Proposal Bherllian P Solimun
Proposal Bherllian P Solimun
Oleh:
2020
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Cedera otak adalah cedera otak yang disebabkan oleh benturan atau
pukulan, atau cedera kepala tembus dengan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
kurang dari 8. Setiap tahunnya terdapat sekitar 30 juta orang yang datang ke
penyebab yang mendasari. (report to congress TBI in US cdc, 2015). Pada tahun
2013, di Amerika Serikat, sekitar 2,8 juta pasien tercatat sebagai pasienCOB
yang datang ke IGD, rawat inap dan meninggal yang terdiri dari sekitar 2,5 juta
kunjungan ke IGD, 282.000 rawat inap dan 56.000 kematian terkait COB.
Jumlah pasien yang didiagnosis COB sekitar 2,8 juta (1,9%) dari total 149 juta
pasien yang datang dengan cedera (Traumatic brain injury MMWR, 2017, cdc).
selama tahun 2010-2014 didapatkan data bahwa sekitar 10% pasien meninggal
dari jumlah pasien yang dirawat karena kecelakaan dan penyebab kematian
terbesar adalah cedera kepala dengan rata-rata 50%. (Gambaran kecelakaan lalu
lintas Indonesia, Puslitbang) Penelitian yang dilakukan di ICU RSUP Prof. Dr.
Kandou Manado didapatkan data bahwa sekitar 45% pasien meninggal karena
ataupun dampak kualitas hidup pasien dan keluarga, diharapkan perhatian lebih
mendalam dalam penanganannya. Salah satu dampak yang cukup berat adalah
gangguan fungsi kognitif karena cedera kepala yang bersifat kronis berhubungan
dengan kemampuan regenerasi, plastisitas sel dan proses belajar (hubungan bdnf
merupakan salah satu faktor neurotropik yang berperan penting dalam plastisitas
sel, proses belajar dan gangguan afektif (AMS dan labinformation, 2016). BDNF
adalah mediator sentral dari efek stres ke plastisitas neuron berhubungan dengan
kadar serum BDNF saat cedera kepala dengan gangguan fungsi kognitif paska
sehingga berdampak pada penurunan angka mortalitas. Akan tetapi, dampak lain
yang dihadapi adalah kualitas hidup pasien pasca COB antara lain gangguan
dengan penatalaksanaan lesi otak yang disebabkan karena cedera kepala, iskemia
pada pasien dengan COB jarang dilakukan. Studi kepustakaan tetang hubungan
inflamasi.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan maka rumusan masalah dalam tugas akhir
ini adalah “Apakah pemberian Citicolin berpengaruh pada kadar BDNF pada
sampel yang lebih besar. Hasil penelitian ini dapat menambah konsep
pemberian citicolin pada pasien post operasi yang terpasang ICP dengan
diagnosis COB.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidemiologi
Cedera kepala memiliki angka kejadian yang cukup tinggi sebagai salah
satu penyebab kecacatan dan kematian akibat trauma. Menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 didapatkan antara 132−367 kejadian trauma
kepala dalam 100.000 populasi. Sebagian besar penderita cedera kepala adalah
laki-laki dengan usia terbanyak antara 15-24 tahun (Kraus et al., 20000; Mattox
Dari jumlah kasus cedera kepala yang terjadi, 30% adalah kasus cedera
otak berat yang 30 sampai 36 persennya meninggal dunia, 5 persen hidup dengan
status vegetatif, 15 persen cacat berat, 15 sampai 20 persen cacat sedang dan
sisanya memiliki recovery yang bagus. Ditinjau dari kerusakan jaringan yang
terjadi, cedera kepala dapat melibatkan seluruh komponen kepala, mulai dari:
kulit, tengkorak hingga jaringan otak beserta pembuluh darah dan selaputnya.
Cedera kepala yang langsung disebabkan oleh benturan disebut cedera primer,
cedera sekunder.
2.1.2 . Patofisiologi
besarnya gaya, arah gaya dan pengulangan gaya akan menimbulkan perbedaan
pada derajat kerusakan yang terjadi. Cedera kepala primer todak hanya terjadi
pada sisi trauma akan tetapi dapat terjadi pada seberang sisi trauma ataupun
sepanjang arah yang dilewati gaya akibat trauma. Kerusakan yang timbul dapa
terjdi akibat mekanisme percepatan dan perlambatan, arah dan gaya rotasi,
ataupun shock wave phenomenon (Graham and Gennarelli, 2000; Holland, 2003;
Japardi, 2004).
Cedera kepala meliputi spektrum luas dari cedera mulai cedera ringan
hingga parah. Untuk pasien yang selamat dari cedera primer, morbiditas dan
menjadi penting untuk potensiasi jangka panjang (LTP), yang bergantung pada
kematian neuron yang disebabkan oleh iskemia serebral atau gangguan reperfusi.
Cedera kepala sedang dan berat dapat menyebabkan kerusakan otak yang
lebih berat dibandingkan dengan yang ringan. Cedera kepala sedang dan berat
berdampak lanjutan pada saat benturan terjadi. Kasus cedera kepala berat didapati
ada tingkat primer dan sekunder. Kejadian cedera kepala sekunder menimbulkan
dampak yang lebih berat dibandingkan dengan yang primer. Proses cedera kepala
samping itu ada kesulitan untuk menentukan apakah cedera kepala sekunder ini
sudah begitu berat, sehingga pengobatan akan memberikan hasil yang percuma
atau cederanya ini masih dalam tahap yang layak untuk ditolong, agar
Kerusakan primer bisa bersifat lokal maupun difus, hal ini dibedakan
berasarkan luas kerusakan yang terjadi. Apabila kerusakan yang terjadi hanya
mengenai bagian-bagian tertentu dari otak maka kerusakan yang terjadi bersifat
fokal. Kerusakan fokal dapat berupa [1] Kontusio serebri [2] Laserasi serebri dan
sadar dan tidak disertai adanya SOL (space ocuupying lesion) pada CT-Scan atau
MRI maka kerusakan tersebut bersifat difus, adapun kerusakan yang mencakup
kerusakan difus antara lain [1] Diffuse axonal injury (DAI) dan [2] Diffuse
keadaan hipoksia, iskemia serta hipotensi dan [2] Diffuse brain swelling, pada
keadaan ini terjadi peningkatan kandungan air dalam jaringan otak atau terjadi
2.1.5.1 Nekrosis
radikal bebas yang memicu pecahnya membra sel dan isi sel menjadi
2.1.5.2. Apoptosis
Apoptosis yang terjadi pada sel tidak terjadi secara berkelompok, pada
menyebabkan degradasi nucleus dan sel itu sendiri dan sel terbelah
menjadi beberapa belahan yang terbungkus oleh membran sel yang utuh
al., 2004).
susunan saraf pusat (Teixeira et al., 2010). Brain derived neurotrophic factor
Sesuai dengan fungsi terebut, BDNF memiliki peran sebagai pengatur utama
Brain derived neurotrophic factor diekspresikan pada sistem saraf pusat dan
perifer mamalia dewasa, terutama di hipokampus dan korteks. Studi klinis telah
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kadar BDNF yang rendah dapat
memori spasial terkait dengan usia. Brain derived neurotrophic factor berkorelasi
tingkat BDNF serum yang lebih rendah (8,1 ng/ml) dibanding saat onset (13,7
depresi pasca stroke (PSD) yang independen pada 3 bulan pasca stroke. Kadar
peningkatan BDNF yang signifikan lebih awal setelah stroke iskemik. BDNF
serum pada hari pertama onset dapat memprediksi risiko PSD berikutnya. Yang,et
follow up. BDNF serum pada hari pertama onset secara signifikan lebih tinggi
pada pasien stroke non-PSD daripada kontrol normal, sementara pada pasien PSD
kejadian PSD pada tahap akut stroke (Yang et al.2011). Zhou, et al meneliti kadar
BDNF pada onset 7 hari stroke iskemik dan melakukan follow up pada 3-6 bulan
pasca stroke, didapatkan kadar BDNF yang menurun pada kelompok PSD. Pada 7
hari sebesar 29,1±11,4 ng/ml dan pada follow up sebesar 21.7±10.3 ng/ml , nilai
ini jauh lebih rendah jika dibandingkan kelompok kontrol sehat sebesar 26.2±8.4
ng/ml dan kelompok stroke tanpa PSD sebesar 28.6±9.6 ng/ml (Zhou,et al,2011).
Jimenez et al mendapatkan sebanyak 23 orang (22,1%) dari 104 pasien stroke
iskemik akut dengan onset pertama kalinya, mengalami depresi pada satu bulan
pasca stroke. Penelitian ini mendapatkan kadar BDNF pada kelompok depresi
lebih rendah dari kelompok tanpa depresi, namun tidak ada hubungan yang
signifikan antara kadar BDNF dengan terjadinya depresi pada satu bulan pasca
tanpa depresi sebesar 12,9 (10,6-16,1) ng/ml dan pada kelompok depresi sebesar
13,6 (9,8-201) ng/ml dengan nilai p= 0,565. Sementara itu pada pengukuran 1
depresi sebesar 13,5 (11,6-16,1) ng/ml dan pada kelompok depresi sebesar 11.4
merupakan bagian dari neurotropin. BDNF adalah pusatmediator efek stres pada
plastisitas neuron dan berkaitan dengan stres serta gangguan afektif juga
makan dan tidur. (BDNF, Lab information). BDNF diproduksi terutama oleh
dirangsang oleh kortisol. BDNF menghambat apoptosis (kematian sel) neuron. Ini
tyrosinase.Ini mengarah pada aktivasi sinyal bertahan hidup pada di satu sisi, di
dewasa sistem saraf. Fungsi biologisnya sinergis dengan serotonin, karena kedua
zat ini memicu transkripsi yang serupafaktor melalui kaskade sinyal serotonin. Itu
Gen-polimorfisme BDNF ditandai oleh ekspresi dari varian BDNF prematur yang
mempengaruhi organ perifer dan diproduksie. g. oleh sel-sel otot, sel-sel sistem
kekebalan tubuh dan trombosit. Dalam kasus dermatitis atopik BDNF miliki telah
memainkan peran dalam persepsi pruritus melalui interaksi dengan serabut saraf
b. Dugaan depresi
d. Penyakit neurodegeneratif
e. Dermatitis atopik: Konfirmasi statuspenyakit (terutama pruritus) dan
Faktor yang dapat menstimulasi BDNF adalah pembatasan kalori, latihan fisik
serotonin prekursor, asam lemak omega-3, seng, dan vitamin E.Stres kronis,
pria dan wanita tidak berbeda secara umum, ada ketergantungan ke status
hormonal. Studi lain menunjukkan diurnal irama juga variasi musiman dalam
Serum harus disampel di pagi hari dan seharusnyatiba di laboratorium pada hari
yang sama. Jika ini tidak mungkin, lebih baik dikirim dalam serum beku.
(Labinformasi)
Faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF) adalah salah satu dari
6], dan protein BDNF dan mRNA telah diidentifikasi di sebagian besar otak area
Parkinson (PD) [7], multiple sclerosis (MS) [8] dan Huntingtonpenyakit [9].
paper)
prekursor 32-35 kDa (pro BDNF) yang bergerak melalui aparat Golgi dan
(Gambar 1). Domain terminal pro-BDNF dibelah oleh enzim protein convertase
yang berbeda untuk terbentuk 13 kDa BDNF dewasa aktif secara biologis
(mBDNF)[10–12].
kecacatan hingga kematian. COB bisa didiagnosa dari gejala dan tanda eksternal
yang bisa menggambarkan adanya kerusakan pembuluh darah akson, euron dan
glia yang merupakan dampak dari kerusakan primer yang merupakan dampak dari
Dalam hal ini dibutuhkan peramalan perjalanan penyakit COB yang dapat
intrasel dalam otak termasuk keadaan patologis sel saraf dan bimarka tingkat
selular dapat menggambarkan hal tersebut, salah satu biomarka yang sedang
dari cairan serebrospinal. Hal ini di yakini memberikan gambaran yang lebih baik
BDNF adalah sejenis protein yang merupakan bagian dari neurotropin dan
merupakan keluarga dari Nerve growth Factor. BDNF memiliki peran penting
pada kelangsungan hidup sel pada kasus TBI, karena perannya dalam diferensiasi
neuronal, kelangsungan hidup dan plastisitas sel, oleh karena itu kadar BDNF
meningkat secara signifikan pada daerah korteks dan hipokampus yang terluka
Pada pasien cedera kepala berat terjadi peningkatan kadar BDNF dalam cairan
kondisi cedera otak pasien. Pemeriksaan kadar BDNF 48 jam pascacedera kepala
adalah tolok ukur yang bermakna sebagai respons perbaikan yang menentukan
pasien COB hari ke 1 hingga hari ke 6 pasca trauma berkisar 0,01-0,20 ng/ml
BDNF yang meningkat pada kasus COB mungkin berhubungan dengan peran
meningkat pada 24 jam pertama yaitu dengan angka rata-rata berkisar 7,04 - 0,89
sehingga akhirnya menurun pada pemeriksaan 120 jam pasca cedera dengan
angka rata-rata berkisar 5,89-8,53pg/ml. Hal ini adalah sebagai penanda tertentu
bahwa telah terjadi perbaikan khas dan respon tubuh terhadap cedera
(Dharmawijaya, 2014)
melakukan perbandingkan kekuatan dari waktu, yaitu setelah 24, 48, 72 dan 120
dilakukan dalam empat kesempatan, yaitu pada 24 jam, 48, 72 dan 120 pasca
bulan pasca cedera kepala. Hasil mengukur BDNF 48 jam pasca cedera kepala,
telah terjadi perbaikan khas dan respons tubuh terhadap cedera. Jika tidak
terpakai dan menurun pada pemeriksaan 120 jam pascacedera. Kadar BDNF yang
menurun pada pemeriksaan 120 jam pascacedera masih tetap di atas kadar normal
berlangsung.
2.3. Citicolin
Prekursor kolin adalah molekul eksogen yang dikonversi dalam tubuh. Dosis oral
usus dan hati menjadi kolin dan sitidin. Baik kolin maupun sitidin memasuki
(PEt) adalah dua fosfolipid yang paling melimpah dalam sel eukariotik, terhitung
lebih dari setengah dari totalkonten fosfolipid dalam membran. Jalur sintesis
denovo PC, jalur CDP-choline (Gbr. 1), termasuk enzim cytidine kinase (CK),
endoplasma retikulum dan inti sel [3]. Kolin yang digunakan untuk sintesis
Properties of Citicoline: Facts, Doubts and Unresolved Issues, Pawel Grab 2014)
Gambar 1. Jalur cytidine-50-diphosphocholine (CDP-choline) dari
metabolit alami disintesis di dalam sel (suatu zatasal endogen), istilah 'citicoline'
tidak ada sampai zat itu digunakan sebagai obat. Citicolin menampilkan
toksisitas yang kecil. Senyawa ini cepat di atabolisasi (Gbr. 2), dan produk yang
muncul dapat melalui beragam jalur biosintesis yang pada akhirnya akan
citicoline telah berulang kali dikonfirmasi pada hewan pengerat dan anjing,
dengan 4.600 dan 4.150 mg / kg mice dan rat. LD50 untuk menelan citicolin
bahkan lebih tinggi sekitar 8 g / kg pada tikus dan tikus. Untuk perbandingan,
2.4. Citicolin dan BDNF sebagai Nouroprotector serta Neurorepair pada COB
pada kasus parkinson oleh Manaka et al. dari jepang, selanjutnya horrocks
(Becades, 2014)
dalam konteks yang lebih luas, seperti motorik, memori, fungsi kognitif, berpikir dna
proses pengambilan keputusan. Hal ini terjadi karena citicolin memainkan peranan
penting dalam mendukung perbaikan dan menjaga membran sel dari kerusakan,
pembentukan bahan kimia dan propragasi impuls listrik (Taufiqurrohman and Mery,
2016) .
komponen membran sel itu sendiri yang bisa menurunkan aktifitas fosfolipase
fosfotidilkolin yang merupakan komponen membran sel. selain itu cara lain untuk
mencegah kerusakan otak akibat iskemik adalah dengan mencegah enzim fosfolipase
yang berperan dalam pemecahan fosfolipid dan pembentukan asam arakhidonat serta
dengan cara meningkatkan sintesis fosfatidilkolin pada otak yang cedera, selain itu
Pada trauma kepala terjadi pelepasan oksigen reaktif (ROS) dan menyebabkan
kerusakan jaringan yang signifikan. Pemberian citicolin pada cedera otak berat dapat
dan sphingomyelin yang berarti mencegah terjadinya proses inflamasi. Citicolin juga
mengurangi kerusakan otak akut dan meningkatkan pemulihan fungsional. Hal ini
fosfolipid membran, yang terdegradasi selama iskemia otak oleh asam lemak dan
radikal bebas. Selain itu, citicolin juga mengembalikan aktivitas ATPase, untuk
dam merupakan bagian dari neurotropin. BDNF adalah pusatmediator efek stres
pada plastisitas neuron dan berkaitan dengan stres serta gangguan afektif juga
neuron dan karenanya penting fungsinya untuk pembelajaran, memori, nafsu makan
aktivasi sinyal bertahan hidup pada di satu sisi, di sisi lain, sinyal pro-apoptosis
yang merupakan bagian dari neurotropin dan merupakan keluarga dari Nerve growth
Factor. BDNF memiliki peran penting pada kelangsungan hidup sel pada kasus
plastisitas sel, oleh karena itu kadar BDNF meningkat secara signifikan pada daerah
korteks dan hipokampus yang terluka sesaat setelah COB terjadi (Wurzelman, et.al,
2017).
Faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF) adalah salah satu dari
danmengontrol pertumbuhan neuron baru dari sel induk saraf (neurogenesis)[5, 6],
dan protein BDNF dan mRNA telah diidentifikasi di sebagian besar otak area
yaitu sebagai pelindung saraf khusus. Seperti halnya pemberian citicholine juga
tercapai.
Kerangka Teori
Kerusakan
Keluarnya DNA
TNFα, IL-
1, IL-3 dan Kerusakan
IL-6 Gen p53
BDNF
Fas/ CD95
Caspase 8
MAP Kinase
P13 Kinase
Sitrokom C
Neurogenesis dan
Caspase 9 Proliferasi
Neuron
Perbaikan Kondisi
Citicholin Klinis
BAB 3
Cedera kepala meliputi spektrum luas dari cedera mulai cedera ringan
hingga parah. Cedera awal pada memicu pelepasan glutamat yang menyebabkan
peran kunci dalam kognisi, menjadi penting untuk potensiasi jangka panjang
neuron kortikal tergantung NMDAR terganggu oleh peptida yang meniru ligand
Proses kematian sel setelah cedera kepala meliputi nekrosis dan apoptosis.
mengalami perubahan morfolog dan membran sel pecah yang akan menyebabkan
isi sel keluar ke rongga ekstra seluler. Hal ini akan memicu reaksi peradangan
(Slemmer et,al, 2004). Iskemia dan hipoksia yang menyertai cedera kepala
terjadinya penumpukan ion ca2+ yang akan mengaktifkan berbagai enzim, seperti
tromboxan, proses ini juga disertai dengan pelepasan radikal bebas yang memicu
pecahnya membra sel dan isi sel menjadi tumpah keluar dan neuron mengalami
Apoptosis yang terjadi pada sel tidak terjadi secara berkelompok, pada
degradasi nucleus dan sel itu sendiri dan sel terbelah menjadi beberapa belahan
yang terbungkus oleh membran sel yang utuh yang disebut apoptotic bodies yang
pada pasien dengan COB jarang dilakukan. Studi kepustakaan tetang hubungan
Aktivasi
Pelepasan Mobilisasi
Protease, Apoptosis
Glutamat Asam
Lipase,
Arakhidonat
Endonuklease
NMDA
Reseptor Citicholi
n
Aktivasi Apoptosis
Capcase
Keterangan :
METODE PENELITIAN
double blind pre and post test design, yaitu desain yang paling kuat untuk
pemberian citicolin pada pasien cedera otak berat di RSUD dr Saiful Anwar
Malang.
berikut:
4.2.2.1.1 Kriteria Inklusi
a. Riwayat stroke
d. Tumor Otak
dari pasien yang datang pertama sampai dengan diperoleh sampel secara
keseluruhan.
(zα+ zβ ) s
n1= n2 = 2[ ( x 1−x 2) ] 2
Keterangan:
=4
n1 =18 dan n2 = 18
n1= 20 dan n2 = 20
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar BDNF CSF dan
perbaikan klinis.
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Brawijaya Malang
Tahun
4.5.1. Bahan
Citicolin 250 mg
Reagensia menggunakan Ray Bio® BDNF Elisa Kit, Ray Biotech Inc,
terdiri dari:
1. BDNF microplate
2. Buffer concentrate
4. Assay diluent A
5. Assay diluents B
4.5.2. Alat
2. Diinkubasi selama 150 menit, dalam adukan pada suhu kamar, selanjutnya
3. Wells yang telah dicuci diteteskan larutan antibody label biotin sebanyak
6. Wells dibacakan dalam elisa reader dengan panjang gelombang 450 nm.
monitor tekanan vena sentral untuk diukur kadar BDNF serum awal.
melalui monitor CVP sebelum dilepas untuk diukur kadar BDNF serum.
Informed consent
Diberikan terapi standar pada pasien COB: oksigen, cairan intravena, analgetik, antibiotik,
proton pump inhibitor/ anti H2 receptor.
Setelah dilakukan operasi kepala dan dipasang ICP diambil sampel LCS saat melakukan
insersi selang monitor tekanan intracranial
Ambil sampel LCS pada hari kelima melalui monitor ICP sebelum dilepas
dalam komputer melalui program Microsoft Excel for Windows. Analisis data
meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Pada analisis deskriptif data yang
berskala kategorial seperti jenis kelamin akan dinyatakan sebagai frekuensi dan
persentase. Data yang berskala kontinyu seperti usia, dan sebagainya akan
Uji asumsi normalitas data diperlukan pada pengujian hipotesis a. dan b.,
dikatakan signifikan jika sig. (p) <0,05. Proses analisis data dilakukan