Anda di halaman 1dari 12

Warta Penelitian Perhubungan 30 (2018) 133-143

Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal


untuk Trayek Perintis dan Tol Laut
Design Solution Ideal for Landing Craft Utility Ship
for Pioneer Routes and Sea Toll

Abdy Kurniawan1,*, Johny Malisan2, Muhammad Kadhafi Aznur3


1, 2
Puslitbang Transportasi Laut SDP, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan
Jl. Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
3
PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero)
Jalan Yos Sudarso No.38-40, Tanjung Priok, Jakarta Utara 14320
*E-mail: birulaut09@hotmail.com

Diterima: 20 Agustus 2018, revisi 1: 12 November 2018, revisi 2: 15 November 2018, disetujui: 28 November 2018

Abstract
The condition of the open sea such as the area of Natuna becomes the challenge for the continuation of the service ship which
causes the risky waves at certain times. Generally, it is known as North Monsoon. North Monsoon impacts on the cessation of
the shipping activities for several months. In this condition, several small islands are in the isolated condition. This study aims
to determine the ideal and adequate ship type based on the route serving for the isolated areas on the pioneer ship route and
the sea toll route. The result in this research shows that the ship type which is suitable for the market share of 30% is landing
craft utility type with 1000 DWT, service speed of 8 knots with the shipping frequency of 23 voyage per year.
Keywords: North mansoon, landing craft utility, pioneer route, sea toll route, ship design.

Abstrak
Kondisi perairan terbuka seperti wilayah Natuna, menjadi sebuah tantangan tersendiri terhadap kontinuitas pelayanan kapal
yang disebabkan oleh kondisi gelombang yang rawan pada waktu tertentu. Umumnya hal ini dikenal dengan Angin Musim
Utara. Angin Musim Utara berdampak pada berhentinya sebagian kegiatan pelayaran selama beberapa bulan. Dalam kondisi
ini, beberapa pulau kecil berada dalam kondisi terisolasi. Kajian ini bertujuan untuk menentukan tipe kapal yang ideal dan
sesuai dengan rute untuk melayani daerah terisolasi pada trayek kapal perintis dan trayek kapal tol laut. Hasil kajian
menunjukkan bahwa tipe kapal yang sesuai dengan skenario market share 30% adalah tipe landing craft utility dengan ukuran
1000 DWT, kecepatan dinas 8 knot dengan frekuensi pelayaran sebanyak 23 voyage per-tahun.
Kata kunci: Desain kapal, landing craft utility, trayek perintis, trayek tol laut, angin musim utara.

Pendahuluan pada sektor perdagangan dan perikanan laut.


Sebagai salah satu wilayah terluar NKRI
Pengembangan sektor transportasi laut untuk permasalahan utama yang dihadapi oleh
mencapai target Poros Maritim di Indonesia sejalan masyarakat di Kabupaten Natuna adalah
dengan Visi dan Misi Program Prioritas Presiden aksesibilitas yang banyak bergantung kepada
terpilih Jokowi- JK khususnya dalam butir 3 yaitu: angkutan laut. Kondisi ini menyebabkan pelabuhan
memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur sebagai salah satu simpul transportasi memegang
dan konektivitas maritim dengan membangun tol peranan penting dalam mendukung terciptanya
laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, penyelenggaraan angkutan laut yang aman
dan pariwisata maritim [1]. sekaligus mampu memberikan nilai tambah untuk
Kabupaten Natuna adalah salah satu kabupaten masyarakat. Pada saat ini, Kabupaten Natuna
di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia yang terutama Pulau Bunguran telah dilayani oleh
memiliki luas wilayah 141.901,20 km2 dengan luas beberapa trayek angkutan laut liner (tetap) yang
daratan 3.235,20 km2 dan lautan 138.666 km2 [2]. dioperasikan oleh PT Pelni yang dilayani oleh KM.
Pada tahun 2017 jumlah penduduk tercatat Bukit Raya, trayek perintis R-5 dan Tol Laut trayek
sebanyak 81.346 jiwa dan tingkat pertumbuhan T-2 serta trayek tramper oleh angkutan pelra
1,4% per tahun dengan kegiatan ekonomi utama maupun swasta. Permasalahan utama terkait

