TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Tekananan darah adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer
karena termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak
dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi
memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal.
2.1.2 Klasifikasi
Tekanan darah adalah gaya (dorongan) darah ke dinding arterial saat
darah dipompa keluar untuk dapat mengalirkan darah dari jantung ke
seluruh darah. Ada tiga pengolonggan tekanan darah yaitu hipotensi,
tekanan darah normal dan hipertensi. Hipertensi adalah gangguan yang
terjadi akibat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik di atas
140/90 mmHg (Dini Afriani Khasanah, 2018)
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder yang meliputi 5% dari hipertensi disebabkan
oleh suatu kelainan spesifik ada salah satu organ atau sistem tubuh.
Hipertensi sekunder merupakan persisten akibat kelainan dasar kedua
selain Hipertensi Primer atau esensial. Hipertensi ini diketahui
penyebabnya dan sekitar 5% dari semua kasus Hipertensi. Hipertensi
sekunder memiliki pathogenis yang spesifik. Hipertensi sekunder
dapat terjadi pada invidu dengan usia sangat muda tanpa disertai
riwayat. Hipertensi dalam keluarga. Individu dengan hipertensi
pertama kali pada usia diatas 50 tahun.
2.1.4 Patofisiologi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks
menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta
pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua
faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir
dan tahanan pembuluh darah perifer.Darah yang mengalir ditentukan
oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi
dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan
dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh
darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah; makin besar
dilatasinya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, makin
menyempit pembuluh darah, makin meningkat tekanan darah. Dilatasi
dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan Oleh sistem saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin.
2.1.6 Komplikasi
Bahwa Tekanan Darah Tinggi apabila tidak diobati maka dalam jangka
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dan arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat
terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
a. Jantuk
b. Diabetes mellitus
c. Ginjal
2.1.7 Penatalaksaan
Penatalaksaan hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu penatalaksaan
nonfarmakologi dan penatalaksaan farmakologi yaitu :
A. Terapi Non-Farmakologi
Penalataksanaan hipertesni dengan nonfarmakologi terdiri menjadi
macam modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekana darah, yaitu:
5) Olahraga
Untuk menurunkan tekanan darah tinggi perlu melakukan olahraga
minimal 30 menit dalam 2 sampai 3 kali dalam 1 minggu.
Olahraga ringan yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi seperti renang, berjalan cepat, jogging, bersepeda, dan
senam. Saat ini ada program pengelolan penyakit kronis
(Ploranis), dalam kegiatan ploranis terdapat senam ploranis yang
dilaksanakn 1 minggu sekali.
B. Terapi Farmakologi
Berdasarkan cara kerja otot hipertensi dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu : golongan diuretic, ACE Inhibator, Angiotensin II,
betabloker dan kalsium.
2.1.8 Hasil Peneliti
2) Umur
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi
lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur (Kartikasari, 2012)
3) Status pasangan
Status pasangan didefinisikan sebagai keadaan responden
berdasarkan ada dan tidaknya pendamping hidup (suami/istri)
dalam kehidupan sehari-hari.Status pasangan memiliki
hubungan 69,2% dengan kejadian hipertensi tidak terkendali.
Status pasangan yaitu ada (pasangan menikah, belum menikah,
duda, janda (Artiyaningrum, 2015)
4) Pendidikan
Pendidikan ini dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang
dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya
adalah yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan
makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok bahan makanan lain. Kelompok orang
dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih
bahan makanan sumber protein dan akan berusaha
menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Devi catur,
2015)
2) Aktivitas fisik
Didefinisikan sebagai segala pergerakan tubuh yang dilakukan
oleh muskuloskeletal yang membutuhkan pengeluaran energi.
Istilah “aktifias fisik” berbeda dengan “olah raga”. Olah raga
adalah subkategori dari aktifitas fisik yang direncanakan,
terstruktur, berulang dan bertujuan untuk meningkatkan atau
menjaga salah satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
Aktifitas fisik meliputi olah raga serta kegiatan lainnya yang
melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari
bermain, bekerja, berkendaraan aktif, mengerjakan tugas-tugas
rumah (Trisna, 2015).
3) Komsumsi Kopi
Kopi dan soft drink seperti cola merupakan minuman yang
mengandung kafein. Komsumsi minuman berkafein seperti
kopi, bias digunakan untuk menambah kosentrasi. Seseorang
yang pantang untuk mengkomsumsi kopi memiliki hipertensi
yang lebih rendah dari pada yang mengkomsumsi kopi sedikit
atau >0-3 cangkir sehari memiliki resiko hipertensi yang lebih
rendah (Sari Estiningsih, 2012)
4) Merokok
Merokok merupakan kegiatan yang mudah dijumpai dimana
saja. Merokok seakan telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari. Tidak hanya orang tua, remaja bahkan anak-anak
ada yang merokok,baik laki-laki ataupun
perempuan.Masyarakat sering menyajikan rokok sebagai
pendamping makanan dan minuma nserta bagian dari upacara
adat, memberirokoksebagai imbalan juga sudah umum ditemui
(Lina Dwi, 2016)
5) Komsumsi Garam
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah
ketika semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota,
merupakan akibat dari banyaknya garam yang di
makan.Masyarakat yang mengkonsumsi garamyang tinggi
dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan
darah yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya,
masyarakat yang konsumsi garamnya rendah menunjukkan
hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit,
seiring dengan bertambahnya usia (Siti Widyaningrum, 2012)
2.2 Ploranis
2.2.1 Pengertian
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien (bpjs kesehatan, 2014)
2.2.2 Tujuan
Tujuan diadakan Ploranis adalah mendrorong peserta penyadang
penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indicator 75%
peserta terdaftar yang berkunjung ke faskes tingkat pertama memiliki
hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit Hipertensi dan
DM tipe 2 sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit (bpjs kesehatan, 2014).
3. Home Visit
Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta
Ploranis untuk pemberian informasi / edukasi ksesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta Ploranis dan keluarga.
Arista Novian. (2013). KEPATUHAN DIIT PASIEN HIPERTENSI ( Studi Pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2013 ) Arista Novian.
https://doi.org/10.1533/9780857099891.335
Devi catur. (2015). komsumsi makanan obesitas sentral kejadian hipertensi di puskemas patrang
kabupaten jember.
Dini Afriani Khasanah. (2018). Efektivitas Progressive Muscle Relaxation Therapy Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Sistolik pada Wanita Lanjut Usia dengan Hipertensi Primer,
(2013), 162–169.
Kartikasari, N. A. (2012). Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul,
Kabupaten Rembang. Media Medika Muda.
Lina Dwi. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Demak. Skripsi, 1–67.
Roy Abdul. (2018). PENGARUH DIIT RENDAH GARAM TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA LANSIA.
Sari Estiningsih. (2012). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Faktor Lain Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Kelompok Usia 18-44 Tahun Di Kelurahan Sukamaju Depok Tahun 2012.
Karya Ilmiah, 127(3), 287–301. Retrieved from http://lontar.ui.ac.id/file?
file=digital/20315131-S-Hayyu+Sari+Estiningsih.pdf
Trisna. (2015). Gambaran Karakteristik Anak Obesitas di Kelas 4-6 SD di SDN III Cirendeu.
Fakultas Kedokteran Dan IImu Kesehatan. IImu Keperewatan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta, 1–42. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/29009
Zulhaida Lubis. (2018). Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet
Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan, 11(1), 9–
17. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v11i1.5107