Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH GEOGRAFI

Tahun Ajaran 2018/2019

“ PEDOSFER “

Disusun oleh

Rizka Aulia Ramadani

Safira Putri Nabilah

Ayu Oktavia

Chantika Puspita Sari


Faktor Pembentuk Tanah
Tanah merupakan lapisan terluar dari kulit bumi yg terjadi dari akibat pelapukan
batuan ataupun bahan bahan organis seperti hewan maupun tumbuhan. namun terkait
dengan faktor apa saja yg mempengaruhi pada proses pembentukan tanah, ada
beberapa faktor yaitu :
1. Faktor iklim, faktor iklim yg dimaksud ialah dimana keadaan suhu atau temperatur
mempengaruhi proses pelapukan pada batuan seperti saat siang hari batuan terkena
panas dan malam hari batuan terkena suhu dingin. akibat dari suhu tersebut maka
batuan akan mengalami pelapukan kemudian di tambah dengan terjadinya hujan maka
proses penghancuran batuan akan semakin cepat. akibat dari penghancuran batuan
maka terbentuklah tanah secara alami akibat faktor iklim.

2. Faktor organisme, terbentuknya tanah akibat pelapukan pada organis seperti


pelapukan pada hewan atau tumbuhan yang kemudian dari hasil pelapukan akan
menjadi tanah yg disebut dengan tanah organis. pada tanah organis biasanya
mengandung banyak humus.

3. Bahan induk, bahan induk merupakan asal dari terbentuknya tanah, dimana tanah
yg terbentuk dari proses pelapukan pada umumnya akan memiliki ciri ciri yang sama
dengan bahan induknya. bahan induk yang berasal dari batuan seperti batua beku,
batuan sedimen, batuan metamorf maupun batuan vulkanik. contoh dari tanah yang
berasal dari bahan induk seperti tanah pasir yang berasal dari batua kuarsa atau pasir
kuarsa.

4. Faktor topografi, faktor topografi akan berkaitan dengan kemiringan sebuah


lereng, dimana semakin miring suatu lereng maka akan semakin cepat terjadinya erosi
dan semakin cepat pula terbentuknya tanah sedimen pada daerah dataran rendah.
5. Waktu, faktor waktu akan mempengaruhi dari proses pembentukan tanah seperti
usia tanah muda, dewasa  dan tanah tua. tanah yang baru terbentuk dapat di
kategorikan sebagai tanah muda sedangkan tanah yg sudah siap di olah atau di
gunakan dianggap sebagai tanah dewasa dan dimana saat tanah mengalami banyak
pencucian dan kekurangan potensi maka tanah tsb dikategorikan sebagai tanah tua.

dari kelima faktor tersebut, faktor yg paling dominan dalam pembentukan tanah yaitu
faktor iklim. sebab dimana faktor iklim sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan
pada batuan atau bahan induk yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu dan
intensitas curah hujan.

Sifat Fisik Tanah


1.    Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan
sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang
terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan
warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya.
Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour
Chartsebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar
atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan
Troen, 1978).
Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan
berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu
terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan
kimiawi.
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan
organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik di
dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan
mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral
seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi
dari warna-warna di atas.

2.    Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi
pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras
dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu
(Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel tanah
dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan
pasir. Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm
infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).

Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka


hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang
beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan
sangat kasar.
Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas
dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat atau
sifat lainnya. Kelompok partikel ini pula disebut dengan “separate tanah”. Analisa
partikel laboratorium dimana partikel-partikel tanah itu dipisahkan disebut analisa
mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah
(Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air,
ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air
(perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat
mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien
dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode
pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan
perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).

3.    Struktur
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang
dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami
disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam
hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup
dan pengaruh permukaan akar. Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.    Bentuk lempung
b.    Bentuk prisma
c.    Bentuk gumpal
d.   Bentuk spheroidel atau bulat

Keempat bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur tanah.
Suatu pengertian tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu
diperhatikan, karena sturktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
dapat berubah karena pengelolaan tanah.

Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive.


Dalam rangka menghasilkan agregat-agregat dimana harus terdapat beberapa
mekanisme dalam mana partikel-partikel tanah mengelompok bersama-sama menjadi
cluster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktural
yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam
kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan
akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase
membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga
kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian
(Hakim et al., 1986).
4.    Kadar Air
Menurut Hakim et al (1986), metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan
jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering. Bobot
tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering bergejolak
dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa
kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman
juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh
meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan
suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan
kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia
pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah,
2005).

5.    Bulk Density ( Kerapatan Isi )


Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya
ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1986). Menurut Hardjowigeno (1987), bulk
density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa
kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling
sering digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang
dicelupkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk
mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi. Ditambahkan oleh Hanafiah
(2005), bahwa nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat.

