Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)

Vol. 10 No. 1, Juni 2018

PERBEDAAN PENURUNAN TFU PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN


IBU NIFAS POST SC DI RUANG MELATI RSUD Dr.SOEGIRI
KABUPATEN LAMONGAN

Kustini1
1
Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Email : Custiniwil@gmail.com

ABSTRAK
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan, mulai dari saat selesai
persalinan sampaipulihnya kembali alat-alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung sekitar 6 minggu. Pada masa nifas terjadi
perubahan fisiologis, salah satunya adalah involusi Uteri Rancangan penelitian
ini menggunakan jenis penelitian analitik komparatif, tempat penelitian di
RSUD. Dr Soegiri Lamongan, waktu pengumpulan data menggunakan Cross
Sectional, tanpa perlakuan, dengan cara obervasi dengan tujuan penelitian
diskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder, dengan jumlah sampel 104
responden diambil secara non random. Analisis data meliputi análisis univariat dan
Analisa inferensial. Hasil analisa inferensial menunjukan ada perbedaan
penurunan TFU pada ibu nifas fisiologis dan ibu nifas post SC, Koefisien
Kontingensi diperoleh hasil nilai koefisien kontingensi (C) = 0,390 dan  = 0.00
dimana < 0.05. upaya untuk mencegah terjadinya gangguan proses penurunan
TFU yaitu memberikan informasi sekaligus penyuluhan tentang pentingnya
asupan nutrisi, menyusui dan mobilisasi dini bagi ibu nifas. Disamping itu
diperlukan kerja sama yang baik antara ibu nifas, keluarga, dan petugas
kesehatan, khususnya peran bidan sehingga dapat mendeteksi dini adanya
komplikasi masa nifas, salah satunya keterlambatan proses penurunan TFU.

Kata kunci : Ibu Nifas Fisiologis, Ibu Nifas Post SC, Perbedaan Penurunan
TFU

PENDAHULUAN atau TFU, pengeluaran lokhea dan


Latar Belakang adanya kontraksi uterus. Akan
Masa nifas merupakan tetapi, fenomena di lapangan,
masa sesudah persalinan, mulai masih banyak ditemukan ibu nifas
dari saat selesai persalinan hari ketiga dengan TFU masih satu
sampaipulihnya kembali alat-alat jari dibawah pusat, padahal
kandungan ke keadaan sebelum seharusnya sudah tiga jari dibawah
hamil. Masa nifas berlangsung pusat. Hal ini mengindikasikan
sekitar 6 minggu. Pada masa nifas masih banyak ibu nifas yang
terjadi perubahan fisiologis, salah mengalami keterlambatan
satunya adalah involusi Uteri. penurunan TFU.
Proses Involusi Uteri dapat dilihat Kematian ibu saat ini
dari penurunan tinggifundus uteri merupakan salah satu masalah di