http://dx.doi.org/10.25104/warlit.v30i2.831
0852-1824/ 2580-1082 ©2018 Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan
Artikel ini open access dibawah lisensi CC BY-NC-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) 133
Nomor Akreditasi: (LIPI) 651/AU4/P2MI-LIPI/07/2015
angkutan laut di Kabupaten Natuna adalah melalui media air dalam posisi dinamis maupun
aksesibilitas yang kurang ke daerah hinterland-nya permanen dengan menggunakan mekanisme
yang berupa pulau-pulau. Saat ini angkutan laut penggerak untuk berpindah posisi”.
telah menjangkau wilayah hinterland tersebut
namun masih dalam frekuensi yang kecil dan tidak Metodologi
teratur begitu juga dengan kondisi sarana angkutan
A. Tahapan desain
yang masih didominasi oleh kapal kecil dengan
rute tramper (tidak tetap) [3]. Proses desain merupakan proses yang dilakukan
secara berulang-ulang hingga menghasilkan suatu
Kondisi perairan Kabupaten Natuna yang
desain yang sesuai dengan apa yang diinginkan.
terbuka menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk
Dalam proses desain pembangunan kapal baru
kontinuitas pelayanan kapal karena kondisi
terdapat beberapa tahapan desain, yaitu antara lain.
gelombang yang rawan pada waktu tertentu dikenal
sebagai musim utara yang awalnya berlangsung 1) Concept design, yaitu proses menerjemahkan
antara bulan Desember hingga Februari namun persyaratan-persyaratan owner requirement
akibat anomali cuaca terjadi perubahan yang ke dalam ketentuan-ketentuan dasar dari kapal
cenderung berlangsung antara bulan November yang akan direncanakan, dimana dalam tahap
hingga Maret dengan ketinggian ombak rata-rata 3 ini diperlukan studi kelayakan (Technical
hingga diatas 5 meter. Hal tersebut berdampak pada Feasibility Study) untuk menentukan elemen-
terhentinya sebagian kegiatan pelayaran selama elemen dasar dari kapal yang di desain, seperti
beberapa bulan, dalam kondisi tersebut beberapa panjang kapal, lebar kapal, tinggi kapal, sarat,
pulau kecil lainnya berada dalam kondisi terisolasi. power mesin, dan lain-lain yang memenuhi
Untuk melayani daerah yang terisolasi dibutuhkan persyaratan-persyaratan kecepatan, jarak
kapal dengan aspek teknis ideal seperti stabilitas pelayaran, volume muatan dan deadweight.
yang baik serta aspek ekonomis berupa kapasitas Selanjutnya hasil-hasil pada tahap concept
kapal yang sesuai dengan karakteristik pelayaran design dapat digunakan sebagai acuan awal
[4] dimana selama ini Tentara Nasional Indonesia untuk mendapatkan perkiraan biaya
Angkatan Laut mengemban tugas ganda, peran konstruksi selain itu dapat direkomendasikan
utama untuk mempertahankan wilayah dan tugas desain-desain alternatif.
bantuan angkutan barang [5]. 2) Preliminary design, yaitu tahapan dimana
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat dilakukan penentuan lebih jauh karakteristik-
Perkapalan dan Kepelautan saat ini memerlukan karakteristik utama kapal yang mempengaruhi
konsep perumusan desain kapal yang optimal perhitungan biaya- biaya awal dari pembuatan
khususnya untuk wilayah perairan di Kabupaten kapal dan performance kapal untuk
Natuna. Desain kapal perlu memperhatikan menghasilkan sebuah desain kapal yang lebih
beberapa aspek regulasi terutama yang terkait presisi yang akan memenuhi persyaratan-
dengan standar keselamatan, selain itu konsep persyaratan pemesan. Hasil dari tahap ini
desain juga perlu memperhatikan potensi muatan merupakan dasar dalam pengembangan
yang akan diangkut sesuai dengan trayek yang contract design dan spesifikasi kapal.
telah ditetapkan agar didapatkan conceptual design 3) Contract design, dalam tahapan ini dihasilkan
yang optimal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka satu set plans dan spesifikasinya yang akan
pemasalahan utama dalam penelitian ini adalah digunakan untuk menyusun dokumen kontrak
bagaimana desain kapal yang sesuai dengan pembangunan kapal. Tahap desain ini terdiri
wilayah Kabupaten Natuna? dari satu, dua atau lebih putaran dari desain
Aspel legalitas terkait penelitian ini, meliputi spiral yang mendetailkan desain yang
Undang–undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang dihasilkan dari tahap preliminary design.
Pelayaran, beserta aturuan turunannya yang terkait Penggambaran dilakukan lebih presisi
di bidang perkapalan [6][7][8]. Berdasarkan terhadap profil-profil kapal, seperti bentuk
beberapa referensi tersebut dapat disimpulkan badan kapal, daya yang dibutuhkan,
bahwa definisi kapal adalah “wahana yang karakteristik olah geraknya, detail konstruksi,
berfungsi untuk mengakomodasi dan dan lain-lain. Rencana umum terakhir dibuat
mendistribusikan muatan berupa penumpang dan dalam tahap ini.
barang dalam berbagai macam bentuk kemasan