6.    Ruang Pori Total


Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air.
Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas,
contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores
ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven
merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air
pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya
yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai
porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume
yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir
mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada
komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan
airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir
rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan
proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah atanah
mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.

7.    Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat
kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air,
dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena pengaruh
gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air
hujan pada permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi
adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation).
Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga
berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).

Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :

a.    Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
b.   Kelembaban tanah
c.   Pemampatan tanah oleh curah hujan
d.   Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
e.   Pemampatan oleh orang dan hewan
f.   Struktur tanah
g.   Tumbuh-tumbuhan
h.   Udara yang terdapat dalam tanah
i.    Topografi
j.    Intensitas hujan
k.   Kekasaran permukaan
l.    Mutu air
m.   Suhu udara
n.   Adanya kerak di permukaan

8.    Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi
dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Koefisien permeabilitas terutama
tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel,
bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel,
makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Menurut Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah, pada kenyataan
konduktivitas hidroulik tidak selamanya tetap. Karena berbagai proses kimia, fisika
dan biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah saat air masuk dan mengalir ke
dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks yang dapat
dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi
zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal, bisa sangat merubah konduktivitas
hidroulik.

Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit
berkurang, disebabkan oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga
dipengaruhu oleh jeni-jenis kation yang ada pelepasan dan perpindahan partikel-
partikel lempung, selama aliran yang lam, bisa menghasilkan penyumbatan pori.
Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas
hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi.

9.    Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan
tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan
agregat antara lain bahan-bahan penyemenagregat tanah, bentuk dan ukuran agregat,
serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag
permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di
dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen
pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan
ped dan agregasi.
Sifat Kimia Tanah
1. Derajat Kemasaman Tanah ( pH )
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam
jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH-
lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7
disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah
umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam
dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup
netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering
ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah
sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering
kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung
garam Na (Anonim 1991).
2.C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan
organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan
kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik
dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak
kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun
dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah
penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan
organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan
dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat
mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat
tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).

3.N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a.Bahan organik tanah halus dan kasar
b.pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
c.Pupuk
d.Air Hujan
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan
organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha
pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah
tersebut (Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu
pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil,
asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di
dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi
NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam
bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea
(CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di
dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi.
Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer
dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.
Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
4.P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003).
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan
antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan
mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan
pelindian (Hanafiah 2005).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor
organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di
lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik.
Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman
yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya
berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa
memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah
2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman
terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
5.Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium
merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang
tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung
kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan
larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan
tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan
tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang
melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia
untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.
6.Natrium ( Na )
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang
berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman
terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena
tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan
negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini
merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini,
mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut
tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
7.Kalsium ( Ca )
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari
kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan
batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel,
membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).

8.Magnesium
Magnesium ( Mg ) merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang
khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium (hanafiah 2005).

9.Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah
sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri.
Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat,
jenis mineral liat, bahan organik, dan pengapuran serta pemupukan.Soepardi (1983)
mengemukakan KTK tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta
macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

10.Kejenuhan Basa (KB)


Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH.
Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan
kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid
berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim
1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu
tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada
derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50
%. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan
membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).

Sifat Biologi Tanah


1.    Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi
ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu
sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur
hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia
tanah (Anas 1989).
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks),
tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan
atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air
yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme
pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah.
Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah
terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).

2.    Jumlah Fungi Tanah


Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga
mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur
mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi
bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).
3.    Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran
yang jumlahnya berkisar 103-106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim
Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun
sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi
bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri
dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan
tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa
dijumpai dalam tanah berkisar antara 3-4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah
dengan musim (Soepardi, 1983).

4.    Total Respirasi Tanah


Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama
kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran
respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan
dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N,
hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne (Anas 1989). Penetapan
respirasi tanah didasarkan pada penetapan :
a.    Jumlah CO2 yang dihasilkan,
b.    Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.

Pengukuran respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang
berkaitar dengan. aktifitas mikroba seperti: Kandungan bahan organic, transformasi N
atau P, hasil antara, pH, dan rata-rata jumlah mikroorganisme.

