Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

“ HIPERTENSI “

Oleh :

ANDI MUHAMMAD IKHSAN JANNATUNG, S.Kep

R014 17 2040

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

(……………………………) (……………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu.
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

B. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat
ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah
dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi
lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal
yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran
didalam terjadinya hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan
ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara
stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
D. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah
diantaranya:
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit hipertensi meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH  dan
ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam
urat (factor penyebab hipertensi)
       -          Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
G. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan
atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti
hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan
non farmakologis diantaranya adalah
a. Diet rendah garam, kolesterol dan lemak jenuh.
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
c. Ciptakan keadaan rileks
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk
pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. 
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya
adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada
penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua
terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan
ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan
terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan
obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin
berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral
melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut
popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer);
pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi).
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar
mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
5. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan
akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena;  glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi
adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). 
Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
(diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan
kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau
papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis. 
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral
transien. Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia
miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan mis interpretasi informasi
9. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas
dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :
a. Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
INTERVENSI RASIONAL
Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak
terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat. yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik.
Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan
Takikardia atau bentuk Disritmia lainnya. Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya
depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak
memiliki kelainan jantung sebelumnya.
Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya. Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya
gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih
lanjut.
Catat status neurologis dengan teratur dan Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
bandingkan dengan keadaan normalnya kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi
penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan
serebral.
Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida Efektif dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah
(hiperstat) dan hidralazin (apresolin) krisis hipertensif yang dapat dihubungkan dengan
intoksifikasi PCP.

2. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan, dengan kriteria hasil :
a. Pasien menunjukkan perubahan pola makan
b. Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
c. Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
INTERVENSI RASIONAL
     Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung Kegemukan adalah risiko tambahan terhadap tekanan darah
antara hipertensi dan kegemukan tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantungberkaitan dengan peningkatan
masa tubuh.
Bicarakan pentingnya menurunkan masuka kalori Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
dan batasi batasan lemak, garam dan gula aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi
hipertensi. Kelebihan masukan garam memperbanyak
volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang
lebih memperburuk kondisi.
Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat Motivasi untuk.menurunkan berat badan adalah internal.
badan Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan
bila tidak maka program tidak akan berhasil.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet
terakhir.membantu dalam menentukan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan.
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital
dalam rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
INTERVENSI RASIONAL
      Awasi denyut jantung, TD, CVP Takikardi dan hipertensi terjadi karena 1. Kegagalan ginjal
untuk mengeluarkan urine, 2. Pembatasan cairan berlebih
selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan
fase oliguri gagal ginjal dan 3. Perubahan pada renin-
angiotensin.
Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat. Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan
penggantian cairan.
Awasi berat jenis urine Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
urine.
Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
sama cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per
hari diduga ada retensi cairan.
      Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema  Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada
tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral.
Berikan obat sesuai indikasi (diuretik) Membantu dalam pengeluaran cairan.

4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
a. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan nyeri
b. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
c. Skala nyeri 0-1
d. Wajah pasien tidak meringis
INTERVENSI RASIONAL
Observasi derajat nyeri Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan
mempermudah intervensi selanjutnya.
Pertahankan tirah baring selama fase akut Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan
menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan
aktivitas waktu senggang.
Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular
BAB, batuk panjang, membungkuk. serebral.
Kaji tanda-tanda vital Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan tanda-tanda
vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.
Kolaborasi : Analgesik Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
Antiansietas mis, lorazepam, diazepam Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan
kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons
frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada, merupakan
frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri aktivitas.
dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan,
diaforesis, pusing atau pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan Teknik menghemat energi mengurangi pengguanan energi,
energi , misalnya menggunakan kursi saat mandi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, oksigen.
melakukan aktivitas dengan perlahan.
Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas dan perawatan diri.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan hanya akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks dengan kriteria hasil:
a. Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
b. Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang
ansietas dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam
keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam,
ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa
tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya
dan mengizinkan perilaku pasien yang umum. tetap aman.
Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
yang mungkin didengar oleh pasien kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi
ansietas.
Bicara singkat dengan kata sederhana. Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi
berkurang yang membatasi kemampuan untuk menerima
informasi.
Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang,
kurangi orang jumlah orang yang berhubungan
dengan pasien.

