Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nessa Aqila Zulfahmi Putri

NIM: H1051191046
Kelas: Kewarganegaraan Rekayasa Sistem Komputer
Tugas 7
1. Anda diminta untuk membuat pertanyaan, yakni mempertanyakan secara kritis tentang
masalah penegakan hukum oleh aparat penegak hukum yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Apabila Anda telah berhasil membuat pertanyaan, coba diskusikan dengan teman dalam
kelompok kecil.
Jawab:
- Mengapa hukum lebih banyak tumpul ke atas dan tajam ke bawah?
- Apakah hukum lebih meringankan mereka yang lebih memiliki uang dibanding mereka
yang punya lebih sedikit uang?
- Apakah penegakan hukum di Indonesia bisa dikatakan sudah adil?
- Kapan terakhir kali aparat menyelesaikan kasus hukum dengan pejabat tinggi secara adil
dan jujur?
- Apakah ‘persamaan di hadapan hukum’ masih berlaku di Indonesia?
- Apa yang dipikirkan aparat penegak hukum ketika memutuskan untuk ‘tidak jujur’ dalam
menegakkan hukum?
- Apakah uang jauh lebih penting daripada keadilan?
- Apa yang harus dilakukan rakyat kecil untuk mendapat keadilan seadil-adilnya?
- Apa yang Anda pikirkan mengenai posisi sebagai aparat penegak hukum negara saat ini?
2. Untuk mengetahui tindakan atau perbuatan-perbuatan yang melawan hukum, silahkan
mempelajari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP untuk hukum pidana material)
dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPER untuk hukum perdata material).
Selanjutnya kemukakan sejumlah pasal hukum pidana material yang mengatur tentang
kejahatan menghilangkan nyawa orang lain.
Jawab:
Pengertian tentang Tindak Pidana Pembunuhan
Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
yang saat ini berlaku adalah disebut sebagai suatu pembunuhan. Untuk menghilangkan nyawa
orang lain, seseorang harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat
dengan meninggalnya orang lain. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu delik materiil
yang artinya delik yang dirumuskan secara materiil, yakni delik yang baru dianggap sebagai
telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang tidak
dikehendaki oleh undang-undang1. Berdasarkan uraian diatas, orang belum dapat berbicara
tentang terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan, jika akibat berupa meninggalnya orang
lain belum timbul.1

1
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2012, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, Dan
Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta, hal 1
Pembagian Jenis Tindak Pidana Pembunuhan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia mengatur ketentuan-ketentuan pidana
tentang kejahatan-kejahatan yang ditunjukan terhadap nyawa orang lain dalam Buku ke-II
Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan
Pasal 350. Dari pengaturan mengenai ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan-
kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang sebagaimana telah dimaksud, terdapat
pembedaan antara berbagai kejahatan yang dapat dilakukan orang terhadap nyawa orang,
dengan mengklasifikasikan ke dalam lima jenis kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa
orang, adalah sebagai berikut :

1) Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain dalam pengertian


yang umum, tentang kejahatan mana yang masuk dalam kualifikasi kesengajaan
menghilangkan nyawa orang lain dengan tidak direncanakan sebelumnya (doodslag),
dengan kejahatan menghilangkan nyawa orang lain dengan direncanakan terlebih
dahulu (moord).

2) Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa seseorang anak yang baru


dilahirkan oleh ibunya sendiri.

3) Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan yang
bersifat tegas dan sungguh-sungguh dari orang itu sendiri.

4) Kejahatan berupa kesengajaan mendorong orang lain melakukan bunuh diri atau
membantu orang lain melakukan bunuh diri.

5) Kejahatan berupa kesengajaan menggugurkan kandungan seorang wanita atau


menyebabkan anak yang berada dalam kandungan meninggal dunia (afdrijving). 2
Delik-delik yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dapat dibagi ke
dalam :
i. Cenvoudige delicten,

ii. Gequialificeerde delicten, dan

iii. Gepriviligieerde delicten. 3

Cenvoudige delicten atau delik-delik yang sederhana adalah delik-delik yang diartikan
sebagai delik-delik dalam bentuk yang pokok, yakni delik-delik yang telah dirumuskan secara
lengkap dengan semua unsur-unsurnya, baik dengan menyebutkan nama atau kualifikasi dari
delik-delik yang bersangkutan maupun tidak, hingga apabila di dalam ketentuan-ketentuan
pidana yang diatur selanjutnya hanya disebutkan nama atau kualifikasi dari suatu delik, maka
delik tersebut juga harus memenuhi semua unsur yang disebutkan di dalam rumusan delik
dalam bentuk yang pokok mengenai delik yang sama. Dihubungkan dengan tindak pidana
pembunuhan yang diatur dalam buku ke-II Bab ke-XIX KUHP, tindak pidana pembunuhan
2
Ibid. hal 19
3
Ibid. hal 20
yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana pembunuhan dalam bentuk
pokok. Rumusan mengenai tindak pidana tersebut, telah menyebutkan secara lengkap semua
unsur dari tindak pidana yang bersangkutan, yang apabila semua unsur itu dapat dipenuhi,
maka tindakan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai doodslag atau tindak pidana
pembunuhan. 4
Gequialificeerde delictenatau delik-delik dengan kualifikasi adalah delik-delik dengan
pemberatan, yakni delik-delik dengan bentuk yang pokok, yang karena di dalamnya terdapat
keadaan-keadaan yang memberatkan maka pidana yang diancamkan terhadap delik-delik
tersebut menjadi lebih berat. 5
Dihubungkan dengan tindak pidana pembunuhan, tindak pidana yang diatur dalam Pasal
339 KUHP dan Pasal 340 KUHP merupakan Gequialificeerde delictenatau tindak pidana
dengan pemberatan. Tindak pidana pembunuhan yang diatur di dalam Pasal 339 dan Pasal
340 KUHP merupakan tindak-tindak pidana dalam bentuk yang pokok juga, akan tetapi yang
karena di dalamnya terdapat keadaan-keadaan yang memberatkan, maka tindak pidana
tersebut dikaulifikasikan sebagai Gequialificeerde delictenatau tindak pidana dengan
pemberatan.
Keadaan-keadaan yang memberatkan mengenai tindak pidana pembunuhan yang diatur
dalam Pasal 339 KUHP adalah bahwa pembunuhan tersebut telah dilakukan orang dengan
didahului, disertai, atau diikuti oleh suatu tindak pidana yang lain dengan maksud untuk
menyiapkan atau memudahkan tindak pidana tersebut, atau untuk melepaskan dirinya sendiri
atau pelaku lainnya dari tuntutan hukum dalam hal mereka kepergok pada waktu melakukan
kejahatan ataupun untuk menjamin tetap dikuasainya benda yang mereka peroleh secara
melawan hukum.
Keadaan-keadaan yang memberatkan mengenai tindak pidana pembunuhan yang diatur
dalam Pasal 340 KUHP adalah bahwa pembunuhan tersebut dilakukan dengan direncanakan
terlebih dahulu (moord). 6
Gepriviligieerde delicten atau delik-delik dengan keadaan-keadaan yang meringankan
adalah delik-delik dalam bentuk pokok, yang karena di dalamnya terdapat keadaan-keadaan
yang meringankan maka pidana yang diancamkan terhadap delik-delik tersebut diperingan.7
3. Setelah anda mengenal masalah-masalah dan tantangan yang dihadapi dalam sistem hukum
di negara kita, apakah gagasan, pendapat kritis, usulan anda untuk memperbaikinya? Secara
berkelompok, anda dianjurkan untuk mendiskusikan masalah-masalah yang terkait dengan
penegakan hukum!
Jawab:
Salah satu indikator negara hukum adalah keberhasilan dalam penegakan hukumnya.
Dikatakan berhasil karena hukum yang telah diaturnya, sudah seharusnya dan sudah
waktunya, dijalankan dan ditaati oleh seluruh elemen masyarakat. Ketiadaan dan kurang
maksimalnya penegakan hukum dapat berimplikasi terhadap kredibilitas para pembentuk
aturannya, pelaksana aturan dan masyarakat yang terkena aturan itu sendiri, sehingga seluruh
elemen akan terkena dampaknya. Untuk itulah, maka menjadi penting untuk diketahui apakah
penegakan hukum itu sesungguhnya. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya  upaya
untuk dapat tegak atau  berfungsinya  norma-norma  hukum yang berlaku dan telah diatur
sebagai  pedoman  perilakunya dalam lalu  lintas  atau  hubungan-hubungan  hukum  dalam 
kehidupan  manusia  bermasyarakat dan bernegara. Untuk itulah, maka ketentuan yang telah

4
Ibid. hal 21
5
Ibid. hal 21
6
Ibid. 21-22
7
Ibid. hal 22
mengaturnya tidak akan berhenti dalam arti aturan yang tidak bergerak atau mati, tetapi tetap
akan tegak bediri dan berjalan ke depan sebagaimana yang ditentukan oleh lembaga resmi
dan diakui negara untuk mengaturnya. Secara luas, proses dalam penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa sajakah yang
menjalankan aturan normatif atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, maka hal itu berarti telah
menjalankan atau menegakkan aturan hukum.8

Sementara, secara sempit dari aspek subjeknya, maka penegakan hukum dapat diartikan
sebagai upaya  aparatur  penegakan  hukum  tertentu  untuk dapat menjamin dan memastikan
bahwa aturan  hukum itu  berjalan  sebagaimana  yang telah diatur seharusnya oleh
aturannya. Hal ini untuk memastikan tegaknya  hukum,  apabila diperlukan untuk itu, maka
aparatur  penegak  hukum  diperbolehkan akan menggunakan upayadaya paksa. Di dalam
sudut pandang objeknya, yaitu dari aspek hukumnya penegakan hukum itu adalah
pengertiannya juga mencakup makna luas dan sempit.  Dalam arti  luas, maka penegakan 
hukum    mencakup pula adanya nilai-nilai  keadilan yang  terkandung dalam bunyi  aturan 
formal  atau nilai-nilai  keadilan yang  hidup di dalam  masyarakat. Hal yang berbeda di
dalam arti yang sempit, maka penegakan hukum hanya terbatas kepada menyangkut
penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja dan dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan aturan tersebut. Namun di lapangan penegakan hukum itu
tidak seindah yang digambarkan oleh teori-teori hukum dan peraturan yang telah
mengaturnya. Terdapat lebih dari satu masalah-masalah penegakan hukum dan untuk dapat
membahas penegakan hukum lebih dalam dan dapat lebih jelas permasalahannya, maka
dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi efektifitas dari
penegakan hukum.9

Prof. Dr. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penegakan hukum terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi dan mempunyai arti sehingga penegakan hukum dapat berdampak
positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut. Terjadinya gangguan terhadap
penegakan hukum terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai, kaidah, dan pola
perilaku (“tritunggal”). Dalam hal terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan
dan menjelma dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah
yang akan dapat mengganggu kedamaian pergaulan hidup, maka penegakan hukum menjadi
tidaklah dapat diwujudkan. Artinya, penegakan hukum akan menjadi tidaklah berjalan
sebagaimana mestinya atau akan terganggu dalamm perjalanan dan penegakan hukumnya.
Masalah pokok penegakan hukum terletak kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut adalah pertama, faktor hukumnya, kedua  faktor penegak
hukum, ketiga, faktor sarana atau fasilitas, keempat faktor masyarakat dan kelima faktor
kebudayaan.10

Masih banyak ketidakjelasan dalam hukum yang diatur dalam undang-undang sehingga
masih harus dibenahi. Misalnya terkait peraturan pelaksanaan suatu undang-undang yang
terkadang masih belum jelas. Kedua yang harus dibenahi adalah penegak hukum yang
menegakkan hukum di Indonesia. Sudah adilkah? Apakah sudah menegakkan hukum dengan
baik? Ketiga adalah apakah sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum sudah memadai?
Keterampilan sumber daya serta fasilitas seperti apa supaya penegakan hukum dapat berjalan
8
Agus Riyanto, “Penegakan Hukum, Masalahnya Apa?” (https://business-
law.binus.ac.id/2018/12/26/penegakan-hukum-masalahnya-apa/, Diakses pada 27 Oktober 2020 pukul 20:34)
9
Ibid
10
Ibid
lancar juga perlu digaris-bawahi. Keempat adalah faktor masyarakat terkait Pendidikan dan
latar belakang yang sadar dan taat hukum juga mempengaruhi keberhasilan penegakan
hukum di Indonesia. Terakhir bagaimana suatu budaya mempengaruhi masyarakat itu sendiri
untuk bertingkah-laku juga menjadi faktor penegakan hukum di Indonesia. Budaya adalah
sesuatu yang melekat dan sulit dilepaskan dari masyarakat. Budaya buruk yang misalnya
turun-temurun tentunya akan menghambat proses penegakan hukum.

4. Jelaskan strategi yang anda dapat tawarkan/usulkan untuk melaksanakan penegakan


hukum di Indonesia!
Jawab:
Setelah perubahan UUD 1945, arah kebijakan pembangunan hukum nasional harus
mengikuti perubahan tersebut dengan cara menumbuhkan semangat negara demokratis dan
berkeadilan. Namun landasan utama pembangunan sistem hukum nasional pasca empat kali
amandemen UUD 1945 tidak mengalami perubahan, sebab pembukaan UUD 1945 tidak ikut
diubah. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 mengenai cita-cita bangsa,
tujuan bernegara, dan cita hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap menjadi
penuntun bagi setiap upaya pembangunan sistem hukum nasional yang khas Indonesia, yaitu
sistem hukum nasional yang berdasarkan filosofi atau pandangan hidup bangsa yakni
Pancasila. 11
Pembangunan hukum nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai perlindungan dan
pemajuan hak asasi manusia pada dasarnya merupakan usaha meningkatkan saling
keterkaitan antara unsur-unsur pembangunan hukum dan HAM yang meliputi : substansi
hukum, struktur hukum (aparatur dan kelembagaan) dan budaya hukum secara berkelanjutan
sesuai dengan konsep negara hukum yang demokratis dan berkeadilan sebagaimana yang
ditetapkan dalam UUD 1945 pasca amandemen. Teraktualisasinya fungsi hukum akan
memastikan tegaknya wibawa hukum yang akan memperkokoh peranan dalam pembangunan
untuk menjamin agenda pembangunan nasional berjalan secara tertib, terarah dan konsekuen
serta sejalan dengan perlindungan nilai-nilai HAM.12
Hubungan yang erat dalam mewujudkan negara demokratis dan berkeadilan dengan
kebijakan pembangunan hukum dan hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan. Masyarakat
demokratis adalah masyarakat yang menghormati hukum,dan melindungi nilai-bilai hak asasi
manusia yang merupakan hasil kesepakatan semua elemen bangsa Indomesia sebagai suatu
kontrak sosial antara negara dengan rakyatnya. 13
Adanya pembangunan hukum diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan
kesadaran terhadap bagaimana hubungan antara warga negara dengan negara, antar sesama
warga negara, dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pada dasarnya
terdapat 3 prinsip yang harus dilaksanakan oleh negara hukum, yaitu: supremasi hukum
(supremacy of law), kesetaraan di depan hukum (equality before the law), dan penegakan
hukum yang sesuai dengan ketentuan hukum (due process of law). (BPHN, 2016: 24).14
Pembangunan hukum pada dasarnya adalah sebuah mekanisme manajemen dalam suatu
sistem hukum nasional. Oleh karena itu model pembangunan hukum di pusat dan daerah
seyogyanya diletakkan dalam kerangka manajemen pembangunan hukum (development law
management), yang memenuhi unsur manajemen pada umumnya, yaitu unsur perencanaan
11
Danang Risdiarto, “KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM DALAM
MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure Volume 17, Nomor 2, Juni
2017, hal 179
12
Ibid. 179-180
13
Ibid. 180
14
Ibid 180
(legal planning), pengorganisasian (legal organizing), pembentukan (legal creating),
pelaksanaan (legal implementing), pengawasan (legal controlling), dan peninjauan (legal
reviewing).15

15
Ibid. hal 180

Anda mungkin juga menyukai