Anda di halaman 1dari 11

TANAMAN KEPEL (Stelechocarpus burahol)

Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus


burahol) adalah pohon penghasil buah hidangan
meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa
Yogyakarta dan di Tanah Pasundan yang juga dikenal sebagai Burahol. Buah kepel
digemari puteri kraton-kraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma
wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.
Manfaat dan Nilai-nilai Penting
Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang
berwarna jingga dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar
bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam
pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal
dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita
bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB; di Jawa, penggunaannya secara
tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah
tangga; batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan untuk
bahan bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel merupakan
tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah
muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang.
Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid dengan banyak cabang lateral yang
tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang kauliflor (cauliflory) menambah keindahannya.
Sebagai flora identitas, Kepel memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat di
DIY. Kepel juga sering disebut sebagai Kepel Watu. Kata Kepel berarti genggaman tangan
manusia atau greget (niat) dalam bekerja. Watu berarti dasar. Pohon Kepel melambangkan
manunggaling sedya kaliyan gegayuhan yang berarti bersatunya niat dengan kerja.

Budidaya
Kepel umumnya diperbanyak dari biji yang diambil dari buah matang dan disemaikan
secepatnya. Penyetekan dan pencangkokan sudah pernah dicoba, tetapi tidak berhasil.
Benihnya dibersihkan dengan jalan dicuci dan dikeringkan di tempat teduh. Sebelum
disemai benih diskarifikasi, tetapi perkecambahannya masih memerlukan waktu beberapa
bulan. Lambat-laun persentase perkecambahannya tinggi juga. Perkecambahannya
hipogeal, akar tunggangnya membengkak dan tidak bercabang untuk beberapa waktu.
Mula-mula semai itu tumbuh lambat. Pada saat semai berdaun 3-5 helai, dipindahtanamkan
ke dalam pot. Ketika tingginya mencapai 0,5-1,0 m bibit dipindahtanamkan ke lapangan
dengan jarak tanam 6-8 meter. Fase yuwananya (vegetative phase, juvenile phase)
berlangsung selama 6-9 tahun.

TANAMAN MENTAOK (Wrightia javanica)


Mentaok (Wrightia javanica) merupakan sebuah nama yang sangat dikenal oleh masyarakat
Yogyakarta terutama kalangan kaum tua. Mentaok dikenal oleh masyarakat Yogyakarta
sebagai sebuah nama kawasan hutan yang sangat dikenal dengan nama alas mentaok.
Alas mentaok ini diyakini sebagai lokasi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Yogyakarta yang selanjutnya dikenal dengan nama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Kawasan hutan ini sangat dikenal dalam sejarah dengan peristiwa Babat Alas Mentaok.
Jenis tanaman ini dikenal oleh masyarakat dengan beberapa nama lokal antara lain: bintaos
(masyarakat Sunda, Jawa dan Madura), mentaos (Jawa), benteli lalaki (Sunda), bentawas,
tawas (Bali) dan dediteh (Timor). Secara alami jenis tanaman ini juga tersebar di beberapa
negara antara lain; kawasan selatan Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Jenis
tanaman ini merupakan penghuni kawasan hutan tropis, hutan musim termasuk hutan
muson, semak belukar, hutan savana dengan kondisi kering yang periodik maupun
permanen, dalam aspek ketinggian tempat jenis tanaman ini tumbuh dengan baik sampai
ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon penghasil buah
hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Tanah
Pasundan yang juga dikenal sebagai Burahol. Buah kepel digemari puteri kraton-kraton di
Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak
berbau tajam.
Manfaat dan Nilai-nilai Penting

Kayu mentaok banyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, pensil, instrumen
musik, wayang, sarung keris atau wrongko, patung, perkakas rumah tangga, karya seni ukir.
Getah yang didapat dari bagian kulit batang dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit
disentri. Daun dapat dimanfaatkan sebagai obat anti radang mata, kulit batang dimanfaatkan
sebagai koagulan pada industri susu semacam keju tradisional.
Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang
berwarna jingga dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar
bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam
pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal
dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita
bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB; di Jawa, penggunaannya secara
tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah
tangga; batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan untuk
bahan bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel merupakan
tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah
muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang.
Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid dengan banyak cabang lateral yang
tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang kauliflor (cauliflory) menambah keindahannya.
Sebagai flora identitas, Kepel memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat di
DIY. Kepel juga sering disebut sebagai Kepel Watu. Kata Kepel berarti genggaman tangan
manusia atau greget (niat) dalam bekerja. Watu berarti dasar. Pohon Kepel melambangkan
manunggaling sedya kaliyan gegayuhan yang berarti bersatunya niat dengan kerja.

Budidaya

Saat ini, pohon mentaok banyak dimanfaatkan oleh penjual tanaman hias sebagai tanaman
induk untuk jenis tanaman sambungan atau setek, misalnya, tanaman induk mentaok
disambung dengan batang tanaman anting putri atau melati, sehingga menghasilkan
tanaman bunga yang indah sebagai tanaman hias. Batang mentaok mudah menyambung
dengan batang-batang tanaman lain. Pada jenis-jenis tanaman ini, daun-daun asli mentaok
akan dipangkasi, sehingga tidak nampak lagi sebagai pohon mentaok. Hal ini membuat
tanaman mentaok semakin tidak dikenal di masyarakat.

TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana)

Manggis (Garcinia mangostana) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang
diyakini berasal dari Semenanjung Malaya dan menyebar ke Kepulauan Nusantara. Tumbuh
hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah
keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah
manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai pasangan durian, si "raja
buah".
Manfaat dan Nilai-nilai Penting
Buah ini mengandung mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar
negeri buah manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di
dunia. Antioksidan berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan sejumlah
penyakit kronis. Selain itu, kandungan xanthone pada manggis juga dikenal dengan sifat
antioksidannya yang kuat. Xanthone dipercaya dapat menekan risiko kanker, penyakit
jantung,dan diabetes. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa xanthone dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker di payudara, perut, dan paru-paru. Penelitian
menemukan bahwa senyawa Xanthone pada manggis dapat membantu menjaga kadar gula
darah. Hal ini salah satunya ditemukan dalam sebuah studi selama 26 minggu pada
perempuan dengan kelebihan berat badan. Penelitian menemukan, mereka yang
mengonsumsi 400 mg ekstrak manggis tambahan setiap hari mengalami pengurangan
resistensi insulin sebagai faktor risiko diabetes. Buah ini juga merupakan sumber serat yang
baik. Serat dapat membantu menstabilkan gula darah. Serat dan vitamin C yang ditemukan
pada manggis berperan penting untuk sistem kekebalan tubuh. Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa sejumlah senyawa tertentu pada manggis memiliki sifat antibakteri
yang dapat menjaga kekebalan tubuh.
Kepel umumnya diperbanyak dari biji yang diambil dari buah matang dan disemaikan
secepatnya. Penyetekan dan pencangkokan sudah pernah dicoba, tetapi tidak berhasil.
Benihnya dibersihkan dengan jalan dicuci dan dikeringkan di tempat teduh. Sebelum
disemai benih diskarifikasi, tetapi perkecambahannya masih memerlukan waktu beberapa
bulan. Lambat-laun persentase perkecambahannya tinggi juga. Perkecambahannya
hipogeal, akar tunggangnya membengkak dan tidak bercabang untuk beberapa waktu.
Mula-mula semai itu tumbuh lambat. Pada saat semai berdaun 3-5 helai, dipindahtanamkan
ke dalam pot. Ketika tingginya mencapai 0,5-1,0 m bibit dipindahtanamkan ke lapangan
dengan jarak tanam 6-8 meter. Fase yuwananya (vegetative phase, juvenile phase)
berlangsung selama 6-9 tahun.

Mentaok merupakan sebuah nama yang sangat dikenal oleh masyarakat Yogyakarta
terutama kalangan kaum tua. Mentaok dikenal oleh masyarakat Yogyakarta sebagai sebuah
nama kawasan hutan yang sangat dikenal dengan nama alas mentaok. Alas mentaok ini
diyakini sebagai lokasi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta yang
selanjutnya dikenal dengan nama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kawasan hutan
ini sangat dikenal dalam sejarah dengan peristiwa Babat Alas Mentaok. Dalam sejarah
diceritakan bahwa Ki Ageng Giring, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani mendapat
hadiah tanah perdikan dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang, yang berupa hutan. Kawasan
hutan yang berupa hutan mentaok tersebut kemudian dibuka menjadi sebuah hunian yang
di beri nama Mataram.

Nama mentaok ini sebenarnya adalah sebuah nama dari salah satu jenis pohon yang
ditemukan di wilayah hutan mentaok tersebut. Jenis tanaman ini kini sudah mulai langka dan
sulit untuk ditemukan. Hutan mentaok yang menjadi cikal bakal kerajaan Mataram dulu, jika
ditelusuri saat ini merupakan kawasan di sekitar Kotagede. Di Kotagede saat ini masih dapat
ditemukan beberapa batang pohon mentaok asli (bukan hasil penanaman) yang tumbuh di
situ. Beberapa lokasi lain yang masih dijumpai jenis tanaman mentaok ini adalah kawasan di
pegunungan karst gunung sewu Kabupaten Gunung Kidul, seperti yang pernah penulis
temukan di kawasan pemukiman penduduk di Desa Wunung, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gunungkidul. Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang terkenal "The
History of Java" menuliskan mentaok sebagai salah satu jenis tanaman yang tumbuh di
pulau Jawa.

Jenis tanaman ini dikenal oleh masyarakat dengan beberapa nama lokal antara lain: bintaos
(masyarakat Sunda, Jawa dan Madura), mentaos (Jawa), benteli lalaki (Sunda), bentawas,
tawas (Bali) dan dediteh (Timor). Secara ilmiah jenis tanaman ini mempunyai nama
Wrightia javanica A.DC, dengan susunan klasifikasi taksonomis sebagai berikut:

Secara alami jenis tanaman ini juga tersebar di beberapa negara antara lain; kawasan
selatan Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Jenis tanaman ini merupakan
penghuni kawasan hutan tropis, hutan musim termasuk hutan muson, semak belukar, hutan
savana dengan kondisi kering yang periodik maupun permanen, dalam aspek ketinggian
tempat jenis tanaman ini tumbuh dengan baik sampai ketinggian lebih dari 1000 mdpl.

Mentaok merupakan tanaman berhabitus pohon. Tanaman ini bisa nencapai ukuran tinggi
hingga 35 meter dengan diameter mencapai 50 cm. Kulit batangnya berwarna abu-abu
coklat hingga kuning kecoklatan, beralur agak dalam. Daun tunggal berbentuk bulat telur
dengan ujung daun meruncing. Daun memiliki rambut halus pada bagian permukaan dan
pada bagian bawah daun sedikit kasar. Bunga biseksual, berwarna putih kekuning-kuningan
atau merah muda hingga merah tua, terdapat dalam bentuk malai pada ujung ranting. Buah
berbentuk lonjong dengan kulit buah yang keras dan memiliki belahan pada bagian tengah.
Buah berwarna kecoklatan, akan pecah ketika tua dan biji akan tersebar. Kayu mentaok
mempunyai tekstur yang halus, lunak mudah dikerjakan, berwarna putih kecoklatan, berat
jenis 0,54, kelas awet IV-V.

Kayu mentaok banyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, pensil, instrumen
musik, wayang, sarung keris atau wrongko, patung, perkakas rumah tangga, karya seni ukir.
Getah yang didapat dari bagian kulit batang dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit
disentri. Daun dapat dimanfaatkan sebagai obat anti radang mata, kulit batang dimanfaatkan
sebagai koagulan pada industri susu semacam keju tradisional.

Saat ini, pohon mentaok banyak dimanfaatkan oleh penjual tanaman hias sebagai tanaman
induk untuk jenis tanaman sambungan atau setek, misalnya, tanaman induk mentaok
disambung dengan batang tanaman anting putri atau melati, sehingga menghasilkan
tanaman bunga yang indah sebagai tanaman hias. Batang mentaok mudah menyambung
dengan batang-batang tanaman lain. Pada jenis-jenis tanaman ini, daun-daun asli mentaok
akan dipangkasi, sehingga tidak nampak lagi sebagai pohon mentaok. Hal ini membuat
tanaman mentaok semakin tidak dikenal di masyarakat.

