Anda di halaman 1dari 1

Tidak Ada Yang Instan Untuk Meraih Mimpi

Yap, ini kedua kalinya saya ditolak oleh penerbit yang sama walau dengan judul yang berbeda. Saya
cukup terpukul saat pertama kali mendapat penolakan, lalu kemarin, saya hanya menghembuskan napas
dan tersenyum. Ya. Kecewa memang, tapi tidak ada kesedihan sedalam pengalaman pertama saya di
tolak. Yes, saya mulai bisa terbiasa dengan penolakan ini, haha.

Yah, tidak ada yang instan untuk meraih mimpi, katanya. Ternyata untuk masuk kedalam industri
kepenulisan itu tidak mudah. Jadi yang saya butuhkan adalah mental tahan banting. Walau setelah
penolakan itu terjadi, ada efek samping yang ditimbulkannya, krisis kepercayaan diri.

Kepercayaan diri saya menurun, saya pikir, saya tidak punya bakat itu hingga saya dua kali ditolak oleh
penerbit. Dulu saat cerpen saya dimuat, mungkin itu hanya keberuntungan, juga ketika beberapa tahun
lalu cerpen saya berkali-kali menang lomba, karena saya tahu jurinya siapa, saya jadi sedikit kecewa. Ada
pikiran dalam benak saya bahwa saya dimenangkan oleh juri tersebut karena dia memang penggemar
tulisan saya.

Tapi, ini baru dua kali ditolak, ini belum apa-apa. Untuk menjadi penulis yang berkualitas harus melewati
tahap seleksi yang ketat. Entah itu hanya kalimat penghibur atau memang benar adanya.

Untuk teman-teman yang mempunyai mimpi menjadi penulis yang bukunya dipajang di toko buku,
jangan menyerah, jika ditolak oleh penerbit cukup hembuskan napas lalu mulai mengetik lagi, mengedit
lagi, lalu kirimkan lagi. Semangat!

Anda mungkin juga menyukai