Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

FISTULA ENTERO CUTANEUS

Di Susun oleh :

Riska Nola Yolanda


108117004

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2021
A. DEFINISI
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga
internal atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. Fistula ani adalah Luka
bernanah / borok sulit sembuh disamping anus.  Fistula ani atau Fistel paraanal adalah
saluran yang menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai
pipa/saluran yang mengeras. Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal)
menembus keluar bokong (perineum).
Fistul adalah hubungan abnormal antara dua struktur tubuh baik interna
( antara dua struktur ) atau eksterna ( antara struktur interna dan permukaan luas tubuh).
Entero Cutaneous fistul : gastrointestinal fistul Setiap hubungan abnormal antara dua
buah permukaan atau rongga tubuh.
Entero – enteral atau enterocutaneous fistula adalah saluran abnomal terjadi pada
perut atau usus besar/ usus kecil dengan organ lain, bisa terjadi pada usus yang satu
dengan usus lainnya ( enteroenteral ) atau usus dengan kulit enterocutaneous fistul).

B. ETIOLOGI
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau
rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Tetapi lebih sering, penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita:
─ penyakit Crohn
─ tuberkulosis
─  divertikulitis
─ kanker atau cedera anus maupun rektum.
─ Akibat pembedahan
─ Trauma, khususnya trauma penestrasi seperti luka bacok atau luka tembak
─ Proses inflamasi
─ Infeksi
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
a. Spontaneous (15% sampai 25%)
- Radang usus buntu
- Lubang duodenal ulcers
- Radiasi
- Penyakit diverticular
- Ischemic usus
- Malignancies.
b. Postoperative (75% hingga 85%)
- Kegagalan anastomotic
- Penutupan abdominal.
- Operasi kanker
- Lysis yang adhesions

C. MANIFESTASI KLINIS
Entero cutaneous fistula tidak mempunyai tanda- gejala spesifik tergantung pada
segmen usus yang terkena , antara lain :
 -   Diare
 -   Malabsorption of nutrisi
 -   Dehidrasi
 -    Terjadi kebocoran pada usus dan ada yang menembus sampai kulit

D. PATOFISIOLOGI
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya
karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang merusak
abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam  peritoneum hingga terjadinya peradangan
pada peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses
biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada
permukaan tubuh yang mengalami perlengketan  sehingga akan menjadi sambungan
abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain
atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang
sehingga cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan
edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes kedalam rongga
peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laborat
Hitung darah lengkap untuk mengkaji HMT , Kadar Hb yang biasanya menurun
serta hitung sel darah putih ( yang mungkin meningkat ). Laju Sedimentasi biasanya
akan meningkat. Kadar albumin dan protein menurun yang menunjukkan malnutrisi
2. Pemeriksaan Rontgen
Dengan radio pague untuk mengetahui antomi fistule
Bila fistel terjadi pada colon penggunaan contras enema ( pemberian contras di
berikan melalui rektum ) lebih bermanfaat
3. CT Scan Abdomen
Untuk mengetahui peradangan atau infeksi
4. Fistulogram
Dengan memberikan cairan radio opaque disuntikan dalam fistul
enterocutaneus,kemudian di rontgen maka hasilnya akan tampak lebih bagus.

F. PENATALAKSANAAN
1. Fistul akan menutup dengan sendirinya setelah beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Tergantung keadaan kliniknya, yaitu klien mendapatkan tambahan nutrisi per
IV , tanpa suplemen makanan fistul akan menutup
2. Masukan diit dan cairan
Cairan oral , diit rendah residu tinggi protein tinggi kalori dan terapi suplemen
vitamin dan pengganti zat besi untuk diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Terapi obat-obatan
Obat-obatan sedatif dan antidiare atau antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltic sampai minimun untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi
4. Pembedahan
Pembedahan akan dilakukan pada bagian tertentu, untuk membuka bagian usus
tertentu seandainya mengalami kesulitan penyembuhan
5. Segera periksa :
─ Bila anda menemukan perubahan yang signifikan pada  kebiasaan eliminasi, diare
yang hebat
─ Ada kebocoran dari usus atau kebocoran dari kulit setelah pembedahan

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :
a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fistel enterokutaneus :
a. Kekurangan gizi
b. Dehidrasi
c. Masalah kulit
d. keracunan darah

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
a) Dorong pasien untuk a) Mencoba untuk mentoleransi
melaporkan nyeri. nyeri tanpa analgesik.
Kaji laporan kram abdomen b) Nyeri sebelum defekasi
atau nyeri, catat lokasi, sering terjadi pada KU
lamanya, intensitas. dengan tiba-tiba, dimana
b) Catat petunjuk non-verbal, dapat berat dan terus-
mis.gelisah, menolak untuk menerus.
bergerak, berhati-hati dengan c) Dapat digunakan pada
abdomen. hubungan petunjuk verbal
c) Kaji ulang faktor-faktor yang untuk mengidentifikasi luas/
meningkatkan/ menghilangkan beratnya masalah
nyeri d) Dapat menunjukkan dengan
d) Bersihkan area rektal dengan tepat pencetus atau faktor
sabun ringan dan air/lap setelah pemberat
defekasi dan berikan perawatan e) Melindungi kulit dari asam
kulit. usus, mencegah ekskoriasi.
e) Observasi/ catat distensi f) Dapat menunjukkan
abdomen, peningkatan suhu, terjadinya obstruksi usus
penurunan TD karena inflamasi, edema, dan
jaringan parut.

b.  Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses


pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, 1. Suhu malam hari memuncak
perhatikan peningkatan suhu. yang kembali ke normal pada
pagi hari adalah karakteristik
2. Obeservasi penyatuan luka,
infeksi.
2. Perkembangan infeksi dapat
adanya inflamasi
memperlambat pemulihan
3. Pantau pernapasan, bunyi
3. Infeksi pulmonal dapat terjadi
napas. Pertahankan kepala
karena depresi pernapasan,
tempat tidur tinggi 35-45
ketidakefektifan batuk, dan
derajat, bantu pasien untuk
distensi abdomen.
membalik, batuk, dan napas
4. Meskipun persiapan usus
dalam.
dilakukan sebelum pembedahan,
4. Observasi terhadap tanda/
peritonitis dapat terjadi bila usus
gejala peritonitis, mis, demam,
terganggu, mis, ruptur
peningkatan nyeri, distensi
praoperasi, kebocoran
abdomen.
anastomosis.
5. melindungi pasien dari
5. Pertahankan perawatan luka
kontaminasi silang selama
aspetik. Pertahankan balutan
penggantian balutan. Balutan
kering.
basah bertindak sebagai
6. Berikan obat antibiotik sesuai retrograd, menyerap kontaminan
indikasi. eksternal.
6. Diberikan secara profilaktik dan
untuk mengatasi infeksi.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri


Intervensi Rasional
a. Posisikan pasien untuk a. Mendemostrasikan batuk efektif
memaksimalkan ventilasi dan suara nafas yang bersih
b. Pasang mayo bila perlu b. Menunjukan jalan nafas yang
c. Lakukan fisioterapi dada bila paten
perlu c. Tanda-tanda vital dalam rentang
d. Auskultasi suara nafas catat normal
adanya suara tambahan
e. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
f. Monitor respirasi status oksigen

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC.
Jakarta.
Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media
Aesculapuis FKUI. Jakarta.
Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai