SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
PENDAHULUAN
yang dirancang khusus. Kasua adaik memiliki tiga tingkatan yang masing-
tersebut meliputi warna hitam, merah maroon, hijau, dan hitam. Untuk
setiap warnanya ada yang berwarna polos dan ada yang diberi motif bunga
dan beberapa motif lainnya. Sedangkan untuk tingkatan kasua adaik dapat
terlihat pada kasua panjang, banta, dan kasua bunta. Kasua panjang1
terdapat pada tingkatan pertama, untuk panghulu andiko kasua panjang ini
Tingkatan kedua terdiri dari banta2, banta terdiri dari beberapa mato
1
Kasua panjang ini merupakan bagian pertama dari kasua adat yang terdiri dari 3 tingkatan
(panghulu andiko) dan 4 tingkatan (panghulu pucuak) dengan motif dan warna yang berbeda
2
Mato banta merupakan bagian kedua dari kasua adat, terdiri dari 9 buah (panghulu andiko) dan
12 buah (panghulu pucuak) dengan ragam yang berbeda disetiap barisnya, setiap baris terdiri dari
3 buah yang memiliki ragam yang sama,
3
Kasua bunta merupakan bagian terakhir dari kasua adat, yang terdiri dari 6 tingkatan (panghulu
andiko) dan 7 tingkatan (panghulu pucuak) dengan motif dan warna yang berbeda
1
dan jumlah lapisan Kasua adaik sudah diatur oleh KAN di Nagari
Batipuah.
turun”.
Untuk aturan tingkat kasua adaik tetap diatur oleh KAN. Aturan
harus tetap mematuhi aturan yang telah dibuat oleh KAN setempat.
didalam kaum. Aturan tersebut juga diberlakukan untuk semua suku yang
2
Kasua adaik dipakai pada upacara perkawinan dan kematian di
adaik harus selalu ada dan tidak boleh di tutup dengan pelaminan 4. Kedua,
upacara kematian di Nagari Batipuah juga diiringi secara adat. Secara adat
Pada saat mayik tabujua ditangah rumah, untuk orang biasa yang
meninggal akan dibujurkan diatas kasur kapas biasa, namun jika yang
adaik dan makna yang terdapat dalam penggunaan Kasua adaik pada saat
dipakai jika penghulu yang meninggal dan tidak dipakai jika yang
sama mengkaji makna yaitu penelitian yang dilakukan oleh Reni Oktavia
4
Pelaminan adalah tempat pengantin dipersandingkan pada waktu upacara perkawinan. Anwar
Ibrahim, 1984, Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-nilai
Budaya Provinsi Sumatera Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal.151
3
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Reni
masyarakat.
paling tinggi dalam adat dan mempunyai tanggung jawab besar terhadap
anak kemenakan.
terakhir bagi kepala adat. Kelima, makna songket dalam acara wisuda
5
Reni Oktavia. (2005). “Makna Simbolik Pemakaian Kain Songket Bagi Masyarakat Nagari
Pandai Sikek”. Skripsi: Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang.
4
yaitu suatu kebanggaan bagi mahasiswa Pandai Sikek bisa menggunakan
membahas tentang makna simbolik dari atribut dan aktivitas ketika mayat
meninggal. Selain itu ada juga terdapat simbol lain berupa pakaian rumah
yang terdiri dari kain tabie, kain langik-langik, banta, marawa, payuang
baradaik atau tanda orang beradat. Selain itu aktivitas induak bako yang
6
Tuti Anggraini. (2013). “Suntiang Bungo Sanggua dan Saluak dalam Upacara Kematian di
Nagari Salayo Kecamatan Kubung Kabupaten Solok”. Skripsi: Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri Padang.
5
telah meninggal. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makna
simbolik dari pemakaian suntiang bungo sanggua dan saluak pada upacara
pernikahan.
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kasua adaik, mulai dari bentuk,
fungsi, simbol atau lambang-lambang yang terdapat pada kasua adat, serta
yang menjadi salah satu aspek budaya masyarakat Batipuah. Untuk aturan
membuat kasua adaik tidak boleh sembarangan, karena sudah diatur oleh
sanksi, baik sanksi materi maupun non materi. Kasua adaik digunakan saat
6
perkawinan tidak terlihat secara fisik, akan tetapi jika kasua adaik tertutup
oleh pelaminan maka Niniak Mamak yang diundang tidak akan naik ke
atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian: Apa makna kasua adaik
C. Tujuan Penelitian
Batipuah”.
D. Manfaat Penelitian
teoritis yaitu dapat menghasilkan karya tulis ilmiah tentang Kasua adaik di
7
bahan masukan bagi KAN (Kerapatan Adat Nagari) dalam menambah
E. Kerangka Teoritis
7
Clifford, Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta. Kanisius. Hal: 17
8
Ahmad, F Saifuddin. 2005. Antropologi Kontemporer. Jakarta. Kencana. Hal: 288
8
simbol adalah bersifat publik, memberikan alternatif yang penting bagi
tersebut.
sekaligus objek, dari suatu sistem tanda dan simbol yang berlaku sebagai
dan nilai-nilai10.
9
Ibid.,hal. 319.
10
Ibid. ,hal. 291.
9
F. Penjelasan Konsep
1. Simbol
10
diidentifikasi, dan bersifat publik12. Adapun simbol yang dimaksud
dalam penelitian ini simbol yang terdapat pada kasua adaik di Nagari
Batipuah.
2. Kasua adaik
khusus. kasua adaik ini di bungkus dengan kain beludru. Warna kain
selain itu juga ada yang bermotif. Motif yang ada pada kain beludru
3. Penghulu
11
tidak sama dengan kedudukan dan fungsi seorang feodal. Penghulu
Sako itu. Namun hanya berlaku dalam kaum antara paruik yang
sama dulunya.
Sako/ gelar Panghulu itu kepada yang bertali adat, karena yang
12
dimatonyo, batuang tumbuah dibukunyo” atau sesuai rumusan adat
“gadang balega”, bila tidak ada kemenakan dibawah dagu dalam suku
itu. Bila tidak ada kemenakan yang pantas atau bila tidak ada
yang membawa gelar itu, maka gelar pusako itu dilipek15 sementara,
jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi juga dalam kaumnya17.
dalam penelitian ini yaitu panghulu pucuak dan andiko yang ada di
Batipuah.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
15
Dilipek atau ditangguhkan
16
Amir MS. 2007. Masyarakat Adat Minangkabau. Jakarta: Citra Harta Prima. Hal: 80
17
Ibid,. 172
13
adaik. Oleh karena itu, peneliti memilih Nagari Batipuah sebagai
lokasi penelitian.
18
Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana Hml 66
19
James P Spradley. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, hlm4
14
lama-lama menjadi besar. Artinya jumlah informan akan semakin
besar.
a. Observasi Partisipasif
15
bertanya sedikit-sedikit mengenai kasua adaik. Pada saat observasi
dan kain tersebut dihiasi dengan beberapa warna, motif dan pernak
catatan lapangan.
b. Wawancara Mendalam
21
Afrizal. 2014. “Metode Penelitian Kualitatif”. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal: 135
16
wawancara akan ditulis pada field note yaitu catatan harian
informasi.
17
disebabkan karena mereka sangat senang ada yang melakukan
di Nagari Batipuah.
c. Dokumentasi
H. Triangulasi Data
proses dan metode yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, yaitu (1)
wawancara dan observasi, dan penulis akan memastikan apakah data yang
setelah itu dilakukan uji silang terhadap meteri catatan harian untuk
18
memastikan tidak ada informasi yang bertentangan dengan catatan harian
a. Hermeneutik data
22
Suwardi Endraswara, 2012, Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, hal.123
19
lapangan mengenai Kasua adaik yang ada di Nagari
terakhir.
b. Menginterpretasikan data
kategori.
c. Interpretatif direpresentasikan
20
secara mendalam berbagai peristiwa dan berikut makna-
BAB II
NAGARI BATIPUAH DAN KASUA ADAIK
A. Gambaran Nagari Batipuah
1. Sejarah Singkat Nagari Batipuah
dan Batipuah Baruah, meskipun berbeda nama tetapi daerah ini tidak dapat
23
Nur Syam. 2007. Mahzab-mahzab Antropologi. Yogyakarta: LkiS, hal. 94
21
koto berada di Batipuah Baruah seperti falsafah yang terdapat di Batipuah
“ gantiang nan tak putuih, biang nan tak cabiak di Batipuah”. Oleh
memiliki wilayah dari Kapalo Koto sampai ke Ekor Koto, yang ditempati
oleh 14 niniak yang berasal dari Pariyangan, 7 Niniak di Kapalo Koto dan
7 Niniak di Ekor Koto. Sekitar tahun 1840 dibagi menjadi dua kewalian
yaitu Batipuah Ateh (Kapalo Koto) dan Batipuah Baruah (Ekor koto).
Niniak nan 7 di Batipuah Ateh menjadi Niniak Mamak nan 12 (urang duo
kali anam) yang terdiri dari tujuh suku. Niniak Mamak nan 12 menjadi
Di versi lain asal usul Batipuah pada awal nya orang terdahulu
berjalan di tengah padang dan mereka melihat kayu yang sangat bagus,
kayu itu bernama kayu ipuah, akan tetapi tidak ada jalan yang bagus untuk
menuju ke arah kayu tersebut dan konon katanya kayu itu merupakan kayu
22
Gambar 1.Peta Kecamatan Batipuah
Sumber : BPS Tanah Datar
2. Kondisi Geografi
menjadi dua wilayah Nagari pada tahun 1840, yaitu: Batipuah Ateh dan
Batipuah Baruah.
a. Batipuah Ateh
Merapi yang membujur dari arah Timur ke Barat yang dilewati oleh
23
satu dari delapan nagari yang ada di Kecamatan Batipuh dengan luas +
8230 ha terdiri dari 5 jorong yaitu: (1) Jorong Balai Mato Aia; (2)
Jorong Jambu; (3) Jorong Balai Sabuah; (4) Jorong Subarang; dan (5)
dengan Nagari Sabu dan Andaleh; (2) Sebelah Selatan berbatas dengan
Batipuah Baruah dan Andaleh; dan (4) Sebelah Timur berbatas dengan
b. Batipuah Baruah
Merapi yang membujur dari arah Timur ke Barat yang dilewati oleh
24
satu buah sungai besar yaitu Batang Lubuk Pinago dan beberapa
beberapa bahagian.
terdiri dari 11 jorong, yaitu: (1) Jorong Kubu Karambie; (2) Jorong
Subang Anak; (3) Jorong Lubuak Bauak; (4) Jorong Batang Gadih; (5)
Jorong Kubu Nan Limo; (6) Jorong Kubu Nan Ampek; (7) Jorong
Ladang Laweh; (8) Jorong Batu Lipai; (9) Jorong Pincuran Tujuah;
25
Gambar 3. Peta Nagari Batipuah Baruah
Sumber:Arsip Monografi Nagari Batipuah Baruah
Nagari Induring.
26
Batipuah terbagi menjadi dua nagari saat ini, yaitu: Batipuah Ateh
27
Sumber: Badan Pusat Statistik Tanah Datar, Batipuh Subdistrict in
Figures 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk Nagari Batipuah
pada tahun 2017 sebanyak 13.266 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6.426
zaman dahulu oleh nenek moyang karena didukung juga oleh kondisi dan
No Pekerjaan Jumlah
B.Ateh B.Baruah Jumlah
1. Petani 998 2.870 3.868
2. Pedagang 590 1.241 1.831
3. Montir 20 39 59
4. PNS 569 1.434 2.003
5. Peternak 56 589 645
6. Tenaga Kesehatan 11 1 12
7. Buruh 345 1.254 1.599
8. Belum Bekerja 1.131 2.118 3.249
Sumber: Kantor Wali Nagari
5. Struktur Masyarakat
24
Badan Pusat Statistik Tanah Datar, Batipuh Subdistrict in Figures 2017
28
itu, masyarakat Batipuah juga menganut sistem matrilineal25. Dengan
mempunyai hak atas harta pusaka kerabat ibunya. Seorang anak laki-laki
urang sumando bagi kerabat istrinya. Tempat yang sah adalah dalam garis
keturunan ibunya dimana dia berfungsi sebagai pelindung atas harta benda
dari kaumnya27
(se-ibu) yaitu mereka yang lahir dari ibu yang sama dengan pimpinan
biasa dihitung sampai lima keturunan yang dipimpin oleh tungganai. Suku
terdiri dari beberapa paruik, suku merupakan unit utama dari struktur
25
Matrilineal, memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan wanita sehingga
semua kaum kerabat ibu termasuk dalam batas kekerabatannya, sehingga semua kaum kerabat
ayah berada di luar batas itu. Koentjaraningrat, 2002, Pengantar Antropologi II: Pokok- pokok
Etnografi, Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 104
26
Uxorilokal merupakan adat menetap sepasang suami istri menetap dikediaman kaum kerabat
istri juga disebut dengan matrilokal. Koentjaraningrat, 2002, Pengantar Antropologi II: Pokok-
pokok Etnografi, Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 106
27
Mochtar Naim. 1984. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: UGM Press.
Hlm 19
29
empat buah suku. Suku asal yang terdapat di Nagari Batipuah pada
terdapat di Batipuah berjumlah tujuh suku, yaitu: (1) Koto; (2) Melayu; (3)
dilaksanakan di Balai Gadang Urang Nan Ampek Baleh ini dibagi menjadi
dua, 7 orang ke bukit (Kewalian Batipuah Ateh) yang diketuai oleh Dt.
penghulu tersebut didapat dengan cara turun temurun. Penghulu suku bisa
juga disebut penghulu andiko yang dijabat oleh laki-laki yang dipilih oleh
segenap anggota keluarga dalam suku. Penghulu andiko ini di bantu oleh
panungkek atau bisa disebut wakil. Jadi yang mengurus segala hal yang
berkaitan dengan adat jika penghulu adiko tidak ada ialah panungkek.
jawab besar yang harus dipikul. Unit tertinggi dalam kepemimpinan suku
28
Nama-nama Penghulu pucuk peneliti paparkan pada lampiran (p.76)
30
diselesaikan oleh Penghulu Andiko maka Penghulu Pucuk lah yang akan
menyelesaikan.
nagari dipimpin oleh seorang Wali Nagari dan dibantu Perangkat Nagari
Pandai, unsur Bundo Kanduang, dan unsur Parik paga dalam Nagari yang
laras Bodi Caniago dan laras Koto Piliang. Batipuah menganut laras Koto
“bapucuak bulek, titiak dari ateh (berpucuk bulat, titik dari atas)” dan
29
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No 7 Tahun 2018 Tentang Nagari hal 4
30
Adat Salingka Nagari adalah adat yang berlaku dalam suatu Nagari sesuai dengan prinsipadat
yang berlaku secara umum atau adat sebatang panjang dan diwarisi secara turun temurun di
Minangkabau, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No 7 Tahun 2018 Tentang Nagari hal 4
31
atas ke level bawah, dengan kata lain keputusan terakhir berada pada
B. Kasua adaik
moyang zaman dahulu. Tidak ada sumber atau catatan yang menjelaskan
mengenai asal usul kasua adaik secara jelas. Namun kasua adaik ini telah
ada sejak pelaminan muncul. Diduga kasua adaik sudah ada pada abad ke-
19 M.
disini yaitu Tuan Gadang lah yang menilai benar salahnya orang dalam
beradat. Karena Tuan Gadang yang menilai salah benar adat orang di
31
Mina Elfira, “Model Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal di Minangkabau dan Bugis”,
2013, hal 17 Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and
Globalization”
32
Batipuah pada dasarnya memiliki sandaran. Analoginya kasua adaik
orang lain. Namun pada saat ini karena Tuan Gadang Batipuah sudah tidak
ada maka orang Batipuah memakai pelaminan32dan kasua adaik tetap ada
di rumah
33
3. Fungsi kasua adaik
fungsi kasua adaik pada upacara perkawinan. Fungsi kasua adaik pada
Mamak dalam artian disini yaitu mamak kapalo suku atau yang biasa
disebut mamak andiko dan mamak kaampek suku atau mamak pucuak
Niniak Mamak yang diundang tidak akan naik kerumah, dan hal itu akan
hina35. Dalam hal ini kasua adaik memiliki fungsi simbolik pada saat
Letak kasua adaik pada saat itu juga diposisikan menghadap kiblat. Pada
34
Kasua adaik memiliki warna dan ragam yang sangat menarik.
Warna dasar kain beludru yang terpasang pada kasua adaik memiliki tiga
warna dasar yaitu merah, hitam, dan kuning. Warna dasar tersebut di ambil
warna dasar dan tidak boleh terlalu mencolok. Aturan mengenai warna dan
ragam kasua adaik tidak diatur secara jelas oleh Niniak Mamak di nagari
warna dan ragamnya, akan tetapi kita juga bicara tentang bentuk, bagian,
dan jenis dari kasua adaik tersebut. Kasua adaik memiliki 3 jenis
diatur oleh KAN setempat, baik itu mengenai jumlah tingkatan kasua
37
Mardalis Dt. Itam, 65 th, Wali Nagari Batipuah Baruah, Penghulu Pucuak, wawancara tanggal
20 Juli 2018, di kantor Wali Nagari Batipuah Ateh, peneliti agak kesulitan bertemu dengan bapak
Mardalis karena beliau merupakan Wali Nagari, beliau sering tidak berada dikantor, peneliti
menemui bapak mardalis pada jam kantor.
38
Asmawati, 50 th, Bundo Kanduang, wawancara 15 Juli 2018, dirumah beliau di bonjoe, peneliti
melakukan wawancara hari minggu, karena biasanya diahri minggu adalah waktu yang santai
untuk wawancara, saat ditemui ibuk As sangat bersedia memberikan peneliti informasi
35
Dirumah kemenakan Niniak Mamak Pucuak jumlah kasua panjangnya
buah.
harus sesuai dengan aturan yang telah di buat oleh KAN. Bila terjadi
pelanggaran, akan ada sanksi untuk keluarga ataupun Niniak Mamak yang
adaik lebih tinggi dari seharusnya. Karena pada aturan KAN yang berhak
yang mampu secara ekonomi, namun demi menjaga harkat dan martabat
Pertama, jumlah kasua adaik yang berlebih dari biasanya, pada umumnya
apabila anak perempuannya akan menikah harus memiliki kasua adaik dan
36
jumlah kasua akan terus bertambah seiring bertambahnya menantu
mereka39. Namun pada dasarnya bukan seperti itu, tiap rumah kemenakan
kedudukan penghulu yang ada di rumah mereka. Namun saat sekarang ini
secara jelas. Sanksi yang didapat apabila melanggar terkait dengan kasua
adaik ini yaitu berupa sanksi moril dan materil, jika ada pelanggaran
denda sebanyak satu pikul beras (100 L) dan uang adat sebesar 40 riyal
(Rp.120.000,-) 41.
upacara adat, Niniak Mamak yang diundang tidak akan naik kerumah
kesalahan yang terjadi pada upacara perkawinan, jika ada yang menutup
39
Efi Mutia, 46 th, masyarakat biasa, wawancara 03 Juli 2018, di Huller , Batipuah Baruah, pada
saat itu ibuk efi sedang menjemur di Huller, pada saat istirahat, peneliti mengajak ibuk efi
bercengkrama mengenai kasua adaik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Jumi Adriani 46th yang
bekerja sehari-hari sebagai PNS, peneliti wawancara dirumah ibuk jumi pada hari minggu 27 Mei
2018 pukul 14.30 dirumah beliau di bawah labuah
40
Erosen Adera St.Sati, 42 th, mantan ketua pemuda, 28 Juli 2018 , dirumah beliau di torok, pada
saat itu bapak erosen tidak keberatan memberikan informasi kepada peneliti.hal serupa juga
diungkapkan oleh Amrizal Dt.Sampono Kayo 61 th,Panungkek , wawancara tanggal 17 Juli 2018,
dirumah beliau.
41
Rajudin Dt.Tan Marakan, 58 th, Wakil Ketua KAN B.Ateh, tanggal 18 Juli 2018, wawancara,
peneliti kembali mendatangi rumah bapak Rajudin disore hari.
42
Amrizal Dt. Sampono Kayo, 61 th, Panungkek tanggal 16 Juli 2018, wawancara, dirumah beliau
di batang arau
37
itu juga, kalau tidak dipindahkan Niniak Mamak yang diundang tidak akan
merupakan barang yang datang, jadi jika kasua adaik ditutup dengan
BAB III
untuk tinggi kasua adaik berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter.
43
Sy. Dt. Gadang Majolelo, 78 th, Penghulu Andiko dan Anggota Dewan Pertimbangan Adat
KAN Batipuah Ateh, tanggal 3 juli 2018, wawancara, dirumah beliau di Balai Mato Aia, pada saat
ditanya beliau dengan senang hati menjawab pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan
38
2
2. Banta 3.Kasua Bunta
1. Kasua 2
Panjang 2
Mato Banta
3
Ga
mbar 4: Kerangka Kasua adaik
Sumber: Karya sendiri
Penjelasan Gambar:
1. Kasua Panjang
Kasua Panjang merupakan bagian pertama kasua adaik.
Mak Katik44
44
Musra Dahrizal Kt.Rajo Mangkut,69 th, Budayawan Minangkabau,wawancara 4 September
2018 di Aia Angek Cottage
39
ia berbeda pendapat dengan kita, letakkan saja ia
ditempatnya, tidurkan ia dipikirannya”
merah dan hitam. Namun aturan ini tidak baku, akan tetapi masih
2. Banta
batin jika kepala udah senang maka pikiran akan senang juga.
40
banta ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda, warna mato
banta ini hanya berwarna emas dan perak. Khusus untuk banta ini,
3. Kasua Bunta
oleh adik beliau yang bernama Dt. Nan Banego Nego. Setelah itu
lahirlah Lareh Nan Panjang. Ketika ketiga adat itu dipakai maka di
namakanlah Lareh Nan Bunta. Dari tiga lareh itulah kasua bunta
berkaitan dengan kasua panjang dan mato banta. Kasua bunta juga
jelasnya gambar kasua adaik bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
41
Gambar 5 : Kasua adaik Kemenakan Penghulu Andiko
Sumber: Dokumentasi Pribadi
46
Rajudin Dt. Tan Marakan, 58 th, Wakil Ketua KAN B. Ateh tanggal 18 Juli 2018, hal serupa
juga diungkapkan oleh Lahmoeddin Dt. Indomo Marajo (79) Dewan Pertimbangan Adat KAN dan
Mantan Sekretaris LKAAM Sumbar, Sy. Dt. Gadang Majolelo (78) Penghulu Andiko dan
Anggota Dewan Pertimbangan Adat KAN Batipuah Ateh
42
Hal senada juga diungkapkan oleh Mardalis Dt. Itam47
Artinya:
“ menurut amak, kasua adaik yang ada di Batipuah
ini melambangkan tingginya kedudukan penghulu di
Batipuah, setelah itu kasua adaik ini tanda orang
Batipuah, karena setau amak kasua adaik ini hanya
ada di Batipuah
47
Mardalis Dt. Itam, 65 th, Penghulu Pucuak dan Wali Nagari Batipuah Baruah, wawancara
tanggal 20 Juli 2018, hal senada juga diungkapkan oleh Azizman Dt. Sinaro Nan Putiah (59)
Penghulu Pucuak dan Mantan Ketua KAN Batipuah Ateh, A. Dt. Bagindo Ratu (68) Penghulu
Pucuak
48
Ernawati, 57 th, Masyarakat biasa, wawancara tanggal 03 Juni 2018, dirumah beliau di kubu nan
IV, hal serupa juga diungkapkan oleh Asmaniar (68) Bertani dan masyarakat biasa, Rosnaili (49)
Bertani dan masyarakat biasa.
43
kasua panjangnya 4 tingkat maka, penghulunya berada pada kedudukan
penghulu yang ada di Batipuah, semakin tinggi tingkat kasua adaik maka
namun bagi masyarakat Batipuah kasua adaik adalah simbol status sosial
1. Penghulu Pucuk
49
A. Dt. Bagindo Ratu, 68 th, Penghulu Pucuak, wawancara 17 Juli 2018, dirumah beliau di kubu
nan IV, hal yang sama juga diungkapkan oleh Azizman Dt. Sinaro Nan Putiah (59) Penghulu
44
“ panghulu pucuak ko mako 4 kasua panjangnyo
malambangkan basonyo panghulu ko tamasuak
urang nan ampek suku, makna nyo urang nan ampek
suku ko ndak bisa dipisahkan, karano mereka punyo
keterkaitan satu jo nan lain salain itu Batipuah ko
pado mulonyo hanyo ado 4 suku”
Artinya:
Artinya:
“ setahu uda kalau 4 tingkat kasua panjang ini
melambangkan 4 sifat nabi, maknanya sifat itulah
yang dituntut ada pada diri seorang penghulu,
bahwasanya panghulu itu harus bersifat siddiq,
amanah, tabligh, fathonah”
Pucuak dan Mantan Ketua KAN Batipuah Ateh (14 Juli 2018, 19.45, dirumah beliau), Asmawati
(50)Bundo Kanduang (15 Juli 2018, 16.00, dirumah beliau), Ernawati (57) masyarakat biasa (03
Juni 2018, 14.00, dirumah beliau)
50
Dedi Surya, 24 th, Ketua Pemuda, wawancara 21 Juli 2018, di kedai, hal serupa juga
diungkapkan oleh Wiwid (32), Rajudin (58)
45
pemekaran suku, maka penghulu di bagi menjadi 12: 6 penghulu di
Erosen Adera53
tingkat. Hal ini penghulu yang paling pucuk berjumlah 7 orang dan
juga jumlah suku yang ada di Batipuah juga 7 buah suku, seperti
Artinya:
51
Enam buah suku yang berada diatas yaitu Malayu, Koto, Sikumbang, Panyalai, Guci, Pisang
52
Enam buah suku yang berada diatas yaitu Koto, Sikumbang, Panyalai, Guci, Pisang, Jambak
53
Erosen Adera St. Sati, 42 th, PNS di Dinas Perdagangan dan Koperasi Padang Panjang dan
mantan ketua pemuda, 28 Juli 2018, dirumah beliau di torok pada jam 14.00. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Rajudin Dt.Tan Marakan (58) Penghulu andiko dan Wakil Ketua KAN Batipuah
Ateh (07 Juli 2018, 16.30, dirumah beliau).
54
Yanti, 43 th, masyarakat biasa, 22 Juli 2018 dikedai pada pukul 14.20.Hal serupa juga
diungkapkan oleh Jumi Adriani (46) PNS (27 Mei 2018, 14.15, dirumah beliau di bawah labuah),
Efi Mutia (46) Bertani (03 Juli 2018, 10.35, di Huller Guguak Lijau)
46
“Menurut etek kasua bunta yang 7 itu melambangkan
7 buah suku di Batipuah, setelah itu penghulu pucuak
di Batipuah berjumlah 7 juga”
2. Penghulu Andiko
Artinya:
“3 batang kasua panjang ini melambangkan tali tigo
sapilin, maknanya seorang penghulu harus berpegang
pada syarak, adat dan undang-undang untuk mencapai
kesejahteraan dalam memimpin kaum”
55
Lahmoeddin Dt. Indomo Marajo, 79 th, Dewan Pertimbangan Adat KAN dan Penghulu Andiko,
wawancara tanggal 23 Juni 2018 dirumah beliau di Balai Gadang. Hal serupa juga diungkapkan
oleh Rajudin Dt. Tan Marakan, 58 th, Wakil Ketua KAN B. Ateh tanggal 18 Juli 2018 17.00
dirumah beliau di Balai Mato Aia, Sy. Dt. Gadang Majolelo (78) Penghulu Andiko dan Anggota
Dewan Pertimbangan Adat KAN Batipuah Ateh, 03 Juli 2018 14.00 di rumah beliau di Balai Mato
Aia
56
Asmawati, 50 th, Bundo Kanduang, wawancara 15 Juli 2018
47
baralek, kalau baralek panghulu, 9 urang pangiriang
marapulainyo nyo”
Artinya:
Artinya:
48
tingkatan kasua adaik,maka semakin tinggi pula status seorang penghulu
bahwa sasaran sentral dari kajian sosial adalah interpretasi dari praktik-
praktik manusia yang bermakna. Kasua adaik sebagai salah satu aspek
1. Kain Biludu
Gadang Majolelo59.
49
dahulu merupakan kain yang datang dari Mekah,
setelah itu kain beludru pada zaman dulu merupakan
kain yang berkualitas bagus,jadi kalau untuk
kebesaran penghulu jelas dipakaikan kain yang bagus.
60
L. Dt. Indomo Marajo, 79 th, Dewan Pertimbangan Adat KAN B. Ateh dan Penghulu Andiko,
wawancara tanggal 29 Juli 2018 pukul 09.30 dirumah beliau di Balai Gadang. Sy. Dt. Gadang
Majolelo, 78 th Penghulu Andiko dan Anggota Dewan Pertimbangan Adat KAN wawancara
tanggal 28 Juli 2018 pukul 14.30 dirumah beliau di Balai Mato Aia. Azizman Dt. Sinaro Nan
Putiah (59) Wali Nagari Batipuah dan Penghulu Pucuak, 14 Juli 2018 pukul 19.45 dirumah beliau
di Kalumpang,
61
Rosnaili, 49 th, masyarakat biasa, wawancara 12 Juli 2018 dirumah beliau di Guguak Lijau. Hal
serupa juga diungkapkan oleh Yanti, 43 th, masyarakat biasa, 22 Juli 2018 dikedai pada pukul
14.20, Jumi Adriani (46) PNS (27 Mei 2018, 14.15, dirumah beliau di bawah labuah), Efi Mutia
(46) Bertani (03 Juli 2018, 10.35, di Huller Guguak Lijau)
50
dirumah urang nan gaek-gaek dari enek kasua adaik
nyo pakai kain beludru enek pakai lo nan kain nan
mode tu”
Artinya:
2. Mato Banta
warna mato banta ini hanya berwarna emas dan perak. Untuk
mato banta ini tidak dapat dibeli ditempat lain selain di Batipuah.
Batipuah Baruah.
51
Gambar 6. Banta yang terpisah dari kasua adaik
Sumber : dokumentasi pribadi
bentuk yang indah, selain itu manfaatnya juga besar. Seperti yang
52
“pucuak rabuang ko aratinyo sadari keteknyo baguno
sampai lah tumbuah gadang, wakatu ketek nyo
paguno ka pambuek gulai, katiko gadang manjadi
batuang nan bisa digunoan untuak kaparaluan
masyarakaik sarupo mambuek pondok sawah, rumah,
dan kaparaluan lain”
Artinya:
Artinya:
Ketua KAN B. Ateh tanggal 18 Juli 2018 17.00 dirumah beliau di Balai Mato Aia
63
Asmaniar, 68 th, masyarakat biasa, wawancara 30 Juni 2018, dirumah beliau di Guguak Lijau,
peneliti mewawancarai beliau saat beliau pulang dari ladang. Hal serupa juga disampaikan oleh
Rosnaili, 49 th, masyarakat biasa, wawancara 12 Juli 2018 dirumah beliau di Guguak Lijau, Yanti,
43 th, masyarakat biasa, 22 Juli 2018 dikedai pada pukul 14.20, Jumi Adriani (46) PNS (27 Mei
2018, 14.15, dirumah beliau di bawah labuah), Efi Mutia (46) Bertani (03 Juli 2018, 10.35, di
Huller Guguak Lijau)
53
Gambar 7. Motif Pucuak Rabuang pada mato banta
Sumber:dokumentasi pribadi tanggal 28 Juli 2018
untuk menuntut ilmu dan meraih cita-cita dan ketika sudah besar
yaitu bunga yang biasa hidup di air. Makna simbolik yang terdapat
64
Pinyaram merupakan penghulu kue pada upacara-upacara di Nagari Batipuah.
65
Musra Dahrizal Kt.Rajo Mangkut,69 th, Budayawan Minangkabau,wawancara 4 September
2018 di Aia Angek Cottage
54
“bungo kiambang ko naiak suruik aia nan
bantuaknyo di parmukaan tatok mode tu, maknanyo
adolah kayo bansaik handaknyo ndak sombong wak
do”
Artinya:
“bunga kiambang ini kalau air surut maupun naik
yang bentuknya dipermukaan tetap seperti itu,
maknanya ialah kaya miskin hendaknya kita tidak
sombong”
itu ada tiga yaitu aku, Adam, dan Tuhan. Setelah islam masuk
berganti menjadi api, air, angin, dan tanah. Bentuk wajik ini juga
66
Ajik merupakan makanan tradisionalBatipuah yang harus ada pada saat upacara Batagak
Panghulu
67
Musra Dahrizal Kt.Rajo Mangkut,69 th, Budayawan Minangkabau,wawancara 4 September
2018 di Aia Angek Cottage
55
Tuhan yang menggerakkan kita, tidak akan bergerak
kita”
hubungan yang erat dengan sang khalik. Jika bukan tuhan yang
3. Mato kasua
Mato kasua merupakan hiasan yang terbuat dari emas, mato kasua
Mutia68
Artinya:
“makna mato kasua yang ada di kasua panjang ini
menurut etek melambangkan Batipuah memeiliki
kekayaan alam berlimpah, selain itu karna kasua
adaik terletak di rumah kemenakan penghulu,
68
Efi Mutia, 46 th, masyarakat biasa, wawancara 03 Juli 2018 pukul 10.30 di Huller Guguak Lijau.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rosnaili, 49 th, masyarakat biasa, wawancara 12 Juli 2018
dirumah beliau di Guguak Lijau, Yanti, 43 th, masyarakat biasa, 22 Juli 2018 dikedai pada pukul
14.20, Jumi Adriani (46) PNS (27 Mei 2018, 14.15, dirumah beliau di bawah labuah)
56
kemenakan penghulu lah yang berhak mengelola
harta pusaka”
setelah itu karena letak kasua adaik berada dirumah kemenakan, maka
57
“mato kasua pada kasua panjang diibaratkan dengan
rukun islam, kenapa dikasua panjang letaknya?
Karena kasua panjang tempat bersandar orang
Batipuah, maknanya setiap yang dibicarakan dan
dikerjakan harus berlandaskan kepada agama”
58
kuning, merah, dan hitam. Asal usul warna ini berasal dari pepatah
dibawah ini
era itu marawa dijadikan simbol pembatas pagar pada saat pesta
kendurinya. Warna ini juga terdapat pada pangkal pusat anak bayi
yang baru lahir yang disebut “uli barih katuban darah”. Seperti
59
“karek an pusek anak tu uli barih katuban darah, nyo
jadi setan tu, tumako mintak karilaan mangarek
pusek tu,ndak sumbarang karek do”
Artinya:
“Putusan pusat anak itu uli barih katuban darah, dia
akan jadi setan, itu makanya mintak kerelaan pada
saat memotong pusat anak”
Karena tidak ada gunanya tahu bila tidak pandai dan tidak
agama, kita harus tahu mana yang baik dan yang buruk.
60
Makna yang dipahami masyarakat mengenai kasua adaik yaitu
tanda orang Batipuah. Pada umumnya orang yang asli orang Batipuah
72
Wiwid Febriani, 32 th , staff di Kantor Wali Nagari Batipuah Baruah. Wawancara tanggal 02
Juni 2018, dirumah di Kubu Nan V. Hal serupa juga disampaikan oleh Rosnaili, 49 th, masyarakat
biasa, wawancara 12 Juli 2018 dirumah beliau di Guguak Lijau, Yanti, 43 th, masyarakat biasa, 22
Juli 2018 dikedai pada pukul 14.20, Jumi Adriani (46) PNS (27 Mei 2018, 14.15, dirumah beliau
di bawah labuah), Efi Mutia (46) Bertani (03 Juli 2018, 10.35, di Huller Guguak Lijau)
73
Bustamam Dt. Sidi Mangkuto, 60 th , tuo kampuang wawancara 17 Juli 2018, drumah beliau di
Batang arau pukul 14.25. Hal serupa juga diungkapkan oleh Lahmoeddin Dt. Indomo Marajo, 79
th, Dewan Pertimbangan Adat KAN dan Penghulu Andiko, wawancara tanggal 23 Juni 2018
dirumah beliau di Balai Gadang, Rajudin Dt. Tan Marakan, 58 th, Wakil Ketua KAN B. Ateh
tanggal 18 Juli 2018 17.00 dirumah beliau di Balai Mato Aia, Sy. Dt. Gadang Majolelo (78)
Penghulu Andiko dan Anggota Dewan Pertimbangan Adat KAN Batipuah Ateh, 03 Juli 2018
14.00 di rumah beliau di Balai Mato Aia
61
memiliki kasua adaik. Sebuah keluarga boleh tidak memiliki kasua
Artinya:
62
pastinyo punyo Mamak di Batipuah,maskipun urang
pandatang nan hanyo mangaku bamamak ka
Batipuah ko, nyo pasti punyo kasua adaik”
Artinya:
“menurut saya kasua adaik ini tanda orang memiliki
Mamak, karena dari kasua adaik ini kita bisa melihat
bahwasanya orang yang memiliki kasua adaik ini
pasti memiliki Mamak di Batipuah, meskipun orang
pendatang yang hanya mengaku ber Mamak ke
Batipuah ini, pasti dia memiliki kasua adaik”
Jika mamak sudah meninggal maka gelar sako akan turun otomatis
63
yang mengungkapkan bahwa dalam kebudayaan, makna tidak
masyarakat.
1. Stratifikasi Sosial
dihargai pada diri seorang penghulu. Selain itu kasua adaik juga
Artinya:
77
Dedi Surya, 24 th, Ketua Pemuda, Pegawai Swasta (21 Juli 2018, pukul 14.45 dirumah beliau di
Bonjoe). Hal serupa juga diungkapkan oleh Erosen Adera St. Sati, 42 th, PNS di Dinas
Perdagangan dan Koperasi Padang Panjang dan mantan ketua pemuda, 28 Juli 2018, dirumah
beliau di torok pada jam 14.00
64
“menurut uda, sebagai anak muda,uda melihat kasua
adaik ini bertingkat-tingkat, setelah itu kalau tiga
tingkat kasua adaiknya kemenakan penghulu andiko
yang punya, kalau empat itu tandanya kemenakan
penghulu pucuak dia itu, bisa uda simpulkan
bahwasanya kasua adaik ini menunjukan ada
stratifikasi di Batipuah ini, dasar pembentukan
stratifikasi nya yaitu jabatan seorang penghulu”
65
Artinya:
“gelar penghulu ini tidak boleh diberikan kepada
sembarang orang, karena yang berhak menerima gelar
penghulu iyalah kemenakannya sendiri, karena
Batipuah menganut Kelarasan Koto Piliang maka
gelar penghulu yang baru belum boleh diberikan
sebelum penghulu yang lama meninggal”
Penghulu Pucuak.
66
kasua adaik talatak dirumah nek, malu nek rasonyo,
raso ndk urang batipuah rasonyo do”
Artinya:
“kasua adaik ini hanya ada di Batipuah Ateh dan
Batipuah Baruah, selain dariitu tidak punya kasua
adaik. Setelah itu kasua adaik ini merupakan tanda
kita orang Batipuah, nenek kalau tidak ada kasua
adaik terletak dirumah nek, malu nek deknyo, raso
ndak urang Batipuah rasonyo”
67
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Yulimar83
Batipuah
68
kasua adaik dirumahnya, mereka harus mengaku ba
mamak ke Batipuah”
yang ada di Batipuah. Jadi yang berhak memiliki kasua adaik ialah
dan produk, sebagai subjek sekaligus objek, dari suatu sistem tanda
85
Jumi Adriani, 46 th, Masyarakat Biasa, wawancara 27 Mei 2018
86
Clifford, Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta. Kanisius. Hal 17
69
dan simbol yang berlaku sebagai sarana komunikasi untuk
(2) sebagai identitas masyarakat Batipuah dan (3) sebagai tanda lai
ba mamak di Batipuah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
87
Ibid., hal. 291
70
Kasua adaik merupakan sebuah atribut adat yang ada di rumah-
semakin tinggi tingkatan kasua adaik maka semakin tinggi juga status
kasua adaik hanya ada di Batipuah saja, setelah itu kasua adaik
bamamak di Batipuah.
B. Saran
71
peneliti selanjutnya hendaklah dapat melakukan penelitian lebih
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
72
Afrizal. 2014. “Metode Penelitian Kualitatif”. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Anggraini, Tuti. (2013). “Suntiang Bungo Sanggua dan Saluak dalam Upacara
Kematian di Nagari Salayo Kecamatan Kubung Kabupaten Solok”.
Skripsi: Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Padang.
Ibrahim, Anwar. 1984, Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam
Menanamkan Nilai-nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Waris Adat. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti
MS, Amir. 2007. Masyarakat Adat Minangkabau. Jakarta: Citra Harta Prima.
73
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Syam, Nur. 2007. Mahzab-mahzab Antropologi. Yogyakarta: LkiS
Perda:
LAMPIRAN 1
74
DAFTAR INFORMAN
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
75
KASUA ADAT DI NAGARI BATIPUAH KABUPATEN
TANAH DATAR
A. Data informan
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Status/ fungsi dalam masyarakat :
6. Latar belakang pendidikan :
7. Alamat :
8. Tanggal wawancara :
B. Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat Batipuah
1. Sejarah singkat Batipuah
2. Struktur masyarakat
3. Pola kepemimpinan dalam masyarakat
a. Formal
b. Non Formal
4. Kepemimpinan dalam suku
a. Jumlah suku
b. Struktur kepemimpinan dalam suku
c. Unit kepemimpinan suku
C. Kasua Adaik
1. Apa itu kasua adaik
2. Apa fungsi kasua adaik pada masyarakat Batipuah
3. Apa saja varian kasua adaik
4. Apa dan bagaimana kasua adaik
5. Siapa yang membuat kasua adaik
6. Bagaimana aturan/ragam hias kasua adaik
7. Bagaimana jika terjadi pelanggaran berkaitan dengan kasua adaik
8. Apakah pada setiap rumah ada kasua adaik
9. Dimana kasua adaik ditempatkan dan apakah ditempatkan secara permanen
10. Bagaimana kalau di sebuah rumah (keluarga) tidak memiliki kasua adaik
11. Mengapa kasua adaik tetap dijaga keberadaannya oleh masyarakat di era
modern ini
Dari poin-poin penting pertanyaan di atas, dapat dikembangkan lagi
tergantung dari suasana wawancara dan informasi yang diberikan oleh informan,
sampai diperoleh data yang banyak dan lengkap agar data penelitian mampu
menjawab pertanyaan penelitian, sehingga data penelitian akan valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Lampiran 3
76
a. 7 (tujuh) orang ke bukit (kewalian Batipuh Atas sekarang)
Lampiran 4
77
Wawancara di rumah Sy. Dt. Gadang Majolelo
78
Kasua Adaik di rumah Kemenakan Penghulu Pucuk
Kasua Panjang
79
Penghulu Pucuak
Penghulu Andiko
Banta
Penghulu Pucuak
80
Penghulu Andiko
Kasua Bunta
Penghulu Pucuak
81
Penghulu Andiko
Lampiran 5
82