Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PUTRI CHINTYA NURDIANI

NIM : P07120118 029

KELAS : III REGULER A

Hambatan Dalam Komunikasi Tarapetik

A. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan
ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan
cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini
sering akibat dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah
telah dirasakan.
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase
ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan.
2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
a. Supresi dan represi informasi yang terkait
b.  Intensifikasi gejala
c.   Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d.  Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara
e.  Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak
memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam, atau
mengantuk
f.   Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan
tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa
normalitas adalah hal yang tidak penting
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit
  

terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang
dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional

B. Transferens
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)
     Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu
reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
     Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah.
Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji,
ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya
terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
     Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang melakukannya.

C. Kontertransferen
Kontertransferen merujuk pada respons emosional spesifik oleh terapis terhadap
pasien yang tidak tepat dalam isi konteks hubungan terapetik atau ketidaktepatan dalam
intensitas emosi. Perawat terkadang tidak menyadari bahwa apa yang telah di lakukan itu
nantinya merugikan kedua belah pihak. Perawat biasanya terpancing oleh sikap klien
yang berlebihan, baik sikap terlalu baik maupun sikap yang terlalu buruk sehingga
perawat merespons dengan emosi yang berlebihan juga. Respons emosional yang
berlebihan itu disebut Kontertransferen.
Menurut stuart, G.W (1998) Kontertransfaran merupakan bentuk respon emosional
beupa hambatan terapeutik yang berasal dari diri perawat yang dibangkitkan atau
dipancing oleh sikap klien.
Bentuk Kontertransferens (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005)
a. Ketidakmampuan berempati terhadap Klien dalam masalah tertentu
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan Kontrak dengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien
g. Berdebat dengan Klien atau kecenderungan untuk memaksa Klien sebelum ia siap
h. Mencoba untuk menolong Klien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi
i.   Keterlibatan dengan Klien dalam tingkat personal
j.   Melamunkan atau memikirkan Klien
Perilaku yang dapat muncul pada klien menurut suryani 2006 antara lain:
 Love dan caring berlebihan
   Benci dan marah berlebihan
   Cemas dan rasa bersalah yang timbul berulang-ulang
    Tidak mampu berempati terhadap klien
 Perasaan tertekan selama atau setelah proses
 Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan klien, terlambat atau terlalu lama
 Mendukung ketergantungan klien
    Berdebat dengan klien atau memaksa klien sebelum klien siap
 Menolong klien untuk hal-hal yang tidak berhubungan dngan sasaran asuhan
keperawatan
   Menghadapi klien dengan berhubungan pribadi atau social
   Melamunkan klien

Anda mungkin juga menyukai