Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG


DI SULAWESI SELATAN

Sumarni Panikkai
Balai Penelitian Tanaman Serealia

Abstrak. Studi tentang Penyebaran varietas unggul jagung yang dihasilkan oleh
Lembaga Penelitian Pemerintah yang dilaksanakan di Sulawesi Selatan.
varietas yang sudah lama pelepasannya seperti Arjuna, Bisma, dan Kalingga
masih banyak dikembangkan oleh petani, Arjuna mencapai luas tanam 62.756
ha, Bisma mencapai 57.514 ha, dan Kalingga 15.443 ha. Kemudian varietas
yang dilepas mulai tahun 2000 seperti Lamuru, Gumarang, Kresna, Lagaligo,
Palakka, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan Anoman secara
bertahap dikenal dan dikembangkan oleh petani diberbagai propinsi.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyebarluasan varietas unggul nasional
adalah permasalahan koordinasi dan teknis, dimana untuk masalah kordinasi
belum terwujudnya jaringan komunikasi yang intensif antara penyedia benih
sumber (Lembaga Penelitian) dan pengguna (Direktorat Perbenihan beserta
jajarannya) dan penyediaan benih sebar pada tingkat petani,sedangkan masalah
teknis yang dimaksudkan adalah kedisiplinan para penangkar terutama yang
menghasilkan benih sebar, dan pembinaan penangkar benih yang tersebar pada
wilayah-wilayah sentra pertanaman jagung untuk mendorong terciptanya
kesadaran petani akan manfaat benih bermutu.

Kata Kunci : Distribusi, superior, varietas

PENDAHULUAN

Peranan komoditas jagung di Indonesia semakin penting. Jagung tidak lagi sebatas
pemenuhan kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat, tetapi telah menjadi komoditas
yang diperdagangkan dengan omset yang sangat besar. Peningkatan produksi nasional
belum mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dalam negeri (Suryana 2006). Pada
tahun 2005, tingkat produksi nasional hanya 12,523 juta ton. Tingkat produksi tersebut
belum mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga impor masih dilakukan yang pada
tahun 2006 mencapai 400 ribu ton (Dirjen Tan. Pangan 2006) .
Badan Litbang Pertanian telah menetapkan jagung sebagai salah satu komoditas
unggulan yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya. Balitsereal telah dan
terus berusaha menciptakan varietas unggul baru beserta komponen teknologi
pendukungnya, dan menyebarluaskannya melalui kegiatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT), pembentukan penangkaran berbasis komunal, dan ekspose.
Sejumlah varietas unggul telah dihasilkan oleh Balitsereal dengan potensi hasil
rata-rata diatas 6 t/ha (Balitsereal 2007). Informasi keberadaan varietas-varietas yang
dihasilkan belum tersebar secara meluas, bahkan daerah-daerah tertentu belum
mengenalnya atau mengenal tetapi bukan lagi kualitas benih tetapi kualitas bulir yang
berpenampilan benih (Bahtiar et al. 2006) .
Ketersediaan benih dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan berkualitas di tingkat
petani juga memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari peranan para
penangkar benih. Untuk menjembatani dan agar terjadi kesinambungan kegiatan
penelitian sampai dapat diterapkan oleh pengguna (petani) secara luas, diperlukan adanya
penangkar benih lokal yang mampu menyediakan benih unggul varietas-varietas hasil
litbang yang berkualitas. Sehubungan dengan itu, ke depan ketersediaan benih sumber

509
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

yang berkualitas untuk memasok kebutuhan benih para penangkar sangat penting agar
ketersediaan benih dapat berkelanjutan di tingkat penangkar.
Selama ini, sebagian besar petani hanya memperoleh informasi dan kemudian
meyakininya, yang selanjutnya ingin mencoba menanam karena ketertarikannya pada
potensi hasilnya yang tinggi. Petani belum mempertimbangkan kesesuaian lahan dengan
varietas yang dipilih dan kemampuan yang dimiliki untuk menyediakan input yang
diperlukan varietas tersebut agar dapat mencapai hasil sesuai dengan informasi yang
diperolehnya. Hal ini menjadikan usahataninya kurang efisien dan bahkan nilai jual yang
diperoleh cenderung rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan
perbanyakan benih sumber varietas unggul serealia (jagung, gandum, dan sorgum)
sebagai materi untuk perbanyakan klas-klas benih selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh
pengguna untuk mendukung penerapan teknologi inovatif produksi serealia.
Sejalan dengan program pemerintah dalam mengembangkan jagung, maka
Balitsereal agar turut memberikan kontribusi dalam pengembangan jagung maka
diperlukan informasi penyebarluasan jagung komposit seperti
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah: 1) Mengetahui sejauh mana penyebaran
varietas unggul jagung nasional di Sulawesi Selatan, 2) Mengetahui respon instansi
terkait dengan pengembangan jagung terhadap penyebarluasan varietas unggul jagung
nasional, 3) Mengetahui respon petani terhadap varietas unggul jagung nasional

BAHAN DAN METODE

Penentuan lokasi dilakukan terhadap beberapa kabupaten yang merupakan sentra


jagung di Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui studi literatur baik melalui jaringan internet, maupun dengan publikasi,
sedangkan pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara yaitu diskusi dan
wawancara dengan sumber informasi adalah ketua kelompok tani, pedagang saprodi,
petani jagung, dan pedagang penyerap hasil jagung. Wawancara dilakukan dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Selain itu, dilakukan
pemantauan di lapangan untuk melihat secara langsung kondisinya.
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan analisis situasi sosial yang
dikembangkan oleh Spradley (Spradley 1980). Analisis ini menekankan pada tiga aspek
yaitu lokasi, pelaku dan kegiatan. Pada bagian lokasi diuraikan sejauh mana tempat
berlangsungnya kegiatan itu dapat memberikan kondisi yang kondusif sehingga aktivitas
yang diprogramkan dapat berjalan baik. Pada bagian pelaksana diuraikan bagaimana
pelaku mengatur dan merencanakan serta memobilisasi potensi yang dimiliki dalam
menjalankan kegiatannya termasuk langkah-langkah mengatasi hambatan yang dihadapi,
kemudian pada bagian kegiatan diuraikan bagaimana kegiatan itu berlangsung. Ketiga
aspek inilah yang menentukan hal-hal yang dapat diperbaiki atau diperlancar dalam
mendukung pengembangan lebih lanjut. Analisis situasi sosial ini dilakukan pada tiap
segmen/bagian dalam satu rangkaian program pengembangan jagung komposit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Informasi penyebaran varietas jagung pada tingkat pusat

Hasil penelaahan data selama tahun 2002 sampai tahun 2006 menunjukkan bahwa
rata-rata luas tanam varietas jagung hibrida sudah mencapai 427.971 ha (39,85%),
komposit unggul baru 212.256 ha (19,77%), komposit unggul turunan yang berasal dari

510
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

benih sebar 19.971 ha (1,86%), dan yang masih tergolong tinggi adalah varietas lokal
yang hampir menyamai varietas hibrida yaitu 43.601 ha (38,52%) Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran varietas di Indonesia selama MT.2002-MT.2005/2006.

Luas (ha)
Musim tanam
Komposit Komposit
(MT) Hibrida Lokal
Unggul Baru Unggul Lama
MT.2002 298.318 157.780 5.833 180.219
MT.2002/2003 425.430 303.629 11.580 542.695
MT.2003 377.674 217.161 14.979 430.083
MT.2003/2004 272.441 152.689 14.269 359.178
MT.2004 459.897 204.520 32.268 263.805
MT.2004/2005 635.458 279.953 20.500 790.603
MT.2005 449.072 162.079 21.070 221.751
MT.2005/2006 505.479 220.240 39.271 520.471
Jumlah 3.423.769 1.698.051 159.770 3.308.805
Rata-rata 427.971 212.256 19.971 413.601
Persen (%) 39,8 19,8 1,8 38,5
Sumber: Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2007 setelah diolah

Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa peningkatan produksi jagung


nasional melalui upaya penyediaan benih yang berkualitas masih sangat memungkinkan,
karena masih sekitar 40% pertanaman jagung yang menggunakan benih yang tidak
berkualitas (komposit lama dan lokal).
Tingkat produksi benih tersebut dinilai lambat dan rendah, karena tingkat
keterampilan penangkar dalam memproduksi benih jagung yang dinilai masih sangat
rendah. Hal ini perlu mendapatkan pelatihan khusus agar program penyediaan benih
yang dicanangkan pemerintah dapat berhasil
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memproduksi benih sumber adalah daerah
sasaran (Customer). Hal ini penting karena terkait dengan lingkungan dan preferensi
petani. Berdasarkan data, benih komposit seperti Arjuna, Lamuru, dan Sukmaraga
penyebarannya sampai ke sentra-sentra produksi jagung. Varietas Arjuna tersebar ke 22
propinsi tetapi terluas pada 5 provinsi, yaitu Jawa Timur, Lampung, Sulteng, Sulsel dan
Sumut, sedang varietas yang baru dilepas seperti Srikandi Kuning-1 atau Srikandi Putih
dikenal oleh masyarakat di Sumatera Barat dan Maluku. Varietas Srikandi Kuning sudah
dikembangkan di Jatim sebagai tanaman sela pada areal pertanaman kelapa sawit 1.200
kg selama tahun 2005 sampai 2006. Data pada tingkat nasional jagung komposit yang
paling banyak disenangi oleh petani adalah Arjuna dan Bisma yang daerah
penyebarannya di Jawa Timur, Lampung Sulsel, Sumut, dan Kalimantan Barat (Tabel 2).

511
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

Tabel 2. Penyebaran varietas jagung komposit di Indonesia pada MT 2005/2006.

Luas Luas
Jumlah
Varietas tanam tanam Wilayah Penyebaran Utama
Prov.
(ha) (%)
Arjuna 62.756 38,4 Jatim, lampung, Sulteng, Sulsel, dan Sumut 22
Jatim, Sulteng, Sulut, Sulsel, Sumut dan
Bisma 57.514 35,2 Lampung 21
Kalingga 15.443 9,4 Sulut, Sulteng, NTT, Jateng, dan Riau 11
Lamuru 11.067 6,7 Gorontalo, Sulsel, Sulteng, Lampung dan
NTT 13
Harapan 6.070 3,7 NTT, Jatim, Jabar, Sumbar, dan Sumsel 5
Kresna 3.751 2,3 Sulteng, NTT, Summbar , dan NTB 4
Sukmaraga 1.641 1,0 Lampung, Sultra, Gorontalo, Kalsel, dan
Jabar 7
Gumarang 107 0,07 NTT dan Kalbar 2
Palakka 45 0,03 Lampung 1
Lagaligo 44 0,03 Sulsel 1
Srikandi 32 0,02 Sumbar dan Maluku 2
Jumlah 163.359 100,00
Sumber: Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2006. setelah diolah

Informasi Penyebaran Varietas Jagung pada tingkat Daerah

Kemitraan yang terus dikembangkan memalui kegiatan PTT dan produksi benih
berbasis komunal terus berlanjut. Balitsereal terus memproduksi benih sumber (Benih
Sumber (BS) / Benih Dasar (FS)) untuk mendukung penangkaran di berbagai propinsi.
Jumlah BS/FS yang telah disalurkan selama tahun 2005 sampai tahun 2006 drastis
peningkatannya. Pada tahun 2005 hanya 214 kg BS untuk dua varietas meningkat
menjadi 1918 kg untuk 5 varietas. Demikian pula kelas FS terjadi peningkatan dari 410
kg menjadi 1733 kg (Tabel 3).

Tabel 3. Penyebaran benih sumber tahun 2005-2006 di Balitsereal

Tahun 2005 Tahun 2006


Varietas
BS FS BS FS
Lamuru 159 10 610 140
Bisma 55 0 259 20
Sukmaraga 0 0 515 76
Srikandi Kuning 0 400 407 1051
Srikandi Putih 0 0 127 446
Jumlah (kg) 214 410 1918 1733
Sumber : Balitsereal 2007

Beberapa faktor yang sangat kuat dukungannya terhadap keberlanjutan kemitraan,


adalah ketepatan pengiriman benih sumber dari balai penelitian, kemampuan penangkar
binaan menangkap teknologi produksi/pasca panen dan memasarkannya. Hal ini perlu
mendapat perhatian yang serius dalam membina kemitraan di propinsi lain di Indonesia.
Khusus Provinsi Sulawesi Selatan varietas yang sudah menyebar luas adalah
varietas Lamuru. Telah menyebar hampir ke seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan.

512
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

Pada tahun 2006, luas pertanaman untuk varietas Lamuru mencapai 6.400 ha tersebar
pada 13 kabupaten dan terluas pada kabupaten Sidrap dan Jeneponto yaitu masing-masing
lebih dari 1.000 ha (Tabel 4).

Tabel 4. Penyebaran varietas komposit di Provinsi Sulawesi Selatan (ha)

Kabupaten Arjuna Bisma Lamuru Sukmaraga Srikandi K


Sidrap - 723 1.922 - 30
Pinrang - - 42 - -
Wajo 3 - 650 - -
Bone - 7027 - - -
Soppeng - - 293 20 4
Palopo - - 209.5 - 7
Bantaeng - - 486 - -
Jeneponto 193 - 1.153 60 60
Gowa - 366 705 - -
Makassar 120 - - - -
Maros - - 600 - -
Pangkep 11 - 25 - -
Luwu - - 222.5 - -
Tator - - 60 - 5
Enrekang - - 32 - -
Jumlah 327 8116 6.400 80 106
Sumber : Anonim 2007

Varietas yang paling luas penanamannya adalah varietas Bisma yaitu mencapai
8116 ha tetapi hanya berkembang pada tiga kabupaten yaitu Bone, Sidrap dan Gowa.
Berdasarkan pengamatan bahwa varietas tersebut dikembangkan oleh petani yang
mengelola lahan kering dan produktivitas yang sangat rendah, karena benih yang
dikembangkan sudah lama tidak diperbaharui sehingga benih yang dihasilkan tidak
bermutu lagi.

Tantangan dan Permasalahan

Berbagai kendala yang ditemukan dalam hal penyebaran benih antara lain (1)
varietas unggul yang dilepas belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan konsumen,(2)
kontinuitas penyediaan benih sumber belum terjamin,(3) adanya risiko penurunan daya
tumbuh benih bila sudah tiba dilokasi petani.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyebarluasan varietas unggul nasional adalah
permasalahan koordinasi dan teknis. Masalah koordinasi adalah (1) belum terwujudnya
jaringan komunikasi yang intensif antara penyedia benih sumber (Lembaga Penelitian)
dan pengguna (Direktorat Perbenihan beserta jajarannya) dan (2) penyediaan benih sebar
pada tingkat petani. Masalah teknis yang dimaksudkan adalah (1) kedisiplinan para
penangkar terutama yang menghasilkan benih sebar dan (2) pembinaan penangkar benih
yang tersebar pada wilayah-wilayah sentra pertanaman jagung untuk mendorong
terciptanya kesadaran petani akan manfaat benih bermutu.
Tantangan ke depan adalah pembinaan penangkar-penangkar benih pada wilayah
areal sentra pertanaman jagung. Pembinaan selama ini yang dilaksanakan oleh UPBS
Balitsereal masih menemui kendala, antara lain terbatasnya pengetahuan teknis dalam
pengelola budi daya tanaman dan modal kerja terbatas. Kendala lain adalah biaya

513
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

prosessing yang membutuhkan modal awal untuk prasarana cukup besar. Panen yang
diupayakan dilaksanakan pada musim kemarau, memungkinkan dapat mengurangi beban
biaya dalam proses pengeringan. Namun hal ini menjadi kendala apabila sudah pada fase
pengepakan dan penyimpanan. Terbatasnya gudang penyimpanan menyebabkan
penangkar hanya menyimpan dalam karung. Penyimpanan dengan sistem kemasan dalam
karung, hanya dapat bertahan dua sampai tiga bulan dan setelah itu akan tercemar oleh
hama gudang, walaupun kadar air awal penyimpanan mencapai 13%.
Pendistribusian benih-benih sumber oleh Dirjen Perbenihan yang dikelola secara
sentralisasi dan serentak disebarkan ke seluruh wilayah kerja BBI se Indonesia, sering
dikeluhkan dengan daya tumbuh yang kurang. Hal ini disebabkan karena setiap wilayah
mempunyai waktu tanam yang berbeda, sehingga pada beberapa wilayah yang belum
memasuki waktu tanam, menyimpan benihnya agak lama ini berakibat pada rendahnya
daya tumbuh. Ke depan, sistem penyebaran benih sumber oleh Direktorat Perbenihan
sebaiknya dikelola secara regional oleh masing-masing BBI (Balai Benih Induk) agar
sebaran benih-benih sumber yang bermutu tepat sasaran dan waktu. Petani pada
umumnya masih belum menyadari akan manfaat penggunaan benih bermutu dan
mengakibatkan produsen benih agak ragu dalam memperluas areal penangkarannya.
Berdasarkan pengalaman penangkar benih tersalur baik bila ada pesanan untuk program
pemerintah. Pada beberapa wilayah pembelian langsung, petani masih kurang karena
lebih memilih varietas hibrida, namun di daerah sentra jagung sudah ada petani yang
memanfaatkan benih-benih berkualitas dari penangkar benih khususnya komposit seperti
di Jawa Timur dan NTB. Untuk melatih penangkar-penangkar dari berbagai daerah untuk
menghasilkan benih sumber yang berkualitas, sehingga memudahkan akses petani untuk
memperoleh benih-benih bermutu di wilayah sentra pertanaman jagung. Keadaan ini juga
akan mendorong terciptanya kesadaran petani akan manfaat benih bermutu.

KESIMPULAN

Penyebaran varietas unggul jagung yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian


Pemerintah telah menjangkau hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Varietas-varietas berkembang sesuai dengan preferensi pengguna dan kesesuaian
lahannya, sehingga beberapa varietas hanya berkembang pada daerah tertentu saja.
Varietas yang sudah lama pelepasannya, seperti Arjuna, Bisma dan Kalingga, masih
banyak dikembangkan oleh petani. Arjuna mencapai luas tanam 62.756 ha, Bisma i
57.514 ha dan Kalingga 15.443 ha.
Varietas yang dilepas mulai tahun 2000 seperti Lamuru, Gumarang, Kresna,
Lagaligo, Palakka, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih dan Anoman secara
bertahap dikenal dan dikembangkan oleh petani di berbagai provinsi.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyebarluasan varietas unggul nasional adalah
koordinasi dan teknis. Masalah kordinasi adalah belum terwujudnya jaringan
komunikasi yang intensif antara penyedia benih sumber (Lembaga Penelitian),
pengguna (Direktorat Perbenihan beserta jajarannya) dan penyediaan benih sebar
pada tingkat petani. Masalah teknis adalah kedisiplinan para penangkar terutama
benih sebar, dan pembinaan penangkar benih yang tersebar pada wilayah-wilayah
sentra pertanaman jagung untuk mendorong terciptanya kesadaran petani akan
manfaat benih bermutu.

514
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9

DAFTAR PUSTAKA

Suryana. 2006; Strategi, kebijakan, dan program penelitian jagung. Makalah disampaikan pada
”Seminar Nasional dan Ekspose Inovasi Teknologi” tema ”Inovasi Teknologi dan
Kelembagaan Mendukung Pengembangan Agribisnis Jagung”. Makassar-Pangkep, 15-16
September 2006.
Dirjen Tanaman Pangan. 2006. Program Peningkatan Produksi JAgung Nasional. Makalah
disampaikan pada “Seminar nasional dan Ekspose Inovasi Teknologi” tema “Inovasi
Teknologi dan Kelmbagaan Mendukung Pengembangan Agribisnis Jagung”. Makassar-
Pangkep, 15-16 September 2006
Heriyanto, E.Hermawan, dan Y.Indaryanto. 2006. Menjadi eksportir jagung dunia. Laporan
Utama Majalah Agrotek. Edisi Agustus-September 2006.
Balitsereal. 2004. Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman Serealia 2005 - 2009
Balitsereal. 2007 Deskripsi varietas jagung. Edisi ke 3. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Bahtiar, Margaretha. H.A. Dahlan, A.Najamuddin, A.F.Fadhly, M.Rauf, Tenrirawe, Nuraida,
Syuryawati, A.Biba, S.Panikkai, Muis, Muchdiana. 2006. Studi persepsi dan sikap
pengguna teknologi kaitannya dengan karakterisasi sistem produksi jagung. Laporan Hasil
Penelitian. Balai Penelitian tanaman Serealia.
Spradley, J.P. 1980. Participant Observation. Holt Rinehart and Wiston, Inc.

515

Anda mungkin juga menyukai