Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN

DOSEN PEMBIMBING:
Ir. HERMAYA RUKKA, M.Si
ARIEF SIRAJUDDIN, S.ST., M.I.KOM

PLP :
MUZAKKIR. S.ST
ATIKA, S.ST

DISUSUN OLEH :
ARYANI
1A / D-IV PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
05.01.20.2015

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha
Esa hanya atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Strategi Penyuluhan Pertanian”. Shalawat dan Salam
semoga tetap terlimpah tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Hermaya
Rukka, M.Si dan Bapak Arief Sirajuddin, S.ST., M.I.KOM karena ini adalah suatu
kebanggaan bagi saya yang telah diberi kepercayaan oleh dosen pengampu untuk
menjelaskan hal tersebut .Maka dari itu, saya sebagai pihak yang diberkan tugas
mencoba memaparkan beberapa ilmu yang saya ambil dari beberapa sumber.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat. Amiin amiin yarabbal alamin.

Sidrap, 26 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1. Merancang Strategi Informasi Pasar Hasil Pertanian...............3
2.2. Menuju Penyuluhan Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian............7
2.3. Menuju Penyuluhan Pertanian Terpadu.....................................9
2.4. Media Penyuluhan Pertanian.....................................................11
2.5. Alat Bantu Penyuluhan Pertanian.............................................13
2.6. Media dan Alat Peraga Penyuluhan..........................................14
BAB III........................................................................................................15
PENUTUP..................................................................................................15
3.1. Kesimpulan..................................................................................15
3.2. Saran............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar Belakang


Setelah kita mengenali beberapa aspek penyuluhan pertanian
seperti falsafah, masalah, metode. Komunikasi dan lain sebagainya, maka
dalam bagian ini akan dijabarkan secara singkat tentang strategi
penyuluhan pertanian yang sebaiknya diterapkan oleh seorang PPL, PPS,
PPNI di dalam melaksanakan tugas seluruhnya.
Dalam bab ini ada dua hal yang tampil menjadi topik sentral pembahasan
sebagai berikut :
- Pertama : adalah menyangkut perubahan strategi bahwa
penyuluhan pertanian bukan hanya menyangkut soal peningkatan
produksi semata, tetapi juga mesti melihat masalah-masalah
setelah produksi itu dihasilkan.
- Kedua : adalah pembahasan tentang perlunya perubahan
pendekatan kelembagaan yang selama ini dilakukan.
Strategi penyuluhan pertanian haruslah mampu menjawab
tantangan-tantangan pembangunan pertanian yang sifatnya universal.
Sebagai pendidikan non formal yang berusaha untuk meningkatkan
produksi hingga tercapainya kehidupan petani yang lebih baik, tentu akan
beralasan sekiranya arah dan tujuan dari strategi penyuluhan pertanian
tersebut selalu di kelingkan pada pemenuhan maksud diatas.
Dalam rangka meraih hasrat semacam itulah, maka dalam uraian
ini disiapkan beberapa gagasan dan sumbangan saran yang sebaiknya di
perhatikan. Baik oleh pemerintah ataupun kelompok masyarakat lainnya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Merancang Strategi Informasi Pasar Hasil Pertanian?
2. Bagaimana cara Menuju Penyuluhan Pemasaran Hasil – Hasil
Pertanian?
3. Bagaimana cara Menuju Penyuluhan Pertanian Terpadu?
4. Apa yang digunakan Media Penyuluhan Pertanian?
5. Apa Alat Bantu yang digunakan dalam Penyuluhan Pertanian?
6. Apa Media dan Alat Peraga yang digunakan dalam Strategi
Penyuluhan Pertanian?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat Merancang Strategi Informasi Pasar Hasil
Pertanian
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara Menuju Penyuluhan
Pemasaran Hasil – Hasil Pertanian
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara Menuju Penyuluhan
Pertanian Terpadu
4. Mahasiswa dapat mengetahui Media yang digunakan
Penyuluhan Pertanian
5. Mahasiswa dapat mengetahui Alat Bantu yang digunakan dalam
Penyuluhan Pertanian
6. Mahasiswa dapat mengetahui Media dan Alat Peraga yang
digunakan dalam Strategi Penyuluhan Pertanian
BAB II