Horizon Tanah
Horizon tanah merupakan lapisan tanah yang kurang lebih posisinya sejajar dengan
permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan atas tanah tersebut ataupun lapisan
dibawahnya yang secara genetik masih ada kaitannya.Horizon tanah terbentuk akibat
proses perkembangan tanah yang terjadi secara terus menerus, sedangkan lapisan
tanah terbentuk akibat proses pengendapan bahan tanah  oleh tenaga geomorfik.
Perbedaan lain antara horizon tanah dengan lapisan tanah adalah pada urutan Horizon
tanah yang dimulai dari permukaan ke bawah diperoleh karena mengikuti logika
pembentukan tanah oleh berbagai proses translokasi, transformasi, pengurangan dan
penambahan atas senyawa kimia dan partikel tanah di dalam profil.
Sedangkan pada pengurutan lapisan tanah mengikuti logika pengendapan material
batuan yang memiliki karakteristik  menurut macam tenaga geomorfik yang
mengendapkannya.
Horizon tanah utama diberi simbol dengan huruf kapital O,A,E,B,C dan R. Simbol
tersebut merupakan penamaan system horizon dan pelapisan.

Setiap horizon memiliki karakteristik tanah yang beragam. Adapun pembagian


jenis-jenis horizon tanah adalah sebagai berikut :
1)      Horizon O

Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri dari
humus daun dan alas. Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik > 20% pada
seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya kandungan bahan organik kurang
dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh bahan mineral. Ada 2 jenis horizon O
yaitu :

a)  O1: bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat berupa  guguran daun-daun dan
puing-puing organik yang belum terombak.

b) O2: bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat merupakan campuran bahan bahan
dan rombakan bahan organik.

2)   Horizon A

Horizon A merupakan horizon di permukaan yang tersusun oleh campuran bahan


organik dan bahan mineral. Horizon A juga disebut sebagai horison eluviasi
(pencucian). Ada 3 jenis horison A, antara lain :

a) A1 : Horizon ini merupakan horizon percampuran antara horizon organik dan
mineral sehingga pada lapisan ini berwarna kelam/ gelap (dark). Keterdapatan bahan
organik pada lapisan ini burujud partikel tersendiri atau bahan organik yang
menyelaputi bahan mineral.

b) A2 : Horizon ini dikenal juga sebagai horizon ”eluviasi” atau lapisan yang
mengalami pencucian secara maksimal. Kation bahan organik, besi, alumunium dan
atau basa lain yang berwarna telah mengalami pencucian dan yang tertinggal adalah
bahan-bahan resisten kuarsa yang kasar dan tidak berwarna, sehingga pada lapisan
iniditandai dengan warna yang pucat/terang/cerah, namun mempunyai tekstur yang
paling kasar dan struktur longgar dibanding dengan lapisan-lapisan lain.

c) A3 Horizon ini merupakan peralihan A ke horizon B atau C dengan ciri warna yang
mendekati horizon A.2. Namun, apabila peralihan kurang jelas dan hanya
menampakkan ciri dan warna campuran maka horizon ini diberi simbol AB jika
beralih ke B, atau AC jika langsung beralih ke C.
3)   Horizon E

Merupakan  lapisan warna terang dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di atas A
Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir dan lumpur, setelah kehilangan sebagian
besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui air tanah (dalam
proses eluviation).  Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horizon yang telah
mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik
tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida)
serta mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.

4)   Horizon B

Horizon B adalah horizon illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi


akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon iluviasi
(penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).

Ciri lain dari lapisan ini ialah :

a) Terdapat konsentrasi residu sesquioksida dan atau lempung yang terbentuk karena
larutnya karbonat atau garam-garam lainnya.

b) Adanya ”alterasi” atau perubahan bahan-bahan dari keadaan asalnya den terbentuk
struktur berbutir (granuler), gumpal (blocky) atau tiang (prismatic).

Ada 3 Jenis Horizon B, yaitu :

a) B1 : Horizon peralihan dengan horizon A yang mempunyai warna dan ciri yang
lebih mendekati warna dan ciri horizon B.

b) B2: Horizon yang paling maksimal menampakkan horizon B, sehingga warnanya


paling kelam/tua,tekstur paling berat dan struktur paling padat.

c) B3: Horizon peralihan dari horizon B ke C atau R dengan warna dan ciri mendekati
warna dan ciri horizon B. Jika horizon percampuran ini sulit dengan horizon di
bawahnya maka diberi simbol BC jika dibawahnya adalah horizon C, dan BR jika
dibawahnya langsung horizon R.

5)   Horizon C

Horizon C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan batuan
induk (R) atau belum terjadi perubahan. Horizon C disebut juga dengan regolith: di
lapisan bawah dan di atas Horizon B R Horizon. Terdiri dari sedikit rusak bedrock-up.
Tanaman akar tidak menembus ke dalam lapisan ini, sangat sedikit bahan organik
yang ditemukan di lapisan ini.

Horizon ini sudah tidak terbagi lagi dimana sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat
horizon O, A, dan B tetapi tersusun atas bahan-bahan yang telah dirubah:

a) Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama,

b)Pemadatan (cementasi) reversibel berupa proses perabuhan, penambahan berat


volume dan sifat-sifat lain dari fragipan (padas),

c) Gleysasi,

d) Penimbunan dan pemadatan karbonat kapur atau Mg atau garam-garam lain yang
terlarut,

e) Pemadatan bahan-bahan silikat dan alkali besi dan silika.

6)   Horizon R

Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa
batuan.

Dalam profil tanah terdapat 4 batas peralihan horizon yang terlihat secara visual
dalam beberapa kategori, yaitu :
a) Batas horizon nyata, apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,

b)Batas horizon  jelas, apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 2,5 cm
sampai 6,5 cm,

c) Batas horizon  berangsur, apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 6,5
cm sampai 12,5 cm, dan

d) Batas horizon  baur, apabila peralihan terjadi dengan jarak lebih dari 12,5 cm.

Bentuk topografi dari batas horizon dalam profil tanah yang terlihat secara visual
dibagi dalam 4 kategori, yaitu: (1) bentuk topografi datar, (2) berombak, (3) tidak
teratur, dan (4) terputus.

  Menurut Kemas (2012), meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi
tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya
memiliki ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija, dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh
karena itu, istilah kesuburan tanah[5] biasanya mengacu kepada ketersediaan hara
pada lapisan setebal ini, yang biasa disebut lapisan olah. Namun bagi tetanaman
perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang  lapisan tanah bawah
juga akan menjadi sumber hara dan air.

Jenis dan Persebaran Tanah di Indonesia


1. Tanah Aluvial
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya
yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena
dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Karakteristik
Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti
jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan
mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk
mencangkulnya.
Persebaran
Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua
dan jawa.

2. Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk karena
adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk
tanaman.

Karakteristik
Warna dari tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral,
unsure hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini sangat
cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia. persebaran tanah andosol
biasanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung berapi.
Persebaran
Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah cincin api banyak terdapat tanah
andosol seperti di daerah jawa, bali, sumatera dan nusa tenggara.
3. Tanah Entisol

Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya merupakan
pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu,
pasir, lahar, dan lapili.
Karakteristik
Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih muda. Tanah ini
biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi bisa berupa permukaan tanah
tipis yang belum memiliki lapisan tanah dan berupa gundukan pasir seperti yang ada di
pantai parangteritis Jogjakarta.
Persebaran
Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi seperti di
pantai parangteritis Jogjakarta, dan daerah jawa lainnya yang memiliki gunung berapi.

4. Tanah Grumusol

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat
disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.
Karakteristik
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan
memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya
berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan
memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah
yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan.
Persebaran
Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati,
Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena
teksturnya yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.

5. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan.


Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur.
Karakteristik
Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya
yang sangat subur dan baik untuk tanaman. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral
yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman.
Persebaran
Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia
meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari
Sulawesi.
6. Tanah Inceptisol

Inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak
kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini
juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.

Karakteristik
Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari
25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan
seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti
karet.
Persebaran
Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di sumatera,
Kalimantan dan papua.

7. Tanah Laterit
Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi dan
alumunium. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup fimiliar di berbagai
daerah, terutama di daerah desa dan perkampungan.
Karakteristik
Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga tidak cocok
untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena kandungan yang ada di dalamnya pula.
Persebaran
Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan
Jawa Timur.

8. Tanah Latosol

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada
ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak
terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.
Persebaran
Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat,
Bali dan Papua.
9. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan
tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya
vulkanisme.

Karakteristik
Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon
supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. tekstur tanah litosol
bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.
Persebaran
Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di
bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.

10. Tanah Kapur

Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami
pelapukan.
Karakteristik
Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak
subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun jika
ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras
lainnya.
Persebaran
Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta, dan
di daerah pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara
Timur.

11. Tanah Mergel

Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur, namun
dicampur dengan berbagai bahan lainnya yang membedakan adalah ia lebih mirip
seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan
mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.
Karakteristik
Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu juga
terdapat banyak mineral dan air di dalamnya.
Persebaran
Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo (Jawa Tengah),
Madiun dan Kediri (Jawa Timur).
12. Tanah Organosol

Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda organic seperti tumbuhan, gambut
dan rawa. Biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki curah
hujan tinggi.

Karakteristik
Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki diferensiasi
horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah organosol lebih dari 30%
dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang berpasir. Kandungan unsur hara
rendah dan memiliki tingkat kelembapan rendah (PH 0,4) saja.
Persebaran
Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di seluruh pulau
di Indonesia seperti sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa tenggara.

13. Tanah Oxisol

Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium oksida.
Tanah jenis ini juga sering kita temui di daerah tropis di Indonesia dari daerah desa
hingga perkotaan.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang dangkal dan
ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja. warnanya merah hingga kuning dan
memiliki tekstur halus seperti tanah liat.
Persebaran
Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk perkebunan
subsisten seperti tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.

14. Tanah Padas

Tanah padas sebenarnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah karena sangat keras
hampir seperti dengan batuan.
Karakteristik
Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena tanah padas
sangat padat bahkan tidak ada air. Unsur hara yang ada di dalamnya sangat rendah dan
kandungan organiknya sangat rendah bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak
cocok digunakan untuk bercocok tanam.
Persebaran
Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara merata.

15. Tanah Pasir

Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari batuan pasir.  Tanah
ini biasanya banyak di daerah sekitar pantai atau daerah kepulauan.
Karakteristik
Tanah pasir tidak memiliki kandungan air dan mineral karena teksturnya yang
sangat lemah. Tanah pasir akan sangat mudah ditemukan di daerah yang berpasir di
Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu negara dengan
jumlah tanah pasir terluas di dunia. Jenis tanaman yag cocok untuk tanah ini adalah
umbi-umbian.
Persebaran
Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.

16. Tanah Podsol

Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga bebatuan
kecil.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan profil,
warnanya kuning hingga kuning keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung.
Kandungan organiknya sangat rendah karena terbentuk dari curah hujan yang tinggi
tapi suhunya rendah.
Persebaran
Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan
papua serta daerah lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.
17. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah ini sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia karena persebarannya
yang hampir rata.
Karakteristik
Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta mineralnya akan
sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan. Oleh karena itu untuk
menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang memberikan zat organic untuk
kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani.
Persebaran
Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta dapat ditemukan di
Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa bagian barat.

18. Tanah Liat 
Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran dari aluminium serta silikat
yang memiliki diameter tidak lebih dari 4 mikrometer. Tanah liat terbentuk dari
adanya proses pelapukan batuan silika yang dilakukan oleh asam karbonat dan
sebagian diantaranya dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Karakteristik
Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya
digunakan untuk membuat kerajinan hingga keperluan lainnya. Tanah liat biasanya
memiliki warna abu abu pekat atau hampir mengarah ke warna hitam, biasanya
terdapat di bagian dalam tanah ataupun di bagian permukaan.
Persebaran
Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, hanya
yang membedakannya adalah kedalaman tanah tersebut. Selain 18 Jenis tanah ada 10
jenis tanah lainnya yang ada di Indonesia ataupun di dunia.
Upaya Melestarikan Kesuburan Tanah
Pendekatan konsep geografi yang benar akan memudahkan dalam merawat tanah.
Tanah merupakan lapisan bumi yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Oleh
karena itu sangat wajib untuk merawat tanah supaya lebih subur dan tidak mudah
rusak karena dapat menjadi penyebab banjir atau bencana lainnya seperti erosi
tanah (Baca  :  Cara mencegah erosi tanah) dan tanah longsor (Baca : cara mencegah
tanah longsor). Cara yang dapat dilakukan antara lain:

 Melakukan Pemupukan

Pemupukan yang harus dilakukan tidaklah menggunakan pupuk kimia namun


menggunakan bahan organic. Seperti dengan menanami tanah dengan tumbuhan dan
nantinya tumbuhan akan menghasilkan kandungan yang dibutuhkan oleh tanah. Jadi,
jangan segan untuk menanam pohon ya, selain baik untuk alam karena memproduksi
oksigen juga sangat baik untuk keberlangsungan kehidupan manusia.

 Rotasi Tanaman

Lakukanlah rotasi tanaman supaya tanah tidak kehilangan keseimbangannya karena


diambil beberapa zat nya saja sedangkan zat lainnya tetap ada. Rotasilah tanaman
supaya tanah juga bisa menjadi lebih subur.

 Mengolah Sampah

Bila anda memiliki sampah plastic jika sudah tidak bisa didaur ulang sebaiknya untuk
membakarnya saja. hal ini dikarenakan plastik tidak mudah diuraikan dan
membutuhkan waktu lama hingga 100 tahun. Jadi, bisa dibayangkan jika anda
membuang sampah plastik sembarangan dan akibatnya pada kesuburan tanah.
Tanah adalah nyawa seluruh penduduk bumi, ia juga merupakan penopang langkah
kita berpijak di bumi. Oleh karena itu ia wajib kita jaga bersama sama.

 
 

Anda mungkin juga menyukai