134 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 30, Nomor 2, Juli - Desember 2018
4) Detail design, merupakan tahap akhir dari
design spiral yang mengembangkan gambar
rencana kerja (production drawing) yang
detail meliputi instruksi tentang instalasi dan
konstruksi terhadap tukang pasang (fitters), las
(welders), outfitting, pekerja bagian logam,
vendor mesin dan permesinan kapal, tukang
pipa, dan lain-lain.
Empat tahap desain diatas dapat digambarkan
dalam suatu design spiral yang merupakan suatu
proses iterasi mulai dari persyaratan-persyaratan
yang diberikan oleh owner kapal hingga pembuatan
detail design yang siap digunakan dalam proses
produksi (Gambar 1) [9].
Untuk memperkaya literatur dalam penelitian
ini juga menggunakan acuan primer berupa hasil
penelitian yang memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan dilaksanakan baik kesesuaian
tema maupun metode analisis. Beberapa hasil
penelitian terkait yang dapat dijadikan referensi
seperti pada Tabel 1 [10][11][12][13][14].
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada proses pemilihan desain kapal, perlu Sumber: Evan, 1959
dilakukan proses seleksi desain, dimana Gambar 1. Evan’s Spiral Design.
menggunakan metode simulasi Monte Carlo untuk
menentukan pilihan [15]. Penelitian dilaksanakan stakeholder terutama dengan pihak regulator. Dari
di Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna pada bulan hasil interview dan focus group discussion
April - Juni 2018, pemilihan lokasi didasarkan didapatkan rekomendasi trayek kapal dan kriteria
pertimbangan bahwa daerah tersebut termasuk preferensi pemilihan tipe kapal untuk wilayah
kedalam kriteria tertinggal, terluar, terpencil dan Kabupaten Natuna. Data sekunder yang digunakan
perbatasan (3T+P). Selain itu Pulau Bunguran berupa profil wilayah, dan karakteristik wilayah
merupakan sentral kegiatan perekonomian dan perairan hinterland, data ini diperoleh dari
titik persinggahan beberapa jaringan angkutan laut beberapa sumber tertulis antara lain dari BPS
dengan beberapa gugusan pulau kecil sebagai Kabupaten Natuna, Stasiun BMKG Natuna, dan
hinterlandnya. Penelitian ini menggunakan data Kantor UPP Tarempa Satker Ranai.
primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari C. Analisis dan Desain Teknis
interview dan focus group discussion dengan
Tabel 1. Kajian penelitian terdahulu

No Judul penelitian Perbedaan


1 Fitri Indriastiwi (2016) [10] - Justifikasi penentuan tipe kapal
Desain Kapal Feeder untuk Mendukung Tol Laut dan Konektivitas Angkutan - Spesifikasi desain
Laut (Maluku Utara)
2 Johny Malisan (2017) [11] - Spesifikasi desain
Studi Keyplan Desain Kapal Feeder Tol Laut (Maluku Utara)
3 Mardi Santoso (2015) [12] - Tipe kapal
Studi Perancangan Kapal Ferry Tipe Catamaran 1000 GT - Spesifikasi desain
4 Shaun Ren (2016) [13] - Tipe kapal
Savu Sea Ferry – The Design of a ROPAX ferry for Indonesia - Spesifikasi desain
5 Didik Wahyu Cahyono (2016) [14] - Kriteria pemilihan tipe kapal
Analisa Pemilihan Tipe Kapal Patroli di Indonesia dengan Integrasi Mode
Life Cycle Cost dan MCDM

Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal untuk Trayek Perintis dan Tol Laut, Abdy Kurniawan, Johny Malisan, 135
Muhammad Kadhafi Aznur
Secara umum dalam proses perancangan kapal salah satu informasi dasar untuk mengetahui
untuk menghasilkan desain kapal yang sesuai optimalisasi biaya dalam hal perhitungan
dilakukan dengan rangkaian tahapan yang saling keuntungan atau kerugian dalam melaksanakan
berkaitan dimana dalam sebuah tahapan dihasilkan pengoperasian kapal [18], yang mampu melakukan
satu hingga beberapa nilai parameter yang dapat manuver [19] serta sesuai dengan karakteristik
menjadi acuan dalam proses analisis maupun pola arusnya [20]. Ada beberapa faktor yang
penggambaran desain di tahap selanjutnya. mempengaruhi frekuensi pelayaran antara lain
Justifikasi terkait kelayakan output yang dihasilkan kecepatan dinas kapal, estimasi waktu efektif
dari tahapan sebelumnya juga turut menentukan operasional kapal, estimasi idle time kapal, kondisi
bisa atau tidaknya proses analisis maupun desain alur pelayaran, dan kecepatan manajemen dan
dilanjutkan ke tahap berikutnya. Jika dinyatakan administrasi operasional.
layak maka proses dapat dilanjutkan, sebaliknya Conceptual design adalah proses
jika terdapat ketidaksesuaian maka harus menerjemahkan owner requirement ke dalam
mengulang satu hingga beberapa tahapan ketentuan-ketentuan dasar penentuan parameter
sebelumnya. Dalam tahapan evaluasi, nilai desain seperti ukuran utama kapal, bobot dan
parameter yang dihasilkan sebagai output analisis kapasitas kapal, penentuan daya mesin, konstruksi
seperti stabilitas kapal umumnya kepada aturan lambung dan geladak, hingga stabilitas awal.
keselamatan yang tertuang dalam beberapa aturan Dalam tahapan ini akan dihasilkan desain kapal
yang berlaku secara nasional [16] dan merujuk yang akan menjadi acuan dalam tahap analisis
kepada aturan internasional dalam hal ini lanjut berupa biaya pembangunan kapal, biaya
International Maritime Organization (IMO) [17]. operasional, hingga dasar perencanaan tarif [21].
Untuk menganalisis untuk mendapatkan desain Rangkaian proses penelitian selanjutnya
kapal yang cocok pada suatu rute tertentu, maka disederhanakan dalam skema alur penelitian yang
operasi pelayaran itu harus dilihat sebagai suatu dapat dilihat pada Gambar 2.
sistem kompleks dimana kapal merupakan salah
satu dari sistem operasi tersebut. Selanjutnya, Analisis dan Pembahasan
menganalisis sistem kompleks tersebut agar
A. Analisi Kebutuhan
mendapatkan prioritas sub sistem yang akan
digunakan untuk mengevaluasi tipe kapal yang Kabupaten Natuna merupakan wilayah
ditawarkan. Proses perancangan kapal dalam administrasi yang terletak di wilayah Selat
penelitian ini menggunakan konsep basic design Karimata dengan Pulau Bunguran sebagai pusat
yaitu perancangan kapal dengan menentukan perekonomian yang berbasis di Ranai sebagai ibu
parameter awal seperti owner requirement melalui kota kabupaten. Dengan kondisi geografis yang
pendekatan analisis secara empiris untuk berbasis kepulauan peranan angkutan laut menjadi
menghasilkan justifikasi terkait karakter sangat vital untuk menjamin konektivitas ekonomi,
operasional kapal, potensi demand sebagai dasar sosial, budaya dan pertahanan keamanan di
penentuan kapasitas, pemilihan tipe kapal yang wilayahnya. Sesuai dengan latar belakang
sesuai, dan selanjutnya melalui tahapan analisis penelitian diketahui bahwa saat ini Kabupaten
hingga menghasilkan desain teknis. Owner Natuna masih memiliki keterbatasan angkutan laut
requirement adalah spesifikasi umum kapal yang liner yang terkoneksi langsung dengan pusat
akan didesain yang biasanya terdiri dari rute ekonomi di Jakarta, selain itu pola trayek liner yang
pelayaran, tipe kapal, kapasitas kapal, dan ada belum seimbang dimana fokus interaksi lebih
kecepatan dinas kapal. banyak berada pada wilayah Kepulauan Anambas
dan sekitar Pulau Bunguran dengan pola
Analisis pola operasi adalah penetapan jumlah
pergerakan bandul yang searah jarum jam,
kapal dan jumlah frekuensi yang diperlukan pada
sehingga gugusan Pulau Subi dan Serasan
tiap lintasan sesuai dengan potensi muatan, jenis
frekuensinya masih rendah.
kapal dan jarak lintasan. Sedangkan frekuensi
pelayaran adalah banyaknya pengoperasian suatu Untuk itu diusulkan trayek baru dengan pola
kapal dalam operasi pelayaran selama setahun. pergerakan berlawanan dengan arah jarum jam
Banyaknya frekuensi pengoperasian suatu kapal dengan asumsi masyarakat di gugusan Pulau Subi
merupakan suatu hal yang sangat mendasar untuk dan Serasan dapat dilayani langsung dari
menilai efisiensi pengoperasian kapal dan sebagai homebase kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa

136 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 30, Nomor 2, Juli - Desember 2018
Sumber: Penulis, 2018
Gambar 2. Alur penelitian

Sumber: Opini responden, 2018 (diolah)


Gambar 3. Rencana trayek kapal rancangan.

Jakarta sekaligus mempromosikan sektor wisata


Tabel 2. Daftar pelabuhan singgah dalam trayek kapal
bahari yang sementara dikembangkan di wilayah rancangan
tersebut sekaligus memperoleh muatan balik awal
berupa komoditas perikanan untuk dibawa ke Selat Rute Jarak (Mil)
Lampa (Pulau Bunguran) untuk konsolidasi
Sunda Kelapa - Serasan 620
muatan di Pelabuhan Perikanan Terpadu Natuna.
Searasan - Subi 50
Berdasarkan hasil focus group discussion dengan
Subi - Midai 82
stakeholder terkait didapatkan rekomendasi trayek
Midai - Selat Lampa 55
yang dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 2.
Selat Lampa - Sedanau 11
Payload kapal adalah seluruh muatan yang Sedanau - Pulau Laut 61
diangkut oleh kapal baik berupa penumpang, Pulau Laut - Selat Lampa 72
barang, hingga supply. Berdasarkan hasil FGD Selat Lampa - Midai 55
disarankan untuk mendesain kapal yang dapat Midai - Kijang 268
mengakomodasi angkutan penumpang sebanyak ± Kijang - Sunda Kelapa 551
100 orang, kontainer sebanyak ± 8 TEUs, Total 1825
kendaraan berupa truk dan sejenisnya ± 5 unit, dan Sumber: Hasil survei, 2018
sisanya dapat berupa general cargo. Untuk
Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal untuk Trayek Perintis dan Tol Laut, Abdy Kurniawan, Johny Malisan, 137
Muhammad Kadhafi Aznur
mendapatkan estimasi payload, secara spesifik, daerah hinterland untuk memilih tipe kapal yang
potensi demand tersebut dianalisis dengan sesuai [23]. Alterntaif tipe kapal adalah beberapa
menggunakan pendekatan indeks konsumsi yang tipe kapal yang dianggap sesuai dengan kondisi
berbasis data hinterland dan selanjutnya dilakukan wilayah yang menjadi rencana trayek kapal
peramalan untuk proyeksi 20 tahun kedepan dengan rancangan. Metode analisis menggunakan
asumsi jangka waktu tersebut sesuai dengan umur pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode
ekonomis kapal [22]. Berdasarkan hasil regresi analytic hierarchy process [24]. Skema hierarki
didapatkan estimasi jumah penduduk sebesar penentuan tipe kapal dapat dilihat pada gambar 4.
113.791 orang dengan persamaan regresi Y= Influence perspective adalah tahapan
2199x + 69811, dan Rsquare = 0,957. Selanjutnya perbandingan akhir dalam susunan hierarki yaitu
dengan menggunakan data indeks konsumsi lokal pada tahapan alternatif, dimana dalam tahap ini
didapatkan estimasi potensi demand yang dapat dilakukan perbandingan dengan menggunakan
diangkut oleh kapal rancangan, sebesar 60.911 ton indikator dalam hierarki kriteria secara individu
per tahun. sebagai preferensi utama untuk diproyeksikan
Indeks konsumsi yang menjadi potensi demand terhadap enam alternatif tipe kapal. dua tipe kapal
ini selanjutnya diasumsikan sebagai payload kapal. tersebut mendominasi secara signifikan
Dalam kondisi existing perlu pertimbangan rute dibandingkan tipe kapal (prioritas kedua) dianggap
pelayaran yang direncanakan tidak mungkin hanya paling sesuai. Hasil analisis menunjukkan bahwa
dapat dilayani oleh kapal rancangan karena juga tipe kapal landing craft tank (prioritas pertama)
terdapat beberapa kapal dengan rute liner maupun dan Multipurpose (priototas kedua) dengan kondisi
tramper yang biasa melayani rute Jakarta - Natuna, di Kabupaten Natuna lainnya, sehingga kondisi ini
untuk itu digunakan skenario target market share dapat diartikan bahwa “masyarakat Natuna
dimana kapal rancangan ini diharapkan mampu membutuhkan kapal dengan kemampuan yang
bersaing dengan armada lainnya untuk memenuhi flexibel sesuai dengan kondisi alam serta memiliki
demand masyarakat Natuna terutama di wilayah kemampuan untuk menangani berbagai
pelabuhan singgah. Untuk skenario market share karakteristik muatan”. Mencermati kondisi
ditargetkan sebesar 30 % dari total nilai potensi tersebut maka dilakukan modifikasi terhadap tipe
demand pada sehingga estimasi payload per tahun kapal spesifik untuk rancangan tanpa
untuk trayek rancangan adalah sebesar 18.286 ton. mengubahjustifikasi hasil penilaian sehingga
diputuskan bahwa tipe kapal yang akan didesain
Penentuan tipe kapal merupakan proses untuk
adalah landing craft utility.
melakukan justifikasi terhadap beberapa kriteria
yang mempengaruhi penyelenggaraan angkutan Landing craft adalah tipe kapal yang awalnya
laut seperti kondisi alam, lingkungan teknis dikembangkan oleh pihak militer yang memiliki
pelabuhan serta lingkungan sosial sosial ekonomi kemampuan untuk mengangkut kendaraan beroda

Sumber: Hasil analisis, 2018


Gambar 4. Skema hierarki analisis pemilihan tipe kapal

138 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 30, Nomor 2, Juli - Desember 2018
maupun berantai (tank) hingga ke bibir pantai. Tabel 3. Estimasi kebutuhan armada
Fleksibilitas kapal ini dapat menunjang operasi Kecepatan Frekuensi Kebutuhan Payload
dari ship to shore maupun shore to shore. Seiring (knot) (F) Kapal (N) (P)
dengan perkembangan waktu dan teknologi 8 23 1 811
perkapalan pengembangan model kapal ini 8 23 2 406
menghasilkan beberapa variasi seperti landing craft 9 24 1 755
tank yang khusus mengangkut muatan cair yang 10 26 1 710
ditempatkan dalam tangki, dan landing craft utility 11 27 1 674
yang mampu mengangkut kendaraan, container,
12 28 1 643
general cargo dan penumpang sekaligus.
13 30 1 617
B. Analisis Desain Kapal 14 31 1 595
Sumber: Analisis, 2018
Analisis pola operasi dan kebutuhan armada
merupakan tahapan perencanaan kapal dengan 4. Penentuan ship particular
mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait
dengan pengoperasian kapal antara lain waktu Penentuan ship particular merupakan tahap
efektif kapal beroperasi, analisis armada awal dari kegiatan desain teknis dimana dalam
berdasarkan variasi kecepatan hingga penentuan tahapan ini akan diketahui ukuran utama kapal
ukuran utama kapal. Proses analisis untuk yang dihasilkan. Penentuan ukuran utama kapal
mendapatkan jumlah armada, kapasitas optimal, dapat dilakukan dalam berbagai metode, dalam
kecepatan dinas rata- rata serta jumlah voyage per- penelitian ini digunakan metode kapal
tahun dilaksanakan dengan tahapan sebagai pembanding. Dalam pemilihan kapal pembanding
berikut. diberikan batasan untuk perbedaan ukuran yaitu ±
100 ton untuk kapasitas dan ± 1 knot untuk
1. Estimasi payload kecepatan dinasnya. Metode kapal pembanding
Estimasi jumlah payload, didapatkan dari atau parent design approach adalah penggunaan
prediksi demand. Estimasi waktu efektif kapal pembanding yang memiliki karakteristik
operasional di pelabuhan dan idle time, didapatkan yang sama dengan kapal yang akan direncanakan.
dari data realisasi kinerja kepelabuhanan di tiap Kapal pembanding yang digunakan dalam analisis
pelabuhan singgah dalam rencana trayek serta perancangan kapal ini adalah ADRI XLVIII milik
estimasi waktu idle time berdasarkan kegiatan TNI Angkatan Laut dengan dimensi Panjang 62 m,
kapal seperti sea trial, reparasi dan docking. Lebar 13,5 m, Sarat 2,75 m, Tinggi 5,7 m.
2. Waktu berlayar 5. Rencana garis (lines plan)
Waktu berlayar didapatkan dari analisis waktu Rencana garis menggambarkan bentuk badan
tempuh kapal dalam satu voyage yang dibuat dalam kapal 9 (gambar 5). Gambar 5 merupakan
beberapa variasi kecepatan kapal. Dalam penelitian penampang dari potongan kapal yang terdiri dari
ini skenario variasi kecepatan kapal yang bagian potongan arah mendatar memanjang,
digunakan dalam rentang 8 knot hingga 14 knot. potongan tegak arah memanjang dan potongan arah
Output dari tahapan ini adalah estimasi frekuensi melintang yang tegak. Tampilan dan dimensi badan
pelayaran (voyage) dalam satu tahun. kapal yang dihasilkan dari lines plan dan body plan
selanjutnya menjadi acuan dalam proses
3. Analisis armada
penggambaran general arrangement, konstruksi
Analisis armada adalah analisis kumulatif profil, hingga proses analisis seperti tahanan kapal
dengan mempertimbangkan faktor- faktor di atas dan stabilitas.
dengan menambahkan skenario jumlah kapal yang
6. Tahanan kapal (ship resistance)
dibutuhkan antara 1 unit hingga 10 unit. Kondisi
yang dianggap optimal dari pilihan output analisis Tahanan kapal dalam istilah hidrodinamika
adalah kapasitas kapal terbesar dengan sisa muatan adalah besarnya gaya fluida yang bekerja pada
terkecil, tingkatan kecepatan yang berada pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerakan
hasil optimal dianggap sebagai kecepatan dinas kapal tersebut. Tahanan dalam dunia perkapalan
kapal. Rekapitulasi analisis operasi dan analisis merupakan suatu hal yang teramat penting untuk
armada dapat dilihat pada Tabel 3. dikalkulasi secara tepat karena sangat berkaitan
dengan penentuan daya mesin yang bekerja diatas

Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal untuk Trayek Perintis dan Tol Laut, Abdy Kurniawan, Johny Malisan, 139
Muhammad Kadhafi Aznur
Gambar 5. Lines plan dan General Arrangement

kapal. Analisis tahanan kapal menggunakan berbagai kondisi pemuatan, kondisi operasional
metode Holtrop dengan skenario penggunaan 2 pelayaran (intact stability), dan resiko kebocoran
mesin induk. Hasil analisis tahanan kapal pada (damage stability) merekomendasikan setiap kapal
grafik berikut menunjukkan kenaikan gaya untuk memenuhi aturan internasional terkait
tahanan kapal yang signifikan di atas kecepatan 12 kondisi stabilitas. Beberapa skenario kerusakan
knot, untuk itu untuk efisiensi operasional dengan dalam kondisi full load departure yang
ukuran kapal 1000 DWT dan bentuk badan yang disimulasikan dapat dilihat pada Tabel 4.
dirancang agak melebar maka kecepatan maksimal Pendekatan lain dapat dilakukan untuk melihat
kapal dibatasi sebesar 12 knot lebih baik dari pengaruh gelombang terhadap ukuran kapal adalah
desain katamaran [25]. Berdasarkan batasan analisis dengan menggunakan persamaan Biran
kecepatan tersebut didapatkan daya mesin yang [26]. Dengan asumsi periode gelombang sama
dibutuhkan adalah masing-masing sebesar 1200 dengan panjang kapal didapatkan ketinggian
Horse Power. ombak maksimum adalah 4,7 meter berarti kapal
7. Stabilitas ini dapat berlayar dalam ketinggian ombak pada
skala Beaufort tingkat medium yaitu 5, 6, dan 7
Stabilitas adalah kemampuan benda untuk
dimana dalam skala 5 ketinggian ombak rata-rata
kembali ke keadaan semula setelah benda mendapat
adalah 2-3 meter, dalam skala 6 ketinggian ombak
gangguan (gaya) yang ditimbulkan oleh benda itu
rata- rata adalah 3-4 meter, dan dalam skala 7
sendiri maupun gangguan (gaya) yang berasal dari
ketinggian ombak rata-rata antara 4 - 5,5 meter.
luar. Setiap kapal dapat mengalami kerusakan pada
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal
lambung yang disebabkan beberapa fakor antara
Perhubungan Laut pemberlakuan Maklumat
lain tabrakan, kandas atau terjadi ledakan. Adanya
Tabel 4. Kesesuaian Karakteristik Pelayanan denga

Skenario kerusakan Kemiringan maksimal Evaluasi (Max GZ > 30)


Tidak ada kebocoran 35.5° Memenuhi
Seluruh tangki di bagian haluan 31.8° Memenuhi
Seluruh tangki di salah satu sisi 37.3° Memenuhi
Seluruh tangki di bagian buritan 31.8° Memenuhi
Seluruh tangki bocor 32.7° Memenuhi
Sumber: Analisis, 2018

140 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 30, Nomor 2, Juli - Desember 2018
Gambar 6. General Arrangement.

Pelayaran untuk kawasan laut Natuna dilakukan dinas rata-rata 8 knot hingga 12 knot dengan
apabila dalam pemantauan BMKG ketinggian rata- ukuran utama sebagai berikut; Panjang= 62 meter,
rata gelombang berada pada skala Beaufort 8 Lebar = 13,5 meter; Sarat = 2,75 meter; Tinggi =
dengan ketinggian rata-rata geleombang antara 5,5 5,7 meter. Conceptual design kapal dirancang
- 7,5 meter, dan berlanjut pada skala diatasnya. untuk mengakomodasi demand muatan sekaligus
memenuhi faktor atau aturan terkait keselamatan.
Simpulan
Sebagai rekomendasi dapat disarankan alternatif
Berdasarkan latar belakang dan hasil analisis ukuran kapal optimal pada skenario market share
dapat disimpulkan bahwa tipe kapal yang sesuai pemenuhan demand 100% yaitu kapal dengan
untuk wilayah Kabupaten Natuna pada skenario payload 2702 ton atau setara dengan DWT 3600
market share 30% dari total demand adalah tipe dengan kecepatan dinas rata-rata 8 knot hingga 14
landing craft utility DWT 1000 yang mampu knot yang mampu melayani ± 23 voyage per tahun.
melayani ± 23 voyage per tahun pada kecepatan Faktor alam terutama kondisi gelombang dan arus

Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal untuk Trayek Perintis dan Tol Laut, Abdy Kurniawan, Johny Malisan, 141
Muhammad Kadhafi Aznur
menuntut kapal memiliki stabilitas dan Tank (LCT) Menjadi Self-Propelled Oil Barge (SPOB).
kemampuan manuver yang baik, untuk itu dapat Surabaya: ITS, 2013.
[5] Hasanudin, Desain Kapal Lcu Tni-Al Menggunakan
dilakukan penambahan alat berupa fin stabilizer, Metode Optimisasi. Semarang: Universitas Dip onegoro,
bow thruster, azimut propeller atau Dynamic 2015.
Positioning System. Selain itu untuk meminimalisir [6] Indonesia, Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang
idle time akibat pemberlakuan Maklumat Pelayaran Pelayaran, Jakarta, 2008.
pada cuaca buruk di bulan-bulan tertentu, maka [7] Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51.
untuk mengejar target frekuensi pelayaran dalam [8] Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Republik
kondisi normal kapal dapat dioperasikan pada Indonesia Nomor PM 39 Tahun 2016 tentang Garis
kecepatan dinas diatas kecepatan rata-rata hingga Muat Kapal dan Pemuatan, Jakarta: Kementerian
12 knot dengan pertimbangan jumlah hari per Perhubungan, 2016.
voyage dalam perencanaan rute pelayaran pada [9] J Evans, "Basic Design Concepts," Naval Engineers
Journal, pp. 671-678, 1959.
kecepatan dinas maksimal memungkinkan kapal [10] F. Indriastiwi, Desain Kapal Feeder untuk Mendukung
untuk mencapai pelabuhan yang menyediakan Tol Laut dan Konektivitas Angkutan Laut di Maluku
fasilitas bunker yaitu Selat Lampa dan Kijang Utara, Jakarta: Puslitbang Transportasi Laut, Sungai,
dibawah ambang batas ketahanan supply selama 12 Danau, dan penyeberangan, Badan Penelitian dan
hari pelayaran. Pengembangan Perhubungan, Kementerian
Perhubungan, 2016.
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya [11] J. Malisan, “Studi Keyplan Desain Kapal Feeder Tol
dapat diarahkan untuk penyempurnaan penyusunan Laut di Maluku Utara,” Jakarta, 2017.
[12] M. Santoso, “Studi Perancangan Kapal Ferry Tipe
preliminary design dengan penambahan Catamaran 1000 GT,” Neptunus Jurnal Kelautan, vol.
pembahasan aspek Tingkat Kandungan Dalam 19, no. 2, January 2015.
Negeri konstruksi kapal sebagai salah satu isu [13] S. Ren, “Savu Sea Ferry - The Design of a ROPAX Ferry
strategis. Finalisasi preliminary design akan for Indonesia,” Vancouver, 2016.
menghasilkan kapal yang siap uji model pada [14] D. W. Cahyono, Analisa Pemilihan Tipe Kapal Patroli di
Indonesia dengan Integrasi Mode Life Cycle Cost dan
towing tank. Untuk aspek stabilitas kapal yang MCDM, Jakarta: Prosiding Seminar Nasional
lebih baik dapat dilakukan desain lambung dengan Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut,
tipe catamaran. 2016.
[15] O. B. Maulidya dan A. Nadjadji , “Kajian Percepatan
Ucapan Terima Kasih Penjadwalan Pembangunan Landing Craft Utility (Lcu)
Dengan Metode Simulasi Monte Carlo,” Universitas Dr.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami Soetomo, 2015.
sampaikan kepada Kepala Puslitbang Transportasi [16] Biro Klasifikasi, Rules for Hull, Jakarta: Biro Klasifikasi
Indonesia, 2016.
Laut, Sungai, Danau dan Penyeberangan beserta
[17] International Maritime Organization, International
rekan-rekan peneliti, Direktorat Jenderal Convention On Load Lines, 1966 and Protocol of 1988,
Perhubungan Laut, Pemerintah Daerah Kabupaten as amended. Consolidated Edition.: International
Natuna, serta seluruh pihak yang telah Maritime Organization, 2005.
memberikan bantuannya secara langsung dan tidak [18] O. Z. Tamin, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi,
2 penyunt., Bandung: ITB, 2000.
langsung dalam penyusunan kajian ini.
[19] L. Anadi, Pengembangan teknis desain kapal pancing
tonda dengan material fiberglass di Kabupaten Buton
Daftar Pustaka Sulawesi Tenggara, Bogor: IPB, 2012.
[20] Azis Rifai, Aris Ismanto Tissa Permatasari Putri, Studi
[1] Indonesia, “Presiden Jokowi Deklarasikan Indonesia
Karakteristik Pola Arus Di Perairan Selat Lampa,
Sebagai Poros Maritim Dunia,” 2014. [Online].
Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Semarang:
Available: https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-
Universitas Diponegoro, 2015.
pers/Pages/ Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-
[21] Henrique Gaspar, Handling Complexity Aspects in
Sebagai- Poros-Maritim-Dunia.aspx.
Conceptual Ship Design. Glasgow, UK: Prosiding
[2] http://natunakab.go.id/selayang-pandang-kabupaten-
International Maritime Design Conference, 2012.
natuna-provinsi-kepulauan- riau/. online. Diakses
[22] ndonesia, Kabupaten Natuna Dalam Angka. BPS
tanggal 27 Maret 2018 pukul 17.30 WIB.
Kabupaten Natuna, Badan Pusat Statistik, 2018.
[3] A. Kurniawan, Evaluasi Dampak Angkutan Barang
[23] H. Mansyur , M. A. Haris dan M. R. Firma, Design Kapal
Dalam Implementasi Tol Laut Trayek T-6, Jakarta:
FRP Berbasis Lingkungan dan Penggunaan Material,
Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan
Sulawesi Selatan: Universitas Hasanudin, 2010.
Penyeberangan, Badan Penelitian dan Pengembangan
[24] Thomas Saaty,.: RWS, 2000, vol. 4, ch. VI, p. 478.
Perhubungan, Kementerian Perhubungan, 2016.
[25] H. E. Sasmito, Komparasi Hull Performance Pada
[4] Hesty Anita Kurniawati Zainul Arifin Fatahillah,
Konsep Design Kapal Ikan Multi Fungsi Dengan
Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft
Lambung Katamaran, Semarang: Universitas

142 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 30, Nomor 2, Juli - Desember 2018
Diponegoro, 2009.
[26] Adrian Biran, Ship Hydrostatic and Stability (first).
Germany: Butterworth- Heinemann, 2003.

Desain Kapal Landing Craft Utility Ideal untuk Trayek Perintis dan Tol Laut, Abdy Kurniawan, Johny Malisan, 143
Muhammad Kadhafi Aznur
Warta Penelitian Perhubungan 30 (2018) 133-143

http://dx.doi.org/10.25104/warlit.v30i2.831
0852-1824/ 2580-1082 ©2018 Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan
Artikel ini open access dibawah lisensi CC BY-NC-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) 144
Nomor Akreditasi: (LIPI) 651/AU4/P2MI-LIPI/07/2015

Anda mungkin juga menyukai