7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :
a. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
b. Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
c. Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
mengobservasi perilaku misal, kemampuan seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
partisipasi dalam rencana pengobatan. kehidupan sehari-hari.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin
dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah
menjadi penentu utama TD diastolik.
Libatkan pasien dalam p.erencanaan perawatan dan Keterlibatan memberikan pasien perasan kontrol diri yang
beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
pengobatan meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan Fokus perhatian pasien terhadap realitas situasi yang ada
hidup. Tanyakan ” apakah yang anda lakukan relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang
merupakan apa yang anda inginkan?” diinginkan.
Bantu pasien utuk mengidentifikasi dan mulai Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik
merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan
diri/keluarga.

8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan mis interpretasi informasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
b. Mempertahankan TD dalam parameter normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosakarena perasaan
orang terdekat sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat
pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan
dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa
tentang hipertensi efeknya pada jantung, pembuluh gejala adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan
darah, ginjal dan otak. pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
Hindari mengatakan TD ” normal ” dan gunakan Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
istilah ” terkontrol dengan baik ” saat kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkotrol” akan
menggambarkan TD pasien dalam batas yang membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk
diinginkan. melanjutkan pengobatan/medikasi.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam
risiko kardiovaskuler yang dapa diubah misal, menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta
obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola ginjal.
hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup
penuh stres.
Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi Dengan mengubah pola perilaku yang ”biasa/memberikan
cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat rasa aman”akan sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk
dibuat untuk mengurangi faktor-faktor penyebab dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam
hipertensi. menyelesaikan tugas.
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu Nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin,
pasien dalam membuat rencana untuk berhenti mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan
merokok. vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan
meningkatkan beban kerja miokardium.

9. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/
beban kerja jantung dengan kriteria hasil :
a. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
b. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
INTERVENSI RASIONAL
Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.
dan teknik yang akurat. Hipertensi diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai
peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran
diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan
pertama, kemudian maligna. Hipertensisistolik juga
merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolik 90-115.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
perifer terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi ( peningkatan SVR )
dan kongesti vena.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya hipertrofi atrium. Adanya krakel, mengi dapat
mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian
pengisian kapiler kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi
tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.
gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;
aktivitas/ keributan lingkungan. Batasi jumlah meningkatkan relaksasi.
pengunjung dan lamanya tinggal.
Kolaborasi : Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan
Diuretik tiazid dan vasodilator obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi
ginjal yang relatif normal. Diuretik ini memperkuat agen-
agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.
Vasodilator menurunkan aktivitas kontriksi arteri dan vena
pada ujung saraf simpatik.

10. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (diplopia)


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di
rumah dengan kriteria hasil :
a. Pasien tidak mengalami cedera
INTERVENSI RASIONAL
Jauhkan dari benda-benda tajam Meminimalkan risiko cedera
Berikan penerangan yang cukup Meminimalkan terjadinya benturan
Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh
Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani Untuk meningkatkan  menjaga keamanan
klien dalam beraktivitas
LAMPIRAN
PATHWAY HIPERTENSI

Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun,
ateroskelerosis

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah


Retina

Resistensi Suplai Vasokontriksi Sistemik Koroner Spasme


P.darah O2 p.darah ginjal arteriole
keotak keotak Vasokontriksi Iskemi
Blood fow Miokard Diplopia
menurun Afterlod
Nyeri Gangguan Sinkop meningkat Nyeri Resiko Injury
Kepala Pola Tidur Respon Dada
RAA
Gangguan Penurunan Fatique
Perfusi Rangsang Curah Jantung
Jaringan aldosteron Intoleransi
Aktivitas
Retensi Na

Edema

Kelebihan Volume
Cairan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marillynn D. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ; editor, Irawati


Setiawan, Edisi 9. Jakarta : EGC.

Rilantono. 2001. Buku Ajar Kardiologi, FKUI. Jakarta.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.

Price, S. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai