Anda di halaman 1dari 18

ALERGI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
Kelomok 2 :

1. Erika Wulandari 17.11.054

2. Fauzi Irzal 17.11.065

3. Fenny Enjelina 17.11.067

4. Hanita Gurning 17.11.072

5. Hotlas Tumanggor 17.11.076

6. Jenni Juleta Sinaga 17.11.084

7. Khoirotun Nisak 17.11.091

8. Kisrawati Syahputri 17.11.092

9. Lasnida Siska 17.11.098

10. Liarawati Tamba 17.11.103

11. Lucky Utami 17.11.104

DOSEN PENGAMPUH :
Ns.Adirman Lafau S.Kep

1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUTE KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri
menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa
tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi
kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak.
Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit
alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien
berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari
semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya menunjukkan
gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC beberapa waktu
yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat
pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap
saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40%
mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai
dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang
(Judarwanto, 2005).
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan
zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat
tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat
penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis
dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran

2
pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul
akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau
jam tangan, dan lain-lain. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk
tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis;
serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang
kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung
jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga
tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan
pengawet.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alergi ?
2. Bagaimanakah pembagian alergi ?
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala alergi ?
4. Factor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya alergi
5. Sebutkan macam-macam alergi ?
6. Bagaimanakah pencegahan alergi ?
7. Asuhan Keperawatan ?

C. Tujuan
Tujuan pembahasan alergi ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan patofisiologi,etiologi,penanganan dan lain-lain,sehingga alergi
dapat dicegah secara dini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Alergi
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera
atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat
yang tertentu (alergen)
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di
mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan
orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia
berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh
dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut allergen

B. Klasifikasi Alergi
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan
antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat
oleh antibodi seluler.
1. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)
Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk
antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator
(histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala
atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis -

4
urtikaria, edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis
vasomotorica

2. Macam/type II (reaksi imu sitotoksis)


Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-
bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah,
morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni
dan penyakit-penyakit autoimun.

3. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune


complex = precipitate):
Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat
(Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari
sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam
reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan
terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum
sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

4. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)


Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah
terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-
pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit
tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun
(poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).

C. Etiologi

Secara umum semua benda di lingkungan (pakaian, makanan,


tanaman, perhiasan, alat pembersih, dsb) dapat menjadi penyebab alergi,
namun faktor lain misalnya (a) perbedaan keadaan fisik setiap bahan, (b)

5
kekerapan pajanan, (c) daya tahan tubuh seseorang, (d) adanya reaksi
silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi. (Retno
W.Soebaryo,2002)

D. Manifestasi Klinis
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli
alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target
organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang
disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat
menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)

Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru lahir hingga 1 Tahun

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA


1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu
Of The newborn), cold-like respiratory
congestion (napas berbunyi/grok-grok).
2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups
(cegukan), sering “ngeden”, sering mulet,
meteorismus, muntah, sering flatus, berak
berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna
darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia
umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.
3 Telinga Hidung Tenggorok Bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung
berlebihan, cairan telinga berlebihan, tangan
sering menggaruk atau memegang telinga.
3 Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri
jantung dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah
4 Kulit Erthema toksikum, dermatitis atopik, diapers
dermatitis,
urticaria, insect bite, keringat berlebihan.
5 Sistem Saluran Kemih berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting
(ngompol) Frequent, urgent or painful

6
urination, inability to control bladder;
bedwetting, vaginal discharge, itching,
swelling, redness or pain in genitals,painful
intercourse.
6 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan
suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.
7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata
berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis
vernalis.
 

