Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KREDIT

MAKALAH MANAJEMEN PERBANKAN


“ Makalah Manajemen Kredit “ ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok mata
kuliah Manajemen Perbankan Semester VI Program Studi Manajemen

DOSEN PENGAMPU :

Nisfu Laili, SE, MM.

OLEH :

Dziqi Mahendra Y - 16106620088

Sirojudin Zuhri - 16106620103

Triskha Mei Lia - 16106620080

Vicky Oktavia Alfin - ......................

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
BLITAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang :

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengolaannya, bank wajib mematuhi


kebijaksananaan perkreditan yang telah dibuat secara konsekuen dan konsisten.
Kebijsanaan perkreditan tersebut sudah diterapkan dan dilaksanakan sejak tanggal 1
Januari 1996. Bagi bank yang telah mempunyai pedoman tersebut dengan
memperhatikan semua aspek-aspek yang telah dijelaskan. Sedangkan bagi bank yang
baru memperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta melaksanakan
kebijaksanaan perkreditan sejak memulai melakukan usahanya.

Apabila dalam pelaksanaanya ternayata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan
kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka BI akan memberikan
sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang telah berlaku.

Pedoman tersebut wajib dibuat mengingat bahwa sesuai dengan pengertian kredit,
maka lingkup pemberian kredit mencakup banyak aspek dan mengandung resiko yang
bervariasi, baik langsung maupun tidak langsung.

2. Rumusan Masalah :

1. Apa pengertian dari manajemen kredit ?


2. Apa saja macam – macam kredit ?
3. Bagaimana ketentuan penetuan besarnya kredit ?
4. Bagaimana kebijakan bank dalam memberikan kredit ?
5. Bagaimana sistem pemberian kredit ?
6. Apa saja fungsi kredit ?

3. Tujuan Penulisan :

1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen kredit


2. Untuk mengetahui macam – macam kredit
3. Untuk mengetahui ketentuan penetuan besarnya kredit
4. Untuk mengetahui kebijakan bank dalam memberikan kredit
5. Untuk mengetahui sistem pemberian kredit
6. Untuk mengetahui fungsi kredit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen Kredit

Kata kredit berasal dari kata yunani “credere” yang berarti kepercayaan dalam
kebenaran. Menurut Prof Dr.H. Veithzal Rival, M.B.A dkk. (2005:3) “kredit adalah
penyerahan barang jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur) atas dasar kepercayaaan kepada
pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pembari kredit pada
tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.  Kemudian pengertian kredit dilakukan
oleh pemerintah dengan dikeluarkan undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang mendefinisikan
pengertian kredit adalah sebagai berikut (pasal 1 ayat 12 adalah): penyediaan uang atau
tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutang nya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.

Loan management atau manajemen kredit adalah kegiatan bank untuk mengalokasikan
dananya dalam bentuk pinjaman yang diberikann atau kredit atau memperoleh keuntungan
(profitability) dengan memperhatikan tingkat keamanannya (safety) . pada bank yang
beroperasi berdasarkan bagi hasil menurut syariah islamseperti bank muamalat indonesia dan
BPK syariah pinjaman atau kredit ditarikan sebagai bentuk pembiayaan

Dalam alokasi dana bank, kredit menepati prioritas ketiga namun yang paling besar
dibandingkan alokasi dana untuk aktiva lainnya, sampai saat ini bank umum menyalurkan
rata-rata 70% sampai 90% dari dana yang berhasil dihimpunnya disalurkan untuk kredit.
Demikian juga pendapatan bank, sebagian besar bersumber dari pemberian kredit.
Seperti yang telah dijelaskan di atas dana pinjaman atau kredit yang diperoleh oleh
perusahaan memiliki manfaat yang sangat besar dalam hal pemenuhan dana. Pertimbangan
utama perusahaan untuk memperoleh pinjaman tersebut adalah bahwa memang dana tersebut
sangat dibutuhkan (sesuai pemnafaatnya). Artinya jangan sampai dana yang dibutuhkan
melebihi kebutuhan yang sesungguhnya, sehingga ada dana yang menganggur, sementara
beban bunga terus dibayar. Kalau ini yang terjadi justru akan menjadi beban bagi si penerima
pinjaman uang.

Di Indonesia pengertian kredit dibagi menjadi dua sesuai dengan jenis bank yang ada saat ini,
yaitu:

1.      Kredit bagi Bank Konvensional (Barat)

2.      Pembiayaan bagi Bank Syariah (Islam)


Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Kredit adalah :

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

 Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam praktiknya kredit atau pembiayaan yang disalurkan
oleh bank maupun kredit perdagangan memilki unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan, unsur-unsur yang terkandung dala pemberian suatu kredit adalah :

1.      Kepercayaan

2.      Kesepakatan

3.      Jangka waktu

4.      Risiko (degree of risk)

5.      Balas jasa

2.2 Macam – Macam Kredit

Macam-macam kredit atau jenis-jenis kredit diklasifikasikan antara lain sebagai


berikut.

1.   Macam-Macam Kredit Berdasarkan Kelembagaan :

1. Kredit Perbankan, adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat oleh bank


negara atau swasta untuk kegiatan usaha atau konsumsi 
2. Kredit Likuiditas, ialah kredit yang diberikan kepada bank-bank beroperasi di
Indonesia oleh bank-bank sentral yang difungsikan sebagai dana dalam membiayai
kegiatan perkreditannya. 
3. Kredit Langsung, yaitu kredit yang diberikan kepada lembaga pemerintah atau
semi pemerintah (kredit program) oleh BI. 
4. Kredit Pinjaman Antarbank, adalah kredit yang diberikan oleh bank yang kelebihan
dana kepada bank yang kekurangan dana. 

2.   Macam-Macam Kredit Berdasarkan Jangka Waktu:

1. Kredit Jangka Pendek (Short term loan), adalah kredit yang berjangka waktu
maksmium satu tahun. Bentuknya berupa kredit direkening koran, kredit penjualan,
kredit wesel, dan kredit pembeli serta kredit modal kerja. 
2. Kredit Jangka Menengah (Medium term loan), ialah kredit yang jangka waktu
antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. 
3. Kredit Jangka Panjang, adalah kredit yang memiliki waktu lebih dari tiga tahun.
Umumnya berupa kredit investasi yang dedidikirawan dengan tujuan menambah
modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi
(perluasan), dan pendirian proyek baru.
 
3.   Macam-Macam Kredit Berdasarkan tujuan atau Penggunaannya

1. Kredit Konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk pemenuhan


kebutuhan sendiri dan dengan keluarganya, misalnya kredit mobil, dan rumah
untuk dirinya dan keluarganya. Kredit ini sangat tidak produktif
2. Kredit Modal Kerja atau Kredit Perdagangan, ialah kredit yang digunakan untuk
menambah modal usaha debitur. Kredit produktif 
3. Kredit Investasi, adalah kredit yang digunakan untuk investasi produktif, tetapi
baru menghasilkan jangka waktu yang relatif lama. Kredit yang biasanya
diberikan grace period, seperti kredit perkebunan kelapa sawit dan lain
sebagainya. 

4. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Aktivitas Perputaran Usaha:

1. Kredit Kecil, ialah kredit yang diberikan kepada penguasa kecil, misalnya KUK
(Kredit usaha kecil). 
2. Kredit Menengah, adalah kredit yang diberikan kepada penguasa dengan aset yang
melebihi dari penguasa kecil.   
3. Kredit Besar, adalah kredit yang pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit
yang diteirma oleh debitur. 

5. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Jaminannya

1. Kredit Tanpa Jaminan atau kredit blanko (unsecured down), adalah


pemberian kredit dengan tanpa jaminan materiil (agunan fisik), pemberian
sangat selektif yang ditujukan untuk nasabah besar yang telah teruji
bonafiditas, kejujuran, dan ketaatannya, baik dalam traksaksi perbankan
mapun oleh kegiatan usaha yang dijalaninya. 
2. Kredit Jaminan, ialah kredit untuk debitur yang didasarkan dari keyakinan
atas kemampuan debitur dan adanya agunan atau jaminan berupa fisik
(collateral) sebagai jaminan tambahan. 
6. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Macamnya:

1. Kredit Aksep, ialah kredit untuk bank yang berupa pinjaman uang, seperti plafond
kredit (L3 atau BMPK)-nya 
2. Kredit Penjual, adalah kredit untuk penjual dan pembeli, artinya barang yang telah
dterima pembayaran kemudian. Misalnya Usanse L/C,  
3. Kredit Pembeli, adalah pembayaran telah dilakukan penjual, namun barangnya
diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka, seperti red clause L/C.
 
7. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Sektor Perekonomiannya:

1. Kredit Pertanian, adalah kredit untuk perkebunan, peternakan dan perikanan  


2. Kredit Pertambangan, ialah kredit untuk beraneka macam pertambangan 
3. Kredit Ekspor-Impor, yaitu kredit untuk eksportir dan importir macam-macam
barang. 
4. Kredit Koperasi, adalah kredit untuk jenis-jenis koperasi
5. Kredit Profesi, adalah kredit untuk macam-macam profesi, misalnya dokter dan
guru. 
6. Kredit Perindustrian, adalah kredit untuk macam-macam industri kecil, menengah
dan besar. 
8. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan :

1. Kredit Rekening Koran, adalah kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat,
besarnya sesuai dengan kebutuhan yang penarikannya dengan cek, bilyet, giro atau
pemindahbukuan, pelunasan dengan melakukan setoran-setoran tersebut.  
2. Kredit Berjangka, ialah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar plafondnya.
Pelunasan kredit dengan cara setelah jangka waktunya habis yang dapat dilakukan
dengan mencicil atau perjanjian.  
9. Macam-Macam Kredit Berdasarkan Cara Pemakaiannya 

1. Kredit Rekening Koran Bebas. adalah kredit yang dibitur menerima seluruh dari
kreditnya dengan bentuk rekening koran kepadanya diberikan blangko cheque dan
rekening korannya pinjamannya diisi berdasarkan besarnya kredit yang diberikan,
debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan.  
2. Kredit Rekening Koran Terbatas, ialah kredit dengan adanya pembatasan tertentu
bagi nasabah dalam melakukan penarikan uang rekeningnya. seperti pebmerian
kredit dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang cartal dilakungan
berangsur-angsur.  
3. Kredit Rekening Koran Aflopend, yaitu penarikan kredit yang dilakukan dengan
arti maksimum kredit di waktu penarikan pertambah sepenungnya dengan
digunakan oleh nasabah.  
4. Revolving Kredi, adalah sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening koran
bebas dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya
berbeda. 
5. Term Loans, ialah sistem penggunaan dan pemakaian kredit yang fleksibel artinya
nasabah dapat bebas menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan bank
tdak mau tentang hal itu.

2.3. Ketentuan Penetuan Besarnya Kredit

Dalam praktik perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang


ditetapkan oleh Bank Indonesia, penentuan besarnya kredit dipengaruhi oleh ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

1. Reserve Requirement (RR)


Reserve Requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan
sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib
minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada bank Indonesia.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
  

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
3. Batas Maksimum Pemberian Kredit
Batas maksimum pemberian kredit adalah ketentuan tentang tidak diperbolehkannya
suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah tunggal maupun kepada
nasabah grup) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang
bersangkutan.Pembatasan penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank
yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit  (BMPK). BMPK
mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan. Pengaturan tersebut selanjutnya
dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
7/3/PBI/2005 tentang Batas Pemberian Kredit Bank Umum. Berdasarkan PBI
tersebut, BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan
terhadap modal bank.Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase
BMPK yang diperkenankan dengan persentase penyediaan dana terhadap modal bank
pada saat pemberian penyediaan dana. Sementara, pelampauan BMPK adalah selisih
lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase penyediaan
dana terhadap modal bank pada saat tanggal laporan.Tujuan ketentuan BMPK adalah
untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta memelihara
kesehatan dan daya tahan bank, dimana dalam penyaluran dananya, bank diwajibkan
mengurangi risiko dengan cara menyebarkan penyediaan dana sesuai dengan
ketentuan BMPK 3 vide Pasal 1 angka 2 PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum 5 yang telah ditetapkan sedemikian rupa
sehingga tidak terpusat pada peminjam dan atau kelompok peminjam tertentu.
4.  Portofolio Investment
Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah
dana tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment). Alokasi dana bank ke
dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam
bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu.