50
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

Indonesia karena tingginya Angka otot-otot tidak berkontraksi dan


Kematian Ibu mempunyai dampak beretraksi dengan baik setelah bayi
yang besar terhadap keluarga dan lahir, maka tidak dapat menjepit
masyarakat. Data SDKI (2007) pembuluh darah yang pecah karena
menunjukkan AKI di Indonesia adanya pelepasan plasenta dan
tertinggi se-ASEAN jumlahnya berguna untuk mengeluarkan isi
mencapai 228 per 100.000 uterus. Sehingga pengeluaran
kelahiran hidup. Data Depkes lokhea menjadi tidak lancar.
tahun 2012, menunjukkan Gizi pada ibu nifas
kecenderungan angka 104.3 per sangat berpengaruh karena untuk
100.000 kelahiran proses pemulihan alat-alat
hidup.Sedangkan data Dinkes kandungan serta persiapan
Kabupaten Lamongan Angka menyusui sehingga membutuhkan
Kematian Ibu tahun 2012 berada tambahan energi. Ibu nifas yang
pada angka 80.2 per 100.000 kekurangan gizi dapat
kelahiran hidup. mempengaruhi penurunan kadar
Berdasarkan hasil studi Hb dalam darah, selanjutnya akan
yang dilakukan peneliti pada bulan mudah terjadi perdarahan.
Agustus s/d bulan September tahun Menyusui pada masa nifas
2017 di ruang Melati RSUD sangat penting karena jika pada
Dr.Soegiri Lamongan terhadap 90 masa nifas tidak ada proses
ibu nifas, terdapat 48 ibu nifas menyusui maka tidak terdapat
fisiologis dan 42 ibu nifas post rangsangan puting susu pada ibu
Sectio Caesaria atau SC. Dari 48 sehingga reflek pengeluaran
ibu nifas fisiologis atau sejumlah hormon oksitosin tidak terjadi dan
53,3% tidak ada yang mengalami akan berdampak pada proses
keterlambatan proses penurunan penurunan TFU dan perdarahan
TFU. Sedangkan pada 42 ibu nifas karena hormon oksitosin tidak
post SC terdapat 31 ibu yang hanya mempengaruhi otot polos
mengalami keterlambatan payudara, tetapi juga otot polos
penurunan TFU atau sejumlah uterus sehingga jika tidak terdapat
73,8%. Data diatas, menunjukkan rangangan maka tidak berkontraksi
masalah penelitian masih tingginya dengan baik (Manuaba, 2007).
angka kejadian keterlambatan Masa nifas memerlukan
penurunan TFU pada ibu nifas post perhatian lebih dikarenakan rasa
SC di Ruang Melati RSUD Dr. sakit pada jahitan perenium
Soegiri Lamongan. maupun post SC dan rasa lelah ibu
Penyebab terhambatnya membatasi aktivitas ibu sehingga
penurunan TFU dapat ibu cenderung lebih membutuhkan
mengakibatkan subinvolusi dukungan dan bantuan orang lain
sehingga meningkatkan Angka sehingga jika kekurangan
Kematian Ibu. Beberapa faktor dukungan psikologis ibu akan
yang mempengaruhi proses terganggu dan akan berdampak
penurunan TFU antara lain pada kesehatan ibu karena ibu
mobilisasi dini, gizi, menyusui dan merasa sendiri dan kurang
psikologis. memperhatikan diri sendiri
Mobilisasi dini penting sehingga bisa terjadi nafsu makan
bagi ibu setelah melahirkan. Jika

51
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

menurun, sakit, perdarahan sampai dengan sumber data sekunder.


dengan depresi. Pada penelitian ini sampel yang
Peran bidan dalam upaya digunakan adalah sebagian ibu
untuk mencegah terjadinya nifas fisiologis dan Post SC di
gangguan proses penurunan TFU ruang melati di RSUD. Dr.Soegiri
yaitu memberikan informasi Lamongan bulan Desember 2018
sekaligus penyuluhan tentang sebanyak 104 orang dengan
pentingnya asupan nutrisi, Tehnik sampling pada penelitian
menyusui dan mobilisasi dini bagi ini menggunakan Non Random.
ibu nifas. Disamping itu Penelitian pada ibu nifas fisiologis
diperlukan kerja sama yang baik dan post SC (variabel independen)
antara ibu nifas, keluarga, dan ini menggunakan alat bantu lembar
petugas kesehatan, khususnya pengumpul data (catatan rekam
peran bidan sehingga dapat medis). Untuk penurunan TFU
mendeteksi dini adanya komplikasi (variabel dependen) menggunakan
masa nifas, salah satunya catatn rekam medis. Tempat
keterlambatan proses penurunan penelitian ini dilakukan di ruang
TFU. Berdasarkan latar belakang Melati RSUD Dr.Soegiri
masalah karena banyaknya faktor, Kabupaten Lamongan bulan
maka peneliti tertarik untuk Desember 2018. Setelah data
mengadakan penelitian tentang terkumpul kemudian dianalisis
“Perbedaan Penurunan TFU menggunakan bantuan SPSS versi
berdasarkan jenis persalinan pada 16,0 dengan tingkat kemaknaan α
Ibu Nifas fisiologis dan Post SC di = 0,05 yang artinya bila nilai ρ <
Ruang Melati RSUD Dr.Soegiri 0,05 atau dengan perhitungan nilai
Lamongan Tahun 2018”. C hitung (Cl) lebih besar dari C
maks maka H0 ditolak, artinya
METODE PENELITIAN terdapat perbedaan penurunan
Rancangan Penelitian tinggi fundus uteri pada ibu nifas
Rancangan penelitian ini fisiologis dan post SC di RSUD
menggunakan jenis penelitian Dr.Soegiri Lamongan. Begitu pula
analitik komparatif, tempat sebaliknya bila ρ > 0,05 atau C
penelitian di RSUD. Dr Soegiri hitung (Cl) lebih kecil dari pada C
Lamongan, waktu pengumpulan maks maka H0 diterima yang
data menggunakan Cross berarti tidak ada perbedaan
Sectional, tanpa perlakuan, dengan penurunan tinggi fundus uteri pada
cara obervasi dengan tujuan ibu nifas fisiologis dan post SC di
penelitian diskriptif kualitatif RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
1.1. Karakteristik Responden Ibu Nifas
a. Berdasarkan Jenis Persalinan
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan di RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2018
Jenis Persalinan Jumlah Prosentase (%)
Fisiologis 71 68,27
Patologis (SC) 33 31,73
Jumlah 104 100.0
Sumber Data Primer : Penelitian Desember 2017