Sebagai upaya pelestarian pohon mentaok, pemerintah Kota Yogyakarta pernah melakukan
upaya peremajaan tanaman ini, diantaranya dengan melakukan penanaman pohon mentaok
sebagai pembatas jalan di sisi selatan Taman Pintar, dan juga di Pasar Kotagede.
Diharapkan, ke depannya, akan semakin upaya pelestarian pohon mentaok ini juga dapat
dilakukan pihak-pihak lain, mengingat pentingnya spesies ini sebagai penanda sejarah bagi
berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat.

TANAMAN DEWANDARU (Eugenia uniflora)


Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora) berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan
dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna
coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk
lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip
dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga
berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak
bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna putih. Putik
berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning. Buah Eugenia
uniflora berupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah.
Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna coklat dan merupakan
akar tunggang. Tanaman Eugenia uniflora tersebar luas di negara-negara Amerika Selatan
terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay. Tanaman ini menyebar di Indonesia
hingga di daerah Sumatera dan Jawa
Manfaat dan Nilai-nilai Penting
Buah dan daun Eugenia uniflora digunakan sebagai peningkat kualitas astringent dan
mengurangi tekanan darah tinggi. Hasil decocta daun Eugenia uniflora di Paraguai
digunakan untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah. Selain itu juga dapat
menurunkan metabolisme lipid dan dapat digunakan sebagai efek proteksi pada trigliserida
dan level lipoprotein yang sangat rendah. Daun Eugenia uniflora sebagai obat tradisional
berkhasiat sebagai obat mencret. Aksi anti infamasi yang tinggi juga ditemukan pada daun
Eugenia uniflora. Pada Brazilian folk medicine, buah Eugenia uniflora digunakan sebagai
antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, dan antidiabetik. Selain itu, ekstrak daun Eugenia
uniflora juga sebagai agen hipotensif dan menghambat peningkatan level trigliserida dan
glukosa plasma.

TANAMAN MIMBA
(Azadirachta indica)
Mimba atau Daun Mimba atau Azadirachta indica adalah daun-daun yang tergolong dalam
tanaman perdu/terna yang pertama kali ditemukan didaerah Hindustani, di Madhya Pradesh,
India. Mimba datang atau tersebar ke Indonesia diperkirakan sejak tahun 1.500 dengan
daerah penanaman utama adalah di Pulau Jawa. Tumbuh di daerah tropis, pada dataran
rendah. Tanaman ini tumbuh di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Madura pada
ketinggian sampai dengan 300 m dpl, tumbuh di tempat kering berkala, sering ditemukan di
tepi jalan atau di hutan terang.
Manfaat dan Nilai-nilai Penting
Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village
pharmacy”, dimana mimba digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi,
demam, antibakteri, antidiabetes, penyakit kardiovaskular, dan insektisida. Daun mimba juga
di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus
peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral. Seduhan kulit batangnya
digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai
tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan
dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya
yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum
sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria. Tanaman mimba dapat dipergunakan
sebagai insektisida nabati dengan menggunakan campuran bahan lain seperti: serai wangi,
lengkuas, gadung, sabun dan alkohol. Bagian tanaman yang digunakan adalah biji dan
daun.

TANAMAN NAGASARI (Palaquium rostratum)


Tumbuhan yang masih dalam Sapotaceae (sejenis sawo-sawoan) ini merupakan flora
identitas provinsi Bangka Belitung. Di Jawa kayu Nagasari dianggap sebagai salah satu
pohon bertuah yang berkhasiat sebagai anti tenung. Tanaman Nagasari di beberapa daerah
di Indonesia disebut dengan beberapa nama yang berbeda seperti Balam Bakulo
(Palembang), Balam Pucung (Kubu), Nyatoh Darat (Bangka), Nyatoh Pisang (Bangka
Belitung), Balam Pucung, Nyatoh Terung, Pulai Pipit (Minangkabau), Nyatoh Terung
(Lampung), Nagasari (Jawa). Pohon Nagasari (Palaquium rostratum) tumbuh di Indonesia
tumbuh di Pulau Sumatra, kalimantan, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi dan Maluku.
Selain itu juga terdapat di Thailand selatan dan Malaysia. Pohon Nagasari banyak tumbuh di
hutan tropika di dataran rendah sampai ketinggian 1500 m dpl. Seringkali tumbuhan ini
didapati tumbuh di hutan-hutan yang berawa. Perkembangbiakan pohon ini dengan
menggunakan biji, namun dapat juga diperbanyak dengan menggunakan stek.

Manfaat dan Nilai-nilai Penting


Pemanfaatan Pohon Nagasari antara lain Kayunya yang banyak digunakan untuk perabot di
dalam rumah, lantai, dan mebel. Kayunya kadang-kadang dipakai juga untuk membuat
perahu. Sedangkan buah Nagasari (Palaquium rostratum) dapat dimakan dan bijinya
mengandung lemak yang banyak untuk memasak. Selain itu bunga Nagasari dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti diare, aromatik, ekspektoran, gangguan jiwa. Minyak biji
untuk lampu, obat koreng, encok, kulit menggerisil, biji untuk eksim, urat darah membesar,
benangsasi untuk sakit panas.
Oleh masyarakat jawa, kayu Nagasari diyakini sebagai salah satu kayu yang bertuah yang
bermanfaat untuk keselamatan, kewibawaan, pengobatan, perlindungan terhadap orang
jahat/jin jahat, binatang berbisa, anti tenung. Karena itu tidak jarang pohon ini ditemui
tumbuh di area pemakaman kuno atau tokoh-tokoh sejarah.

TANAMAN ANGGUR LAUT (Garcinia mangostana)


Anggur laut (Coccoloba uvifera) adalah spesies tanaman berbunga dalam keluarga
Polygonaceae, yang berasal dari pantai-pantai pesisir di seluruh Amerika tropis dan Karibia,
termasuk Florida selatan, Bahama, Antilles, dan Bermuda. Nama-nama sinonim yang sering
dipakai untuk menyebut tanaman ini dalam bahasa Inggris
termasuk Seagrape dan Baygrape. Pohon anggur laut dapat tumbuh berbentuk semak atau
pohon berukuran sedang yang mencapai ketinggian 10-15 meter. Di daerah tropis seperti
Florida selatan, pohon anggur laut sering ditanam sebagai pohon perdu tepi jalanan.
Sedangkan di Asia ia lebih sering digunakan sebagai pohon bonsai dan pohon hias
pekarangan atau taman.

Manfaat dan Nilai-nilai Penting


Tanaman Anggur Laut memiliki berbagai manfaat diantaranya dapat membantu penyu dari
gangguan pantulan cahaya bangunan di dekatnya, juga sebagai tempat berteduh hewan-
hewan tepi pantai. Getahnya telah digunakan untuk pewarna tekstil. Kayunya kadang-
kadang digunakan dalam furnitur, kayu bakar, atau untuk membuat arang.
Buah anggur laut dapat dimakan dalam kondisi segar, diolah menjadi jeli dan selai, atau
difermentasi.
Budidaya
Untuk membudidayakan atau memperbanyak pohon anggur laut, hanya ada dua cara, yaitu
semai biji dan stek batang. Untuk cara termudah ialah dengan semai biji.
Biji yang diambil dari buah matangnya harus segera ditanam kedalam pot semai atau tanah,
karena tidak seperti kebanyakan tanaman lainnya, biji anggur laut tidak dapat disimpan
untuk ditanam di masa depan.
TANAMAN CENDANA KUNING

Cendana (Santalum album L.) merupakan tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesi
yaitu diKepulauan Busur Luar Banda (the Outer Banda Arc of Islands) yang terletak di
sebelah Tenggara Indonesia, dan yang terutama di antaranya adalah pulau Timor dan
Sumba.
Cendana kuning ini memiliki daun yang unik dengan bentuk jari, berbeda dengan tanaman
cendana biasa yang berbentuk elips atau lancip. Daunnya berwarna hijau semu dengan
corak warna kuning atau berwarna kuning penuh. Tanaman ini dapat tumbuh hingga
mencapai tinggi lebih dari 2 meter.