2.4. Kebijakan Bank Dalam Memberikan Kredit

Dalam Pemberian kredit maka suatu bank harus merasa yakin bahwa kredit yang
diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan diperoleh dari hasil penilaian kredit
sebelum kredit tersebut disalurkan. Kegiatan perkreditan dapat berjalan lancar jika
rangkaian peraturam-peraturan yang ditetapkan secara lisan dan tulisan yang menjadi
syarat utama dalam pemberian kredit disebut sebagai kebijakan kredit ( Credit
Policy ) yang disusun secara profesional dan dipergunakan sebagai pedoman kerja
penerimaan dan penyaluran kredit .
Berdasarkan uraian tersebut maka kebijakan kredit adalah seperangkat keputusan
yang melengkapi periode kredit, kredit standard, prosedur pengumpulan piutang dan
potongan yang ditawarkan oleh bank.
Dalam menetapkan kebijakan kredit tersebut harus diperhatikan 3 azas utama
yaitu ;
1. Azas Likuiditas
Azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditas,
karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan kehilangan kepercayaan.
2. Azas Solvabilitas
Menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit
sehingga dalam kebijakan kredit bank harus pandai mengatur penanaman dana
baik dalam bidang perkreditan maupun surat berharga pada suatu tingkat
resiko kegagalan sekecil mungkin.
3. Azas Rentabilitas
Azas yang mengharuskan bank untuk memperoleh laba baik untuk
mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan pengembangan
dirinya.

2.5. Sistem Pemberian Kredit

Sistem dan prosedur Bank dalam pemberian kredit kepada nasabah dihadapkan
pada masalah yang kompleks. Perkreditan mempunyai sifat kasuastis yang artinya masing
– masing calon debitur mempunyai permasalahan spesifik berbeda secara materil antara
satu nasabah dengan nasabah lain.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan dan penanganan yang secara berbeda dan
memperhatikan ciri- ciri khusus dari kredit sistem dan prosedur dalam pemberian kredit
dibagi atas beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi nasabah apabila
hendak mengajukan kredit, yaitu antara lain :
- Mengajukan permohonan / mengisi daftar isian yang disediakan bank dan
ditandatangani secara lengkap dan sah.
- Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis kredit (
perijinan perusahaan, NPWP untuk kredit sepuluh juta keataas ).
- Persyaratan khusus lainnya ( misalnya telah menjadi nasabah giro
sekurang-kurangnya 3 bulan
Permohonan kredit akan berupa :
a. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit
b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan
c. Permohonan perpanjangan / pembaharuan masa laku kredit yang telah
berakhir.
d. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang
sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan perubahan / pengunduran
jadwal angsuran tersebut.
Setiap permohonan kredit harus dicatat dalam register yang tersedia.
Permohonan kredit harus lengkap sesuai persyaratan yang ditetapkan.
2. Tahap Penilaian / analisis

