DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH:
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam
Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal. sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit
yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur dari mana dan
harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan
keadaan sakitnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
2. Apa saja macam-macam sistem rujukan?
3. Bagaimana karekteristik sistem rujukan?
4. Bagaimana prosedur rujukan?
5. Apa saja manfaat sistem rujukan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem rujukan.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam sistem rujukan
3. Untuk mengetahui bagaimana karekteristik sistem rujuka.
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur rujukan.
5. Untuk mengetahui apa saja manfaat sistem rujukan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama. (Mochtar, 1998)
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan wujud penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas-tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal,
struktural maupun fungsional terhadap kasus-kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan. (Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009)
Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kedokteran sebagai respon terhadap ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan para pasien dengan tujuan untuk menyembuhkan dan atau
memulihkan status kesehatan pasien. Rujukan pelayanan kesehatan dimulai dari
pelayanan kesehatan primer dan diteruskan ke jenjang pelayanan sekunder dan
tersier yang hanya dapat diberikan jika ada rujukan dari pelayanan primer atau
sekunder. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
masalah yang timbul baik vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani
maupun horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya secara rasional
kepada yang lebih mampu.
4
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut
masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operasional dan lain-lain.
2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan
tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan
kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan
pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan spesimen) bila terjadi
keracunan massal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
d. Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral.
e. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat.
C. Karekteristik Sistem Rujukan
1. Menurut WHO (pada Referral Health System), karakteristik rujukan medis
adalah:
a. Adanya kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan;
b. Kepatuhan terhadap SOP rujukan;
c. Kelengkapan sumber daya pendukung, termasuk transportasi dan
komunikasi;
5
d. Kelengkapan formulir rujukan;
e. Komunikasi pra rujukan dengan fasilitas tujuan rujukan; dan f. Ketentuan
rujuk balik.
2. Menurut UNFPA (dalam The Health Referral System in Indonesia),
karakteristik rujukan medis dinyatakan sebagai berikut:
a. Ketepatan dalam merujuk;
b. Pertimbangan kemampuan bayar pasien;
c. Kelayakan dan keterjangkauan fasilitas rujukan;
d. Kepatuhan terhadap kebijakan dan SOP rujukan;
e. Kelengkapan fasilitas kesehatan rujukan lebih baik dari pada perujuk;
f. Melakukan rujukan balik dan juga feedback ke fasilitas perujuk.
(Karleanne Lony Primasari, 2015)
3. Menurut KEMENKES dalam Pedoman Sistem Rujukan Nasional, yaitu
sebagai berikut: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
a. Rujukan berdasarkan indikasi;
b. Prosedur rujukan pada kasus kegawatan;
c. Melakukan rujukan balik ke fasilitas perujuk;
d. Keterjangkauan fasilitas rujukan; dan
e. Rujukan pertama dari fasilitas primer;
D. Prosedur Rujukan
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim
rujukan adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang alasan rujuk;
2. Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju sebelum
merujuk;
3. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan
catatan medisnya;
4. Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;
5. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam
perjalanan;
6. Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
6
7. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di fasilitas
pelayanan kesehatan di tempat rujukan;
8. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan
primer, kecuali dalam keadaan darurat; dan
9. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda,
SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
Adapun prosedur sarana kesehatan penerima rujukan adalah:
1. Menerima rujukan pasien dan membuat tanda terima pasien;
2. Mencatat kasus-kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan;
3. Mendiagnosis dan melakukan tindakan medis yang diperlukan, serta
melaksanakan perawatan disertai catatan medik sesuai ketentuan;
4. Memberikan informasi medis kepada pihak sarana pelayanan pengirim
rujukan;
5. Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi dan
mengirim tembusannya. kepada sarana kesehatan pengirim pertama; dan
6. Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah tidak
memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik dan setelah
kondisi pasien. (Jabar, P. 2011)
7
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain
memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya
seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin;
memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari, dkk,, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, 2002.
10