarga agar
menjadi keluarga yang sehat merupakan salah satu upaya yang dapat dipandang ikut memberikan
kontribusi pada upaya mencapai kesehatan bagi keluarga dan masyarakat. Secara umum, peran
perawat dalam kasus kdrt diantaranya adalah :
1. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi anjurkan dengan pemeriksaan
visum
2. melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi korban
3. memberikan informasi mngenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan dari
kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari peradilan
4. mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternative (Ruang Pelayanan
Khusus)
5. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban dengan pihak
kepolisian, dinas, social, serta lembaga social yang dibutuhkan korban
6. sosialisasi Undang-undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat.

Sumber :

Khaleed, B. (2015). Penyelesaian Hukum KDRT. Yogyakarta : Penerbit Medpress Digital.

Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Manumpahi, E., Goni, S. Y. V. I., Pongoh, H. W. (2016). Kajian kekerasan dalam rumah tangga terhadap
psikologi anak di desa soakonora kecamatan jailoo kebupaten Halmahera barat. E-Journal Acta Diurna
Vol. 5 No. 1.

Wahab, R. (2010). Kekerasan dalam rumah tangga : perspektif psikologi dan edukatif. Jurnal Ilmu-Ilmu
Social No. 61

FABRINA, F. (2018). KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN USIA DEWASA AWAL KORBAN


KEKERASAN OLEH SUAMI (Doctoral dissertation, UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG).

Anda mungkin juga menyukai