PERBAIKAN PEMBELAJARAN
MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MATA PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
DAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh :
Nama : Afghoni
NIM : 815301241
Program Studi : S1 PGSD
Masa Ujian : 2010.1
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
POKJAR KABUPATEN PEKALONGAN
2010
LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
MELALUI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
Nama : Afghoni
NIM : 815301241
Program Studi : S1 PGSD
Masa Ujian : 2010.1
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
POKJAR KABUPATEN PEKALONGAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Afghoni
NIM : 815301241
Program Studi : S1 PGSD
Tempat mengajar : SD Negeri Tosaran
Jumlah pembelajaran : IPA : 2 (dua), PKn : 2 (dua)
Tempat pelaksanaan : SD Negeri Tosaran Tanggal Pelaksanaan :
IPA : 17 Februari 2010, Siklus I
3 Maret 2010, Siklus II
PKn : 15 Februari 2010, Siklus I
1 Maret 2010, Siklus II 20 i
20096 Pebruari 2009
Masalah yang merupakan fokus perbaikan :
A. Mata Pelajaran IPA
1. Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran Belajar IPA pada pembelajaran kompetensi dasar
perubahan lingkungan fisik.
2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
B. Mata Pelajaran PKn
1. Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran Examples Non Examples pada pembelajaran materi
pengaruh Globalisasi dilingkungannya.
2. Meingkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
36
MOTTO
1. Ilmu dan amal soleh yang akan menemani kita sampai ke akherat
2. Tiada harta yang lebih berharga dari pada ilmu dan amal soleh
3. Gunakan yang lima sebelum datang yang lima :
a. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu
b. Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu
c. Masa kayamu sebelum datang masa miskinmu
d. Masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu
e. Masa hidupya sebelum datang kematiamu
(HR. Al Hakim)
4. Hari ini harus lebih baik dari pada hari kemaren, dan hari mendatang
harus lebih baik dari pada hari ini
5. Manusia yang merugi adalah yang keadaannya sama persis dengan hari
kemaren dan tidak ada sedikitpun peningkatan atau kemajuan yang dicapainya
6. Jika kamu bisa memimpikannya, maka kami bisa melakukannya (Walt
Disney)
36
PERSEMBAHAN
36
KATA PENGANTAR
36
5. Teman-teman satu kelompok yang telah memberikan saran dan masukan
untuk kesempurnaan laporan ini.
6. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Tosaran Kecamatan Kedungwuni Kabupaten
Pekalongan yang telah berpartisipasi aktif.
Peneliti
36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam rangka
memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM). Berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik oleh
pemerintah, lembaga pendidikan maupun masyarakat diantaranya
dilakukannya upaya-upaya inovasi dibidang pendidikan dan pembelajaran.
Berhasil atau tidaknya belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor, yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri dan
faktor yang ada di luar siswa (Purwanto, 1991: 102). Faktor yang ada di dalam
siswa itu antara lain faktor kematangan / pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor di luar siswa antara lain faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Namun demikian kemampuan dunia pendidikan akan berfungsi optimal
apabila memiliki sistem dan isi yang relevan dengan tuntutan kebutuhan
pembangunan. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil pendidikan adalah
melalui proses pembelajaran yang bermutu sesuai dengan PAKEM.
Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA
seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang
rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadinya interaksi
sosial. Saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus terlibat secara
langsung dalam kegiatan nyata. Siswa diberi kesempatan memperoleh
pengalaman langsung dengan objek dan interaksi sosial dalam kelompoknya
saat mencocokkan konsepsi awalnta dengan konsep yang disepakati ilmuwan.
Untuk itu guru memiliki peran strategis dalam menanamkan
pengetahuan dan keterampilan bagi siswa. Peran guru yang dominan di kelas
dialihkan menjadi fasilitator belajar. Peran ini menuntut kemampuan guru
menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien, dan menyenangkan.
36
Proses pembelajaran pelajaran IPA di sekolah dasar dilaksanakan
tergantung pada kondisi sekolahnya, baik metodenya atau media
pembelajarannya. Secara umum pembelajaran IPA masih disampaikan secara
konvensional dalam artian ceramah dan tanya jawab. Peranan guru lebih
dominan sebagai penceramah bukan sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran dan siswa menerima konsep-konsep IPA secara abstrak.Hanya
sedikit yang menggunakan metode eksperimen atau demontrasi. Hal itu
terkendala pada ketersediaan media pembelajaran, apalagi SD di daerah desa
guru hanya mengandalkan sepenuhnya pada buku paket yang bersumber dari
dinas pendidikan nasional atau departemen pendidikan kebudayaan atau buku
teks lain.
Karena tidak semua kompetensi dasar pembelajaran IPA menuntut
penggunaan metode eksperimen atau demontrasi, maka untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal, guru dapat menggunaka metode yang bervariasi
dengan memanfaatkan alat peraga yang sesuai.
Kedudukan media belajar dalam pembelajaran cukup menentukan,
sebab meskipun seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah
menguasai materi dengan baik dan sudah menggunakan metode yang tepat,
tetapi jika tidak memanfaatkan alat peraga, terlebih lagi untuk SD, maka
tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara optimal.
Rendahnya kualitas pendidikan dan rendahnya daya serap siswa
terhadap materi IPA kelas IV semester II di SD Negeri Tosaran kecamatan
Kedungwuni pada kompetensi dasar perubahan lingkungan fisik, terbukti dari
hasil tes formatif nilai rata-ratanya masih rendah. Dari 27 sisiwa yang
memperoleh nilai di atas 70 ada 9 anak atau 33,33 % dan yang memperoleh
nilai di bawah 70 ada 18 anak atau 66,67% dengan nilai rata-rata kelas 60,29.
Belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 80 %.
1. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan Dosen
Pembimbing terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran
pra siklus antara lain :
36
a. Siswa kurang perhatian dalam proses pembelajaran.
b. Penjelasan guru terlalu abstrak
c. Siswa menerima konsep tidak secara kongkrit
d. Sebagian siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran
e. Banyak siswa yang tidak bisa menjawab petanyaan dengan benar.
f. Hasil tes formatif nilai rata-ratanya masih rendah
2. Analisis Masalah
Dengan melihat hasil prestasi yang kurang memuaskan, guru dibantu
oleh teman sejawat mencoba menganalisis masalah untuk mengetahui
penyebab kegagalan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil analisis
masalah sebagai berikut:
a. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
b. Guru terlalu cepat pada saat menjelaskan materi pelajaran.
c. Guru tidak memanfaatkan alat peraga yang sesuai.
d. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat.
e. Guru kurang memberi motivasi belajar pada siswa
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti selaku guru kelas IV di SD
Negeri Tosaran dan selaku mahasiswa program S1 PGSD Universitas
Terbuka berupaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
mengadakan perbaikan pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran dilakukan melalui penelitian tindakan kelas,
guru melakukan penelitian di kelasnya yang dibantu oleh teman sejawat
yang bertindak sebagai observer dalam peningkatan kinerja guru dan
prestasi belajar siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti mencoba
melakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga gambar peristiwa banjir dan metode diskusi kelompok.
36
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa masalah dan solusi pemecahannya maka kami
merencanakan perbaikan pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
”Apakah melalui penerapan model pembelajaran Belajar IPA dalam proses
pembelajaran IPA kompetensi dasar perubahan lingkungan fisik di kelas IV
semester II SD Negeri Tosaran aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kompetensi
dasar perubahan lingkungan fisik.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan penggunaan metode diskusi kelompok untuk
meningkatkan aktivitas, dan partisipasi serta prestasi belajar siswa.
b. Mendiskripsikan pemanfaatan alat peraga gambar kerusakan
lingkungan untuk meningkatkan aktivitas, partisipasi, dan prestasi
belajar siswa.
c. Mengetahui dampak perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi kelompok dan pemanfaatan alat peraga gambar
kerusakan lingkungan.
c. Memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesi (PKP)
PDGK 4501 program S1 PGSD Universitas Terbuka.
D. Manfaat Penelitian
Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Bagi Guru
a. Memiliki pengalaman profesional mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran sesuai PAKEM.
pembelajaran di kelas.
36
2. Bagi Siswa
a. Mengatasi kesulitan belajar siswa.
b. Memotivasi siswa dalam belajar.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Mengikuti proses pembelajaran yang menantang , menyenangkan, dan
bermakna.
3. Bagi Sekolah
a. Memiliki peluang untuk memberdayakan guru-guru yang profesional
demi kemajuan sekolah.
b. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang ada di sekolah.
4. Bagi Instansi Terkait
Memiliki tenaga pendidik yang kompeten, profesional dan mampu
meningkatkan mutu pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan.
36
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakaukan oleh
guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Guru dianggap paling tepat melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) karena :
a. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjannya.
b. Temuan penelitian biasa/formal sering sukar diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran.
c. guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya.
d. Interaksi guru dan siswa berlangsung secara unik.
e. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakakukan penelitian
dikelasnya.
Tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu
sistematis, hirarkis, dan ilmiah.
Manfaat penelitian tindakan kelas :
a. Sebagai jalan para pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan,
melatih praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
b. Untuk meningkatkan kualifikasi guru, agar guru merasa percaya diri
dalam menjalankan profesinya, dan dapat mengembalikan harga
dirinya.
2. Teori Belajar Dan Pembelajaran
Andi Mappiare (1982:62) mengemukakan“Minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
36
pendirian, prasangka rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain
yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.” Dengan
demikian, jika seorang pendidik tidak menghiraukan minat anak didiknya,
besar kemungkinan proses pendidikan itu tidak akan berjalan dengan
lancar, sebab tidak sesuai dengan harapan, pendirian, perasaan, atau
kecenderungan-kecenderungan anak didik.
Jones, dalam Djumhur dan M. Surya (1975 : 10 ) menyatakan
bahwa :
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-
individu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai
penyesuaian dengan
Mortensen & Scmuller, dalam Prayitno dan E. Amti (1994 : 94)
Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan
pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi
dan layanan staf ahli dengan cara mana, setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
sepenuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
b. Hakekat Mengajar
Hakekat mengajar menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982):
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Kalau
pengertian dianut maka tujuannya adalah penguasaan pengetahuan
oleh anak. Hal ini berarti anak pasif guru centered. Guru berperanan,
lagi bahan pelajaran bersifat intelektualitas.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak. Kalau
ini yang dianut maka masalahnya hampir sama seperti hal tersebut.
Hanya disini ditekankan penyampaian pewarisan pengetahuan
(kebudayaan) pada hal diharapkan dari anak mengembangkan
kebudayaan dengan menciptakan kebudayaan yang selaras dengan
tuntutan zaman.
Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur)
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Kalau pengertian ini yang dianut
maka pengertiannya sama dengan pengertian mendidik. Guru
hanya membimbing (mengatur lingkungan) anak belajar untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
c. Hakekat Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar juga akan lebih baik,
kalau subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik. Disamping difinisi tersebut, ada pengertian lain
yang cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun secara makro,
dilihat dalm arti luas atau pun terbatas. Dalam pengertian luas, belajar
dapat diartikan sebagi kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan
pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”
penambahan pengetahuan” (Sardiman, 1990: 22-23).
5. Metode Mengajar
a. Metode Ceramah
Pengertian Metode Ceramah.
Metode ceramah adalah cara mengajar dengan ceramah, yang
dapat dikatakan juga sebagai teknis kuliah, merupakan suatu cara
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterampilan atau
informasi, atau uraian tenteng suatu pokok persoalan serta masalah
secara lisan (Strategi Belajar Mengajar, Dra. Roestidjah, NIC 1991
H. 136)
Alasan Penggunaan Metode Ceramah
Alasan menggunakan metode ceramah adalah:
Sekolah tidak memiliki bahan bacaan tentang masalah yang
akan dibicarakan atau yang diajarkan.
Jumlah siswa yang terlau banyak, tidak sesuai dengan alat
bantu pelajaran yang tersedia.
Guru memiliki keterampilan berbicara yang dapat menarik
perhatian siswa.
Guru yang sedang mengajar bermaksud membuat kesimpulan
pelajaran yang baru diberikan.
b. Metode Tanya Jawab
Pengertian Metode Tanya jawab.
Metode Tanya jawab adalah suatu tehnik untuk memberikan
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya,
selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab.
Metode ini hampir mirip dengan metode diskusi hanya berbeda
dalam cara, jenis pertanyaan yang dikemukakan guru, dan sifat
partisipasi yang diharapkan dari siswa. Dalam metode tanya jawab,
guru pada umumnya berusaha menanyakan apa siswa telah
mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan atau proses
pemikiran yang dipakai oleh siswa.
Tujuan Menggunakan Metode Tanya Jawab.
Tujuan menggunakan Metode Tanya jawab adalah:
Siswa dapat mengerti atau memahami tentang fakta yang
dipelajari, didengar atau dibaca sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang fakta tersebut.
Siswa mampu menjalaskan langkah-langkah berpikir atau
proses yang ditimbulkan dalam memecahkan masalah.
Menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa
yang dibaca. Dengan dibantu tanya jawab siswa akan
tersusun jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan
yang lebih baik dan cepat.
c. Metode Diskusi
Pengetian Metode Diskusi
Pengertian diskusi menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982) adalah
proses bertukar pikiran mengenai suatu top[ik tertentu sehingga
mendapat beberapa konklusi pendapat yang dapat diterima.
Melakukan sesuatu sangat berguna bila mengetahui terlebih dahulu
masalahnya dan turut membahasnya. Metode ini sangat tepat situasi
dimana: pertanyaan menarik minat siswa, pertanyaan mempunyai
kemungkinan jawaban yang lebih dari satu, pertanyaan tidak
menyatakan manakah jawaban yang benar.
Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
Tujuan menggunakan metode diskusi adalah:
Mempertinggi partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar
secara individu.
Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan dalam
proses belajar mengajar.
Guru SISWA
Kondisi Awal Hasil Belajar IPA
Belum menggunakan ABP rendah
GURU : Siklus 1 :
Tindakan Menggunakan ABP Menerapkan model
Kerusakan pembeljaran Belajar IPA
lingkungan sesuai PAKEM
Siklus 2 :
Kondisi Akhir Hasil Belajar IPA Mnerapkan model
meningkat pembeljaran Belajar IPA
sesuai PAKEM
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Cerapindi Persada.
Djamrah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya :
Usaha Nasional.
Djamrah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta
Nono Sutarno, 2006. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Sardiman A.M, 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Pers
A. Subjek Penelitian
1. Tempat Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dilaksanakan
di kelas IV semester II SD Negeri Tosaran Kecamatan Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan.
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan dalam 2 siklus
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
No Mata Pelajaran Waktu
1. Ilmu Pengetahuan Alam Siklus I , Rabu, 17 Februari 2010
2. Ilmu Pengetahuan Alam Siklus II, Rabu, 3 Maret 2010
3. Profil Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Tosaran
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Pada saat pelaksanaan
tindakan, SD Negeri Tosaran telah selesai mengadakan renovasi terhadap
ruang kelas I, II, dan III. Ruang kelas IV sebagai tambahan renovasi belum
bisa diselesaikan mengingat dana yang tidak mencukupi. Oleh karena itu
pembelajaran di kelas IV menggunakan ruang kelas III. Sedangkan siswa
kelas II masuk siang menempati ruang kelas I.
167 20 14 15 10 18 11 15 12 15 11 13 13
3. Pengamatan/Observasi
Observer dengan instrumen pengamatan di belakang mengamati proses
pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru saat memberi materi
pelajaran IPA dengan menitikberatkan pemanfaatan alat peraga, penerapan
model pembelajaran Belajar IPA (CLIS) dan keaktivan siswa serta
performans guru (lembar observasi terlampir).
Hasil pengamatan terhadap guru diperoleh teman sejawat antara lain :
a. Sebelum kegiatan inti guru telah memberikan apersepsi dan
motivasi siswa
b. Dalam menjelaskan materi pembelajaran guru belum
memanfaatkan alat peraga dengan maksimal
c. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
d. Guru belum mengelola waktu dengan efisien
Hasil pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan-temuan antara lain :
a. masih ada siswa yang belum jelas dengan materi yang
diajarkan
b. masih ada siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran
c. Siswa dalam berdiskusi tidak efisien waktu
3. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi dan meminta bantuan saran dari
pengamat dan pembimbing dari Dosen Pembimbing diperoleh refleksi
sebagai berikut :
a. guru belum memanfaatkan alat peraga dengan maksimal
b. metode diskusi berpasangan dan kelompok belum efisien
c. guru kurang memberikan penguatan materi pelajaran
d. hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan minimal klasikal 80 %
dengan nilai KKM 70 karena baru mencapai 55,55 % atau hanya 15
anak.
Siklus II
Berdasarkan hasil siklus 1 disusunlah rencana perbaikan pembelajaran
berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di kelas terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Perencanaan
a. Perencanaan siklus II didasarkan atas refleksi siklus I pada identifikasi
dan perumusan masalah, peneliti bekerja sama dengan pengamat dan
guru pemandu untuk mengungkap masalah dan mencari jalan
pemecahan.
b. Menyusun rencana perbaikan yang menitikberatkan pada penerapan
model pembelajaran Belajar IPA(CLIS) dan Pemanfaatan peta konsep.
c. Menyiapkan alat peraga yang sudah ada menambah dengan peta
konsep
d. Menyiapkan lembar pengamatan sebagai panduan pengamatan dalam
melakukan observasi, lembar pengamatan difokuskan pada masalah
penerapan model pembelajaran Belajar IPA (CLIS) dan aktivitas siswa
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
e. Menyusun RPP siklus II
2. Pelaksanaan Perbaikan
Perbaikan pembelajaran siklus II dengan melaksanakan aktivitas-aktivitas
kegiatan inti selama 45 menit adalah :
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan
1. Orientasi Menunjukkan peta konsep Beberapa siswa Guru meminta
bergantian siswa maju
menjelaskan peta bergantian
konsep secara cepat
2. Pemunculan Menyuruh siswa untuk Mendiskripsikan peta Siswa
gagasan mengubah peta konsep konsep menjadi berusaha
menjadi paragraf pada LKS paragraf pada LKS 1 mengubah peta
1 konsep
menjadi
paragraf
3a. Pertukaran Membimbing siswa Berdiskusi kelompok Jawaban LKS
gagasan berdiskusi kelompok mengerjakan LKS 2 1 dan 2
gabungkan
3b. Situasi Menyuruh siswa Mengamati Semua siswa
Konflik mendemontrasikan demontrasi peristiwa aktif
peristiwa erosi dan banjir erosi dan banjir berpartisipasi
3c. Konstruksi Membimbing siswa yang Berkelompok Beberapa
gagasan kurang mengerti dengan memperbaiki jawaban siswa perlu
baru kosep materi pada LKS 1 dan 2 dibimbing
4. Penerapan Menyuruh siswa untuk Mengungkapkan Siswa
gagsan menjelaskan langkah- langkah-langkah menyampaikan
langkah dalam menghadapi dalam menghadapi secara lisan
banjir banjir
5. Pemantapan Memberi pertanyaan Mengemukakan Pertanyaan
gagasan kepada beberapa siswa jawaban dapat diulang-
tentang konsep untuk ulang
menguatkan gagasan
3. Pengamatan/Observasi
Pengamat mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada
kegiatan guru saat memberikan materi pembelajaran IPA dengan
menitikberatkan pada pemanfaatan alat peraga (lembar observasi
terlampir). Pengamat mencatat temuan-temuan saat pembelajaran
berlangsung.