Manfaat dan Nilai-nilai Penting


Cendana merupakan sumber penghasilmminyak atsiri dan merupakan komoditi hasil hutan
bukan kayu yang potensial dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas dan
mengandung minyak dengan aroma yang spesifik. Pembuatan minyak cendana dapat
dilakukan dengan memanfaatkan batang kayu, ranting, cabang ranting, dan akar pohon
cendana. Nilai ekonomi tanaman cendana didapat dari kandungan minyak (santalol) dalam
kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak atsiri yang terkandung pada kayu cendana
merupakan golongan senyawa sesquiterpenoid diantaranya ᵃ-santalol dan ᵝ-santalol.
Interaksi antara faktor genetik tanaman dengan lingkungan merupakan faktor utama yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cendana yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap produksi minyak atsiri yang dihasilkan. Diperlukan upaya rekayasa
terhadap faktor-faktor yang terkait dengan ektraksi minyak cendana sehingga produksi
maksimal dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas. Minyak cendana memiliki nilai
fungsi yang tinggi diantaranya sebagai bahan aroma terapi yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia, bahan kosmetik, dan bahan untuk obat-obatan.
CENDANA BALI

Secara morfologis tanaman cendana memiliki karakteristik diantaranya pohon kecil sampai
sedang, menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 20 m dan diameter 40 cm, tajuk
ramping atau melebar, batang bulat agak berlekuk-lekuk, akar tidak berbanir (Rudjiman,
1987). Daun cendana merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berukuran kecil-kecil yaitu
(4–8) cm x
(2–4) cm dan relatif jarang. Bentuk daun bulat memanjang, ujung daun lancip, dasar daun
lancip sampai seperti bentuk pasak, pinggiran daunnya bergelombang dan tangkai daun
kekuning-kuningan dengan panjang 1 - 1,5 cm.
Cendana merupakan salah satu marga dari 25 suku Santalaceae yang penyebarannya
mulai dari Malaysia bagian Timur, Australia sampai di sebelah timur kepulauan Polynesia.
Santalum
album L. merupakan jenis yang tumbuh alami di kawasan Asia. Beberapa pakar meyakini
bahwa Santalum album L. berasal dari kepulauan Indonesia di sebelah Tenggara terutama
diantaranya pulau Timor dan pulau Sumba.

Manfaat dan Nilai-nilai Penting


Cendana merupakan sumber penghasil minyak atsiri dan merupakan komoditi hasil hutan
bukan kayu yang potensial di Provinsi NTT dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya
yang khas dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik. Besar kecilnya
kandungan minyak dan komponen utama dalam minyak tergantung pada faktor geografis
pohon, tumbuhan bawah yang ada di sekitarnya dan cara yang digunakan untuk
penyulingan menghasilkan minyak. Pemanfaatan kayu untuk pembuatan minyak cendana
dapat dilakukan dengan memanfaatkan batang kayu, ranting, cabang ranting, dan akar
pohon cendana. Minyak cendana dapat diperoleh dengan cara penyulingan uap langsung
dan steam.

Minyak cendana merupakan minyak yang sangat harum oleh karena itu minyak ini
dipergunakan sebagai pengikat bahan pewangi lain (fiksasi) yang digunakan dalam industri
parfum, dan hasilnya sebagian besar diekspor. Minyak cendana dapat digunakan untuk
menyembuhkan sakit perut, asma, sakit kulit, infeksi ginjal, berbagai peradangan, obat
penenang, obat mengurangi rasa nyeri, anti kanker, anti bakteri, dan aroma terapi. Ampas
serbuk sisa hasil penyulingan kayu cendana masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
wangi-wangian, campuran dupa, makmul, dan hio yang digunakan untuk acara-acara
kegiatan ritual atau keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai