Askep Tension Pneumotorak Fix
Askep Tension Pneumotorak Fix
TENSION PNEUMOTHORAKS
Disususn oleh
Kelompok 4:
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui teori dari tension
pneumothoraks dan asuhan keperawatan tension pneumothoraks
2. Tujuan khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat
ditemukan pneumotorak bilateral, (Danusantoso dalam Wijaya dan Putri, 2013).
Penumotorakhanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price,
2006). Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga
paru pleura (Muntaqqin, 2008). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pneumothorak adalah keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya
pleura.
Tension pneumothorak merupakan keadaan dimana meningkatnya pasokan
udara dalam rongga pleura yhang biasnya disebabkan karena laserasi pada paru yang
menyebabkan udara masuk kedalam paru namun tidak bisa keluar kembali. Tekanan
positif ventilasi bisa berkemungkinan menyebabkan buruknya efek satu-jalur-katup
(PTBMMKI, 2016). Peningkatan tekanan pada rongga pleura mendorong
mediastinum kearah yang berlawanan dengan hemithoraks, dan obstruksi vena
kembali ke jantung. Hal ini menyebabkan bertahannya trauma yang didapat
B. Etiologi
Adapun etiologi Tension pneumothoraks, antar lain :
a. Pneumothoraks spontan primer : pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada
orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi dalam
ketiadaan cedera traumatis dada atau paru-paru.
b. Pneumothoraks spontan sekunder : terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru,
emfisema, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkolosis (TB ). Cystic fibrosis,
keganasan, dan fibrosis paru.
c. Latrogenik : komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi
thoracocentesis, trakeostomi, biopsy pleura, kateter vena sentral penyisipan,
ventilasi mekanik tekanan positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
d. Traumatis : bentuk paling umum dari pneumothoraks dan hemathoraks,
disebabkan oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera tumpul
atau menembus (Matt Vera, 2012)
A.Pengkajian
1. Pengkajian umum
Klien tampak sakit berat, ditandai dengan wajah pucat, sesak nafas
2. Pengkajian Kesadaran
Untuk menentukan tingkat kesadaran pasien dapat digunakan perhitungan GCS. Untuk
pasien dengan tension pneumothoraks, biasanya kesadaran menurun.
Riwayat penyakit :
Keluhan utama : sesak nafas, bernafas terasa berat dan susah untuk melakukan pernafasan
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengeluh Pasien
mengeluh sesak nafas yang semakin bertambah berat, nyeri pada area dada, dan mengatakan
dada sebelah kanan terbentur aspal. Pasien tampak sesak hebat, kulit pucat dan sianosis, sisi
dada yang terkena tertinggal pada saat pernapasan, vena jugularis leher melebar, dan hasil
auskultasi pada thoraks yang terkena tidak terdengar bunyi napas dan pada saat perkusi
terdengar hipersonor. Dokter berencana melakukan pemeriksaan radiologi foto thoraks, dan
hasilnya paru-paru dextra mengalami kolaps. Sesaat setelah prosedur tersebut, pasien
bertambah sesak dan mengalami penurunan kesadaran E3V4M4.
Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu yang berkaitan
dengan sesak nafas atau penyakit paru – paru
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyajit yang sama
dengan klien saat ini.
B. Triage
Mengancam jiwa akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus didahulukan langsung
ditangani. Area resusitasi. Waktu tungu 0 menit. Maka dapat digolongkan P1 (Emergency).
C. Primary Survey
1. Airway
a. Assesment
b. Management
1) Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw
thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan nafas
2. Breathing
a. Assesment
3) Palpasi thoraks
b. Management
1) Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
3. Circulation
a. Assesment
b. Management
4) Pemasangan WSD
Pada tension pneumothoraks penderita sering sesak nafs berat dan keadaan ini dapat
mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan intrapleuratinggi,
bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan pada
jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous retrun juga terganggu. Jadi selain
menyebabjan gangguan pada pernafasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah
(hemodinamik).
D. Secondary Survey
Tanda dan gejala terjadinya tension pneumotoraks, yaitu ada jejas pada thoraks,
nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi. Pembengkakan local dan krepitasi
pada saat palpitasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dispneu, hemoptisis,
batuk dan emfiema subkutan, penurunan tekanan darah.
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien baik alergi obat atau
makan minum
M : Medications
Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan
klien dan tidak menimbulkan reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan
riwayat pengobatan klien
P : Previous medical
L : Last meal
E : Events
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik :
B1 (Breathing)
Perkusi : suara ketok pada sisi yang saki, hipersonor sampai timpani
dan tidak bergetar. Batas jantung terdorong ke arah thoraks yng sehat,
apabila tekanan intrapleura tinggi
B2 (Blood)
B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingakt kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan gcs. Apakah cm, somnolen atau koma.
B 4 (Bladder)
B5 (Bowel)
Akibat sesak nafas, klien mengalami mual dan mintah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
B 6 (Bone)
Pada trauma dirusuk dada, sering kali didapatkan adanya kerusakan otot
dan jaringan lunak, sehingga meningkatkan resiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas
seharim – hari disebabkan adanya sesak nafas, kelemahan dan
keliytihan fidsik secara umum
Aktivitas/ istirahat
Psikososial
Ketakutan, gelisah
Nyeri/ kenyamanan
Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi intuk keganansan.
E. Diagnosa keperawatan
1. Pola pernafasan tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara atau cairan),
Ditandai oleh : nyeri, ansietas, ditandai dengan dispneu, takipneu, perubahan kedalamam
pernafasan, penggunaan otot asksesoris, pelebaran nasal, gamgguan pengembangan
dada, sianosis, GDA tak normal
2. Resiko tinggi trauma penghentian nafas b.d kurang pendidikan keamanan / pencegahan,
ditandai dengan dispnea, takipnea, perubahan kedalamam pernafasan, hilangnya suara
nafas, pasien tidak kooperatuif.
F. Intervensi keperawatan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
7) Penghisapan endotrakeal
Edukasi
Kolaborasi
2. Resiko tinggi trauma penghentian nafas b.d kurang pendidikan keamanan / pencegahan
d. Observasi tanda distres pernafasan bila kateter toraks lepas atau tercabut.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan b.d kurang menerima informasi
c. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik contoh nutrisi baik, istirahat dan
latihan
d. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, contoh
nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN TENSION PNEUMOTHORAK
Kasus:
Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun di bawa ke IGD karena mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pasien mengeluh sesak nafas yang semakin bertambah berat, nyeri pada area dada,
dan mengatakan dada sebelah kanan terbentur aspal. Hasil pemeriksaan fisik: TD 90/60
mmHg, P 40 x/menit, S 36 C, N 60 x/menit. Pasien tampak sesak hebat, kulit pucat dan
sianosis, sisi dada yang terkena tertinggal pada saat pernapasan, vena jugularis leher
melebar, dan hasil auskultasi pada thoraks yang terkena tidak terdengar bunyi napas dan
pada saat perkusi terdengar hipersonor. Dokter berencana melakukan pemeriksaan
radiologi foto thoraks, dan hasilnya paru-paru dextra mengalami kolaps. Sesaat setelah
prosedur tersebut, pasien bertambah sesak dan mengalami penurunan kesadaran E3V4M4.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 11 Januari 2021
Tanggal pengkajian : 11 Januari 2021
Ruang : Bed 4 IGD RS JIH
Diagnosa Medis : Tension Pneumothorak
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 45 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
f. Pendidikan : S1
g. Pekerjaan : Karyawan swasta
h. Alamat : Jl. KHA Dahlan No 73/75 RT 45 RW 8
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a. Keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak nafas yang semakin bertambah berat, nyeri pada area
dada dan mengatakan dada sebelah kanan terbentur aspal
b. Riwayat penyakir sekarang :
Pasien di bawa ke IGD karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengeluh
sesak nafas yang semakin bertambah berat, nyeri pada area dada, dan
mengatakan dada sebelah kanan terbentur aspal. Pasien tampak sesak hebat,
kulit pucat dan sianosis, sisi dada yang terkena tertinggal pada saat pernapasan,
vena jugularis leher dan melebar
c. Riwayat penyakit dahulu :
Menurut keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit
d. Riwayat alergi :
Tidak mempunyai alergi obat maupun makanan
e. Riwyat kesehatan keluarga :
Riwayat kesehatan keluarga tidak ada
Silsilah keluarga
Ket :
= Klien
= Perempuan
= Laki - laki
= Tinggal Serumah
= garis perkawinan
= garis keturunan
= meninggal
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva anemis, sklera pucat, pupil isokor, palpebral normal
tidak ada edema, lensa bening dan tidak keruh
2) Leher : vena jogularis melebar
3) Mulut : mukosa mulut lembab
4) Abdomen : distensi abdomen di bagian bawah
5) Kulit : turgor kulit cukup
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi
1) Makan : makan makanan yang lembek
2) Minum : tidak ada masalah
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar ( BAB) sebelum sakit :
- Frekuensi : 1 hari sekali
- Konsistensi : lembek
- Bau : khas bau feses
- Warna : kuning feses
- Kesulitan bab : tidak ada
Bab selama sakit belum terkaji karena pasien baru masuk IGD
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) Buang air kecil sebelum sakit
- Frekuensi : 6-7 kali sehari
- Pancaran : kuat
- Bau : khas urine
- Warna : kuning
- Kesulitan bak : tidak ada
Bak selama sakit : masuk UGD di pasang kateter keluar urine 500 CC
warna kuning jernih
g. Pola koping
1) Pola koping : pasien dalam kondisi belum sadar
2) System pendukung : keluarga selalu memberikan dukungan positif
kepada pasien
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran : compos mentis, GCS E3V4M4 = 11
b. Tanda-tanda vital dan respon nyeri
1) Tekanan darah : 90/60 mmHg
2) Nadi : 60 x/ menit
3) Suhu : 36 C
4) RR : 40 x/menit
c. Kepala
1) Inspeksi : kulit, rambut, muka : kulit kepala sedikit kotor
2) Palpasi : tidak ada benjolan
d. System sensori persepsi
1) Mata : konjungtiva anemis, sklera anemis, pupil isokor, palpebral normal
tidak ada edema, lensa bening dan tidak keruh
2) Hidung : simetris, cuping hidung tidak ada
3) Gigi : ada caries gigi, banyak yang sudah copot giginya
4) Leher : simetris, tidak ada kaku kuduk
5) Telinga : simetris, tidak ada luka, bersih
e. System respirasi
1) Inpeksi : bentuk simetris, tidak ada luka
2) Palpasi : focal fremitus teraba tidak sama
3) Perkusi : hopersonor
4) Auskultasi : hasil auskultasi pada thoraks yang terkena tidak terdengar bunyi
napas, pasien tampak sesak nafas hebat
Masalah keperawatan : pola nafas tidak efektif
f. System kardiovaskuler
1) Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
2) Palpasi : ictus cordis tidak teraba
3) Perkusi : pekak, tidak ada pembesaran
4) Auskultasi : bunyi jantung teratur
5) Cappilary refil : <2 detik
g. System persyarafan
1) GCS = 11, E3V4M4
2) System sensori : respon bila di panggil
3) System motoric : ada kelemahan pada ekstrimitas atas dan bawah kekuatan
otot 2/2
4) Reflek : normal, tidak ada keluhan
h. System gastrointestinal
1) Inspeksi :
- Bentuk : tidak ada luka
- Ascites : ada, tampak besar
- Bendungan pembuluh darah : tidak ada
2) Auskultasi : peristaltik usus : 10 x/ menit
3) Palpasi :
- Nyeri : tidak ada nyeri
- Massa : tidak teraba adanya benjolan atau massa
4) Perkusi : timpani
5) Rectum : tidak ada luka, normal
i. System musculoskeletal
1) ROM : tidak ada masalah
2) Keseimbangan : tidak ada masalah keseimbangan
3) Kekuatan otot :
- Ekstremitas superior dextra :2
- Ekstremitas superior sinistra :4
- Ekstremitas inferior dextra :2
- Ekstremitas inferior sinistra :4
j. System integument
1) Inspeksi : warna kulit normal
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Pitting oedem : tidak ada nyeri tekan
4) Akral : hangat
k. System reproduksi
1) Pria : pasien laki-laki, tidak ada masalah
2) Wanita :-
l. Pemeriksaan penunjang :
1) Laboratorium : belum ada pemeriksaan
2) Radiologi :
Foto thorak : paru-paru dextra mengalami kolaps.
Analisa Data
Pasien tampak
sesak hebat
kulit pucat dan
sianosis
sisi dada yang
terkena tertinggal
pada saat
pernapasan,
vena jugularis
leher melebar,
hasil auskultasi
pada thoraks yang
terkena tidak
terdengar bunyi
napas dan pada
saat perkusi
terdengar
hipersonor.
melakukan
pemeriksaan
radiologi foto
thoraks, dan
hasilnya paru-
paru dextra
mengalami
kolaps.
P: 40x/menit
Ds: Nyeri akut Agen injuri fisiologis
Pasien mengeluh
dada terasa nyeri
dan tadi terbentur
aspal
Do :
Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru
2. Nyeri b.d Agen injuri fisiologis
Intervensi Keperawatan