Hasil pengamatan terhadap guru diperoleh temuan-temuan antara lain :
a. Sebelum melakukan kegiatan inti, guru melakukan kegiatan awal
dengan baik
b. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan memanfaatkan alat peraga
dengan tepat
c. Guru dalam memberikan soal latihan cukup bervariatif
d. Guru dalam memberikan pertanyaan terhadap siswa sebagian besar
sudah merata
D. Indikator Keberhasilan
Penggunaan alat peraga gambar dan metode diskusi kelompok dikatakan
efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, jika:
a. Hasil Belajar Siswa
1) Rata-rata kelas sekurang-kurangnya 70
2) Persentase tuntas klasikal sekurang-kurangnya 80% (minimal 80%
siswa yang memperoleh skor ≥ 70)
b. Aktivitas Belajar Siswa
Nilai aktivitas belajar minimal B
Adapun rentangan penilaian aktivitas belajar siswa didasarkan pada:
Dari tabel di atas dapat di baca tingkat ketuntasan yang baru tercapai yaitu
33,33 % dari jumlah siswa sebanyak 27 siswa perolehan nilai terendah 42 dan
perolehan nilai tertinggi 77
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
31– 40 41 - 50 51– 60 61 – 70 71 – 80 81 - 90 91 -100
Dari grafik tersebut perolehan nilai 51-60 terbanyak yaitu 14 siswa perolehan
nilai terendah antara 41-50 sebanyak 3 siswa sedangkan perolehan nilai
tertinggi antara 71-80 baru 9 siswa
Tabel 7. Tabel frekuensi nilai rata-rata kelas siklus I
No Nilai f xi fx i
1 45 – 50 1 47,5 47,5
2 51 – 56 - 53,5 -
3 57 – 62 4 59,5 238
4 63 – 68 7 65,5 458.5
5 69 – 74 7 71,5 500.5
6 75 - 80 6 77,5 465
7 81 - 86 2 83,5 167
Jumlah 27 1876,5
Nilai rata-rata kelas 69,5
Tabel 8. Tabel evaluasi belajar siklus I
No Rentang Nilai Jumlah siswa
1 31 – 40 -
2 41 – 50 1
3 51 – 60 4
4 61 – 70 7
5 71 – 80 13
6 81 - 90 2
7 91 -100 -
Jumlah 27
Tingkat ketuntasan 55,55%
Pada tabel menunjukkan tingkat ketuntasan baru mencapai yaitu 55,55% dari
jumlah siswa sebanyak 27 siswa perolehan nilai terendah 45 dan perolehan
nilai tertinggi 81
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
31– 40 41 - 50 51– 60 61 – 70 71 – 80 81 - 90 91 -100
36
Tabel 10.
Tabel evaluasi belajar siklus II
No Rentang Nilai Jumlah siswa
1 31 – 40 -
2 41 – 50 -
3 51 – 60 1
4 61 – 70 4
5 71 – 80 13
6 81 - 90 6
7 91 -100 3
Jumlah 27
Tingkat ketuntasan 81,48%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil prestasi
siswa dari sebelum siklus sampai siklus II dengan memuaskan.
Dilihat dari nilai rata-rata kelas pada setiap siklus,pada sebelum siklus
perolehan nilai siswa 70 ke atas sejumlah 9 siswa dan ketuntasan klasikal
33,33 % ,sedangkan pada siklus I baru mengalami peningkatan perolehan nilai
siswa 70 ke atas sejumlah 15 siswa, dengan ketuntasan klasikal mencapai
55,55%. Namun pada siklus II perolehan nilai siswa 70 ke atas sejumlah 22
siswa dan perolehan ketuntasan klasikal mencapai 81,48%.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan hasil
perolehan tingkat prestasi siswa dapat dibaca pada diagram dibawah ini.dan
data analisis evaluasi belajar dapat dilihat pada lampiran
halaman.............
Rekapitulasi Hasil evaluasi siswa pra siklus, siklus I dan silus II diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Evaluasi IPA Perubahan Lingkungan Fisik Bumi
36
No Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
8 Indra Irawan 45 58 65
9 Khoiril Anam 52 63 72
10 Khamdi 60 72 72
11 Khikmah Sakinah 76 81 92
12 Khusnul Khotimah 72 72 77
13 Malichatus Sakdiyah 72 77 92
14 Miftahirin 52 58 63
15 Miftakhul Janah 58 72 72
16 Muhammad Ilham Rusdi 60 72 72
17 Muhammad Syaefudin 58 65 72
18 Naelul Maghfiroh 52 63 72
19 Nurul Arisna 72 77 81
20 Ratna Listi 72 77 81
21 Refi Mariska 72 77 81
22 Rudiyanto 45 58 63
23 Septiana 58 72 77
24 Sigit Afandi 42 45 52
25 Sunaroh 58 65 72
26 Tutur Insani 52 63 72
27 Widya Amalia 77 81 92
Jumlah 1628 1852 2026
Rata-rata 60,03 68,59 75,03
Tabel 12. Hasil Ketuntasan Tes Pra Siklus, Tes Siklus I, Tes Siklus II
Mata Pelajaran IPA Perubahan Lingkungan Fisik Bumi
Grafik Rata-rata Nilai Mata Pelajaran IPA Perubahan Lingkungn Fisik Bumi
80
70
60
50
60.29
40
68.59
30
75.03
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
36
Tabel 13. Hasil Nilai Pra Siklus, Perbaikan Siklus I dan Siklus II Mata Pelajatan
IPA Perubahan Lingkungan Fisik Bumi
100
80
60 33.33%
40 55.55%
81.48%
20
0
Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai Aktivitas
Siklus I Siklus II
B = 1350 B = 1800
C = 520 C = 195
D = 55 D= -
Jumlah = 1925 Jumlah = 1995
Rata-rata = 71,29 Rata-rata = 73,89
36
Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui hasil pengamatan tentang
aktivitas belajar siswa mencakup pembelajaran secara kelompok maupun
secara klasikal. Pada siklus I, diperoleh rata-rata nilai aktivitas belajar dalam
pembelajaran secara klasikal sebesar 71,29. Pada siklus II, diperoleh rata-rata
nilai aktivitas belajar dalam pembelajaran secara klasikal sebesar 73,89.
36
menurut (Udin S. Wiranaputra 2001 : 210-211) berfungsi sebagai motor
penggerak aktivitas, bila motornya tidak ada maka aktivitas tidak akan terjadi.
Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan tes formatif. Nilai hasil
tes formatif siswa pada siklus I sudah mengalami peningkatan yaitu dari nilai
rata-rata sebelum siklus 60,29 menjadi 68,59 dan ketuntasan belajar siswa dari
33,33 % menjadi 55,55 % (ada peningkatan 22,22 %). Jumlah hasil
pembelajaran siklus I belum sesuai yang diharapkan maka penulis
merencanakan siklus II
Siklus II
Melalui diskusi dengan teman sejawat dan guru pemandu, peneliti
mendapat pengarahan untuk merencanakan pembelajaran siklus II. Aspek-
aspek pembelajaran yang sudah baik pada siklus I dipertahankan dan yang
belum baik diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
Peneliti masih menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran
CLIS dan pemanfaatan alat peraga gambar hujan, hutan gundul, erosi, dan
banjir serta dengan memperbanyak tanya jawab untuk memantapkan
penguasaan konsep ternyata siswa lebih terdorong, termotivasi dan lebih aktif
belajar, pembelajaran menjadi sangat efektif dan pemahaman aktifitas siswa
meningkat. Hal ini terbukti dari sikap siswa yang sungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes evaluasi.
Pada akhir pembelajaran Siklus II, penulis melaksanakan tes formatif
untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Dari tes
formatif Siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat mencapai 81,48 %,
berarti ada kenaikan dari siklus I sebesar 25,93 %. Jumlah siswa yang
mencapai nilai di atas 70 pada siklus I ada 15 anak bertambah menjadi 22
anak. Nilai rata-rata 68,59 pada siklus I meningkat menjadi 75,03 pada siklus
II. Sedangkan 5 anak yang tidak mencapai ketuntasan 70 ke atas disebabkan
kemungkinan anak tersebut memang kemampuannya kurang.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
tindakan kelas selama dua siklus ini dapat disimpulkan bahwa penelitian
meliputi perubahan pada siswa dan perubahan pada guru. yang dilakukan di
Belajar IPA (CLIS) dan pemanfaatan alat peraga gambar hujan, hutangundul,
erosi, dan banjir, dapat meningkatkan aktivitas, dan prestasi belajar siswa pada
Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas tes formatif
dan persentase tuntas belajar klasikal pada siklus I dan II berturut-turut 68,59;
75,03 dan 55,55 %; 81,48 %. Nilai aktivitas siswa pada siklus I rata-ratanya
B. Saran
36
pembelajaran Belajar IPA (CLIS) dan memanfaatkan alat peraga gambar
dan efisien.
36
LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
MELALUI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
Nama : Afghoni
NIM : 815301241
Program Studi : S1 PGSD
Masa Ujian : 2010.1
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
POKJAR KABUPATEN PEKALONGAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
36
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran PKn
dikatakan belum berhasil karena banyak siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran, sehingga pembelajaran ini dianggap masih jauh dari harapan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan bimbingan dari
supervesor terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pra siklus
teridentifikasi beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan
dalam pembelajaran :
a. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran PKn
b. Minat dan motivasi belajar siswa kurang
c. Siswa tidak mau bertanya
d. Ssiswa banyak yang pasif
2. Analisis Masalah
Berdasarkan analisis hasil pembelajaran, refleksi dan diskusi
dengan teman sejawat dan supervesor diketahui bahwa kurangnya
keberhasilan siswa terhadap penguasaan materi yang diajarkan dapat
dianalisis sebagai berikut :
a. Penjelasan guru kurang dipahami
b. Tidak menggunakan alat peraga yang sesuai
c. Metode yang digunakan tidak bervariasi
d. Kurang pemberian latihan soal
Dari kajian teman sejawat dapat disimpulkan bahwa mengajar akan
lebih berhasil apabila siswa mempunyai minat dan motivasi untuk belajar
yang dibangkitkan dengan penggunaan metode diskusi kelompok dan
pemanfaatan alat peraga.
B. Perumusan Masalah
36
dengan merumuskan masalah sebagai berikut : ”Apakah melalui penerapan
model pembelajaran Examples Non Examples pada pembelajaran PKn
kompetensi dasar pengaruh globalisasi dilingkungannya dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa ?”
36
1. Manfaat bagi guru
36
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Dr.I.G.A.K Wardani dalam bukunya PTK (hal 1.16-1.20)
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Ternyata penelitian tindakan kelas sebagai seorang
guru adalah suaut keharusan sebab dengan guru mau mengadakan
penelitian tindakan kelas di dalam kelasnya akan banyak sekali manfaat
yagn bisa diambil oleh guru antara lain:
36
e. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakakukan penelitian
dikelasnya.
Tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu
sistematis, hirarkis, dan ilmiah.
Manfaat penelitian tindakan kelas :
a. Sebagai jalan para pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan,
melatih praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
b. Untuk meningkatkan kualifikasi guru, agar guru merasa percaya diri
dalam menjalankan profesinya, dan dapat mengembalikan harga
dirinya.
36
dan layanan staf ahli dengan cara mana, setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
sepenuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
a. Hakekat Mengajar
Hakekat mengajar menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982):
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Kalau
pengertian dianut maka tujuannya adalah penguasaan pengetahuan
oleh anak. Hal ini berarti anak pasif guru centered. Guru berperanan,
lagi bahan pelajaran bersifat intelektualitas.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak. Kalau
ini yang dianut maka masalahnya hampir sama seperti hal tersebut.
Hanya disini ditekankan penyampaian pewarisan pengetahuan
(kebudayaan) pada hal diharapkan dari anak mengembangkan
kebudayaan dengan menciptakan kebudayaan yang selaras dengan
tuntutan zaman.
Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur)
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Kalau pengertian ini yang dianut
maka pengertiannya sama dengan pengertian mendidik. Guru
hanya membimbing (mengatur lingkungan) anak belajar untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
b. Hakekat Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar juga akan lebih baik,
kalau subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik. Disamping difinisi tersebut, ada pengertian lain
yang cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun secara makro,
dilihat dalm arti luas atau pun terbatas. Dalam pengertian luas, belajar
dapat diartikan sebagi kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan
pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
36
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”
penambahan pengetahuan” (Sardiman, 1990: 22-23).
36
dapat merangsang pikiran, perasaan , perhatian dan minat siswa
sehingga terjadi proses belajar.
Dengan penggunaan alat bantu pelajaran yang tepat dapat
menambah belajar seorang siswa dalam satu periode pengajaran dan
mempercepat seluruh proses pelatihan, sebaliknya penggunaan alat
bantunpelajaran yang tidak tepat akan menyebabkan siswa-siswa salah
paham terhadap pokok yang diberikan dan sangat merintangi mereka
mencapai hasil belajar seperti yang diinginkan dari pelajaran tersebut.
Macam-macam Bentuk Alat Bantu Pelajaran.
Menurut Rustaman (2003), alat bantu pelajaran berdasarkan
jenisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Media asli hidup seperti Akuarium dengan ikan dan tumbuhannya,
Terrarium dengan hewan darat dan tumbuhannya, kebun binatang
dengan hewan yang ada, kebun percobaan, insektarium berupa
kotak kaca yang berisi serangga.
Media asli mati misalnya herbarium,taksidermi, awetan dalam
botol, bio plastik dan diorama.
Media aasli benda tak hidup contohnya: berbagai contoh batuan
mineral, kkereta api, pesawat terbang, mobil, gedung dan papan
temple.
Media asli tiruan atau model contoh: Model irisan bagian dalam
bumi, model penampang melintang batang dikotil, penampang
daun, model torso tubuh manusia yang dapat dilepas dan dipasang
kembali, model globe model atum, model DNA dan lain-lain.
Mediagrafis misalnya bagan, diagram, grafis, poster, plakat,
gambar, foto, lukisan, charta.
Media dengar misalnya program radio, program MP3, tape
recorder, piringan hitam, CD, kaset.
Media proyeksi terdiri dari proyeksi diam misalnya slide,
transparan.
Proyeksi gerak misalnya film atau gambar bergerak
36
Media cetak misalnya buku cetak, koran.
Manfaat Alat Bantu Pelajaran.
Secara umum alat bantu pelajaran mempunyai manfaat antara lain:
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
Memudahkan pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang
disajikan dengan ABP.
Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung.
Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Mempertinggi daya ingat siswa terhadap pelajaran yang telah
dipelajarinya.
4. Metode Mengajar
a. Metode Ceramah
Pengertian Metode Ceramah.
Metode ceramah adalah cara mengajar dengan ceramah, yang
dapat dikatakan juga sebagai teknis kuliah, merupakan suatu cara
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterampilan atau
informasi, atau uraian tenteng suatu pokok persoalan serta masalah
secara lisan (Strategi Belajar Mengajar, Dra. Roestidjah, NIC 1991
H. 136)
Alasan Penggunaan Metode Ceramah
Alasan menggunakan metode ceramah adalah:
Sekolah tidak memiliki bahan bacaan tentang masalah yang
akan dibicarakan atau yang diajarkan.
Jumlah siswa yang terlau banyak, tidak sesuai dengan alat
bantu pelajaran yang tersedia.
Guru memiliki keterampilan berbicara yang dapat menarik
perhatian siswa.
36
Guru yang sedang mengajar bermaksud membuat kesimpulan
pelajaran yang baru diberikan.
Keunggulan metode ceramah
Ekonomis waktu dan biaya, sasaran siswa relatif banyak, guru
dapat mengulang dengan mudah
Kelemahan metode ceramah
- kemungkinan menimbulkan verbalisme
- sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa
- ada dalam otoritas guru
b. Metode Tanya Jawab
Pengertian Metode Tanya jawab.
Metode Tanya jawab adalah suatu tehnik untuk memberikan
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya,
selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab.
Metode ini hampir mirip dengan metode diskusi hanya berbeda
dalam cara, jenis pertanyaan yang dikemukakan guru, dan sifat
partisipasi yang diharapkan dari siswa. Dalam metode tanya jawab,
guru pada umumnya berusaha menanyakan apa siswa telah
mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan atau proses
pemikiran yang dipakai oleh siswa.
Tujuan Menggunakan Metode Tanya Jawab.
Tujuan menggunakan Metode Tanya jawab adalah:
Siswa dapat mengerti atau memahami tentang fakta yang
dipelajari, didengar atau dibaca sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang fakta tersebut.
Siswa mampu menjalaskan langkah-langkah berpikir atau
proses yang ditimbulkan dalam memecahkan masalah.
Menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa yang
dibaca. Dengan dibantu tanya jawab siswa akan tersusun jalan
36
pikirannya sehingga mencapai perumusan yang lebih baik dan
cepat.
c. Metode Diskusi
Pengetian Metode Diskusi
Pengertian diskusi menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982) adalah
proses bertukar pikiran mengenai suatu top[ik tertentu sehingga
mendapat beberapa konklusi pendapat yang dapat diterima.
Melakukan sesuatu sangat berguna bila mengetahui terlebih dahulu
masalahnya dan turut membahasnya. Metode ini sangat tepat situasi
dimana: pertanyaan menarik minat siswa, pertanyaan mempunyai
kemungkinan jawaban yang lebih dari satu, pertanyaan tidak
menyatakan manakah jawaban yang benar.
Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
Tujuan menggunakan metode diskusi adalah:
Mempertinggi partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar
secara individu.
Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan dalam
proses belajar mengajar.
d. Metode Pengamatan
Metode pengamatan merupakan suatu cara penyajian bahan dengan
mengamati obyek secara langsung dan siswa diberi tugas untuk
melaporkan hasil pengamatan.
Keunggulannya :
- siswa dapat melihat langsung obyek/bahan pengajaran yang
akan dibahas
- siswa tidak verbalistik
Kelemahannya :
- agak sulit untuk mengorganisasikan siswa
- memerlukan waktu yang lama
36
5. Model- model pembelajaran yang efektif yang disusun oleh Tim
Widyaiswara Mapel IPS LPMP Jateng di antaranya :
a. EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dari gambar/kasus yang relevan dengan KD
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-4 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar itu dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusi
6. Berdasarkan hasil diskusi, guru menjelaskan menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Guru menyimpulkan materi
b. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperhatikan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
36
c. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala Bernomor)
(Spencer Kagan, 1992)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
6. Kesimpulan
d. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau cs,1985)
Skrip kooperatif :
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang
dipelajarai
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat rangkuman
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
36
4. Pembicara membacakan rangkumannya selengkap mungkin
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
- Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap
- Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditkar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Seterusnya lakukan seperti di atas.
6. Siswa menyimpulkan bersama guru
7. Penutup
36
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Tempat Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganrgaraan (PKn)
dilaksanakan di kelas IV semester II SD Negeri Tosaran Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan dalam 2 siklus
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
No Mata Pelajaran Waktu
1. Pendidikan Kewarganegaraan Siklus I, Senin, 15 Februari 2010
2. Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II, Senin, 1 Maret 2010
3. Profil Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Tosaran
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Pada saat pelaksanaan
tindakan, SD Negeri Tosaran telah selesai mengadakan renovasi terhadap
ruang kelas I, II, dan III. Ruang kelas IV sebagai tambahan renovasi belum
bisa diselesaikan mengingat dana yang tidak mencukupi. Oleh karena itu
pembelajaran di kelas IV menggunakan ruang kelas III. Sedangkan siswa
kelas II masuk siang menempati ruang kelas I.
36
Jumlah guru / Guru Tenaga Kependidikan
PNS WB PNS WB
tenaga
S1 D2 SMU S1 D2 SMU S1 D2 SMU SMU SMP
kependidikan
-
12 1 6 - 1 - 2 - - 1 -
167 20 14 15 10 18 11 15 12 15 11 13 13
B. Deskripsi Persiklus
Siklus I
36
6. Setelah RPP siklus I disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti minta
izin kepada Kepala Sekolah untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran
Pelaksanaan
Langkah-langkah umum yang ditempuh dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran PKn materi pengaruh globalisasi di lingkungannya adalah
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan inti pada siklus I selama 45 menit adalah :
Secara khusus perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan
menerapkan model pembelajaran Examples Non Examples.
Urutan kegiatan sebagai berikut :
a. Guru memasang gambar di papan tulis.
b. siswa memperhatikan alat gambar macam-macam dampak globalisasi.
c. Siswa menganalisa gambar macam-macam dampak globalisasi.
d. Siswa berdiskusi kelompok tentang pengaruh globalisasi di
lingkungannya
e. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusi
f. Guru menjelaskan materi dari hasil diskusi
g. Guru membuat kesimpulan
h. Siswa mengerjakan tes formatif
Pengamatan / Observasi
1. Hasil pengamatan terhadap guru diperoleh temuan-temuan antara lain :
a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi pada siswa pada kegiatan
awal pembelajaran
b. Guru belum maksimal dalam mengungkap pengetahuan awal
siswas tentang konsep pengaruh globalisasi di lingkungannya
c. Guru mengajukan pertanyaan belum merata kepada semua siswa
36
b. Masih ada siswa yang belum memahami materi pelajaran
c. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas
Refleksi
Pada tahap ini peneliti meminta bantuan saran dari pengamat dan
bimbingan dari supervesor diperoleh refleksi sebagai berikut :
1. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru masih sulit dipahami siswa
2. Guru kurang dapat menyusun kalimat yang mudah di fahami siswa
3. Guru kurang memberi penguatan sebagai motivasi kepada siswa yang
tidak berani menjawab pertanyaan guru
4. Guru dalam menggunakan alat peraga kurang optimal
5. Hasil ketuntasan yang dicapai 55,56% dengan nilai rata-rata 70,44
Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, disusunlah rencana perbaikan
pembelajaran berupa prosedur kerja dilaksanakan di kelas terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Perencanaan
1. Untuk mengungkap masalah dan mencari jalan pemecahannya atas
pembelajaran yang dilaksanakan atas hasil refleksi, identifikasi dan
perumusan masalah pada siklus I peneliti bekerja sama dengan pengamat
dan pembimbing merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
2. Melaksanakan pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan
metode diskusi kelompok dan alat peraga gambar berbagai pengaruh
globalisasi.
3. Memperbanyak tanya jawab untuk penguatan penguasaan materi kepada
siswa
4. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru
5. Menyusun RPP siklus II
36
6. Setelah RPP siklus II disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti minta ijin
kepada Kepala Sekolah untuk melaksanakan pembelajaran.
Pelaksanaan Perbaikan
Perbaikan pembelajaran siklus II meliputi aktivitas-aktivitas
perbaikan pembelajaran kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan inti pada siklus II selama 45 menit adalah :
1. Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan tentang pengaruh
globalisasi dilingkungannya.
2. Secara klasikal guru memperlihatkan gambar-gambar pengaruh
globalisasi di lingkungan.
3. Siswa berdiskusi kelompok menganalisa gambar yang ditunjukkan
oleh guru tentang pengaruh globalisasi di lingkungannya.
4. Secara klasikal siswa dibimbing guru membuat ringkasan materi
pelajaran
5. Setelah pembelajaran selesai, siswa mengerjakan tes formatif (Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II selengkapnya terlampir)
Pengamatan/Observasi
1. Pengamat mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada
kegiatan guru saat memberikan materi pembelajaran PKn melalui
metode tanya jawab bervariasi (lembar observasi terlampir) dan
pengamat mencatat temuan-temuan saat pembelajaran berlangsung
2. Hasil pengamatan guru diperoleh temuan-temuan antara lain :
a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa pada
kegiatan awal pelaksanaan perbaikan pembelajaran
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran melalui metode tanya
jawab yang bervariatif dan penggunaan alat peraga dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami untuk
lebih memudahkan pemahaman siswa
c. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan latihan soal
3. Hasil pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan-temuan antara lain:
36
a. Siswa sudah berani bertanya maupun menjawab pertanyaan
b. Siswa penuh semangat dalam mengikuti pembelajaran
c. Kegiatan tanya jawab para siswa aktif (suasana hidup)
Refleksi
Hasil refleksi siklus II setelah peneliti melaksanakan proses
perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Dengan penjelasan yang disampaikan guru mudah dipahami siswa
melalui metode pembelajaran bertanya jawab yang bervariatif dan
penggunaan alat peraga yang tepat, pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran meningkat
2. Dengan memberi penguatan motivasi dan bimbingan, kegiatan tanya
jawab semakin hidup dan siswa semakin aktif untuk bertanya jawab
3. Guru dalam pembelajaran siklus II telah berhasil, terbukti siswa telah
mencapai tingkat ketuntasan sebesar 85,19 % dengan nilai rata-rata
77,72.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil catatan dan temuan observasi data-data yang menjadi fokus
perbaikan yang dihimpun pengamat selama perbaikan pembelajaran dapat
penulis paparkan sebagai berikut :
Pra siklus
Proses pembelajaran PKn materi pengaruh globalisassi di linkungannya di
kelas IV SD Negeri Tosaran Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan diperoleh
hasil dari 27 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas ada 7 siswa (25,92 %)
tuntas belajar dan sisanya 20 siswa (74,08%) mendapat nilai di bawah 70
(belum tuntas).
Tabel 4. Tabel frekuensi nilai rata-rata kelas sebelum siklus
No Nilai F xi fx
1 45 – 50 2 47,5 95
2 51 – 56 2 53,5 107
3 57 – 62 14 59,5 833
4 63 – 68 2 65,5 131
5 69 – 74 3 71,5 214,5
6 75 - 80 3 77,5 232,5
7 81 - 86 1 83,5 83,5
Jumlah 27 1696,5
Nilai rata-rata kelas 62,83
36
Siklus I
Pembelajaran siklus I penulis menitikberatkan pada penggunaan
metode pembelajaran tanya jawab bervariatif yang dipadu dengan media
gambar globalisasi dilingkungannya.
Pada awal pembelajaran guru memberi apersepsi dan motivasi
dengan tujuan untuk menarik belajar siswa dan lebih fokus dalam
mengikuti proses pembelajaran tanggal pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I yaitu :
a. Hari/tanggal : Senin, 15 Februari 2010
b. Waktu : 09.15 – 10.25
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran diperoleh data nilai hasil
belajar siswa yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik.
36
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa pembelajaran siklus cukup efektif hal
ini terbukti :
1. Persentase ketuntasan belajar dari 7 siswa (25,92%) sebelum siklus
naik menjadi 15 siswa (55,56 %) pada siklus 1
2. Nilai rata-rata kelas dari 62,83 sebelum siklus naik menjadi 69,26 pada
siklus I
: Nilai Rata-rata
80 : Ketuntasan
: Jumlah Siswa
70 69,26
62,83
60
55,56
50
40
30
25,92
20
15
10 7
Siklus II
Hasil diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing maka
penulis mengadakan pembelajaran siklus II
Pada pembelajaran siklus II penulis menitikberatkan pada metode
pembelajaran tanya jawab bervariatif disertai penggunaan alat peraga.
36
Melalui tanya jawab siswa dibimbing guru tentang pengaruh globalisasi
di lingkungannya, ditunjukkan berbagai macam gambar pengaruh
globalisasi.
Tanggal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II, yaitu
a. Hari/Tanggal : Senin, 1 Maret 2010
b. Waktu : 09.15 – 10.25
36
4 71 - 80 11
5 81 - 90 7
6 91 - 100 5
Jumlah 27
Ketuntasan Klasikal 85,19 %
90
, 85,19 : Nilai Rata-rata
80 77,72 : Ketuntasan
69,26 : Jumlah Siswa
70
36
60
55,56
50
40
30
23
20
15
10
Siklus I Siklus II
Tabel 10. Hasil Ketuntasan Tes Pra Siklus, Tes Siklus I, Tes Siklus II
Mata Pelajaran IPA Perubahan Lingkungan Fisik Bumi
Siklus I
36
Upaya perbaikan pembelajaran PKn siklus I yang dilakukan guru
untuk mengatasi masalah siswa adalah melalui penerapan model
pembelajaran Examples Non Examples.
Upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis pada siklus
I dari hasil tes formatif siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata sebelum siklus 62,83 meningkat menjadi
69,26 dengan ketuntasan belajar dari 7 siswa (25,92%) bertambah menjadi
15 siswa (55,56%)
Siklus II
Upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II ditekankan pada
aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran Examples Non Examples yang dimantapkan dengan
memperbanyak Tanya jawab dan penguatan konsep. Sejalan dengan ini,
menurut Nasution, N. Budiastra, K. dkk (1998) “tanya jawab dapat
membantu timbulnya perhatian murid pada pelajaran”.
Metode tanya jawab bervariatif sebagai sarana untuk meningkatkan
hasil belajar siswa karena dengan metode tanya jawab akan membuat anak
menjadi senang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran.
Dari tes formatif siklus II, jumlah yang mendapat nilai 70 ke atas
pada siklus I ada 15 siswa bertambah menjadi 23 siswa pada siklus II.
Nilai rata-rata 69,26 pada siklus I menjadi 77,72 pada siklus II. Persentase
ketuntasan belajar siswa dari 55,56% pada siklus I meningkat menjadi
85,19% pada siklus II atau naik sebesar 29,63 %
Dengan demikian upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan
hasil belajar yang optimal melalui penerapan model pembelajaran
Examples Non Examples dan disertai alat peraga gambar benar-benar
dapat dirasakan oleh siswa..
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
36
2. Dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran
36