NUPTK : 6449765666130122
KABUPATEN/KOTA : KUNINGAN
KUNINGAN
JAWA BARAT
TAHUN 2019
i
BIODATA PENULIS
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
BIODATA PENULIS..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Jenis Kegiatan ...................................................................................... 4
C. Manfaat Kegiatan.................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... 19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,seperti
status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata
UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Permasalahan pendidikan yang banyak ditemui para guru adalah
ketika mereka memberikan materi mengenai mata pelajaran matematika.
Seperti dikemukakan Zulkardi (dalam Komar, 2007: 2), “ Dua masalah utama
dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid
serta kurangnya minat mereka dalam belajar matematika di sekolah”.
Permasalahan tersebut terjadi karena pembelajaran yang dilakukan
guru masih bersifat konvensional, dimana penerapan pendekatan dalam
pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, terlalu monoton,
kurang memberikan pengalaman belajar pada siswa, guru lebih dominan di
kelas, menjelaskan materi secara teoritis tanpa tahu kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari dan kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk
berpikir lebih dalam. Selain itu guru juga kurang maksimal dalam
menggunakan alat atau media pembelajaran yang mengakibatkan siswa tidak
berminat untuk belajar matematika. Dengan kondisi demikian tentu akan
berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Berpijak dari permasalahan tersebut,
maka perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran yang harus dilakukan oleh
guru.
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang tidak menuntut
hapalan, tetapi pembelajaran yang banyak memberikan latihan untuk
mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi dan masuk akal berdasarkan
kaidah-kaidah matematika yang logis. Guru hendaknya menciptakan
pembelajaran yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep
matematika.
Dalam hal ini diperlukan pemilihan penerapan pendekatan
pembelajaran/model pembelajaran yang tepat, yang mampu membuat siswa
untuk berpikir tingkat tinggi (HOTS) sesuai dengan program PKB melalui
PKP yang dicanangkan Pemerintah. Salah satu model pembelajaran HOTS
2
yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah model
pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning. Menurut Duch
(1995) dalam Silabus, “ PBL adalah model pengajaran yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan.” PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan
strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai
konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk
mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan siswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan model PBL,
penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih
bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini
diterapkan pada siswa kelas III yang lain ternyata proses dan hasil belalajar
siswa sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini
penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran
berorientasi HOTS dengan model PBL. Oleh karena itu penulis melaporkan
perbaikan pembelajaran tersebut sebagai kegiatan best practice berjudul
""Implementasi Pembelajaran Hubungan Satuan Berat Melalui
Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 1
Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran
2019 / 2020”.
3
B. JENIS KEGIATAN
C. MANFAAT KEGIATAN
4
2. Bagi guru
Memperluas wawasan guru.
Meningkatkan profesional kerja guru.
Meningkatkan peran guru sebagai Fasilisator.
Memberikan motivasi untuk guru-guru yang lainnya.
Memperbaiki kinerja guru dalarn proses pembelajaran Matematika.
3. Bagi Sekolah
Menerapkan metode, model atau pendekatan pembelajaran yang
dilaksanakan terhadap pelajaran yang berbeda.
Memanfaatkan metode, model atau pendekatan dengan semaksimal
mungkin.
Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah
5
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah
materi kelas III untuk mata pelajaran matematika dengan materi pokok
hubungan satuan berat seperti tergambar dalam tabel berikut ini.
Matematika
Kompetensi Pengetahuan
3.7 Mendeskripsikan dan
menentukan hubungan antar
satuan baku untuk panjang, berat,
dan waktu yang umumnya
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi Keterampilan
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan
antarsatuan baku untuk panjang,
berat, dan waktu yang umumnya
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
6
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru
dalam melaksanakan pembelajaran abad 21dan HOTS (Higher Order
Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasi Literasi dan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM).
Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan
menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan
karakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.
Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran
yang memberikan kecakapan abad 21- kepada peserta didik, yaitu 4C yang
meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and
problem solving, dan {4} Creative and lnnovative. Berdasarkan
Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson,
kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order
Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS
(Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 {mengaplikasikan) dan C-4
{mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher
Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).
Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan
integrasi Literasi dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik
tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi. Melalui berbagai
pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan
selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga
meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran, pendekatan saintifik,
pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, integrasi Literasi dan PPK, dan
pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal yang baru bagi guru.
Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya
dalam K-13 lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan
hasilnya dilakukan melalui penilaian otentik yang mampu mengukur
ketercapaian kompetensi siswa.
7
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah
dilakukan penulis.
1. Menganalisis pasangan KD, target KD dari KD pengetahuan dan KD
Keterampilan (seperti terlihat dalam tabel 1 di atas).
2. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi
IPK Matematika
Mengaitkan hubungan antar berbagai satuan berat yang umum
3.7.5
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berbagai satuan berat dalam
4.7.2 kehidupan sehari-hari
8
Langkah ini dapat dilihat pada tabel berikut :
9
sehari-hari.
Siswa berdiskusi
kelompok untuk
menyelesaikan LKPD
menimbang berat
benda, menuliskan
satuannya, serta
mengkonversi satuan
berat ke berbagai
satuan lainnya.
Membimbing Guru berkeliling kepada Tiap anggota
penyelidikan setiap kelompok untuk kelompok bersikap
individu maupun
kelompok memastikan siswa dapat aktif dalam diskusi
mengerjakan konversi berat dengan pembagian
dengan tepat dan membantu tugas sebelumnya dan
siswa yang memerlukan. guru hanya bertindak
sebagai fasilitator.
Mengembangka Setelah selesai berdiskusi, Salah satu siswa dari
n dan guru dan siswa membahas tiap kelompok
menyajikan hasil
hasil diskusi, tanya jawab., mempresentasikan hasil
karya
diskusi.
dan menggali seluas-
Setelah selesai
luasnya mengenai materi
berdiskusi, guru dan
tersebut.
siswa membahas hasil
diskusi, tanya jawab.,
dan menggali seluas-
luasnya mengenai
materi tersebut.
10
masalah apresiasi/pujian terhadap hasil
pekerjaan siswa dan
memberikan motivasi untuk
tetap semangat dalam belajar.
BAB III
11
HASIL KEGIATAN
A. Hasil
Hasil dari best practice yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan
model pembelajaran PBL berlangsung cukup aktif. Siswa menjadi lebih
aktif dari biasanya, mereka merespon pertanyaan dari guru, termasuk
mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan
transfer knowledge. Setelah siswa melakukan pengamatan mengenai
timbangan plastik, cara menimbang berat benda, satuan yang dipakai apa
dan beratnya berapa (faktual), siswa tidak hanya mengetahui dimensi
faktual saja tetapi memahami juga dimensi konseptual dimana bahwa 1
kg sama dengan 1000 gram dan konversi satuan berat lainnya. siswa pun
memahami dimensi prosedural dan metakognitif dimana ia dapat
menimbang benda, membaca timbangan, nilai beratnya berapa, satuan
yang dipakai apa serta dapat mengkonversinya pada satuan lainnya yang
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan model
pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan
menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran serta
keterlibatannya secara langsung dalai proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa
berorientasi HOTS suasana kelas cenderung kaku, sepi dan serius. Siswa
cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas
yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat
menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir
siswa. Selain itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan
dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang
12
dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat siswa cenderung
menghapalkan teori, dan pasif dalam pembelajaran, kurang minat untuk
belajar dan pada akhirnya pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa
yang diajarkan oleh guru. Jauh berbeda kondisinya dengan best practice
pembelajaran matematika berorientasi HOTS dengan menerapkan PBL
ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang konsep hubungan
satuan berat dipahami dengan baik karena siswa mengalami dan
menemukan sendiri pengetahuannya lewat masalah yang disajikan. Ia
menimbang benda sehingga tahu berapa nilainya, satuannya, dan dapat
mengkonversikan satuan beratnya.
3. Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang
diterapkan dengan menyajikan teks dan pengalaman belajar langsung
menimbang berat benda merupakan permasalahan kontekstual yang dekat
dengan kehidupan siswa mampu mendorong siswa merumuskan
pemecahan masalah baik secara individu ataupun berkelompok.. Sebelum
menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam
buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa,
tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada
teks tulis dari buku teks, tidak ada tambahan lain dari sumber manapun..
Dengan menerapkan PBL, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi
juga dari pengalaman belajar yang diciptakan melalui masalah yang
disajikan. Pengetahuan yang didapat dari mengalami sendiri prosesnya
akan bertahan lama dalam memori siswa karena sejatinya usia SD adalah
usia dimana tahap perkembangan anak masih berada pada tingkat
operasional konkrit. Dimana dalam tahap ini siswa belum sepenuhnya
dapat belajar secara abstrak dan teoritis, tetapi harus didampingi dengan
sesuatu yang konkrit yaitu dengan menggunakan media pembelajarn
yang riil dan mengalami sendiri proses mendapatkan pengetahuan
tersebut agar lebih tahan lama berada di otak, terbiasa berpikir kritis
dalam memcahkan masalah. Sehingga pembelajaranpun terasa bermakna.
13
4. Penerapan pembelajaran PBL ini juga membuat motivasi, minat dan
kesadaran siswa untuk belajar secara mandiri, baik ada guru ataupun
tidak karena pembelajaran yang disajikan merupakan pemecahan
masalah yang permasalahannya riil dan tidak jauh dari kehidupan siswa
sehari-hari.
14
Tidak memadainya alat peraga berupa macam-macam timbangan untuk
sementara diatasi oleh guru dengan membeli secara patungan guru dan
siswa atas kesepakatan bersama yang pada akhirya menjadi barang
inventaris kelas. Namun siswa dapat menambah pengalaman belajarnya
melalui membaca buku ensiklopedia matematika mengenai berat benda yang
ada di perpustakaan, melalui belajar online dan mandiri lewat Rumah
Belajar Kemendikbud serta Google. Dengan demikian, selain menerapkan
kegiatan literasi baca dan tulis, siswa juga dapat meningkatkan literasi
digitalnya.
Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi
15
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran PBL layak
dijadikan best practice pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat
meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran tematik dengan model pembelajaran
PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga
mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan
rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa
dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar
belakang siswa dan situasi serta kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi siswa untuk belajar secara
mandiri.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar
dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih
mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa) dalam memori mereka.
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif
sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan
kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini akan
menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Buku Pedoman Guru Tema 4: Benda di Sekitarku Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Rev.2018, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013 Rev.2018).
Buku Siswa Tema 4: Benda di Sekitarku Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013Rev.2018, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013
Rev.2018).
Dimyati Dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan tentang
Model Pembelajaran Penemuan (Problem Based Learning). Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Implementasi Kurikulum 2013 untuk
Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.
Komar. (2007). Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Siswa
dalam Matematika di Kelas IX MTs Raudhatul Ulum Hantara Kuningan.
Skripsi pada FP Penmat STKIP Sebelas April Sumedang. Tidak
dipublikasikan.
Silabus (2019). Problem Based Learning. Diunduh 10 Desember 2019 dari
http://www.silabus.com
Supatmo, C. (2002). Matematika Asyik. Jakarta : PT. Grafindo.
18
DAFTAR LAMPIRAN
Foto.3 Guru menjelaskan cara mengkonversi Foto.4 Salah satu siswa mencoba
satuan berat ke satuan berat yang lainnya. menimbang berat benda
Foto.9 Guru dan siswa menyimpulkan apa yang Foto.10 Guru memberikan tindak lanjut Dan
sudah dipelajari. menutup pelajaran dengan doa
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal konversi satuan berat baku dengan satuan berat
lainnya melalui latihan soal mengubah satuan kilogram ke satuan berat
lainnya secara tepat.
2. Siswa dapat melakukan konversi satuan berat baku dengan tepat.
Materi Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model Pembelajaran : Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab,
penugasan dan ceramah
Media Pembelajaran
1. Timbangan Plastik
2. Beras
3. Tepung terigu
4. Gula pasir
5. Mentega
6. Minyak goreng
Sumber belajar
1. Buku Pedoman Guru Tema : Benda di Sekitarku Kelas III (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
2. Buku Siswa Tema : Benda di Sekitarku Kelas III (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
3. Supatmo, C. (2002). Matematika Asyik. Jakarta : PT. Grafindo.
4. Pensil privat. Diunduh tanggal 10 Desember dari https://pensilprivat.com.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
ALOKAS
TAHAP
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
PEMBELAJARAN
WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan
a. Teknik Penilaian
1) Sikap
Penilaian diri
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Afif Abdulah
Azhar
2 Ahmad Syauqi N
3 Almer Arkana
Alva Fitra Praboga
4
Alvina Hertha
5
................................
Dst
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
2) Keterampilan
Bentuk instrumen : Rubrik penilaian diskusi
Skor
Aspek Kriteria
4 3 2 1
Ketepatan Semua berat Ada 50% atau lebih Semua benda
membaca berat benda dibaca beberapa berat benda yang dibaca
benda pada alat sesuai berat benda dibaca sesuai ukuran
timbangan sesuai ukuran yang ukuran dengan beratnya,
berat benda dan dengan ditimbang benar, tidak dapat dalai
menentukan benar, masih belum menentukan konversinya
satuan bakunya menentukan benar, satuan bakunya salah.
serta satuan kurang dapat dalai tidak dapat
mengkonversinya bakunya dan menentukan mengkonversinya.
ke berbagai mengkonvers satuan baku
satuan yang inya tanpa dan kurang
umum digunakan bantuan guru dapat
dalam kehidupan mengkonvers
sehari-hari inya dengan
tepat.
3) Pengetahuan
b. Tes tertulis yang menyatakan hubungan antar satuan berat
Bentuk soal tes tertulis seperti Pilihan ganda (PG) dan Uraian
(terlampir)
Remedial
Siswa yang belum memahami dalai menentukan hubungan antar
satuan berat dalai cara mengkonversi satuan berat dapat
mendiskusikannya dengan guru dalai mendapat latihan soal tambahan.
Pengayaan
Mintalah siswa di rumah untuk menimbang 3 benda yang memiliki
besar satuan berat yang berbeda. Kemudian analisislah hubungannya
dalai konversi satuan berat tersebut kedalam berbagai satuan berat
lainnya yang umum digunakan dalai kehidupan sehari-hari.
Lampiran 3
BAHAN AJAR
Keterangan :
Untuk kg sampai dengan mg, tiap naik 1 tangga maka dikali 10, jika turun 1
tangga maka dibagi 10. Sedangkan untuk konversi yang lainnya adalah:
1 ton = 1000 kg
1 ton = 10 kg
1 kuintal = 100 kg
1 kg = 1000 gram
1kg = 10 ons
1 kg = 2 pons
1pons = 5 ons
1 ons/hg = 100 gram
Contoh soal hubungan antar satuan berat dan mengkonversi satuan berat:
LAMPIRAN 4
LKPD
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
HUBUNGAN ANTAR SATUAN BERAT
2
3
LAMPIRAN 5
MEDIA PEMBELAJARAN 1
TIMBANGAN PLASTIK
MEDIA PEMBELAJARAN 2
MINYAK GORENG, GULA PASIR, BERAS,
TEPUNG TERIGU DAN TELUR
LAMPIRAN 6
KISI – KISI SOAL PILIHAN GANDA DAN URAIAN
Jenis sekolah : SD
Jumlah soal :2
Mata pelajaran : Matematika
Bentuk soal/tes : Pilihan Ganda dan Uraian
Penyusun : Sri Susanti
Alokasi waktu :10 Menit
IPK Pengayaan
3.7.9 Menganalisis
hubungan berbagai
satuan berat yang
umum digunakan
dalam kehidupan
sehari-hari.
3.7 Mendeskripsikan dan IPK Pendukung Hubungan Disajikan soal cerita L3 Uraian 3
menentukan hubungan 3.7.1 Menjelaskan antar satuan mengenai Ibu Aira (Penalaran)
antar satuan baku untuk alat yang digunakan berat seorang pengusaha beras
panjang, berat, dan waktu untuk mengukur yang sukses. Di gudang
2. yang umumnya digunakan beras ia mempunyai beras
satuan panjang,
dalam kehidupan sehari- sebanyak 5 ton 3 kuintal.
hari.
berat, dan waktu. Hari ini ia akan mengirim
berasnya ke pasar
IPK Kunci tradisonal dengan
3.7.5 Mengaitkan menggunakan truk
hubungan antar sebanyak 3 ton 10
berbagai satuan kuintal. Berapa kg sisa
berat yang umum beras Ibu Aira yang
digunakan dalam masih berada di gudang?
kehidupan sehari-
hari.
IPK Pengayaan
3.7.9 Menganalisis
hubungan berbagai
satuan berat yang
umum digunakan
dalam kehidupan
sehari-hari.
LAMPIRAN 7
Disajikan soal cerita mengenai ibu Alesha yang akan membuat kue
Indikator brownis. Ia memerlukan 10 bungkus tepung terigu, tiap bungkus
Soal beratnya 500 gram. Ditentukan berapa kg jumlah seluruh tepung terigu
yang dibutuhkan ibu Alesha
L3 (Penalaran)
Level Kognitif
Soal
Ibu Alesha akan membuat kue brownis, ia membutukan 10 bungkus tepung terigu.
Satu bungkus tepung terigu beratnya 500 gram. Jumlah seluruh tepung terigu yang
dibutuhkan oleh Ibu Alesha adalah...
a. 4 kg c. 6 kg
b. 5 kg
Kunci Pedoman Penskoran
NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL
1 Dalam menjawab soal tersebut terdapat 2 langkah yang harus 1
dilakukan, yaitu:
Langkah pertama harus melakukan operasi hitung perkalian
sebagai berikut:
Berat tepung terigu seluruhnya = tepung terigu yang dibutuhkan
x berat 1 bungkus
= 10 x 500 gram
= 5.000 gram
Langkah kedua harus mengkonversikan terlebih dahulu satuan
beratnya kedalam satuan gram dengan cara sebagai berikut:
Karena 1 kg = 1.000 gram, maka konversi 5.000 gram adalah
5.000 gram : 1000 = 5 kg
Jadi, berat seluruh tepung terigu yang dibutuhkan ibu Alesha
adalah 5 kg.
(Jawaban B)
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena
L3 (Penalaran)
Level Kognitif
Soal
Ibu Aira adalah seorang pengusaha beras sukses. Di gudang ia mempunyai beras
sebanyak 5 ton 3 kuintal. Hari ini, ia akan mengirim berasnya ke pasar tradisonal
sebanyak 3 ton 10 kuintal. Berapa kg sisa beras Ibu Aira yang masih berada di
gudang?
Kunci Pedoman Penskoran
NO
URAIAN JAWABAN/KATA KUNCI SKOR
SOAL
2 Dalam menjawab soal tersebut ada 2 langkah yang harus dilakukan. 3
Langkahnya sebagai berikut:
Langkah 1
Langkah pertama kita harus mengkonversikan terlebih dahulu satuan
beratnya yaitu mengkonversi dari satuan ton ke kg dan satuan
kuintal ke kg.
Langkah 2
Melakukan operasi hitung pengurangan pada berat beras yang telah
dikonversi.
5.300 kg - 4.000 kg = 1.300 kg
Jadi sisa beras Ibu Aira yang masih berada di gudang sebanyak
1.300 kg.
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena
1. Dalam menjawab soal tersebut ada 2 langkah yang harus dilakukan.
Langkah pertama kita harus mengkonversikan terlebih dahulu satuan
beratnya yaitu mengkonversi dari satuan ton ke kg dan satuan kuintal ke
kg. Kemudian melakukan operasi hitung pengurangan pada berat beras
yang telah dikonversi.
2. Dapat merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana siswa
dituntut untuk menentukan konversi satuan baku secara tepat
3. dan siswa dapat mengaplikasikan operasi hitung pengurangan dengan tepat.
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Afif Abdulah A √ √ √
2 Ahmad Syauqi N √ √ √
3 Almer Arkana √ √ √
Alva Fitra Praboga
4 √ √ √
Alvina Hertha
5 √ √ √
Annisa Dwi F
6. √ √ √
Aulia Vinda Bahri
7. √ √ √
Daffa Daviera R
8. √ √ √
Dava Muhammad A
9. √ √ √
Diandra Gladys O
10. √ √ √
Dira Aisya Utari
11. √ √ √
Dzikri Al-Ghifari
12. √ √ √
Ferrel Kevin N
13. √ √ √
Fita Nawal Galiyana
14. √ √ √
Ghaisa Nursabrina
15. √ √ √
Gustav Badryan F
16 √ √ √
Indri Indriawati
17. √ √ √
Keisha Calya A
18. √ √ √
Keyra Zhariifa E
19. √ √ √
Laras Silvia
20. √ √ √
Liyana Khaerunnisa
21. √ √ √
Marsya Shabina A
22. √ √ √
Mellani Nurillah M
23. √ √ √
Muhammad Ibnu H
24. √ √ √
Muhmmad Riziq A
25. √ √ √
Muhammad Zidan N
26. √ √ √
Mukti Hafiz Wibowo
27. √ √ √
Naufal Bintang R
28. √ √ √
Nazla Nabila K
29. √ √ √
Nurva Nazila R
30. √ √ √
Oryssa Salma Jauza
31. √ √ √
Rafli Fadilah
32 √ √ √
Reny Fitria A
33 √ √ √
Rizky Dwi Pebrian
34 √ √ √
Saeful Rohman
35 √ √ √
Satria Dwi Pasha
36 √ √ √
Silma Adi Kafilah
37 √ √ √
Zahra Haerunisa
38 √ √ √
Zidan Ahmad H
39 √ √ √
Zeelvana Syahla S
40 √ √ √
Sulthan Muhamad A
41 √ √ √
LAMPIRAN 9
RUBRIK PENILAIAN DISKUSI
Skor
Aspek Kriteria
4 3 2 1
Ketepatan Semua berat Ada 50% atau lebih Semua benda
membaca berat benda dibaca beberapa berat benda yang dibaca
benda pada alat sesuai berat benda dibaca sesuai ukuran
timbangan sesuai ukuran yang ukuran dengan beratnya,
berat benda dan dengan ditimbang benar, tidak dapat dalai
menentukan benar, masih belum menentukan konversinya
satuan bakunya menentukan benar, satuan bakunya salah.
serta satuan kurang dapat dalai tidak dapat
mengkonversinya bakunya dan menentukan mengkonversinya.
ke berbagai mengkonvers satuan baku
satuan yang inya tanpa dan kurang
umum digunakan bantuan guru dapat
dalam kehidupan mengkonvers
sehari-hari inya dengan
tepat.
Soal
No Nama Siswa Nilai
PG Uraian
1 1 2 75
Afif Abdulah A
2 1 3 100
Ahmad Syauqi N
3 1 3 100
Almer Arkana
4 Alva Fitra Praboga 1 3 100
5 Alvina Hertha 1 3 100
6 Annisa Dwi F 1 3 100
7 Aulia Vinda Bahri 1 3 100
8 Daffa Daviera R 1 2 75
9 Dava Muhammad A 1 3 100
10 Diandra Gladys O 1 3 100
11 Dira Aisya Utari 1 2 75
12 Dzikri Al-Ghifari 1 3 100
13 Ferrel Kevin N 1 2 75
14 Fita Nawal Galiyana 1 3 100
15 Ghaisa Nursabrina 1 3 100
16 Gustav Badryan F 1 1 50
17 Indri Indriawati 1 3 100
18 Keisha Calya A 1 3 100
19 Keyra Zhariifa E 1 3 100
20 Laras Silvia 1 2 75
21 Liyana Khaerunnisa 1 3 100
22 Marsya Shabina A 1 3 100
23 Mellani Nurillah M 1 3 100
24 Muhammad Ibnu H 1 1 50
25 Muhammad Riziq A 1 3 100
26 Muhammad Zidan N 1 3 100
27 Mukti Hafiz Wibowo 1 3 100
28 Naufal Bintang R 1 3 100
29 Nazla Nabila K 1 3 100
30 Nurva Nazila R 1 3 100
31 Oryssa Salma Jauza 1 3 100
32 Rafli Fadilah 1 3 100
33 Reny Fitria A 1 2 75
34 Rizky Dwi Pebrian 1 3 100
35 Saeful Rohman 1 1 50
36 Satria Dwi Pasha 1 2 75
37 Silma Adi Kafilah 1 3 100
38 Zahra Haerunisa 1 2 75
39 Zidan Ahmad H 1 3 100
40 Zeelvana Syahla S 1 3 100
41 Sulthan Muhamad A 1 2 75