Anda di halaman 1dari 4

Elsa Salsabila

010001900879

BAB IV SUMBER-SUMBER HUKUM


Sumber hukum dibagi menjadi 2, yaitu : Hukum formil dan materiil. Sumber hukum
materil merupakan sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan hukum yang
mengikat semua orang. Sedangkan sumber hukum formil adalah sumber hukum yang
dilihat dari cara terjadinya hukum positif.
Adapun pembagian sumber hukum sebagai berikut :
1. Perundang-undangan
Undang-undang dalam arti formil ialah keputusan pemerintah yang memperoleh nama
undang-undang karena bentuk, dalam mana ia timbul.

2. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam masyarakat
mengenai suatu hal tertentu. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh
masyarakat, dan kebiasaan itu selalu dilakukan berulang-ulang karena dirasakan sebagai
sesuatu yang memang seharusnya, dan penyimpangan dari kebiasaan tersebut dianggap
sebagai pelanggaran perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat, maka timbulah
suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dalam masyarakat dipandang
sebagai hukum. Untuk timbulnya hukum kebiasaan, diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut:

1. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang (tetap) dalam lingkungan


masyarakat tertentu.
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan, bahwa perbuatan itu
merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Jadi berdasarkan keyakinan bahwa mereka
memenuhi kewajiban hukum.
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

3. Traktat
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih, biasanya memuat
peraturan-peraturan hukum, maka dengan demikian merupakan sumber hukum dalam
arti formil.

4. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan hakim (pengadilan) yang memuat peraturan sendiri,
kemudian diikuti dan dijadikan dasar putusan oleh hakim yang lain dalam perkara yang
sama.
5. Doktrin
Pendapat ahli-ahli hukum yang ternama, yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan. Dalam pertimbangan hukum putusan pengadilan,
seringkali hakim menjadikan pendapat ahli-ahli yang terkenal sebagai alasan
putusannya, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat ahli hukum tersebut.
BAB VI ASAS-ASAS HUKUM DAN SISTEM HUKUM

Asas hukum bukanlah norma hukum atau peraturan hukum yang konkrit, karena asas
hukum adalah landasan/latar belakang dari lahirnya peraturan hukum. Jadi asas hukum
bersifat abstrak yang di dalamnya terkandung nilai-nilai etis. Berikut adalah macam-
macam asas hukum :
1. Asas Legalitas
Menurut pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi ; “Suatu perbuatan tidak
dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan
pidana yang telah ada.” Yang berarti jika subjek hukum telah melakukan
kesalahan/penyimpangan sosial namun belum ada peraturan yang mengatur
maka ia tidak dapat dipidana.
2. Asas Nasional Aktif
Asas ini menyatakan bahwa UU Pidana Indonesia berlaku juga terhadap
WNI yang berada di luar negeri. Asas ini hanya dapat diterapkan apabila dari
kedua Negara sama-sama mengatur mengenai ketentuan tindak pidana
bersangkutan.
3. Asas Nasional Pasif
Asas ini menentukan bahwa hukum pidana suatu Negara berlaku
terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan di luar negeri, jika karena itu
kepentingan tertentu terutama kepentingan Negara dilanggar di luar wilayah
kekuasaan Negara itu.
4. Asas Universal
Asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan pidana yang terjadi
di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk merugikan kepentingan
internasional.
5. Asas Lex Temporis Delicti
Asas yang menyatakan bahwa apabila suatu perbuatan delik telah
diancam oleh hukuman pidana, namun pada suatu waktu terjadi perubahan
mengenai aturan pidana atas tindakan delik tersebut maka kepada terdakwa
diberlakukan aturan yang dianggap paling menguntungkan terdakwa. Asas ini
diatur dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP.
6. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan
Asas ini menyatakan bahwa untuk menjatuhkan pidana kepada orang lain
yang telah melakuka tindak pidana, hanya dapat dilakukan bilamana ada unsur
kesalahan pada diri orang tersebut.
7. Asas Teritorial
Asas ini menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana
di wilayah teritorial Indonesia maka dapat dipidana dengan ketentuan hukum
pidana Indonesia.
8. Asas Presumption of Innocence (praduga Tak Bersalah)
Seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan hakim yang
menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan tersebut memiliki kekuatan
hukum tetap.
9. Asas Similia Similibus
Perkara yang sama harus diputus sama (serupa).
10. Asas Pacta Sunt Servanda
Perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai UU bagi para pihak yang
bersangkutan.
Hukum sebagai sistem menurut Fuller dapat diukur dengan delapan asas yang dikenal sebagai
principles of legality. Delapan asas itu adalah:
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan (bukan hanya
keputusan).
2. Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan.
3. Peraturan tidak boleh ada yang berlaku surut.
4. Peraturan harus dirumuskan dengan susunan kata yang dapat dimengerti.
5. Sistem tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama lain.
6. Peraturan tidak boleh mengandung ketentuan yang melebihi apa yang dapat
dilakukan.
7. Tidak boleh sering merubah peraturan sehingga menyebabkan orang kehilangan
orientasi.
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan
pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai