Anda di halaman 1dari 4

Muhammad[7] (bahasa Arab: ‫ ;محمد‬lahir di Mekkah, 570 – meninggal di Madinah, 8 Juni 632)[8] adalah

seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim.[9] Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam
untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama
menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul
sebelumnya.[10]

Lahir pada tahun 570 M di Mekkah, ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya bernama Aminah. Ayah
Muhammad meninggal dunia ketika Muhammad berusia 2 bulan dalam perut ibunya, dan ibunya
meninggal dunia ketika Muhammad berusia 6 tahun. Setelah yatim piatu, Muhammad dibesarkan di
bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib sampai berusia 8 tahun, kemudian Muhammad diasuh oleh
pamannya Abu Thalib selama hampir 40 tahun. Perjalanan niaga pertama Muhammad dilakukan menuju
Syam bersama pamannya Abu Thalib, ketika Muhammad berusia 12 tahun. Pada perjalanan ini Abu
Thalib diberitahu oleh Rahib Bahira bahwa Muhammad adalah calon nabi yang dijanjikan.

Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Muhammad kadang-kadang mengasingkan diri
ke gua sebuah bukit hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa. Diriwayatkan dalam usia ke-
40, Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah.[11] Tiga tahun
setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka,[12] menyatakan keesaan Allah
dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar dan meninggalkan sesembahan
selain Allah. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya.[13] Praktik atau
amalan Muhammad diriwayatkan dalam hadis, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam
bersama Al-Quran.

Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari
beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Muhammad membenarkan
beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada
tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah,
Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas
serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah.
Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad berhasil mengambil alih kota dengan
sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-berhala. Pada tahun 632, beberapa bulan
setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan hingga akhirnya
wafat. Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal
Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.

Etimologi

"Muhammad" (bahasa Arab: ‫ ;محمد بن عبد هللا‬Transliterasi: Muḥammad;[14] diucapkan [mʊħɑmmæd]


( simak))[15][16][17] secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab
berarti "dia yang terpuji". Selain itu, dalam salah satu ayat Al-Qur'an,[18] Muhammad dipanggil dengan
nama "Ahmad" (‫)أحمد‬, yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua gelar dari suku Quraisy (suku terbesar di
Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan
As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan
gelar Rasul Allāh (‫)رسول هللا‬, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam ( ‫صلى هللا عليه و‬
‫سلم‬, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat
"S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.

Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[1] yang berarti "bapak Qasim", karena
Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum
mencapai usia dewasa.

Genealogi

Artikel utama: Silsilah keluarga Muhammad

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib
bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[19] Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama,
sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Adnan secara umum diyakini adalah keturunan
dari Ismail bin Ibrahim, yang selanjutnya adalah keturunan Sam bin Nuh.

Walaupun demikian, terdapat sejarawan yang menyusun silsilah yang lebih jauh lagi. Muhammad bin
Ishak bin Yasar al-Madani, di salah satu riwayatnya menyebutkan silsilah hingga Adam. Silsilah tersebut
adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab
bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin
Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-
Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar)
bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh
bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.[butuh
rujukan][20]

Kelahiran

Artikel utama: Maulud Nabi Muhammad

Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Muhammad jatuh pada bulan Rabiul Awal.
[21] Muhammad lahir di Mekkah, kota bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan
dengan Tahun Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Mekkah oleh pasukan bergajah di
bawah pimpinan Abrahah.[22][23] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai
hari kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari
kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam
penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.

Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah
terhormat di Mekkah, meskipun tak terpandang karena kekayaannya.[24] Ayahnya, Abdullah meninggal
saat Muhammad masih dalam kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[25] Muhammad bayi dibawa
tinggal bersama keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat
fisik dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[26] Ia diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi
Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[27] Setelah itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk
diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena
sakit.[27][28] Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh
kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dan
Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka Bani Hasyim
sepeninggal Abdul Muththalib.[27][29]

Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai
mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya
dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar
tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak
dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat
dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang
yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim
barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan
dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil
berdagang yang lebih dari biasanya.

Seiring waktu akhirnya Muhammad menikah dengan Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad
berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun. Perbedaan umur yang jauh
dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat
itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis
ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai
orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat
pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad,
Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia
dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya,
hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".

Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia
hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di
kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan
anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari
semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi,
meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang
berarti "yang benar".

Anda mungkin juga menyukai