Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
Hal tersebut sudah diamanatkan oleh proklamator kemerdekaan negara
Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada pidato Hari Pahlawan 10 November 1961,
beliau berkata “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa
pahlawannya”. Pentingnya upacara bendera di sekolah juga bertujuan untuk
menanamkan dan membiasakan pelajar untuk memiliki sikap nasionalisme.
Dengan menanamkan sikap nasionalisme diharapkan siswa tumbuh menjadi
manusia pembangun yakni generasi yang mampu mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranya.
SMK Farmasi Yamasi Makassar merupakan sekolah menengak kejuruan
swasta dan memiliki akreditasi A yang sudah bertaraf nasional. Siswa yang
lulus di sekolah ini bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah sebagai asisten
apoteker ataupun analis kesehatan. Sekolah ini memiliki 22 mata pelajaran
yang konsisten setiap semester. Pada mata pelajaran tersebut, terdapat praktik
laboratorium yang mengharuskan setiap siswa untuk membuat laporan dan
modul. Selain itu, beberapa guru dari mata pelajaran seperti komputer, IPS,
fisika yang sangat sering memberikan tugas sekolah, serta jadwal pulang
sekolah yang terkadang terlalu lama bahkan sampai pukul 17.30 WITA.
Sekolah ini tidak begitu rutin melaksanakan upacara bendera setiap hari senin
sebagaimana yang dilakukan di sekolah-sekolah lainnya. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul pengaruh upacara bendera terhadap sikap nasionalisme siswa-siswi di
SMK Farmasi Yamasi Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi dan sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi terhadap
upacara bendera di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana presepi siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar terhadap
pelaksanaan upacara bendera di sekolah?
2. Bagaiamana sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi
Makassar?
3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap siswa-siswi di SMK
Farmasi Yamasi Makassar?
2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Dalam penelitian yang penulis lakukan ada beberapa manfaat yang akan
dicapai oleh penulis baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis.
3
b. Siswa memahami peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam
membangun nasionalisme;
c. Siswa mampu mengaplikasikan konsep nasionalisme ke dalam
kehidupan sehari-hari;
d. Guru dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran terutama
mengenai nasionalisme.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
potensial mempertahankan identitas, integritas, kemakmuran
dan kekuatan bersama-sama.”
2.2.2 Indikator Sikap Nasionalisme
Sikap nasionalisme merupakan sikap cinta akan tanah air, menurut
(Aman, 2011: 141) ada 6 indikator yang menunjukan sikap
nasionalisme yaitu sebagai berikut:
2.2.2.1 Cinta tanah air
Cinta tanah air atau patriotisme merupakan modal yang
penting dalam membangun suatu Negara. Suatu negara yang
dihuni oleh orang-orang yang cinta tanah air akan membawa
kearah kemajuan. Sebaliknya negara yang tidak didukung oleh
cinta tanah air dari penduduk tersebut maka Negara tersebut
menunggu kehancuran. Pergerakan nasional yang tumbuh dan
berkembang pada masa kolonial, merupakan wujud cinta tanah
air yang puncaknya dengan diproklamasikan kemerdekaan
negara kesatuan republik Indonesia. Wujud negara yang cinta
tanah air ialah melestarikan budaya bangsa di era globalisasi
dunia, meningkatkan etos kerja, mempunyai disiplin dalam arti
luas, penghargaan terhadap pahlawan, peringatan hari
bersejarah, mempunyai semangat kerja dan pengabdiaan
terhadap negara.
2.2.2.2 Menghargai jasa-jasa pahlawan
Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme adalah
bentuk nyata penghargaan terhadap para pahlawan. Dalam
kehidupan sehari-hari, dapat melatih diri supaya memiliki sifat-
sifat kepahlawanan dan semangat cinta bangsa dengan
memulainya menghargai para pahlawan bangsa dengan
mengingat jasa-jasa mereka. Selain itu, mencontoh beberapa
sikap mereka seperti sikap rela berkorban, bersedia meminta dan
memaafkan.
2.2.2.3 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
6
Realitas menunjukan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
mengarahkan kepada bangsa Indonesia pluraritas diberbagai hal
seperti suku, budaya, ras, agama, dan sebagainya. Anugrah itu
patut disyukuri dengan cara menghargai kemajemukan tetap
dipertahankan, dipelihara, dan dikembangkan demi kemajuan
dan kejayaan bangsa (Soegito, 2005:95).
2.2.2.4 Mengutamakan persatuan dan kesatuan
Kata persatuan dan kesatuan berasal dari kata “satu” yaitu
sesuatu yang tidak terpisah-pisah. Nilai persatuan Indonesia
mengandung usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat
membina nasional dalam Negara. Mengutamakan persatuan dan
kesatuan merupakan suatu proses terwujudnya nasionalisme.
Modal dasar persatuan suatu warga negara Indonesia baik yang
asli maupun keturunan asing dari macam-macam suku bangsa
dapat menjalin kerjasama yang erat dalam gotong royong dan
kebersamaan.
2.2.2.5 Berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah
Kesadaran bernegara dari seseorang ditentukan oleh
kualitas mental sumber daya manusia itu sendiri. Kualitas
mental yang diharapkan adalah manusia yang berkualitas
tersebut maka diperlukan manusia yang berjiwa inovatif dan
tidak kenal menyerah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, usaha mempertahankan kelangsungan bangsa dan
tanah air, giat mempelajari sejarah bangsa.
2.2.2.6 Memiliki sikap tenggang rasa sesama manusia.
Tenggang rasa artinya dapat menghargai dan menghormati
perasaan orang lain, dengan tenggang rasa manusia dapat
merasakan atau menjaga perasaan orang lain sehingga orang lain
tidak merasa tersinggung. Pelaksanaan sikap tenggang rasa
dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebagai
berikut:
7
1) Menghormati hak-hak orang lain.
2) Kerelaan membantu teman yang mengalami musibah.
3) Kesediaan menjenguk teman yang sedang sakit.
4) Kemampuan mengendalikan sikap, perbuatan, dan tutur
kata yang dapat menyinggung atau melukai perasaan orang
lain.
2.2.3 Unsur-unsur Nasionalisme
Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan bahwa unsur-
unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori :
a. Unsur kognitif menunjukan adanya pengetahuan atau pengertian
akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai
pengetahuan akan situasi kolonial pada segala parposinya.
b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukan keadaan yang dianggap
sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup
yang bebas dari kolonialisme.
c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukan situasi dengan
pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-
pelakunya.
2.3 Pengertian Pelajar
Pelajar adalah orang yang belajar, murid (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pelajar di sini merujuk pada remaja yang berusia pelajar yang sedang
menenpuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas. Masa remaja atau
masa adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa di mana individu dalam
proses pertumbuhannya ( terutama fisik ) telah mencapai kematangan. Periode
ini menunjukan suatu masa kehidupan, di mana kita sulit untuk memandang
remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka
tidak dapat mereka belum mencapai kematangan penuh dan tidak dapat
dimasukkan ke dalam kategori orang dewasa. Dengan kata lain periode ini
merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak
(childhood ) ke masa dewasa (adulthood ) ( Dadang S, 1995 : 1 ).
8
Menurut Gilmer perkembangan pelajar di bedakan berdasarkan jenis
kelaminnya. Untuk laki laki Gilmer mengemukakan sebagai berikut :
1) Pre adolesen, yaitu antara usia 10 – 13 tahun
2) Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13 – 17 tahun
3) Masa adolesen akhir, dari usia 18 – 21 tahun.
Laki- laki biasanya mencapai kematangan yang lebih lambat dari gadis-
gadis, sedangkan untuk wanita yang biasanya perkembangannya lebih cepat
pembagiannya adalah :
1) Pre adolesen pada usia 10 dan 11 tahun
2) Masa adoloesen awal antara usia 12 – 16 tahun
3) Masa adolesen akhir antara usia 17 – 21 tahun ( Dadang S, 1995:3)
Menurut Sigmund Freud, masa remaja atau yang dia sebut sebagai tingkat
genital adalah penghubung antara masa kanak-kanak dan dewasa. Ada 3
tahapan dalam tingkat ini :
1) Tahap pra puber : ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan libido.
2) Tahap puber : ditandai dengan pertumbuhan fisik, khususnya tanda-tanda
seksual sekunder dan kemampuan organik.
3) Tahap adaptasi : dimana pelajar yang bersangkutan menyesuaikan diri
terhadap dorongan-dorongan seksual dan perubahan-perubahan fisik yang
tiba-tiba ( Wirawan, 2003 : 135).
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
Sulistyo-Basuki (2006 :182) mengemukakan populasi adalah
keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah data jumlah siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar
yaitu sebesar 417 orang.
3.3.2 Sampel
11
dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan
memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah
mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan
jangkauan jawaban.
3.4.3 Studi Literatur
Metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah
data tertulis berbentuk buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan serta data yang relevan bagi penelitian.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96).
12
terjadi pada karakteristik variabel bebas. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu: sikap nasionalisme.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Perempuan
Laki-laki
14
Tabel 4.2
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase (%)
a 11 55%
b 6 40%
c 3 15%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa
sebagian besar (11 orang atau 55%) selalu mengikuti upacara
bendera.
2. Menurut adik, apakah upacara bendera itu bermanfaat?
Ya Tidak
Tabel 4.3
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase (%)
Ya 15 75%
Tidak 5 25%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat diketahui bahwa
sebagian besar (15 orang atau 75%) mengatakan bahwa
upacara bendera itu bermanfaat.
3. Menurut adik, apakah upacara bendera itu penting?
Ya Tidak
Tabel 4.4
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase (%)
Ya 17 85%
Tidak 3 15%
Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dapat diketahui bahwa
sebagian besar (17 orang atau 85%) mengatakan bahwa
upacara bendera itu penting.
4. Apakah adik-adik berminat menjadi petugas upacara bendera?
Ya Tidak
Tabel 4.5
15
Pilihan Jawaban Jumlah Persentase(%)
Ya 13 65%
Tidak 7 35%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa
sebagian besar (13 orang atau 65%)siswa-siswi berminat
menjadi petugas upacara.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bab terakhir ini penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang penulis teliti di SMK Farmasi Yamasi Makassar. Adapun
tujuan dari penelitian ini, peneliti memfokuskan Pengaruh Upacara Bendera
terhadap Sikap Nasionalisme dengan kesimpulan berikut:
1. Peresepsi siswa-siswi terhadap pelaksanaan upacara bendera di SMK
Farmasi Yamasi Makassar menunjukkan tanggapan yang baik. Hal ini
terbukti dengan sebagian besar siswa sangat antusias mengikuti setiap
kegiatan upacara bendera dilakukan dengan khidmat dan disiplin.
2. Sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki sikap nasionalisme yang
cukup tinggi, salah satunya dengan menunjukkan sikap menjaga dan
melindungi negara, rela berkorban, Indonesia bersatu, melestarika budaya
Indonesia, cinta tanah air, bangga berbangsa Indonesia, dan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan.
3. Hasil penelitian menujukkan bahwa pelaksanaan upacara bendera
berpengaruh besar terhadap sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi
Yamasi Makassar. Dalam kegiatan upacara bendera terdapat karakter
yang dapat dikembangkan, salah satunya yaitu karakter nasionalisme, jadi
sangatlah penting bagi siswa untuk memerhatikan bagaimana
mengembangkan sikap nasionalisme yang baik sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. Sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi
Makassar sebagian besar menunjukkan sikap yang cukup baik.
17
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugianto, Mikael. 2007. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wirawan, Sarlito. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
19
LAMPIRAN
20