Anda di halaman 1dari 30

BASIC ENERGY

MANAGEMENT
TRAINING

MODULE 3
GLOBAL ENVIRONMENTAL CONCERN
SKKNI Kode Unit : JPI.KE01.001.01
Judul Unit : Menerapkan prinsip-prinsip konservasi energi
MANAJER
ENERGI Kode Unit : JPI.KE02.001.01
Judul Unit : Menjelaskan sistem penyediaan dan pemanfaatan energi yang
berkelanjutan.

1 KU Kode Unit : JPI.KE02.002.01


Judul Unit : Menyiapkan proses audit energi.
6 KI
25 EK Kode Unit : JPI.KE02.003.01
Judul Unit : Melakukan audit energi

Kode Unit : JPI.KE02.004.01


Judul Unit : Menyusun program aksi implementasi konservasi energi

Kode Unit : JPI.KE02.005.01


Judul Unit : Melaksanakan program peningkatan efisiensi energi

Kode Unit : JPI.KE02.006.01


Judul Unit : Melaksanakan pemantauan dan evaluasi implemetasi
program konservasi energi
STANDAR KOMPETENSI
Kode Unit : JPI.KE01.001.01
Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip konservasi energi
Uraian Unit: Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang pemanfaatan energi
yang efisien dan rasional.

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja (KUK)

1. Jenis energi dianalisis


1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi
2. Indikator kinerja pemanfaatan energi dipahami
energi
3. Pengoperasian fasilitas utiliti dianalisis
4. Pengoperasian fasilitas produksi dianalisis
5. Pemeliharaan dan perawatan fasilitas energi dianalisis
6. Dampak lingkungan dianalisis

2 Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi 1. P. rinsip konservasi energi pada sistem peralatan thermal dimengerti
energi pada teknologi pengguna energi 2. Prinsip konservasi energi pada sistem kelistrikan dimengerti
3. Prinsip konservasi energi pada sistem kendali (control) dimengerti

3. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi 1. Proses produksi dianalisis


energi pada proses produksi 2. Neraca massa dianalisis
3. Neraca energi dianalisis
4. Parameter operasi dianalisis
POKOK
BAHASAN

2.
1. 3.
Masalah
RAGAM ISU Pembangunan
Perubahan
LINGKUNGAN Berkelanjutan
Iklim
Beragam issu lingkungan (1)
Tahun 1896, seorang ilmuan Swedia Svante Arhhenius telah
menduga bahwa bahwa kegiatan-kegiatan umat manusia akan
mempengaruhi kondisi interaksi antara matahari dan bumi yang
dapat mengakibatkan pemanasan global.

Sekarang dugaan dia sudah menjadi kenyataaan dan perubahan


iklim global ini telah mengganggu stabilitas lingkungan hidup.
Beragam issu lingkungan (2)
Untuk melindungi lingkungan global, telah banyak perjanjian, kesepatan, dan
protokol dibuat oleh para pemimpin dunia
Beberapa issu penting tentang lingkungan global adalah:
Penipisan lapisan ozone
Pemanasan global
Hilangnya keragaman hayati
Dampak-dampak pengrusakan lingkungan global mempengaruhi seluruh
sendi kehidupan penduduk dunia tanpa pandang bulu. Semua penduduk muka
bumi akan merasakan dampaknya. Jadi kita sama-sama harus kerjasama
menjaga lingkungan global ini.
Penipisan lapisan Ozon
 Lapisan atmosper bumi dibagi atas lapisan,
yaitu troposper, stratosper dan mesosper.
 Ketebalan lapisan stratosper 10 hingga 50
km dari permukaan bumi.
 Pada lapisan ini banyak terdapat gas ozon
yang berwarna biru muda dan sedikit
berbau mirip bau jamur.
 Molekul gas ozone terdiri dari tiga atom
Oksigen, yaitu O3.
 Lapisan Ozon di stratosper ini berguna untuk
melindungi mahluk dibumi dari bahaya
cahaya Ultraviolet B (UV-B).
Siklus ozone

 Ozone terbentuk ketika molekul-molekul oksigen menyerap sinar UV


dengan  < 240 nm.
 Ozone rusak ketika molekul-molekul ozone menyerap sinar UV dengan
 > 290 nm.
Proses penipisan lapisan ozon (1)
Ozone adalah zat yang sangat reaktif dan mudah dipisahkan oleh zat-zat
bromine dan chlorine buatan manusia.
Proses penipisan lapisan ozone dimulai ketika CFC yang digunakan mesin
pendingin dan AC serta bahan-bahan penipis lapisan ozone lainnya (ODS)
dilepas ke atmosper.
Angin menyebabkan zat-zat ini tercampur dan terdistribusi secara merata di
troposper.
Zat-zat ODS ini tidak larut dalam hujan, dan sangat stabil serta punya umur
yang panjang. Setelah beberapa tahun ODS ini mencapai stratosper secara
diffusi.
Proses penipisan lapisan ozon (2)

Chemical equation is:


CFCl3 + UV Light ==> CFCl2 + Cl
Cl + O3 ==> ClO + O2
ClO + O ==> Cl + O2
The free chlorine atom is then free to attack another ozone molecule again and
again... for thousands of times.
Dampak-dampak penipisan lapisan Ozone (1)
Dampak-dampak pada kesehatan manusia dan binatang:
Peningkatan penetrasi radiasi UV-B dapat meningkatkan resiko sakit
mata, kanker kulit dan berbagai infeksi penyakit.
Dampak pada tanaman darat: Kenaikan radiasi UV-B dapat
merubah keaneka ragaman hayati.
Dampak pada ekosistem aquatik: Mempengaruhi distribusi
pitoplankton dan menurunkan kapasitas produksi ikan, udang,
kepiting dan katak.
Dampak-dampak penipisan lapisan Ozone (2)

Dampak pada siklus Bio-geo-kimia: Mempengaruhi siklus-siklus


teresterial dan akuatik bio-geo-kimia.

Dampak pada kualitas udara: Dapat menaikkan produksi dan


pengrusakan ozone dan oksidan-oksidan lainnya seperti hidrogen
peroksisa yang punya dampak negatif terhadap kesehatan manusia,
tanam-tanaman dan bahan-bahan luar rumah.
Pemanasan global (Global Warming) (1)
Sebelum Revolusi industri, telah terjadi perubahan iklim tapi secara alami.
Tetapi, setelah revolusi industri karena aktivitas pembakaran bahan bakar fossil,
perubahan pola bertani dan juga penggundulan hutan, terjadi perubahan
komposisi gas di atmosfer yang mengakibatkan perubahan iklim lingkungan yang
sangat signifikan.
Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, telah terjadi pemanasan global cukup
signifikan (kenaik suhu berkisar 0,3 – 0,6 oC.
Sumber-sumber
Gas Rumah Kaca
CO2 dilepas ke atmosper karena pembakaran
sampah padat, bahan-bakar fossil, dan kayu.
Metan hasil dari dekomposisi sampah organik
baik dari rumah tangga maupun dari
peternakan, dan produksi dan transpotasi
batubara, gas alam dan bbm.
Nitrous oksida, utamanya hasil dari aktifitas pertanian dan industri.
Gas rumah kaca yang sangat berbahaya lainnya adalah hydrofluorocarbons (HFCs),
perfluorocarbons (PFCs), and sulfur hexafluoride (SF6), yang dihasilkan dalam
berbagai proses industri.
Satuan gas rumah kaca adalah millions of metric tons of carbon equivalents
(MMTCE), yang mengklasifikasikan bahaya gas rumah kaca pada Global Warming
Potential atau nilai GWP.
Global Warming Potentials (GWP)
GWP adalah salah satu cara pengukuran tingkat bahaya gas rumah kaca.
GWP mengukur dampak gas rumah kaca terhadap dampak rumah kaca secara
alami, termasuk kemampuan molekul-molekul menyerap dan menangkap panas
serta termasuk lamanya suatu gas rumah kaca bertahan di atmosper.
HFCs and PFCs adalah penyerap panas tertinggi. Gas Metan memperangkap
panas 21 kali lebih besar dari CO2. nitrous oksida menyerapkan 270 kali lebih
dahsyat dari CO2.
Berdasarkan kesepakanan GWP CO2 = 1, dan gas-gas lainya GWP nya
dibandingkan dengan CO2. Jadi GWP gas Metan = 21 dan GWP gas nitrous oksida
= 270.
Walau GWP gas-gas lain jauh lebih besar, tetapi karena konsentrasi CO2 di
atmosper jauh lebih tiggi, dampak CO2 masih lebih tinggi sekitar 60%.
Implikasi dari pemanasan Global
Kenaikan suhu iklim global: selama abad ke 20 suhu sudah naik 0,6 oC. Diduga
suhu akan naik 6 °C menjelang tahun 2100.
Kenaikan permukaan air laut: Diperkirakan permukaan air laut akan naik 9 - 88
cm menjelang tahun 2100 yang dapat merendam dataran-dataran rendah.
Kelangkaan pangan dan kelaparan: Akibat perubahan pola dan jumlah hujan
yang akan mempengaruhi hasil pertanian
Indonesia akan kena dampak lebih terasa dibanding negara-negara lain karena
kita negara kepulauan dan terletak di katulistiwa.
Masalah Perubahan Iklim dan Langkah
Yang perlu dilakukan
The United Nations Framework
Convention on Climate Change, UNFCCC
Ditandatangani di Rio de Janeiro pada Juni 1992 oleh 150 negara.
Merupakan kesepakatan yang menjadi dasar kerjasama internasional tentang
perubahan iklim.
Tujuan utama konvensi adalah menjaga konsentrasi gas rumah kaca di atmosper
pada tingkat aman.
Prinsipnya adalah komitment setiap negara untuk melakukan kebijakan-
kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Target secara global adalah menjelang tahun 2000 emisi gas rumah kaca stabil
sama dengan tingkat 1990.
Protokol Kyoto (1)
Karena semakin jelas negara-negara utama seperti USA dan Jepang tidak akan
secara sukarela memenuhi target stabilisasi emisi gas rumah kaca menjelang
tahun 2000, negara POC memutuskan tahun 1995 perlu ada negosiasi untuk
menyusun protokol yang mengikat secara hukum.

Negosiasi Kyoto Protocol to UNFCCC diselesaikan pada 11 Desember, 1997,


berkomintment bahwa negara-negara industri secara hukum terikat untuk
mengurangi emisi enam gas rumah kaca, carbon dioxide (CO2), methane
(CH4), nitrous oxide (N2O), hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons
(PFCs), and sulfur hexafluoride (SF6).
Protokol kyoto (2)
Protokol Kyoto menyatakan bahwa negara-negara maju berkomitment secara
individu dan bersama-sama menjamin bahwa emisi agregat CO2 antropogenik
(karena ulah manusia) mereka tidak melebih jumlah maksimum yang sudah
ditetapkan untuk masing-masing negara, yaitu paling sedikit 5% di bawah tingkat
1990 dalam periode 2008 to 2012.

Jumlah pengurangan emisi gas rumah didaftar dalam persentase dengan tahun
dasarnya tahun 1990 dalam jangkauan mulai dari 92% (turun 8%) untuk
kebanyakan negara Eropa hingga 110% (naik 10%) untuk Islandia.
Tanggung jawab negara-negara berkembang

Per Capita CO2 Emissions for the 15 Cumulative Carbon-Dioxide Emissions,


Countries With the Highest Total 1950-95
Industrial Emissions, 1995
Treaty iklim tahun 1992 jelas mengamanatkan bahwa sementara negara-negara maju harus
memimpin dalam usaha mitigasi perubahan iklim, negara-negara berkembang juga harus ambil
bagian dalam usaha memelihara iklim global ini. Tetapi negara-negara berkembang akan digiring ke
dalam perjanjian baru, jika teknologi energi dan industri sudah berkembang.
Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Berdasarkan Sektor

1 Emisi dari kebakaran gambut, van der Werf et al (2008).


* Estimasi oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Bappenas (2009)
LUCF: Land-Use Change and Forestry
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup (2009).
PERATURAN PRESIDEN NO. 61/2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

 Isu Perubahan Iklim telah menjadi Isu global, regional dan nasional.
 Perubahan Iklim terjadi sebagai akibat menumpuknya emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
 Sektor Energi merupakan salah satu sektor penghasil emisi Gas Rumah Kaca.
 Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca

Komitmen Presiden pada G-20 Pittsburgh dan COP15 Untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca pada tahun 2020

Upaya sendiri 26% Upaya sendiri dan dukungan


(767 juta Ton) 41% internasional

Perpres No. 61/2011 Perpres No. 71/2011


RAN-GRK GHG Inventory dan MRV

Kehutanan, Gambut, Pertanian 680 Juta Ton


Melalui pengembangan energi baru
terbarukan dan pelaksanaan
Sektor Energi dan Transportasi 38 Juta Ton
konservasi energi dari seluruh sektor
Limbah 48 Juta Ton

Industri 1 Juta Ton


The Conference of the Parties (COP) (1)
COP adalah badan supremasi dari Konvensi Perubahan Iklim (The Climate
Change Convention). Hampir semua negara di dunia anggota CCC.
Konvensi diterapkan untuk sebuah negara 90 hari setelah meretifikasi.
COP pertama dilaksanakan tahun 1995 dan akan terus bertemu setiap tahun
kecuali ada keputusan lain. Tetapi beberapa badan-badan kerja dari COP
bertemu lebih sering.
The Conference of the Parties (COP) (2)
Menurut konvensi, COP harus secara periodik mengevaluasi kewajiban-
kewajiban berbagai pihak dan institusi yang disusun dalam konvensi, yaitu
harus sesuai dengan tujuan konvensi, pengalaman yang diperoleh dari
penerapannya dan juga perkembangan ilmu dan teknologi.

COP mengakses informasi tentang kebijakan dan emisi-emisi dari para anggota
yang diperoleh dari komunikasi nasional. Berdasarkan informasi yang tersedia,
COP menilai usaha berbagai pihak dalam memenuhi komitmen.
Pembangunan berkelanjutan (1)
Pembangunan berkelanjutan sering didefinisikan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi akan
akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Pembangunan berkelanjutan meliputi tiga tujuan yang saling berhubungan, yaitu:


Economic security and prosperity
Social development and advancement
Environmental sustainability
Pembangunan berkelanjutan (2)
Pembangunan berkelanjutan dalam bidang energi dan lingkungan perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
input – sumber energy, lahan dan bahan mentah yang tidak dapat diperbaharui
hanya digunakan jika ada substitusinya di masa depan.
Sumber renewable hanya digunakan dengan laju sama dengan kemampuannya
memperbaharui
output – produksi dan konsumsinya jangan sampai mengganggu ekosistem atau
melebihi kapasitas asimilasi ecosphere.
DISKUSI,
TANYA JAWAB,
BERBAGI PENGALAMAN
REFERENCES
1. Cleaner Production – Energy Efficiency Manual for GERIAP, UNEP, Bangkok prepared
by National Productivity Council
2. Training material on 'Environmental concerns' prepared by National Productivity Council
3. Parivesh, October 2002 – Central Pollution Control Board
www.epa.org
www.uneptie.org
www.cpcb.nic.in
www.wri.org
www.safeclimate.net
www.globalwarming.org
30

Anda mungkin juga menyukai