Tabel 2. Manifestasi Alergi Pada Anak Usia Lebih dari 1 tahun

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA


1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, hidung buntu,
sesak(astma), sering menggerak-
gerakkan /mengusap-usap hidung
2 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering buang air besar (>3
kali/perhari), sulit buang air besar
 
(kotoran keras, berak, tidak setiap hari,
 
berak di celana, berak berwarna hitam
atau hijau, berak ngeden), kembung,
muntah, sulit berak, sering flatus,
sariawan, mulut berbau.
3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung
gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis,
salam alergi, rabbit nose, nasal creases
Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara
parau/serak, batuk pendek (berdehem),
Telinga : telinga terasa penuh/
bergemuruh/berdenging, telinga bagian
dalam gatal, nyeri telinga dengan
gendang telinga kemerahan atau normal,

7
gangguan pendengaran hilang timbul,
terdengar suara lebih keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing,
gangguan keseimbangan.
3 Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka kemerahan),
jantung nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan
darah rendah.
4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria,
bengkak di bibir, lebam biru kehitaman,
bekas hitam seperti digigit nyamuk,
berkeringat berlebihan.
 5 Sistem Susunan Saraf Pusat NEUROANATOMIS :Sering sakit
kepala, migrain, kejang gangguan tidur.
NEUROANATOMIS FISIOLOGIS:
Gangguan perilaku : emosi berlebihan,
agresif, impulsif, overaktif, gangguan
belajar, gangguan konsentrasi, gangguan
koordinasi, hiperaktif hingga autisme.
6 Mata Mata berair, mata gatal, sering belekan,
bintil pada mata (timbilan). Allergic
shiner (kulit di bawah mata tampak ke
hitaman).
 

E. Patofisiologi
Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai
berikut: reaksi diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap
oleh Antigen Presenting Cell (APC), dipecah menjadi peptida-peptida
kecil, diikat molekul HLA (MHC II), bergerak ke permukaan sel dan
dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel Th-2 diaktifkan dan memproduksi

8
sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13 yang memacu switching
produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel mast dan basofil,
sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi
utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi)
melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh
maka akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan
tersebut menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi
perubahan pada membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi
degranulasi sel mast yang kemudian menimbulkan pelepasan histamin
serta mediator peradangan lainnya. Selain itu sel residen juga melepas
mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi.
Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan
pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler
meningkat dan terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke
jaringan yang pada akhirnya menimbulkan oedem dan hipovolemik.
Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi
yang menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran
histamin pada fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang
meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan mual muntah
dan diare. Reseptor histamin juga terdapat di ujung saraf sensori yang
dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal, sedangkan pada mata
menyebabkan mata gatal dan kemerahan.
Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah, keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan
gatal, kram abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan
sulit bernafas.

9
Gb. Mekanisme reaksi hipersensitifitas

F. Faktor-Faktor yang Mendukung terjadinya atau Terbentuknya


Alergi
1. Kesediaan atau kecenderungan sebuah organisem untuk berreaksi
secara berlebihan terhadap zat-zat asing akibat kemampuan organisme
itu untuk memproduksi antibodi dengan berlebihan. Juga kelabilan
struktur pembuluh ikut mendukung hal ini.
2. Sebuah organisme yang normal (dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat
tersebut dalam a bisa juga berreaksi berlebihan jika terjadi kontak
dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali (extreme exposure)
3. Belakangan ini dikemukakan sebuah teori, bahwa kecenderungan untuk
menjaga kebersihan secara berlebih-lebihan bisa mendukung juga
terbentuknya penyakit alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa
lagi kontak dengan antigen sebagai akibat disingkirkannya antigen-
antigen tersebut (yang biasanya dikandung dalam “kotoran” sehari-hari)
secara “mutlak”.

Pengobatan/penatalaksanaan
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan
keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya ; imunoterapi serta
edukasi pasien.

10
Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan
obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizin. Berbeda dengan
antihistamin klasik / generasi pertama (misalnya chlorpheniramine,
cyproheptadine, dexclorpheniramine, dll), antihistamin generasi kedua / terbaru
umumnya memiliki efek sedatif yang rendah (efek mengantuk rendah), efektif dan
sebagian bersifat anti - inflamasi ringan.
Saat ini salah satu obat anti histamin, yaitu cetirizin telah masuk ke dalam
kategori obat wajib apotek dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek
dalam jumlah tertentu dengan melalui resep dokter.

G. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
1. Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah.
Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah
ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu
sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi. Usahakan jangan
memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang
hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
2. Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari
tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan
terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air
hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'.
Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan
shampoo untuk bayi. Dilarang menggunakan cat rambut.
3. Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti
nyamuk. Jika di rumah terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket
anti nyamuk.
4. Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
5. Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali
dengan air hangat akan efektif.
6. Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian
dari bahan katun.

11
7. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu
dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
8. Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat yang menimbulkan
reaksi alergi. Hindari bahan makanan, minuman, maupun obat-obatan
tersebut. Harus mematuhi aturan diet alergi.
9. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan
perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi.
Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk
menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak
debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette
Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-
turut, dan diulang setiap 6 bulan sekali.

Asuhan Keperawatan
1.   Pengkajian
a.    Data Subjektif
         Riwayat psikososial ; factor pencetus ; stress, kebiasaan dan rutinitas,
perawatan sebelumnya,
         Kaji riwayat alergi terdahulu, dan alergi sekarang
         Kaji riwayat alergi keluarga
         Kaji keluhan pasien:

12
o   Pasien mengatakan merasa gatal
o   Pasien mengatakan merasa sesak dan susah untuk bernafas
o   Pasien mengatakan merasa mual-mual

b.    Data Objektif


           Kaji tanda-tanda vital
           Kaji status neurology, perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue,
perubahan tingkah laku
         Kulit kemerahan
         Ada bentol-bentol
         Pasien muntah-muntah
         Pasien terlihat susah bernapas
         Pasien terlihat pucat

2.   Diagnosa
Masalah keperawatan :
         Respon alergi terhadap latex
         Risiko respon alergi terhadap latex
         Bersihan jalan nafas tidak efektif
         Kurang pengetahuan
         Gangguan citra tubuh

    

Diagnosa Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi

Respon Alergi NOC : Immune Hypersensitivity Response NIC : Medical Administration


Terhadap
Latex
o Setelah diberikan asuhan o Periksa catatan medis dan
keperawatan selama … X 24 jam, riwayat alergi pasien
diharapkan tidak terdapat respon o Tentukan dan kaji kondisi kulit
alergi pada pasien dengan criteria pasien yang akan diberikan
hasil : obat topical
o Tidak ada perubahan o Oleskan agen topical yang
pada kulit ( skala 5) telah ditentukan
o Tidak ada perubahan o Monitor efek lokal, sistemik
pada mukosa ( skala 5 ) serta efek samping dari
o Tidak ada reaksi alergi pengobatan

13
( skala 5 ) o Pantau dan ajarkan pada
o Tidak ada rasa gatal pasien cara penggunaan obat
( skala 5 ) mandiri yang sesuai
o Dokumentasikan tindakan
yang telah dilakukan

NOC : Risk Kontrol NIC : Latex Precaution


Resiko
Respon Alergi
Terhadap
o Setelah diberikan asuhan o Kaji pasien tentang riwayat
Latex keperawatan selama .. x 24  jam reaksi sistemik terhadap karet/
diharapkan pasien dapat natural latex
mengontrol factor resiko alergi 
dengan kriteria hasil :
o Kaji pasien tentang riwayat
alergi terhadap makanan yang
o Pasien mampu mengandung getah seperti
menjelaskan cara/metode pisang, kiwi, avocado, dan
untuk mencegah alergi mangga
( skala 5 )
o Catat resiko serta riwayat
o Pasien mampu alergi pasien pada catatan
menjelaskan factor resiko medis pasien
dari lingkungan/perilaku
personal ( skala 5 )
o Mengkaji lingkungan serta
menjauhkan pasien dari
o Mampu memodifikasi produk-produk latex
gaya hidup untuk
mencegah alergi ( skala 5
)
o Fasilitasi pasien dengan
pengobatan yang sesuai

o Monitor pasien mengenai


tanda-tanda serta gejala
sistemik

o Informasikan kepada pasien


dan keluarha tentang factor
resiko yang dapat
menyebabkan alergi late

NOC : Respiratory status : Airway Patency NIC : Airway suction


Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
o Setelah diberikan asuhan o Pastikan kebutuhan oral /
b/d sekresi keperawatan  selama ...X 24 jam , tracheal suctioning
mukus, diharapkan bersihan jalan nafas
pasien normal dengan kriteria hasil
penyempitan
:
o Auskultasi suara nafas
jalan nafas sebelum dan sesudah
dan edema suctioning.
saluran nafas o Frekuensi respirasi
normal ( Skala 5 )
o Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
o Irama respirasi normal suctioning
( skala 5 )
o Minta klien nafas dalam