PEMBAHASA

2.1. Merancang Strategi Informasi Pasar Hasil Pertanian


Selama kurang lebih 15 tahun Indonesia melaksanakan
pembangunan yang berencana (PELITA), ternyata banyak kemajuan yang
telah dicapai. Dari sekian banyak sektor yang berhasil.
- Pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan, untuk
komoditi padi benar-benar menunjukkan hasil yang memuaskan.
- Peningkatan produksi padi Indonesia betul-betul sangat
spektakuler, hingga sangat beralasan kalau pada akhirnya Affandi
selaku Menteri muda urusan produksi pangan menegaskan bahwa
sejak tahun 1983 ini Indonesia berhak untuk swasembada beras.
Suatu prestasi pembangunan yang wajib dijadikan contoh/teladan.
Namun begitu juga perlu disadari bahwa pembangunan pertanian,
tidaklah hanya terbatas pada aspek peningkatan produksi semata, atribut
swasembada beras, juga bukan jaminan yang argumentatif untuk
menyatakan keberhasilan pembangunan pertanian. Yang jelas, keadaan
setelah produksi berhasil di tingkatkan, masalah-masalah yang timbul
adalah:
1) Pasca penen dan pemasaran umumnya akan tampil menjadi
persoalan pembangunan pertanian.
2) Alat transportasi yang kurang didapati di pedesaan yang jauh dari
perkotaan juga menjadi persoalan berikutnya.
Itulah barang kali salah satu sebab mengapa para pakar pertanian
sering menyatakan bahwa pasca panen, pemasaran, dan alat transportasi
adalah persoalan yang tidak boleh dilibatkan urgensinya, keduanya
pantas disebut “The secondary problems”.
- Pada intinya perkembangan pertanian di Indonesia dan khusus di
sentra-sentra produksi akan terhambat oleh sistem pemasaran
hasil pertanian yang tidak efisien.
- Faktor yang lain juga yang menjadi penghambat yang menonjol
dalam sistem pemasaran hasil pertanian adalah kurangnya
informasi pasar.
Kelangkaan informasi pasar cenderung akan menyebabkan
timbulnya keadaan yang tidak berimbang yang tercermin dalam fluktasi
harga dan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya. Konsekuensi dari suasana yang demikian
adalah (1) besarnya risiko usaha dan turunnya gairah berproduksi dari
para petani produsen itu sendiri (2) langkanya informasi pasar juga akan
menyebabkan turunnya kekuatan tawar-menawar di tingkat petani
produsen.
Dengan demikian usaha-usaha pemerintah untuk
menyelenggarakan informasi pasar hasil pertanian yang cepat dan cermat
untuk meningkatkan pengetahuan petani pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya terhadap perkembangan harga, dan sangat penting dalam
mencapai tujuan mening-katkan efisiensi pemasaran hasil pertanian di
Indonesia. Akibatnya, kalau saja pemerintah berkenan untuk
menyelenggarakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk meluruskan cita-
cita diatas, maka sudah sepantasnya jika kegiatan yang akan ditempuh
tersebut, tetap diarahkan guna memperbaiki pelayanan informasi pasar,
sebagai langkah awal dalam rangka pengintegrasian menuju suatu sistim
pasar nasional.
Pada sudut lain, juga terbukti bahwa disamping adanya hasrat
seperti diatas tadi, maksud dari pengembangan informasi pasar adalah :
- Agar petani dan pedagang mampu pula mengarahkan produksi
bahan makanannya serta pemasaran yang sesuai dengan harga
pasaran.
- Mengurangi fluktasi harg dan resiko pemasaran serta
meningkatkan kekuatan tawar-menawar para petani produsen
sendiri.
Informasi pasar yang dirancang dengan bijaksana, juga
memberikan data harga yang dapat diandalkan dan berguna untuk
menetapkan kebijak- sanaan atau untuk bahan pengkajian dan penelitian
di Universitas/PT. Berikut ini penulis mencoba akan membahas secara
sederhana tentang salah satu aspek dari informasi pasar yang paling
urgen dan mendesak untuk dilaksanakan dan kegiatan ini adalah :
- Pentingnya pelayanan informasi, harga sebagai penunjang
terciptanya informasi pasar yang rasional, realistik dan sesuai pula
dengan kebutuhan serta minat petani di pedesaan.
Hal ini perlu untuk disampaikan, mengingat beberapa pertimbangan:
- Salah satunya adalah adanya fakta yang menyatakan bahwa
hingga detik ini pemerintah telah merintis satu kerjasama teknis
antar pihak Indonesia dengan negara Jerman Barat, kegiatan ini
populer dengan sebutan pelayanan informasi harga ATA 85/86.
Sejak sekarang, jika kita kaji dengan seksama tentang konsep
dasar dari rintisan pemerintah, jelas terlihat bahwa sistim pelayanan
informasi harga yang telah diujicobakan di beberapa sentra produksi,
umumnya akan dicirikan oleh dua kegiatan yang paling penting :
a. Pertama adalah yang menyangkut pengumpulan data, pengolahan
data dan pengiriman data.
b. Kedua adalah mengenai penyampaian dan penyebaran informasi
kepada kelompok ssaran lewat media massa.
 Pengiriman Data
Dari keterangan yang dikeluarkan pemerintah, hingga saat ini,
komoditi yang dikumpulkan data harganya adalah sayur mayur dan
palawija. Penentu daerah yang dijadikan sentra produksi untuk
pencatatan biasanya akan ditentukan oleh besar kecilnya produksi dari
sentra produksi tersebut.
Tingkat harga yang dicatat adalah harga yang diinginkan oleh kelompok
sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi melalui suatu survei
persiapan pembentukan sistim pelayanan informasi harga.
Pengumpulan data harga tersebut akan dilakukan setiap hari, kecuali
hari minggu, hari libur nasional serta khusus untuk daerah-daerah
produksi tertentu, sedangkan mengenai sistim pengolahan data yang
dilakukan, yaitu dengan menggunakan “metode rata-rata tanpa ekstim”
artinya? Dengan menghilangkan harga maksimum dan minimum, dan dari
sisanya baru diambil harga rata-ratanya.
 Penyampaian Data kepada Sasaran
Seperti diketahui, media massa yang digunakan umumnya dapat
dibagi ke dalam tiga bagian, dan ketiga media massa tersebut adalah :
- Radio, TV
- Papan Harga, dan
- Surat Kabar
Pemilihan radio/TV sebagai salah satu media massa yang diharapkan,
memang cukup beralasan. Sebab kalau dibandingkan dengan surat kabar,
memang radio lebih memasyarakat di kalangan para petani Indonesia.
Artinya kalau anda sempat jalan-jalan ke pedasaan, maka disana akan
banyak ditemukan radio dari masyarakat setempat ketimbang koran.
Sedangkan mengenai papan harga yang dipasang di pusat pasar
ataupun surat kabar daerah, pada intinya dimaksudkan sebagai
pelengkap dari penggunaan radio. Yang jelasnya lagi kalau dibandingkan
dengan efektivitasnya, maka radio akan lebih besar dibandingkan dengan
kedua media massa yang lainnya.
Adapun untuk waktu penyampai data harga memang perlu disesuaikan
dengan luang petani.
- Berdasarkan data yang diperoleh, maka waktu yang paling efektif
adalah dikala malam hari, tatkala petani sedang beristirahat atau
pada pagi hari, dikala petani akan berangkat ke ladang.
- Bahasa yang dipergunakan akan lebih baik sekiranya dilaksanakan
dengan daerah untuk propinsi dan bahasa Indonesia kalau dari RRI
Jakarta.
Demikian secara singkat telah diutarakan satu rancangan dasar dari
pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi harga yang dewasa ini sedang
dikembangkan oleh pemerintah/dinas terkait.
Memang, merancang suatu strategi pelayanan pasar hasil pertanian
memang bukan usaha yang cukup mudah untuk mewujudkannya, peran
serta kerja keras memang harus kita kerjakan

2.2. Menuju Penyuluhan Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian


Perlunya dicermati lagi bahwa antara pemasaran dengan
pembangunan sangat berkaitan sekali, khususnya bagi komoditi-komoditi
pertanian. Pada tingkat ekonomi yang belum berkembang, pemasaran
hasil pertanian hanyalah merupakan kegiatan yang sangat sederhana
sifatnya, serta tidak membutuhkan organisasi yang komplek dan juga
fasilitas yang relatif mudah juga.
Hal ini disebabkan oleh keadaan dimana sebagian terbesar
penduduk menghasilkan sendiri bahan makanan dan kebutuhan sehari-
harinya. Menurut Ir. Abu Haerah (1980) pembangunan adalah
peningkatan spesialisasi dan intensifikasi produksi dan jasa sehingga
makin banyak orang yang harus dipindahkan dari kelompok penduduk
yang satu, ke kelompok penduduk yang lain. Salah satu gejala yang paling
menonjol dalam pembangunan adalah meningkatnya proporsi penduduk
yang hidup di kota yang bekerja di luar bidang pertanian dan
menggantungkan kebutuhan bahan makanannya dan sistim pemasaran
yang berlaku.
Dalam proses pembangunan ekspor hasil pertanian merupakan
juga satu hal yang esensial, karena diperlukan devisa untuk membeli
mesin- mesin dan lain-lain keperluan pembangunan yang tidak dapat
diproduksi dalam negeri. Dan oleh sebab itu organisasi dan kegiatan
pemasaran harus
pula dikembangkan kearah yang lebih maju dan dapat menghasilkan yang
berlipat ganda.
Untuk itu, kehadiran penyuluhan pemasaran sebagai bagian
integral dari pembangunan pertanian sangatlah diperlukan urgensinya.
Hal ini tentu beralasan, karena sistim penyuluhan yang dikembangkan di
Indonesia haruslah sejalan dengan rencana induk dari pembangunan
pertanian.
Penyuluhan pemasaran hasil-hasil pertanian adalah sistim pendidikan non
formal yang diberikan kepada para petani produsen dan pedagang di
pedesaan agar mereka mampu memiliki perilaku yang sesuai dengan
arah dan derap langkah pembangunan pertanian. Disamping itu, dengan
penyuluhan pemasaran yang dilaksanakan secara manusiawi, maka
keterlibatan para tengkulak atau pedagang perantara yang umumnya
sangat doyan mempermainkan tingkat harga di petani, paling tidak akan
dieliminasi. Dengan demikian, sangatlah beralasan jika penyuluhan
pertaniannya pun hanyalah berorientasi pada peningkatan produksi.
Persoalannya sekarang ini adalah para petani kesulitan dalam
pemasaran-pemasaran hasil-hasil produksi yang kian banyak dan tidak
ada tempat penampungannya, karena stok yang lama masih ada.
Alasannya. Dalam mekanismenya penyuluhan pemasaran hasil-hasil
pertanian yang selayaknya dikembangkan di pedesaan kita adalah yang
langsung di bawah bimbingan para tenaga penyuluhan didaerah.
Dikarenakan para PPL adalah ujung tombak dari pembangunan
pertanian, maka kegiatan penyuluhan pemasaran pun sudah sewajarnya
dibebankan kepada mereka. Dan persoalannya kini, bagaimana dan siapa
yang bertanggung jawab untuk menyusun materi yang akan disuluhkan.
- Salah satunya adalah peran serta Koperasi, Bulog, dan aparat
pemeritah lainnya seperti Departemen Pertanian dan BPLPP.
Mereka inilah sebenarnya yang paling berwenang untuk
menyiapkan materi-materi yang akan ditempatkan sebagai bahan
penyuluhan.
- Materi yang dibuat kemudian atau selanjutnya perlu dijabarkan
lebih detail lagi oleh para PPL yang langsung bertatap muka
dengan para petani produsen dan pedagang.
Salah satu kerjasama yang dilakukan oleh proyek informasi
pemasaran dengan proyek penyuluhan pertanian (NAEF), sebenarnya
merupakan salah satu langkah awal kearah terciptanya penyuluhan
pemasaran. Dimana lewat perpaduan proyek ini telah dijelaskan dan
disuluhkan tentang perlunya pengetahuan petani terhadap parameter-
parameter pasar yang sebaiknya diketahui oleh kaum tani di pelosok-
pelosok pedesaan. Jelasnya, dengan adanya penyuluhan pemasaran
mengenai komoditi hasil-hasil pertanian yang selama ini terlihat momok,
mungkin saja akan dapat diselesaikan. Dan justru yang paling penting
untuk diresapkan adalah:
- Bagaimana cara kita dalam menata materi dan operasi yang lebih
baik lagi pengembangan penyuluhan pemasaran di negarai yang
kita cintai ini.
- Marilah kita menuju penyuluhan pemasaran hasil-hasil pertanian.

2.3. Menuju Penyuluhan Pertanian Terpadu


Menurut sejarahnya, tahun 1908 adalah titik awal penyuluhan
penyuluhan pertanian di kembangkan di Indonesia, yaitu setelah
diangkatnya 5 orang penasehat pertanian (Land bouwadviseur) dan
beberapa pembantu penasehat pertanian lainnya.
- Sejak saat itu, secara berturut-turut sistem penyuluhan pertanian di
negara kita mengalami perkembangan.
- Rencana kemakmuran telah diperkenalkan sistem penyuluhan
pertanian melalui Balai Pendidikan Masyarakat Desa
- Rencana tiga tahun swasembada beras, lewat penyelenggaraan
intensifikasi BIMAS yang lahir, merupakan hasil seminar
penyuluhan pertanian tahun 1963
- “Pilot Proyek” pasca usaha lengkap di Kerawang yang merupakan
“Action Research” oleh fakultas pertanian IPB.
Dan semuanya ini memberikan dorongan kuat untuk lahirnya sistim
penyuluhan pertanian yang baru.
Sistem kerja latihan dan kunjungan (LAKU) yang ditetapkan secara
intensif sejak tahun anggaran 1976/1977 melalui “Lor Agrimeent” antara
pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia adalah sistem penyuluhan
pertanian yang sampai detik ini kita kembangkan di Republik kita tercinta
ini (secara lebih lengkap dapat dilihat : Eddy Marwoto dalam Penelaahan
Pembinaan Kelompok Tani Pertanian Lapangan Sistem Latihan dan
Kunjungan).
Bahan seminar, jurusan penyuluhan pertanian, departemen ilmu-
ilmu sosial dan ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Menurut Tito Pranolo (1981) cara penyampaian materi penyuluhan
pertanian tersebut dilakukan sebagai berikut :
 Kebawah PPL menyampaikan materi penyuluhan kepada kontak
tani untuk selanjutnya diteruskan ke trans yang maju dan petani
pengikut.
 Keatas PPL menerima inovasi atau materi penyuluhan dari PPS
yang nantinya akan disuluhkan kepada kontak tani (lihat : Tito
Pranolo dalam Penyuluhan Pertanian bagi Pembangunan
Pertanian Terpadu). Bahan seminar pada Departemen Sosek,
Faperta IPB, 1981.
Disinilah sebetulnya diperlukan perubahan strategi. Dalam
mekanisme kerja penyuluhan pertanian, disamping para PPL menerima
materi atau bahan-bahan penyuluhan dari PPS. Khususnya yang
menyangkut “Felt-Need” dan “Interest” masyarakat tani tersebut.
Sedangkan dalam perencanaan penyuluhan pertaniannya terutama “Rural
Extension Centre”, harus mampu merencanakan program penyuluhan
pertanian untuk berbagai macam komoditi pertanian, dan bukan hanya
komoditi tanaman pangan berlaku.
Untuk itulah selain melibatkan BIMAS dan BPLPP, perlu juga
mengikutsertakan seluruh Deroktorat Jenderal yang ada di lingkungan
Departemen Pertanian dalam merencakan program-program penyuluhan
pertanian yang akan dilakukannya. Hal ini penting dikemukakan,
mengingat citra adanya tumpang tindih program antara FKPP dengan
Dinas-Dinas Pertanian dalam rangkaian kerja penyuluhan pertanian tentu
tidak akan terdengar lagi.
Sehingga kalau saja penyuluhan pertanian di negara kita sudah
mampu menjadi terpadu dalam konsep dan realita. Maka dari itu
perencanaan penyuluhan pertanian yang seharusnya dilakukan adalah
melalui pendekatan yang dari bawah. Yaitu dari kebutuhan kebutuhan
dasar petani (bottom up approach). Akibatnya penyuluhan pertanian yang
selama ini dilakukan secara terpisah-pisah itu dapat diatasi dengan
mengikutsertakan seluruh Direktorat Jenderal yang ada di lingkungan
Departemen Pertanian. Khususnya dalam hal merencanakan program
penyuluhan pertanian terpadu.
Analoginya mudah-mudahan saja dengan adanya perubahan
strategi yang cukup prinsip ini “poliical will” pemerintah di sektor pertanian
yang sekarang ini terlihat seperti sedang menciptakan “farmor gambling”
bukan merupakan suatu pernyataan. Atau disengaja sama sekali.