Pada tahap ini merupakan persiapan pemutusan kredit, pengumpulan data,


penilaian data beserta memeriksa kelapangan yang sebaiknya tidak diberitahukan kepada
nasabah sehingga pada saat meninjau dapat dilihat kondisi keadaan di lapangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
Analisis kredit pada dasrnya dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5 C
( 5 C Credit Analysis ) yang meliputi :
1. CHARACTER
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk
mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di
kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan
yang telah terjalin antara Bank dan calon debitur atau informasi yang
diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian dan perilaku
calon debitur dalam kehidupan kesehariaannya.
2. CAPACITY
Penilaian kemampuan disini adalah bahwa bank harus meneliti keahlian calon
debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank
yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat,
sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu dapat melunasi atau
mengembalikan pinjamannya .
3. CAPITAL
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh
mengenai masa lalu dan masa yang akan datang , sehingga dapat diketahui
kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek
atau usaha calon debitur yang bersangkutan untuk memastikan bahwa
nasabah mempunyai modal yang cukup apabila terjadi kerugian.
4. COLLATERAL
Penilaian terhadap agunan juga perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa
agunan yang diserahkan cukup untuk menutup risiko kredit yaitu apabila
tidak dapat melunasi kredit yang diberikan.
5. CONDITION OF ECONOMIC
Dalam memberikan kredit Bank juga harus menganalisis keadaan pasar di
dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun masa yang akan datang
sehingga dapat memastikan apakah keadan perekonomian bersifat menunjang
atau menghambat usaha nasabah yang dapat berpengaruh atas kelancaran
kredit yang diberikan.
Selain memperhatikan Prinsip 5 C’s, dalam memberikan kredit juga menerapkan
apa yang dinamakan dengan prinsip 5 P yaitu :
a. Party ( para pihak )
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian
kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “ kepercayaan
“ terhadap para pihak, dalam hal ini debitur yaitu bagaimana karakternya dan
kemampuannya.
b. Purpose ( tujuan )
Tujuan dan pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur
harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif yang
benar-benar dapat menaikkan income perusahaan dan harus pula diawasi agar
kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan
dalam suatu perjanjian kredit.
c. Payment ( pembayaran )
Dalam pemberian kredit juga harus diperhatikan apakah sumber pembayaran
kredit dan calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan
demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat
dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan jadi harus diihat dan
dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti debitur punya sumber
pendapatan dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar
kembali kreditnya.
d. Profitability ( perolehan laba )
Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu
pemberian kredit. Untuk itu kreditur harus berpartisipasi apakah laba yang
akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan
apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali kredit,
cash flow dan sebagainya.
e. Protection ( Perlindungan )
Dalam pemberian suatu kredit diperlukan perlindungan oleh perusahaan
debitur, untuk itu perlindungan dan kelompok perusahaan, atau jaminan dan
holding atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan
terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal diluar prediksi semula.
Disamping menggunakan prinsip pembeian kredit diatas, dalam memberikan
kredit juga harus menggunakan prinsip 3 R, yaitu ;
a. Returns ( hasil yang diharapkan )
Return, yakni hasil yang diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit
telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur artinya
perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga,
ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti
untuk cash flow, kredit lain jika ada dan sebagainya.
b. Repayment ( pembayaran kembali )
Kemampuan bayar dan pihak debitur tentu saja juga mesti dipertimbangkan.
Dan apakah kemampuan bayar tersebut match dengan schedule pembayaran
kembali dan kredit yang akan diberikan itu.
c. Risk bearing ability ( kemampuan menanggung resiko )
Sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko.
Misalnya dalam hal terjadi hal-hal diluar antisipasi kedua belah pihak.
Terutama yang menyebabkan timbulnya kredit macet.

3. Tahap Pemutusan kredit


Setiap pemberian kredit harus dibuat suatu perjanjian tertulis anatara bank dan si
penerima kredit. Isi perjanjian kredit mencantumkan segala hak dan kewajiban kedua
belah pihak. Hal-hal yang tertera dalam perjanjian kredit adalah:
a. Maksimum Kredit
Jumlah yang tertera dalam maksimum kredit (line of credit) adalah jumlah
tertinggi yang diizinkan kepada si penerima kredit. Jumlah ini berdasarkan
perhitungan kalkulasi kredit dalam aspek finansial.
b. Jangka Waktu
Sesuai dengan persetujuan antara pihak bank dan dibitur,maka ada kredit
yang jangka waktu pendek, menengah, dan panjang.
c. Keperluan Kredit
Isi perjanjian kredit dicantumkan tujuan keperluan kredit sesuai dengan
bidang usaha debitur berdasarkan target produktivitas yang akan dicapainya
d. Bunga (propisi)
Propisi kredit adalah suatu beban yang dikenakan kepada debitur sebagai
akibat dari perjanjian kredit yang dibuat. Propisi harus dibayar secara kontan
oleh debitur pada saat pencairan kredit
e. Bea Materai
Sesuai dengan aturan bea materai maka setiap pemberian kredit dikenakan
bea materai ½ % (setengah per seratus) dan maksimum kredit yang
diberikan,jumlah tersebut kemudian disetorkan ke kas negara
f. Bentuk Kredit
Berdasarkan perjanjian antara pihak bank dan debitur, dapat memilih
rekening koran bebas , rekening koran terbaru atau aficfeend rekening Koran.
g. Cara Penarikannya dan Cara Pelunasannya
Penarikan dan pelunasan ditetapkan dalam suatu jadwal tertentu
berdasarkan persetujuan bersama.
h. Jaminan Kredit

Isi perjanjian kredit harus dikemukakan secara terperinci mengenai


Jaminan,baik jumlah jaminan,nilai jaminan dan status kepemilikannya,nilai
jaminan harus sesuai dengan penetapan transaksi bank
i. Asuransi
Setiap jaminan diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mengamankan resiko bilamana terjadi hal-hal yang
diinginkan.
j. Ketentuan-ketentuan Tambahan
Bank dapat menentukan ketentuan-ketentuan tambahan diluar ketentuan
pokok dan ketentuan tersebut dicantumkan dalam pasal tambahan didalam
permohonan kredit.
3. Tahap Pengawasan kredit

Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan apakah prosedur kredit telah


menggunakan azas pemberian kredit yang sehat dan telah ada pengaman resiko dan
tujuan kredit sehingga kredit yang diberikan telah sesuai dengan ketentuan bank dan
ketentuan bank Indonesia. Pengawsan kredit ini dilakukan oleh bagian pengawasan
bank atau bank indonesia.
Pengawasan kredit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu ;
1. Pengawasan Pasif
Pengawasan pasif dapat dilakukan dengan cara :
 Preventif
Pengawasan dilakukan dengan cara membuat ketentuan agar nasabah tidak
melakukan suatu kegiatan tertentu ( misalnya dilarang overdraft untuk
nasabah tertentu ).
 Represif
Memberikan penalty untuk suatu nasabah yang terlambat membayar
bunga atau angsuran.
2. Berdasarkan pada kegiatan rekening

dengan melihat aktifitas rekening nasabah baik penyetoran maupun


penarikan tabungan nasabah tersebut dan melihat kelancaran pembayaran
angsuran kreditnya.
3. Mendasarkan pada analisis laporan wajib yang disampaikan nasabah
Pengawasan disini, bank memantau laporan stock dan piutang , progress
report dari proyek yang dibiayai kredit serta laporan keadaan keuangan
dan usahanya yang meliputi : tingkat produksi, penjualan, pembelian dan
sebagainya
4. Pengawasan Aktif
Pengawasan aktif dilakukan dengan pemeriksaan setempat terhadap
proyek / perusahaan untuk mengetahui keadaan stock / piutang, keadaan
usahanya, keadaan barang agunan dan penggunaan kredit dan kemudian
menyusun laporan hasil pemeriksaan setempat dan bila diperlukan
memberikan saran-saran atau pemikiran-pemikiran yang perlu dilakukan
oleh bank.
Dari pengawasan ini masalah yang terpenting sebenarnya adalah mengukur
performance kredit yang disebut kolektibilitas kredit. Setiap bank pasti mempunyai
tolak ukur
sendiri dalam menetapkan kolektibilitasnya. Kolektibilitas ini setiap bulannya harus
dilaporkan ke Bank Indonesia
4. Tahap Penyelamatan Kredit

Pada tahap penyelamatan kredit ini kredit yang semulanya tergolong


diragukan atau macet kemudian diusahakan untuk diperbaiki sebagai mana tercermin
dalam akad penyelamatan kredit.
Bentuk dari penyelamatan kredit :
a. Penjadwalan kembali ( Reshedulling )
Yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran
atau jangka waktu termasuk masa tenggang baik yang meliputi perubahan
besarnya angsuran maupun tidak.
b. Persyaratan kembali ( Reconditioning )