52
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

Tabel 1 Menunjukkan bahwa sebagian besar (68,27%)dari responden


adalah persalinan fisiologis.
b. Berdasarkan Umur
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Nifas di RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2018
Umur Jumlah Presentase (%)
<20 tahun 20 19,2
20 - 35 tahun 84 71,8
> 35 tahun 0 0
Jumlah 104 100.0
Sumber Data Primer : Penelitian Desember 2017
Tabel 2 Menunjukkan bahwa sebagian besar (71,8%)dari responden
berusia 20-35 tahun.
c. Pekerjaan
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Nifas di RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2018
Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
IRT 80 76,9
PNS 16 15,4
Swasta 8 7,7
Jumlah 104 100.0
Sumber Data Primer : Penelitian Desember 2017
Tabel 3 Menunjukkan bahwa sebagian besar(76,9%)dari responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT).
d. Paritas
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Nifas di RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2018
Paritas Jumlah Prosentase (%)
Primipara 44 42,3
Multipara 60 57,7
Jumlah 104 100.0
Sumber Data Primer : Penelitian Desember 2017
Tabel 4 Menunjukan bahwa sebagian besar (57,7%)dari responden
kehamilan multipara.
e. Pendidikan
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Nifas di RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2018
Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
Tidak Sekolah 20 19,2
SD 42 40,4
SMP 22 21,1
SMA 14 13,5
PT 6 5,8
Jumlah 104 100.0
Sumber Data Sekunder : Penelitian Desember 2017
Tabel 5 Menunjukan bahwa setengah (40,4%) dari responden
mempunyai tingkat pendidikan SD

53
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

2. Data Khusus
Data Mengenai Penurunan TFU Hari Ke-3 Pada Ibu Nifas Fisiologis.
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Penurunan TFU Pada Ibu Nifas
Dengan Jenis Persalinan Fisiologis di Ruang Melati RSUD Dr.
Soegiri Kabupaten Lamongan Tahun 2018
Penurunan TFU Jumlah Prosentase
Sesuai ( ≥3cm ) 58 81.7%
Tidak Sesuai ( <3cm ) 13 18.3%
Jumlah 71 100,0

Sumber Data Skunder : Penelitian Desember 2017


Tabel 6 Menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (81,7%)dari responden
dengan jenis persalinan fisiologis penurunan TFU sesuai (normal).
5.2.2 Data Mengenai Penurunan TFU Hari Ke-3 Pada Ibu Nifas Post SC
Tabel 7 Distribusi responden berdasakan penurunan TFU pada ibu nifas
dengan jenis persalinan secara SC di Ruang Melati RSUD Dr.
Soegiri Kabupaten Lamongan Tahun 2018
Penurunan TFU Jumlah Prosentase (%)
Sesuai ( ≥3cm ) 13 39,4
Tidak Sesuai ( <3cm ) 20 60,6
Jumlah 43 100,0

Sumber Data Skunder : Penelitian Desember 2017


Tabel 7 Menunjukkan bahwa lebih dari sebagian (60,6%)dari responden
post SC mengalami keterlambatan penurunan TFU.
5.2.3. Perbedaan Penurunan TFU Pada Ibu Nifas Fisiologis Dan Ibu Post SC
Tabel 8 Tabulasi Silang Perbedaan Penurunan TFU Pada Ibu Nifas
Fisiologis Dan Ibu Nifas Post SC di Ruang Melati RSUD Dr.
Soegiri Kabupaten Lamongan Tahun 2018
Penurunan TFU
Jenis Persalinan Sesuai Tidak sesuai Jumlah
 %  %  %
Normal (fisiologis) 58 81.7% 13 18.3% 71 100%
SC 13 39,4% 20 60,6% 33 100%
Jumlah 71 68.3% 33 31.7% 104 100%
 = 0.00 Koefisien Kontingensi = 0.390