2.4. Media Penyuluhan Pertanian


Dalam proses komunikasi pada penyuluhan pertanian diperlukan
media penyuluhan yaitu saluran yang dapat menghubungkan penyuluh
dengan materi penyuluhannya. Pada dasarnya media penyuluhan itu
dapat berupa media hidup dan media mati, yang dimaksud
- Media hidup yaitu orang-orang tertentu yang telah menerapkan
materi penyuluhan atau pengetahuan dibidang pertanian, misalnya
kontak tani.
- Media mati yaitu sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat
digunakan untuk memperantarai hubungan tersebut, seperti radio,
televisi, majalah, surat kabar, koran masuk desa, selebaran, poster
dan lain-lain.
Sebagai perantara yang dipercaya dapat menghubungkan dengan
baik antara penyuluh dengan petani media penyuluhan (baik media hidup
maupun media mati) hendaknya memiliki sifaat-sifat sebagai berikut:
1) Dinamis dan dapat menyatukan berbagai pihak, dan dapat
menampung segala pesan.
2) Sederhana tetapi mapan dan tepat dalam penampilannya sehingga
penyuluh ataupun sasaran tidak segan dan enggan untuk
memanfaat-kannya.
3) Yang mudah diikuti dan diperoleh kedua belah pihak (penyuluh
atau pun petani)
4) Dapat memberikan kegiatan yang praktis dan mudah
diselenggarakan oleh masyarakat.
5) Yang murah pembiayaannya baik dipandang dari pihak penyuluh
maupun dari pihak para petani.
6) Dapat menimbulkan pengaruh yang positif.
Dengan pengertian bahwa media penyuluhan harus dapat
menimbulkan pengaruh yang positif (viele sifat No. 6) harus diartikan pula
dapat memberikan pengaruh yang membekas (residuel effect) sehingga
materi penyuluhan itu akan menerap terus, dilaksanakan terus dalam
pembaruan, yang selanjutnya akan lebih di sempurnakan dengan adanya
teknologi yang selalu dikemukakan dalam perkembangan.
2.5. Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
Dalam pelaksanaannya penyuluhan tidak luput dari keperluan
perbantuan. Perbantuan disini khususya adalah penggunaan alat-alat
pembantu pengajaran atau penyuluhan mempunyai peranan penting
dalam proses belajar.
Manfaat alat bantu antara lain :
- Membantu menarik perhatian para siswa untuk beberapa dan
menjadikan pelajaran itu lebih menarik.
- Membantu guru mengingat detail pelajaran
- Membantu guru menjelaskan pelajaran sedemikian rupa sehingga
siswa menjadi mudah dan cepat pengertiannya.
- Membantu guru menyajikan pelajaran lebih teratur menurut urutan
dan susunan yang mudah diikuti oleh siswa.
- Para siswa akan mengingat lebih lama apa yang dilihat dari pada
yang didengar.
Berhubungan dengan tempat dimana pelajaran itu diadakan oleh
para PPL, PPS, maka pelajaran itu dapat diberikan di berbagai macam
tempat: di rumah petani, di ladang, dikolam, di kandang, dikantor, dirumah
penyuluh atau di pusat BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dan
sebagainya. Jika penyuluhan pertanian menjadi pengambil prakarsa dan
tuan rumah dari peristiwa itu, maka ia harus mempersiapkan tempat
pertemuan itu jauh sebelumnya dan dengan tetap memperhatikan
lingkungan sekitar sehingga pertemuan itu nanti dapat dinikmati serta
menyenangkan bagi para tamu maupun para tuan rumah.
2.6. Media dan Alat Peraga Penyuluhan
Media yang elektronik yang umum digunakan :
1) Overhead projektor/transparan
Media transparan ini adalah media visual proyeksi yang dibuat
diatas bahan transparan. Berbagai materi, pesan, gambar, grafik
dan lain-lain dapat ditampilkan dalam media transparan.
2) Radio merupakan salah satu media audio
Dimana pesan hanya dapat ditangkap melalui indra pendengar.
Namun tetap memiliki beberapa kelebihan sehingga digunakan
secara meluas khususnya dalam program siaran di pedesaan.
3) Televisi
Merupakan salah satu media audio – visual, dimana pesan
dapat ditangkap lewat indera pendengar dan penglihatan. Sangat
efektif untuk media penyuluhan pertanian, karena jangkauannya
sangat luas mengingat cukup banyaknya jumlah sasaran (petani) di
pedesaan yang memiliki pesawat televisi.
Beberapa kelebihan yang dimiliki media televisi adalah:
a) Sebagai media massa, jangkauan siarannya sangat luas
b) Pengujiannya sangat menarik dan memikat
c) Pesan yang ditampilkan konkrit dan realitas
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam mewujudkan penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang
produktif, efektif dan efisien ditetapkan strategi sebagai berikut:
a) Menadayagunakan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai
basis kegiatan penyuluhan pertanian. Oleh karena itu peranan BPP
harus dipertahankan dan dibangun lebih lanjut dengan
menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan.
b) Menjadikan penyuluhan pertanian sebagai kebutuhan pemerintah
kabupaten/ kota dan gerakan masyarakat yang dinamis dan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan di masyarakat umumnya.
c) Meningkatkan pesan penyuluh pertanian swakarsa dari petani dan
keluarganya beserta masyarakat pelaku-pelaku agribisnis dalam
penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
d) Mengembangkan pendekatan penyuluhan pertanian dengan
perspektif sistim dan usaha agribisnis oleh ketahanan pangan
berdasarkan kepentingan petani dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku agribisnis
e) Mensosialisasikan pedoman umum ini secara terencana dan terus
menerus agar instansi-instansi dan pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian benar-benar mengacu
pada isi pedoman umum ini dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian.
f) Mendorong adanya diferensiasi tugas dan fungsi antara dinas
pengaturan dan pelayanan dengan kelembagaan penyuluhan
pertanian.
g) Menggunakan “petani belajar dari petani” sebagai pendekatan
utama kegiatan penyuluhan pertanian
h) Menggunakan metode-metode pendidikan orang dewasa dengan
pendekatan “belajar sambil bekerja” bekerja sambil belajar dan
“belajar untuk menemukan”.
i) Memberdayakan wanita dan generasi muda pertanian dalam
pembangunan agribisnis dan ketahanan pangan yang
responsif gender.
j) Menumbuh kembangkan dinamika organisasi dan kepemimpinan
petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku-pelaku
agribisnis
k) Mengembangkan sekolah-sekolah pertanian dan lembaga
pendidikan tinggi untuk mempersiapkan pengusaha agribisnis
masa depan dan penyuluh pertanian ahli, memberikan konsultasi
dan mengembangkan penyuluhan pertanian.
l) Mengembangkan Balai Diklat Pertanian/Agribisnis yang berfungsi
untuk memberdayakan penyuluhan pertanian secara
berkesinambungan melalui kegiatan diklat.
m) Mengembangkan inkubator agribisnis di lembaga-lembaga
pendidikan pertanian (SPP, APP, STPP, Balai Diklat
Pertanian/Agribisnis dan Lembaga Penyuluhan Pertanian.
n) Mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber informasi
ilmiah dan teknologi lokal spesifik yang cakupannya di perluas
dengan sosial – ekonomi khususnya informasi pasar yang
dikembangkan oleh petani dan keluarganya beserta masyarakat
pelaku agribisnis.

3.2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika bahwa dalam penelitian ini
masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis
juga akan memperbaiki penulisan dalam pembuatan makalah tersebut ini
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kebijaksanaan Nasional Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.


Departemen Pertanian 2002
Ir. A.G. Kartasapoetra. Teknologi Penyuluhan Pertanian 2002 – 2004
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. 1994
Prof. Dr. Ir. Soedarmanto.M.Ed. ISBN – 2003.979 – 508 – 15. 2003 Dasar-
dasar Penyuluhan Modernisasi Pertanian 1976
Ir. Mulyadi Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
Pertanian. 2002

Anda mungkin juga menyukai