Yaitu perubahan sebahagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak


terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum
saldo kredit.
c. Penataan kembali ( Restructuring )
Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana
bank atau konversi seluruh atau sebahagian dari kredit menjadi penyertaan
dalam perusahaan.
Penyelamatan kredit dengan cara ini dapat disertai dengan penjadwalan
kembali dan atau persyaratan kembali.
d. Cerukan ( overdraft )
Merupakan pemberian fasilitas pelampauan penarikan atas saldo rekening
giro yang efektif yang belum dibuat akad kreditnya atau pelampauan
pemberian kredit diatas plafond yang ditetapkan berdasarkan akad kredit

2.6. Fungsi Kredit

Fasilitas Kredit yang diberikan mempunyai peranan atau fungsi yang sangat
penting dalam perekonomian. Hal ini dapat diketahui secara luas, yaitu :
a. Meningkatkan Daya Guna Modal ( Uang )
Pemilik dana dapat secara langsung meminjamkan kepada para pengusaha
untuk meningkatkan usahanya.
b. Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang.
Kredit yang ditarik dengan cek, bilyet giro, wesel akan meningkatkan
uang giral dan kredit yang ditarik secara tunai akan meningkatkan
peredaran uang kartal.
c. Meningkatkan Daya Guna Barang.
Dengan kredit maka produsen dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi. Dan dengan kredit maka pengusaha yang telah memperoleh
kredit mampu menjual secara kredit dan membeli bahan secara tunai.
d. Kredit sebagai salah satu alat bantu stabilitas ekonomi.
e. Meningkatkan kegairahan berusaha.
Pemberian kredit dapat meningkatkan permodalan pengusaha sehingga
dapat meningkatkan usahanya.
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
Pemberian kredit investasi dapat membuka usaha baru, kesempatan kerja
yang baru.
g. Meningkatkan hubungan internasional.
Bank-bank luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberi
bantuan kredit secara langsung atau tidak langsung. Negara yang kuat
devisa membantu negara yang lebih lemah
BAB III

PENUTUP

1. Kritik & Saran :

2. Kesimpulan :
Kata kredit berasal dari kata yunani “credere” yang berarti kepercayaan dalam
kebenaran. Menurut Prof Dr.H. Veithzal Rival, M.B.A dkk. (2005:3) “kredit adalah
penyerahan barang jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur) atas dasar kepercayaaan
kepada pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada
pembari kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”. 
Dalam makalah diskusi ini kita tidak hanya mengerti tentang kredit saja, namun
dalam pembahasannya kita dapat mengetahui :
1. Pengertian Manajemen Kredit
2. Macam – Macam Kredit
Macam – macam kredit meliputi :
- Kredit Berdasarkan Jangka Waktu
- Kredit Berdasarkan Jangka Waktu
- Kredit Berdasarkan Aktivitas Perputaran Usaha
- Kredit Berdasarkan Jaminannya
- Kredit Berdasarkan Sektor Perekonomiannya
- Kredit Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan 
- Kredit Berdasarkan Cara Pemakaiannya
3. Ketentuan besarnya kredit
penentuan besarnya kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Reserve Requirement (RR)
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
3. Batas Maksimum Pemberian Kredit
4. Portofolio Investment

4.Kebijakan bank dalam memberikan kredit

Dalam menetapkan kebijakan kredit tersebut harus diperhatikan 3 azas utama


yaitu ;
1. Azas Likuiditas
2. Azas Solvabilitas
3. Aza Rentabilitas
5. Sistem Pemberian Kredit

diperlukan pendekatan dan penanganan yang secara berbeda dan


memperhatikan ciri- ciri khusus dari kredit sistem dan prosedur dalam pemberian
kredit
dibagi atas beberapa tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Tahap penilaian
3. Tahap pemutusan kredit
4. Tahap pengawasan kredit
5. Tahap penyelamatan kredit

6.Fungsi Kredit
DAFTAR PUSTAKA

Ismail.(2013).MANAJEMEN PERBANKAN. Jakarta: KENCANA.


Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013)
Lucky, A. (1999). DUNIA BANK. Padang: DIP Proyek Universitas Negeri Padang
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2012).

Anda mungkin juga menyukai