Sumber Data Skunder : Penelitian Desember 2017


Dari tabel 8 Dapat ke-3. Sedangkan pada ibu nifas
dijelaskan bahwa sebagian besar dengan jenis persalinan SC
( 81.7%) ibu nifas dengan jenis sebagian besar (60,6%)
persalinan fisiologis penurunan mengalami keterlambatan
TFU sesuai dengan waktu yang penurunan TFU yaitu <3 cm
ditentukan yaitu ≥3 cm pada hari pada hari ke-3, dan hampir
ke-3, dan sebagian kecil atau sebagian (39,4%) penurunan
18.3% penurunan TFU tidak TFU-nya sesuai dengan waktu
sesuai dengan waktu yang yang ditentukan yaitu ≥3 cm
ditentukan yaitu <3 cm pada hari pada hari ke-3 .

54
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

Berdasarkan hasil uji statistik melancarkan pengeluaran lokhea,


dengan menggunakan Koefisien mengurangi infeksi nifas, dan
Kontingensi diperoleh hasil nilai mempercepat involusi alat
koefisien kontingensi (C) = 0,390 kandungan.
dan  = 0.00 dimana  < 0.05 Terbukti dengan banyaknya
sehingga dapat disimpulkan bahwa keuntungan dari mobilisasi dini
Ho ditolak dan H1 diterima yang dalam masa nifas, maka ibu nifas
artinya ada perbedaan penurunan yang malas atau takut melakukan
TFU pada ibu nifas fisiologis dan ibu mobilisasi dini akan berakibat buruk
nifas post SC. diantaranya keterlambatan penurunan
Pembahasan TFU, perdarahan berkepanjangan,
1. Penurunan TFU pada Ibu Nifas pengeluaran lokhea tidak lancar,
Fisiologis serta peredaran darah menjadi tidak
Pada tabel 6 maka dapat lancar karena ibu hanya tidur
diketahui bahwa hampir seluruhnya terlentang di tempat tidur.
(81.7%) ibu nifas fisiologis di Ruang Namun dari 71 responden ibu
Melati RSUD Dr.Soegiri Kabupaten nifas fisiologis, masih ada 13 ibu
Lamongan penurunan TFU-nya nifas yang penurunan TFU-nya tidak
sesuai dengan dengan waktu yang sesuai dengan waktu yang
ditentukan yaitu ≥3 cm dibawah ditentukan. Hal ini dikarenakan
pusat pada hari ke-3. masih ada beberapa faktor lain yang
Dari data tersebut dapat diketahui mempengaruhi proses penurunan
bahwa pada ibu nifas fisiologis, TFU, salah satunya adalah paritas,
hamir seluruhnya penurunan TFU dari tabel 4 menunjukan sebagian
sesuai dengan waktu yang besar (57.7%) responden ibu nifas
ditentukan. Menurut Manuaba merupakan multipara. Ibu yang
(2007), mobilisasi dini penting bagi paritasnya rendah akan mengalami
ibu setelah melahirkan karena dapat pengecilan rahim yang lebih cepat
mempercepat involusi uteri. Salah dari pada ibu yang memiliki paritas
satu kerugian apabila ibu tidak tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
melakukan mobilisasi dini adalah keadaan uterusnya, karena semakin
terjadi bendungan lokhea dalam sering hamil, uterus juga seringkali
rahim sehingga uterus tidak mengalami regangan. Hal ini sesuai
berkontraksi dengan baik yang dengan teori Reeder (2003), bahwa
berakibat timbul perdarahan pada otot-otot yang terlalu sering teregang
masa nifas. maka elastisitasnya akan berkurang.
Penurunan TFU yang sesuai pada Dengan demikian untuk
ibu nifas fisiologis disebabkan mengembalikan ke keadaan semula
karena pada ibu nifas dengan setelah teregang membutuhkan
persalinan normal lebih cepat waktu yang lama.
melakukan mobilisasi dini. Pada hari Faktor lain yang mempengaruhi
ke-3 ibu nifas normal sudah mampu proses penurunan TFU adalah usia.
melakukan aktivitas seperti berjalan- Pada tabel 2 menunjukkan bahwa
jalan didepan ruangan. hampir sebagian (28,8%) ibu nifas
Hal ini sejalan dengan teori yang berusia 31-35 tahun. Menurut
diungkapkan oleh Prawirohardjo, Sedioetama (2000), ibu yang usianya
(2005) mobilisasi dini penting bagi lebih tua banyak dipengaruhi oleh
ibu setelah melahirkan karena dapat proses penuaan. Pada proses penuaan

55
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

terjadi perubahan metabolisme yaitu kontraksi dan retraksi dari otot-otot


peningkatan jumlah lemak, setelah bayi lahir, yang diperlukan
penurunan elastisitas otot dan untuk menjepit pembuluh darah yang
penurunan penyerapan lemak, pecah karena adanya pelepasan
protein dan karbohidrat. Dengan plasenta dan berguna untuk
adanya penurunan regangan otot, mengeluarkan isi uterus, dengan
akan mempengaruhi pengecilan otot adanya kontraksi dan retraksi yang
rahim setelah melahirkan serta terus menerus ini menyebabkan
membutuhkan waktu yang lama terganggunya peredaran darah dalam
dibandingkan dengan ibu yang uterus yang mengakibatkan jaringan
mempunyai kekuatan dan regangan otot kekurangan zat-zat yang
otot yang lebih baik, involusi uteri diperlukan, sehingga ukuran jaringan
terjadi karena proses autolysis, otot-otot tersebut menjadi kecil.
dimana zat protein dinding rahim Mobilisasi dini penting bagi ibu
dipecah, diserap dan kemudian setelah melahirkan karena dapat
dibuang bersama air kencing. Bila melancarkan pengeluaran lokhea,
proses ini dihubungkan dengan mengurangi infeksi nifas, dan
penurunan penyerapan protein pada mempercepat involusi alat
proses penuaan, maka hal ini akan kandungan. Terbukti dengan
menghambat involusi uteri. banyaknya keuntungan dari
2. Penurunan TFU pada Ibu mobilisasi dini dalam masa nifas,
Nifas Post SC maka ibu nifas yang malas atau takut
Berdasarkan tabel 7 dapat melakukan mobilisasi dini akan
dijelaskan bahwa sebagian berakibat buruk diantaranya
besar(60,6%)ibu nifas post SC keterlambatan penurunan TFU,
mengalami keterlambatan penurunan perdarahan berkepanjangan,
TFU Hal ini disebabkan pada ibu pengeluaran lokhea tidak lancar,
post SC kurang melakukan serta peredaran darah menjadi tidak
mobilisasi dini karena rasa nyeri lancar karena ibu hanya tidur
yang timbul pada luka jahitan pada terlentar di tempat tidur.
abdomen, menurut Hariningsih, Keterlambatan penurunan TFU
(2004) mobilisasi dini merupakan juga bisa disebabkan oleh faktor gizi,
faktor yang menonjol dalam karena pada ibu nifas post SC tidak
mempercepat pemulihan pasca bedah boleh langsung makan dan harus diet
dan dapat mencegah komplikasi makanan terlebih dahulu. Menurut
pasca bedah. Banyak keuntungan Reeder (2005), Status gizi yang
bisa diraih dari latihan ditempat tidur kurang pada ibu pasca persalinan
dan berjalan pada periode dini pasca menyebabkan pertahanan tubuh jauh
bedah. Mobilisasi sangat penting berkurang atau tidak ada sama sekali,
dalam percepatan hari dalam masa sehingga sistem pertahanan pada
perawatan dan mengurangi resiko- dasar ligamentum latum yang terdiri
resiko karena tirah baring lama atas kelompok infiltrat sel bulat yang
seperti terjadinya dekubitus, bermanfaat untuk mengadakan
kekakuan atau penegangan otot-otot pertahanan terhadap penyerbuan
di seluruh tubuh dan sirkulasi darah kuman serta menghilangkan jaringan
dan pernapasan terganggu, juga nekrosis tidak dapat berfungsi
adanya gangguan peristaltik maupun optimal. Keadaan ini menghambat
berkemih. Aktivitas otot-otot ialah

56
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

involusi uterus dan memudahkan simpisis pubis. Uterus tidak bisa


terjadinya infeksi nifas. diraba pada abdomen pada hari ke-9
Sediaoetama, (2003) juga post partum. Beberapa faktor yang
mengungkapkanbila gizi ibu kurang, mempengaruhi proses penurunan
maka proses pertumbuhan serta TFU antara lain mobilisasi dini, gizi,
pemeliharaan jaringan terutama menyusui dan paritas.
untuk mengganti sel-sel yang rusak Menurut Hariningsih, (2004)
akibat persalinan mengalami mobilisasi dini merupakan faktor
gangguan sehingga pengembalian yang menonjol dalam mempercepat
alat-alat kandungan atau involusi pemulihan pasca bedah dan dapat
uteri menjadi lambat. mencegah komplikasi pasca bedah.
3. Perbedaan Penurunan TFU Banyak keuntungan bisa diraih dari
pada Ibu Nifas Fisiologis dan latihan ditempat tidur dan berjalan
Ibu Post SC pada periode dini pasca bedah.
Dari hasil tabulasi silang pada Mobilisasi sangat penting dalam
tabel 8 dapat dijelaskan bahwa di percepatan hari dalam masa
ruang Melati RSUD Dr. Soegiri perawatan dan mengurangi resiko-
Kabupaten Lamongan terdapat 104 resiko karena tirah baring lama
ibu nifas, 71 ibu nifas merupakan seperti terjadinya dekubitus,
nifas fisiologis yang hampir kekakuan atau penegangan otot-otot
seluruhnya (81,7%) penurunan TFU di seluruh tubuh dan sirkulasi darah
sesuai dengan waktu yang dan pernapasan terganggu, juga
ditentukan, dan sebagian kecil adanya gangguan peristaltik maupun
(18,3%) yang penurunan TFU-nya berkemih. Aktivitas otot-otot ialah
tidak sesuai dengan waktu yang kontraksi dan retraksi dari otot-otot
ditentukan, sedangkan pada 33 ibu setelah bayi lahir, yang diperlukan
nifas post SC sebagian besar (60,6%) untuk menjepit pembuluh darah yang
penurunan TFU-nya tidak sesuai pecah karena adanya pelepasan
dengan waktu yang ditentukan, dan plasenta dan berguna untuk
hampir sebagian ( 39,4%) yang mengeluarkan isi uterus, dengan
sesuai dengan penurunan TFU-nya. adanya kontraksi dan retraksi yang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terus menerus ini menyebabkan
hampir seluruhnya ibu nifas terganggunya peredaran darah dalam
fisiologis tidak mengalami uterus yang mengakibatkan jaringan
keterlambatan penurunan TFU, dan otot kekurangan zat-zat yang
pada ibu nifas post SC sebagian diperlukan, sehingga ukuran jaringan
besar (60,6%) mengalami otot-otot tersebut menjadi kecil.
keterlambatan penurunan TFU. Mobilisasi dini penting bagi ibu
Secara fisiologis, uterus setelah melahirkan karena dapat
berangsur-angsur menjadi kecil atau melancarkan pengeluaran lokhea,
berinvolusi sehingga akhirnya mengurangi infeksi nifas, dan
kembali seperti sebelum hamil. mempercepatinvolusi alat
Menurut Prawirohardjo, (2005) kandungan. Terbukti dengan
fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap banyaknya keuntungan dari
24 jam. Pada hari ke-6 post partum mobilisasi dini dalam masa nifas,
tinggi fundus normal akan berada di maka ibu nifas yang malas atau takut
pertengahan antara umbilicus dan melakukan mobilisasi dini akan
simpisis pubis atau 7 cm diatas berakibat buruk diantaranya

57
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

keterlambatan penurunan TFU, ketentuan yang pasti kapan ia bisa


perdarahan berkepanjangan, duduk, keluar dari tempat tidur dan
pengeluaran lokhea tidak lancar, berjalan. Hal itu tergantung dari jenis
serta peredaran darah menjadi tidak operasi, kondisi badannya dan
lancar karena ibu hanya tidur komplikasi-komplikasi yang
terlentang di tempat tidur. mungkin timbul. Pada umumnya
Masalah mobilisasi dini pengangkatan jahitan pada seksio
biasanya terjadi pada ibu nifas post sesaria dilakukan pada hari ke-7
SC, hal ini dikarenakan ibu nifas post pasca operasi untuk sebagian dan
SC mempunyai luka jahitan lebih diselesaikan pada hari ke-10
besar dan tingkat nyerinya lebih (Prawirohardjo, 2005).
tinggi dari ibu nifas fisiologis Faktor lain pada proses
sehingga malas untuk melakukan penurunan TFU adalah gizi, Ibu post
mobilisasi. Selain itu pada persalinan partum fisiologis mempunyai
SC, mobilisasi dini dilakukan relatif keuntungan gizi yang lebih baik.
lebih lambat dibandingkan dengan Setelah bersalin, pada ibu post
persalinan fisiologis, karena partum fisiologis bisa langsung
mobilisasi dilakukan beberapa jam menyantap makanan apapun
setelah pasien sadar. Biasanya 6-10 sehingga bisa mempercepat
jam dimulai dengan latihan pemulihan kesehatan ibu pasca salin.
pernafasan yang dilakukan sambil Reeder (2003)
tidur terlentang, selanjutnya mengungkapkan,dengan status gizi
dilakukan miring kanan dan miring yang adekuat akan mempercepat
kiri. Untuk itu di perlukan suatu proses pemulihan kesehatan ibu
upaya dari bidan untuk memberikan pasca salin dan pengambalian
motivasi pada ibu nifas tentang kekuatan otot-ototnya menjadi lebih
pentingnya mobilisasi dini dan cepat serta akan meningkatkan
pengaruhnya terhadap proses kualitas maupun kuantitas ASI.
penurunan TFUpada ibu nifas. Status gizi yang kurang pada ibu
Menurut Prawirohardjo, pasca persalinan menyebabkan
(2005) Sebagai akibat anastesi, pertahanan tubuh jauh berkurang
penderita pasca operasi biasanya atau tidak ada sama sekali, sehingga
merasa enek, kadang sampai muntah. sistem pertahanan pada dasar
Ia tidak boleh minum sampai rasa ligamentum latum yang terdiri atas
enek hilang sama sekali. Kemudian kelompok infiltrat sel bulat yang
ia boleh sekali-sekali minum sedikit- bermanfaat untuk mengadakan
sedikit untuk lambat laun pertahanan terhadap penyerbuan
ditingkatkan. Dalam 24-48 jam pasca kuman serta menghilangkan jaringan
operasi, hendaknya diberi makanan nekrosis tidak dapat berfungsi
cairan, sesudah itu apalagi jika sudah optimal. Keadaan ini menghambat
keluar flatus, dapat diberi makanan involusi uterus dan memudahkan
lunak yang bergizi untuk lambat laun terjadinya infeksi nifas.
menjadi makanan biasa. Sesudah Hal ini berbanding terbalik
penderita sadar, pada pasca operasi ia pada ibu nifas post SC, karena pada
dapat menggerakkan lengan dan ibu nifas post SC tidak boleh
kakinya dan tidur miring, apalagi hal langsung makan dan harus secara
itu tidak dihalangi oleh infus yang bertahap. Menurut Reeder (2005),
diberikan kepadanya. Tidak ada Status gizi yang kurang pada ibu

58
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

pasca persalinan menyebabkan 2. Penurunan TFU pada ibu nifas


pertahanan tubuh jauh berkurang post SC di ruang Melati RSUD
atau tidak ada sama sekali, sehingga Dr.Soegiri Lamongan sebagian
sistem pertahanan pada dasar besar mengalami keterlambatan
ligamentum latum yang terdiri atas penurunan TFU pada hari ke-3
kelompok infiltrat sel bulat yang yaitu <3 cm.
bermanfaat untuk mengadakan 3. Terdapat perbedaan penurunan
pertahanan terhadap penyerbuan TFU berdasarkan jenis persalinan
kuman serta menghilangkan jaringan pada ibu nifas fisiologis dan post
nekrosis tidak dapat berfungsi SC di ruang Melati RSUD
optimal. Keadaan ini menghambat Dr.Soegiri Lamongan.
involusi uterus dan memudahkan
terjadinya infeksi nifas. Saran
Jadi bila gizi ibu post partum 1. Bagi Profesi Bidan
kurang, maka proses pertumbuhan a. Memberi masukan bagi bidan
serta pemeliharaan jaringan terutama dalam memberikan asuhan
untuk mengganti sel-sel yang rusak kebidanan khususnya pada ibu
akibat persalinan mengalami nifas sesuai standar.
gangguan sehingga pengembalian b. Diharapkan bidan mampu
alat-alat kandungan atau involusi mendeteksi dini adanya
uteri menjadi lambat dan rentan komplikasi pada masa nifas /
terkena infeksi. tanda sub involusi.
Pekerjaan juga mempengaruhi 2. Bagi Peneliti
proses penurunan tinggi fundus uteri Dapat menambah wawasan dan
dikarenakan pekerjaan akan pengetahuan dalam
mempengaruhi tingkat pendapatan mengaplikasikan ilmu metodologi
yang akan mempengaruhi factor penelitian yang terkait dengan
yang lainnya. Pendidikan ilmu kebidanan dalam keadaan
mempengaruhi pengetahun dan cara yang nyata.
memahami yang djelaskan oleh 3. Bagi Institusi Pendidikan
bidan. Hasil penelitian ini dapat
Dari uraian diatas tersebut digunakan sebagai referensi bagi
menunjukkan bahwa jenis persalinan peneliti lain terutama dalam
sangat mempengaruhi proses penelitian ibu nifas untuk
penurunan TFU pada ibu nifas. mengatasi keterlambatan
Sehingga pada penelitian ini terdapat penurunan tinggi fundus uteri.
perbedaan penurunan TFU pada ibu 4. Bagi Institusi Rumah Sakit
nifas fisiologis dan ibu nifas post SC. Bagi bidan yang bertugas di
Kesimpulan Rumah Sakit Umum Dr. Soegiri
Setelah menganalisa data dan Lamongan :
melihat hasil analisa maka peneliti a. Melaksanakan observasi
dapat mengambil kesimpulan sebagai terhadap ibu nifas secara
berikut: optimal.
1. Penurunan TFU pada ibu nifas b. Melaksanakan Asuhan
fisiologis di RSUD Dr.Soegiri Kebidanan sesuai dengan
Lamongan hampir seluruhnya prosedur yang ditetapkan.
sesuai dengan waktu yang
ditentukan.

59
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

5. Bagi responden Leveno, Kenneth J, (2009). Obstetri


a. Diharapkan responden mampu Williams Panduan Ringkas.
melaksanakan mobilisasi dini Jakarta: EGC
pada masa nifas.
b. Menganjurkan dan memotivasi Manuaba, Ida Bagus Gde, (2005).
responden untuk memberikan Ilmu Kebidanan Penyakit
ASI eksklusif selama 6 bulan Kandungan dan Keluarga
tanpa makanan pendamping Berencana Untuk Pendidikan
ASI. Bidan. Jakarta: EGC

DAFTAR PUSTAKA Manuaba, Ida Ayu Candranita ,


(2007). Pengantar Kuliah
Arikunto, Suharsimi, (2006). Obstetri. Jakarta: EGC
Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta Mansjoer, Arif, (2005). Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta:
Benson, (2008). Buku Saku Obstetri Media Aesclapius
dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Myles, (2009). Buku Ajar Bidan
Bobak, (2004). Buku ajar Myles. Jakarta: EGC
keperawatan maternitas.
Jakarta: EGC Nasution, (2007). Metode Research.
Jakarta: Bumi Aksara
Cunningham, F. Gary, Gant NF,
Leveno KJ, Gilstrap LC, Notoatmodjo, Soekidjo, (2005).
Hauth JC, Wenstrom KD, Metodologi Penelitian
(2005). Obstetri Williams Kesehatan. Jakarta: Rineka
Edisi 21. Jakarta: EGC Cipta

Hacker, Neville F, (2001). Esensial Nursalam, (2008). Konsep dan


Obstetri dan Ginekologi. Penerapan Metodologi
Jakarta: Hipokrates Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat. Aziz Alimul, (2009).
Metode Penelitian Kesehatan. Oxon, Hary, (2003). Ilmu
Jakarta: Health Books Kebidanan: Patologi dan
Publishing Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan
Kompas, (2012). Faktor - Faktor Essentia Medica
yang Dapat Menyebabkan Prawirohardjo, Sawono, (2002).
Pre Eklampsi. Buku Acuan Nasional
http://anjelgurublogspotcom.b Pelayanan Kesehatan
logspot.com. diakses kamis, Maternal dan Neonatal.
07 Februari 2013 jam 06.16 Jakarta: YBP-SP
WIB

60

Anda mungkin juga menyukai