14
o Kemampuan menarik sebelum suction
nafas dalam normal dilakukan.
( skala 5 )
o Berikan O2 dengan
o Kemampuan untuk menggunakan nasal untuk
mengeluarkan sekret/ memfasilitasi suksion
sputum normal ( skala 5 ) nasotrakeal

o Gunakan alat yang steril


sitiap melakukan tindakan

o Anjurkan pasien untuk


istirahat dan napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal

o Monitor position oksigen


pasien

o Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion

o Hentikan suksion dan


berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

o NIC : Airway Management

o Buka jalan nafas,


guanakan teknik chin lift
atau utter thrust bila perlu

o Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi

o Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan

o Pasang mayo bila perlu

o Lakukan fisioterapi pappa


jika perlu

o Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

o Monitor respirasi dan

15
position O2

NOC Label NIC Label


Kurang Knowledge : Disease Process Teaching Disease Process :
Pengetahuan
Tentang
Proses
o Setelah diberikan asuhan o Identifikasi pengetahuan
Penyakit b/d  keperawatan selama …x24 jam, pasien terkait dengan proses
Kurangnya diharapkan pasien mengetahui perjalanan penyakit yang
Informasi proses perjalanan penyakit dengan dialam
criteria hasil : o Jelaskan proses perjalanan
penyakit yang berhubungan
o Mengetahui proses dengan fungsi dan anatomi
perjalanan penyakit tubuh pasien.
secara spesifik (skala 4) o Jelaskan pada keluarga
o Mampu menyebutkan informasi yang behubungan
penyebab dan factor yang dengan perkembangan kondisi
berhubungan dengan pasien
timbulnya penyakit (skala o Diskusikan pilihan terapi atau
5) latihan yang akan dijalani
o Mampu menyebutkan pasien.
tanda dan gejala dari
penyakit yang dialami
(skala 4)

o Mampu menyebutkan
efek dari penyakit yang
dialami pasien. (skala 4)

o Setelah dilakukan asuhan NIC: Body Image Enhancement


Gangguan keperawatan selama...x 24 jam,
Citra Tubuh diharapkan gangguan citra tubuh
b/d 
o Tentukan harapan citra
klien  teratasi dengan kriteria hasil: tubuh klien berdasarkan
Perubahan
Penampilan tingakat perkembangan
Diri o NOC: Body Image o Monitor frekuensi kalimat
yang mengkritik diri
 Puas dengan penampilan sendiri
tubuh (skala 4 dari 1 – 5) o Bantu klien untuk
mengenali tindakan yang
akan meningkatkan
 Mampu menyesuaikan
penampilannya
dengan perubahan  fungsi
tubuh (skala 4 dari 1 – 5) o Fasilitasi hubungan klien
dengan individu yang
mengalami perubahan
o NOC: Self Esteem citra tubuh yang serupa
o Identifikasi dukungan
 Menerima keterbatasan kelompok yang tersedia
diri (skala 4 dari 1 – 5) untuk klien

 Merasa dirinya berharga  o NIC: Self Esteem Enhancement


(skala 4 dari 1 – 5)

o Anjurkan klien untik


menilai kekuatan
pribadinya

16
o Anjurkan kontak mata
dalam berkomunikasi
dengan orang lain

o Bantu klien menerima


ketergantungan terhadap
orang lain dengan tepat

o Anjurkan klien untuk


mengevaluasi
kebiasaannya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter
merupakan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi.
2. Ditemukan bahwa zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk
tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang
tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan
tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu

B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi.
2. Bagi masyarakat khususnya penderita alergi dapat dengan rutin dan
rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dengan harapan dapat segera menanggulangi alergi yang
terjadi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Judarwanto, 2005. Alergi Makanan, Diet dan Autisme. Dipresentasikan pada


seminar AUTISM UPDATE DI HOTEL NOVOTEL Jakarta tanggal 9 September
2005.
---------------, 2005. Alergi Pada Anak, Jakarta. Penerbit Yudhasmara, 2004.
Wikipedia, 2008. Alergi. http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi, (diperoleh pada
tanggal 27 Februari 2015).

18

Anda mungkin juga menyukai