Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah kronis yang melanda bangsa Indonesia.

Banyak program pengentasan kemiskinan telah dilakukan, tetapi masih dirasakan

belum banyak keberhasilannya, hasil yang dicapai tidak efisien dan tidak tepat

sasaran. Disisi lain, banyak yang belum mengerti bagaimana mengawali upaya

penanggulangan kemiskinan tersebut. Berbagai forum, dari tingkat lokal hingga

internasional, menggelar diskusi tentang kemiskinan yang intinya hanya satu,

yaitu bagaimana membebaskan manusia dari belanggu kemiskinan ( Euis 2009 :

2). Salah satu penyebab dari kemiskinan ini adalah banyaknya pengangguran /

mereka yang tidak memiliki pekerjaan.

Bengkulu merupakan Provinsi yang menempati urutan ke 7 Provinsi

termiskin di Indonesia dengan tingkat kemiskinan 15,43% setelah provinsi Aceh

dengan tingkat kemiskinan 15,97% (BPS:2018). Berdasarkan fenomena ini tidak

mustahil jika penyebabnya salah satunya adalah pengangguran dengan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2018 mencapai

3,51 persen, mengalami penurunan dibandingkan TPT Agustus 2017 sebesar 3,74

persen atau turun sebesar 0,23 persen (BPS:2018). Penyerapan tenaga kerja

hingga Agustus 2018 masih didominasi penduduk bekerja berpendidikan rendah

yakni tamat Sekolah Dasar (SD) kebawah sebanyak 380.562 orang atau

39,51persen dan tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 197.218

orang atau 20,47 persen dengan total sebanyak 577.780 orang atau sebesar 59,97

1
2

persen. Sedangkan berpendidikan tinggi hanya sebanyak 116,647 orang atau

12,11 persen yang terdiri dari 25.299 orang berpendidikan Diploma atau 2,63

persen dan 91.348 orang atau 9,48 persen berpendidikan Universitas. Dalam

setahun terakhir Agustus 2017-Agustus 2018 yang terjadi di Provinsi Bengkulu

penduduk bekerja berpendidikan rendah bertambah sebanyak 23.942 orang atau

naik sebesar 4,32 persen. Penduduk bekerja berpendidikan tinggi mengalami

peningkatan sebanyak 1.128 orang atau berkurang 0,98 persen (BPS:2018)

Tabel 1.1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan 2017–2018

Pendidikan tertinggi yang


Februari 2018 Agustus 2018
di tamatkan
(orang) % (orang) %
1 2 3 4 5
1 SD Kebawah 436.841 43,45 380.562 39.50
2 Sekolah Menengah 193.584 19,25 197.218 20.47
Pertama
3 Sekolah Menengah 169.401 16,85 186.607 19.37
Atas
4 Sekolah Menengah 87.533 8,71 82.429 8.56
Kejuruan
5 Diploma I/II/III 21.022 2,09 25.299 2.63
6 Universitas 97.076 9,65 91.348 9.48
Jumlah 1.005.457 100,0 963.463 100,0
Sumber BPS Bengkulu :2018

Keadaaan Agustus 2018, TPT penduduk berpendidikan tamat Diploma

I/II/III menempati posisi tertinggi sebesar 7,11 persen, disusul TPT kelompok

berpendidikan Universitas sebesar 6,91 persen, sedangkan TPT terendah terdapat

pada kelompok berpendidikan tamat SD kebawah sebesar 1,31 persen


3

Tabel 1.2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2017–2018 (persen)

Pendidikan tinggi yang Agustus Februari Agustus


ditamatkan (2017) (2018) (2018)
SD Kebawah 2,05 1,30 1,31
Sekolah Menengah
2,74 3,00 2,78
Pertama
Sekolah Menengah Atas 5,87 2,14 5,55
Sekolah Menengah
6,74 5,61 5,38
Kejuruan
Diploma I/II/III 10,56 11,85 7,11
Universitas 3,64 4,52 6,91
Provinsi Bengkulu 3,74 2,70 3,51
Sumber BPS Bengkulu :2018

Pengangguran terbuka yang ada hampir separuhnya merupakan lulusan

perguruan tinggi baik diploma dan sarjana. Kenyataan tersebut dapat dijadikan

analogi induktif bahwa terdapat kecenderungan yaitu semakin tinggi pendidikan

seseorang, probabilitas atau kemungkinan menjadi penganggur pun semakin

tinggi. Tingkat pengangguran terdidik dari luaran perguruan tinggi tersebut

dikhawatirkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu,

pembelajaran kewirausahaan yang diimplementasikan dalam Kurikulum

Perguruan Tinggi sejak tahun 1996 diharapkan mampu memberikan harapan bagi

terciptanya sumber daya manusia yang mandiri dalam berfikir dan bertindak,

mampu menerapkan Ipteks yang dipahaminya untuk kesejahteraan diri dan

masyarakatnya (Direktorat Perguruan Tinggi, 1997).

Melihat fenomena saat ini perkembangan dunia pendidikan dalam dekade

terakhir ini sedang memasuki era kompetisi global yang ditandai dengan

gencarnya perubahan dan inovasi teknologi dalam berbagai bidang, termasuk


4

bidang pendidikan. Pada lingkungan yang hypercompetitive, kelangsungan hidup

organisasi dan kemampuannya berkompetisi di masa-masa mendatang akan

tergantung pada kekuatannya melakukan renovasi dan perubahan Demikian

halnya dalam organisasi pendidikan, termasuk pendidikan tinggi. Perguruan tinggi

harus memiliki strategi dalam mengatasi permasalahan bangsa yaitu masalah

pengangguran (Direktorat Perguruan Tinggi).

Salah satu cara untuk mengurangi pengangguran tersebut adalah

mempersiapkan individu terdidik yang mampu menyediakan lapangan kerja bagi

diri sendiri, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Fenomena

rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia untuk berwirausaha dewasa ini

menjadi pemikiran serius berbagai pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan,

dunia industri, maupun masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk

menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang

selama ini hanya berminat sebagai pencari kerja apabila kelak menyelesaikan

sekolah atau kuliah mereka. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan

perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan. Sikap, perilaku, dan minat ke

arah kewirausahaan seorang mahasiswa dipengaruhi oleh pertimbangan atas

berbagai aspek mengenai pilihan karir sebagai wirausahawan (Direktorat

Perguruan Tinggi).

Pada tahun 1997 Dikti mengeluarkan kebijakan program pengembangan

kewirausahaan di perguruan tinggi, sehingga sejak itu perguruan tinggi di

Indonesia, termasuk Perguruan Tinggi di Bengkulu mulai merancang kegiatan-

kegiatan pengembangan budaya kewirausahaan melalui pelatihan-pelatihan


5

kewirausahaan, bahkan menjadi salah satu mata kuliah, yaitu Mata Kuliah

Kewirausahaan sebagai intra kurikuler pada semua Jurusan/Program Studi di

dalam lingkup Perguruan Tinggi di Bengkulu. Pentingnya pendidikan

kewirausahaan di perguruan tinggi diperkuat oleh PP No. 17 Tahun 2010 yang

menyatakan bahwa tujuan pendidikan tinggi antara lain adalah membentuk insan

yang kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan berjiwa wirausaha .

Minat berwirausaha mahasiswa di Bengkulu lumayan besar namun rata-

rata mahasiswa belum untuk merealisasikan niat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari

masih sedikitnya mahasiswa yang sudah membuka dan menjalankan sebuah

usaha. Berikut hasil wawancara pra penelitian yang dilakukan peneliti pada 35

mahasiswa di Bengkulu tentang minat berwirausaha :

Gambar 1.1

Berniat dan memutuskan untuk berwirausaha


dari pada bekerja kepada orang lain
iya tidak tidak tahu
6%
11%

83%

Sumber ; Wawancara mahasiswa : 2019

Gambar 1.2
6

Sudah membuka dan menjalankan


usaha?
Iya Tidak
Tidak tahu
3% 20%

77%

Sumber ; Wawancara mahasiswa : 2019

Emmanuel Kojo Oseifuah (2016) melakukan penelitian yang berjudul

Financial literacy and youth entrepreneurship in South Africa (Literasi keuangan

dan kewirausahaan kaum muda di Afrika Selatan) Mengungkapkan bahwa literasi

ekonomi di kalangan wirausahawan muda di Distrik Vhembe tampaknya di atas

rata-rata dan berkontribusi secara bermakna terhadap keterampilan kewirausahaan

mereka

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agung Widayoko : 2016 yang

berjudul pengaruh efikasi diri , norma subyektif, sikap berperilaku dan pendidikan

kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi

universitas negeri Yogyakarta salah satu factor terbesar yang mempengaruhi

minat wirausaha mahasiswa adalah efikasi diri / percaya diri. Percaya pada

kemampuan diri dapat menjadi dasar setiap individu untuk memutuskan apakah

akan melakukan suatu tindakan ataupun tidak. Kaitannya dengan niat

berwirausaha adalah, kepercayaan pada diri sendiri menjadikan seorang individu

yakin akan keputusannya menjadi seorang wirausahawan atau bahkan

memutuskan untuk tidak menjadi wirausahawan.


7

Sammy Agusta Santoso, Sarwo Edy Handoyo (2018) melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh sikap, normative subyektif, control perilaku

yang dirasakan, dan orientasi peran gender terhadap intensi berwirausaha di

kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara. Berdasarkan

seluruh hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka diketahui bahwa

attitude(sikap), norma subjektif, perceived behavioral kontrol, orientasi peran

gender berpengaruh terhadap intensi berwirausaha.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Irwan Wingdes dimana fokus penelitianya pada mahasiswa Ilmu Informatika di

Pontianak dengan hasil penelitian mampu mengukur minat berwirausaha

mahasiswa menggunakan Theory Of Planed Behavior dan mempengaruhi secara

positif. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah adanya tambahan variabel

yakni efikasi diri dan literasi ekonomi serta metode analisis data nya yakni pada

penelitian terdahulu menggunakan aplikasi PLS sedangkan pada penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan aplikasi SPSS. Dengan

pertimbangan ini fokus penelitian adalah pada niat wirausaha mahasiswa

khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi melihat pentingnya lulusan Fakultas

Ekonomi harusnya tidak kesulitan dalam mengatasi masalah ekonomi nya

dikemudian hari.

Penelitian berbasis teori diperlukan untuk mengembangkan pemahaman

mengenai alasan yang mendasari minat mahasiswa dalam berwirausaha.Theory of

Planned Behavior (TPB) telah memberikan kerangka teori yang memadai untuk

melakukan penelitian dengan tema minat berwirausaha mahasiswa.


8

Melihat dari penelitian terdahulu maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian ini. Selain itu latar belakang dari penelitian ini adalah melihat dari Visi

Fakultas Ekonomi disetiap Perguruan Tinggi yang pada dasarnya adalah “

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Pada diri Mahasiswa Fakultas Ekonomi “

Perguruan tinggi negeri yang ada di kota Bengkulu adalah Universitas

Bengkulu, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu dan Universitas Terbuka,

sedangkan perguruan tinggi swasta di kota Bengkulu yang memiliki Fakultas

Ekonomi adalah Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen

Bengkulu, dan Universitas Prof. Dr. Hazairin Bengkulu (Beritakampus.com).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Mengukur Minat Berwirausaha Mahasiswa

Melalui Pendekatan Theory Of Planned Behavior dan Variabel Efikasi Diri

Serta Literasi Ekonomi (Studi Pada Mahasiswa PTN & PTS Fakultas

Ekonomi di Kota Bengkulu)”

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasikan masalah penyebab terjadinya kemiskinan di

Provinsi Bengkulu adalah masih banyaknya pengangguran yang pada umumnya

dialami mereka yang telah memiliki riwayat pendidikan yang sudah mencapai

sarjana atau diploma. Kebanyakan dari lulusan sarjana dan diploma ini masih

tertarik untuk menjadi seorang pegawai bukan menjadi wirausahawan, sehingga

saat mereka tidak lulus dari tes calon pegawai mereka cenderung berdiam diri

untuk menunggu tes selanjutnya bukan untuk menciptakan suatu usaha


9

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada

mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Muhammadiyah Bengkulu,

Universitas Dehasen, Universitas Prof. Dr. Hazairin,SH., Universitas Bengkulu

dan Universitas Terbuka, karena mengingat pentingnya mahasiswa lulusan

Fakultas Ekonomi yang harusnya tidak kesulitan dalam bidang Ekonomi dan visi

dari Fkultas Ekonomi pada umumnya adalah menumbuhkan jiwa kewriausahaan

pada diri mahasiswa.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri dan literasi

ekonomi berpengaruh secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha

mahasiswa?

2. Apakah mahasiswa laki-laki lebih berminat berwirausaha dari pada

mahasiswa perempuan?

3. Apakah sikap mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa?

4. Apakah norma subjektif mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa?

5. Apakah kontrol perilaku mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa?

6. Apakah efikasi mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa?

7. Apakah literasi Ekonomi mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa?


10

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisa sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri

dan literasi ekonomi berpengaruh secara bersama-sama terhadap minat

berwirausaha mahasiswa

2. Untuk menganalisa minat berwirausaha mahasiswa laki-laki lebih tinggi

dibandingkan mahasiswa perempuan.

3. Untuk menganalisa pengaruh sikap terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

4. Untuk menganalisa pengaruh norma subjektif terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

5. Untuk menganalisa pengaruh kontrol perilaku terhadap minat

berwirausaha mahasiswa

6. Untuk menganalisa pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

7. Untuk menganalisa pengaruh literasi ekonomi terhadap minat

berwirausaha mahasiswa

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi untuk meningkatkan

minatnya untuk menjadi wirausaha.


11

2. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Perguruan Tinggi yang

termasuk kedalam objek penelitian, untuk semakin meningkatkan mutu

pendidikanya sehingga menghasilkan wirausaha-wirausaha yang handal.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan melalui penelitian ini dapat menerapkan teori-teori yang

pernah didapatkan selama kuliah sekaligus mendapatkan tambahan

pengetahuan dan informasi untuk bekal berkarya di masyarakat.


12

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Deskripsi Konseptual

2.1.1 Definisi Wirausaha

Kata “wirausaha” atau “wiraswasta” dalam bahasa Indonesia adalah

pandanan kata bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang

abad 17. Kata entrepreneur diturunkan dari kata entreprendre. Kata entrepreneur

dan entrepreneur-ship dalam bahasa Inggris, menurut Holt (1992) dalam buku

Benedicta (2003: 21) ,berasal dari bahasa Prancis . The Concise Oxford French

Dictionary (1980) dalam buku Ben edicta (2003: 21) mengartikan entreprendre

sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about

(memulai), to begin(memulai) ; to attempt (mencoba, berusaha). Kata “wirausaha”

merupakan gabungan dari kata wira (=gagah berani, perkasa) dan usaha .Jadi,

wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha. Kata

“wiraswasra” terdiri dari kata wira (=gagah berani, perkasa) dan swa (=sendiri,

mandiri). Jadi , wirauswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Benedicta

(2003: 21)

2.1.2 Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan

pembangunan semangat kreatifitas serta berani menanggung resiko terhadap

pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian

mengambil resiko sudah menjadi milik seorang wirausahawan karena ia dituntut

untuk berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut belum memiliki nilai

12
13

perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses menuju wirausaha

sejati (Irham Fahmi 2013:2).

2.1.3 Peran dan Fungsi Kewirausahaan

Menurut Irham Fahmi : 2013 ada beberapa peran dan fungsi keberadaan

atau pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan

wirausahawan, yaitu antara lain:

a) Mampu memberi pengaruh semangat atau motivasi pada diri seseorang

untuk bias melakukan sesuatu yang selama ini sulit untuk ia wujudkan

namun menjadi kenyataan.

b) Ilmu kewirausahaan memiliki peran dan fungsi untuk mengarahkan

seseorang bekerja secara lebih teratur serta sistematis dan juga terfokus

dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.

c) Mampu memberikan inspirasi pada banyak orang bahwa setiap

menemukan masalah maka disana kan menemukan peluang bisnis untuk

dikembangkan. Artinya setiap orang diajarkan untuk membentuk

semangat “sloving problem”.

d) Nilai positif yang tertinggi dari peran dan fungsi ilmu kewirausahaan pada

saat dipraktekkan oleh banyak orang maka angka pengangguran akan

terjadi penurunan. Dan ini bias memperingan beban Negara dalam

menciptakan lapanagn pekerjaan.


14

2.1.4 Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan

2.1.4.1 Efikasi diri (Percaya Diri)

Kepercayaan diri merupakan suatu kepanduan sikap dan keyakinan

seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Kepercayaan diri ini bersifat

internal, sangat relative dan dinamis, dan banyak ditentukan oleh kemampuannya

untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang

percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan

sitematis, berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan

oleh ketenangan,ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan

pekerjaan. Keberanian yang tinggi dalam mengambil resiko dan perhitungan yang

matang yang diikuti dengan optimisme harus disesuiakan dengan kepercayaan

diri. Oleh sebab itu, optimism dan keberanian mengambil resiko dalam

menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri

juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan sendiri. Gagasan, karsa,

inisiatif, kreatifitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, kegairahan

berkaya dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri

seseorang yang berbaur dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaanya

(Suryana, 2013:39).

2.1.4.2 Berorientasi Tugas dan Hasil

Seseorang yang mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu

mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan

ketabahan, tekadkerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.

Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan
15

niat dan tekat yang kuat, serta karsa yang besar. Dalam kewirausahaan, peluang

hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh

melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan pengembanganya

diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan

semangat berprestasi (Suryana, 2013:40).

2.1.4.3 Keberanian Mengambil Resiko

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih

menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha yang

kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha yang kurang menyukai resiko yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan memeperoleh

sukses yang relative rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan

memeperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang tinggi. Oleh sebab

itu, ia akan lebih menyukai resiko yang seimbang(moderat). Dengan demikian,

keberanian utntuk menangggung resiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah

pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Situasi resiko

kecil dan resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat

pada situasi tersebut. Artinya ,wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun

dapat dicapai (Suryana, 2013:40).

Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada

tantangan, dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dalam

situasi resiko dan ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil keputusan yang

mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Pada situasi ini, menurut

(Suryana, 2013:40) ada dua alternatif atau lebih yang harus dipilih yaitu
16

alternative yang mengandung resiko dan alternative yang konservatif. Pilihan

terhadap resiko ini sangat tergantung pada:

a) Daya tarik setisp alternatif

b) Kesediaan untuk rugi

c) Kemungkinan relative untuk sukses atau gagal.

Untuk bias memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk

mengambil resiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan

oleh :

a) Keyakinan pada diri sendiri

b) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang

dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.

c) Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis.

Pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya,

semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin

besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan

keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang

menurut orang lain sebagai resiko (Suryana, 2013:22). Jadi , pengambil resiko

lebih menyukai tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil resiko

ditemukan pada orang- orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian

terpenting dariperilaku kewirausahaan.

2.1.4.5 Berorientasi ke Masa Depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki

perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki padangan yang jauh
17

ke masa depan, maka ia selalu berusaha selalu berkarsa b=dan berkarya. Kuncinya

pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang

sudah ada sekarang. Pandangan yang jauh kedepan, membuat wirausaha tidak

cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia

selalu mempersiapkanya dengan mencari suatu peluang (Suryana, 2013:42).

2.1.4.6 Keorisinilan: Kreatifitas dan Inovasi

Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan

seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan

adanya cara-cara baru yang lebih baikdalam (Suryana, 2013:43). Ciri-cirinya,

adalah:

a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan ini, meskipun cara

tersebut cukup baik.

b) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaanya.

c) Selalu ingin tampil beda atau selalu memanfaatkan perbedaan.

2.1.5 Pengertian Minat Berwirausaha

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha

karena adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suatu

nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna

mencapai kepuasan pribadi. Factor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi (Suryana, 2013).

Menurut Suryana :2013, kebutuhan berprestasi terlihat dalam bentuk

tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baikdan efisien dibanding


18

sebelumnya. Minat berwirausaha yang ditunjukan dengan motif berprestasi tinggi

pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul

pada dirinya.

2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan

dan kegagalan.

3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

4. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

5. Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas diembanya

sangat ringan, wirausaha merasakan kurang tantangan, tetapi ia selalu

menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian

keberhasilanya rendah.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, minat berwirausaha

merupakan rasa ingin, tertarik dan bersedia dalam bekerja maupun kemauan yang

gigih dengan adanya pemusatan perhatian untuk berwirausaha dalam upaya

pemenuhan kebutuhan hidup tanpa adanya rasa ragu dan takut terhadap risiko

yang akan datang, serta senantiasa menjadikan kegagalan yang telah dialami

menjadi proses pembelajaran serta terus mengembangkan usaha yang telah

diciptakannya (Suryana, 2013).

2.1.6 Literasi Ekonomi

Economic literacy berasal dari bahasa inggris, Economic berarti ilmu

ekonomi sedangkan Literacy berarti “melek”, paham atau mengerti

sehingga economic literacy  dapat diartikan sebagai kemelek wacanaan ilmu


19

ekonomi. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang membahas upaya manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan

baik berupa barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi terdapat konsep-konsep dasar

ekonomi seperti masalah-masalah dasar ekonomi, kegiatan ekonomi maupun

organisasi ekonomi.

Menurut Salemi (2005: 47) ”Economic Literacy mean students attain

economic lietracy if they can apply basic economic concepts years later, in

situations relevant to their lives and different from those encountered in the

classroom”. Economic literacy merupakan hal yang sangat diperlukan karena

setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi. Masalah utama di

dalam ekonomi adalah masalah kelangkaan atau scarcity sehingga masyarakat

harus memiliki strategi untuk dapat menentukan komoditi apa yang akan dibuat,

bagaimana komoditi itu di buat dan untuk siapa komoditi itu dibuat. Sehingga

dalam hal ini masyarakat diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat. Jika

masyarakat telah melek ekonomi maka diharapkan dapat mengambil keputusan

yang tepat baik sebagai konsumen, produsen, investor dan warga negara.

Di Amerika sosialisasi melek ekonomi dilakukan oleh NCEE (The

national Council on Economic Education), dan Kriteria Economic literacy

menurut NCEE (The national Council on Economic Education) tahun 2003 terdiri

dari 20 indikator :

1. Mampu menganalisis perubahan permintaan barang

2. Mampu mengelola peran wirausaha

3. Mampu menganalisis tingkat harga terhadap kecenderungan menabung


20

4. Mampu mengalokasikan pendapatan individu

5. Mampu mengalokasikan pendapatan nasional

6. Mampu manganalisis perubahan penawaran dan permintaan

7. Mampu menganalisis dampak kebijakan perdagangan internasional

8. Mampu menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap penetapan

harga

9. Mampu menjelaskan peran pelaku ekonomi, produsen, konsumen dalam

pemerintahan dan perekonomian

10. Mampu menjelaskan penggunaan sumber daya yang terbatas

11. Mampu menjelaskan peran pasar modal dalam perekonomian

12. Mampu menganalisis cost dan benefit dari transaksi ekonomi

13. Mampu menganalisis cost dan benefit dari pengambilan keputusan

14. Mampu menjelaskan peran pemerintah dalam perekonomian

15. Mampu menjelaskan Anggaran Perencanaan Belanja Negara

16. Mampu menganalisis dampak inflasi

17. Mampu menganalisis pengembangan industry

18. Mampu menjelaskan bunga uang.

19. Mampu menjelaskan manfaat dari perdagangan internasional

20. Mampu menganalisis dampak perubahan permintaan dan penawaran

terhadap harga barang

2.1.7 Theory Of Planned Behavior

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) dikembangkan oleh Ajzen

dan koleganya (Ajzen : 1991) yang merupakan pengembangan dari teori perilaku

terencana Theory of Reasoned Action (TRA). Teori perilaku terencana ini menekankan
21

pada niat perilaku sebagai akibat atau hasil kombinasi beberapa kepercayaan. Niat

merupakan konsepsi dari tindakan terencana dalam mencapai tujuan berperilaku. Niat ini

ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku

tertentu, dan sejauh mana jika dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu

dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam

kehidupannya serta kemudahan atau kesulitan yang dia rasakan untuk melakukan

perilaku tertentu. Ajzen (1991) menjelaskan ada tiga faktor penentu niat yaitu (1)

Sikap Terhadap Perilaku (Attitude Toward the Behavior), (2) Norma-norma

Subjektif Mengenai Perilaku (Subjective Norm), (3) Persepsi Kontrol Perilaku

(Perceived Behavioral Control). (Madani Hatta & Agustian Riduan, 2017)

Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk

meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasi terhadap perilaku yang

bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi

bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku

dan juga untuk menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia

seperti mengapa seseorang membeli mobil baru, memilih seorang calon dalam

pemilu, mengapa tidak masuk kerja atau mengapa melakukan hubungan pranikah.

Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku.

Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah intensi

untuk berperilaku

Pada intinya Theory Of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa

manusia adlah mahluk rasional dan menggunakan informasi-informasi yang

mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan dampak dari tidakan


22

mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan

perilaku-perilaku tertentu. Theory of Planned Behavior memperhitungkan bahwa

semua perilaku tidaklah dibawah kendali dan sepenuhnya di luar kendali.

Sebenarnya perilaku-perilaku tersebut berada pada suatu titik dalam suatu

kelanjutan dan semulanya di bawah kendali maenjadi tidak terkendali.

Ajzen (1991 : 157) menjelaskan bahwa intensi seseorang terhadap perilaku

dibentuk oleh dua faktor utama yaitu sikap perilaku tertentu (attitude toward the

behavior) dan norma subjektif (subjective norms). Sikap merupakan evaluasi atau

penilaian positif atau negatif seseorang terhadap sejumlah kepercayaan (belief)

terhadap objek tertentu. Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh mana

keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting

bekaitan dengan perilaku tertentu. Serta kontrol perilaku yang menjadi penentu

dalam minat berperilaku. Gambar dapat menjelaskan pemahaman tentang intensi

yang telah diuraikan

Sikap

Norma Intensi Perilaku


subjektif

Control
perilaku Gambar 2.1. Theory of Planned Behaviour
Sumber : Ajzen :1991

Berikut ini akan dijelaskan komponen-komponen intensi melalui pendekatan

TPB.
23

1. Sikap
Sikap merupakan salah satu komponen dalam intensi/niat terhadap

perilaku tertentu. Sikap atau attitude merupakan suatu faktor yang ada dalam diri

seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara konsisten yaitu

suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu yang diberikan. Salah satu

pemahaman sikap yang juga penting adalah bahwa sikap terdiri dari afektif,

kognitif dan konatif. Afektif berarti perasaan atau penilaian tertentu seseorang

baik terhadap suatu objek, orang, isu maupun kejadian. Kognitif terdiri dari

pengetahuan, opini, dan kepercayaan terhadap suatu objek. Sedangkan komponen

konatif merupakan bentuk perasaan dan evaluatif (Ajzen 1991 ).

Sikap dalam teori ini memilikki dua aspek pokok, yaitu: kepercayaan

perilaku dan evaluasi. kepercayaan perilaku adalah keyakinan individu bahwa

menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan

akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu

tentang objek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai

dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu

objek sikap maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek

tersebut, demikian pula sebaliknya. Evaluasi adalah penilaian seseorang terhadap

hasil-hasil yang dimunculkan dari suatu perilaku. Evaluasi akan berakibat pada

perilaku penilaian yang diberikan individu terhadap tiap-tiap akibat atau hasil

yang diperoleh oleh individu. Apabila menampilkan atau tidak menampilkan

perilaku tertentu, evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat menguntungkan atau
24

merugikan (Ajzen 1991). Munculnya minat berwirausaha didasarkan dari sikap

seseorang untuk terjun memulai usaha baru.

2. Norma subjektif

Komponen intensi lainnya dalam intensi terhadap perilaku tertentu adalah

norma subjektif. Norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap pikiran

pihak-pihak yang dianggap berperan dan memilikki harapan kepadanya untuk

melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut.

Konsep norma subjektif merupakan representasi dari tuntutan atau tekanan

lingkungan yang dihayati individu dan menunjukkan keyakinan individu atas

adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu

perbuatan. Orang lain atau figur sosial dalam norma subjektif yang dimaksud

biasanya ialah significant other bagi orang yang bersangkutan (Ajzen 1991).

Norma subjektif dibentuk oleh dua aspek, yakni keyakinan normatif dan

motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan. Keyakinan normative merupakan

pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan

individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilkau tertentu. Sementara

itu, motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan merupakan kesediaan individu

untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain

yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan

perilaku tertentu . Hal ini merupakan hal yang penting dalam pembentukan minat

wirausaha dalam diri seseorang.


25

3. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau

kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Kontrol perilaku

berperan dalam Theory of planned behavior dalam dua cara yaitu secara langsung

dan tidak langsung berdasarkan kontrol-kontrol yang ada pada diri seseorang.

Kontrol perilaku berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu

melalui intensi terhadap perilaku. Selain itu, kontrol perilaku juga bisa secara

langsung mempengaruhi perilaku tersebut (Ajzen:1991). Persepsi kontrol perilaku

atau disebut juga dengan kontrol perilaku adalah perasaan seseorang mengenai

mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu.

Sedangkan keinginan berperilaku (behavioral intention) adalah suatu

proposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang.

Memperkirakan perilaku yang akan datang dari seorang konsumen, khususnya

perilaku pembelian mereka, adalah aspek yang sangat penting dalam peramalan

dan perencanaan pemasaran. Ketika merencanakan strategi, para pemasar perlu

memprediksi perilaku pembelian dan perilaku penggunaan konsumen beberapa

minggu, bulan, atau kadangkala beberapa tahun sebelumnya.

2.1.8 Gender

Konsep Gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan yang di konstruksikan secara sosial maupun kultural. Mislanya bahwa

perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara

laki-laki dianggap : kuat, rasional, jantan, perkasa. Sejarah perbedaan gender

antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat
26

panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak

hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, deperkuat, bahkan dikonstruksikan

secara sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Melalui

proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan

Tuhan- seolah-oalh bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga

perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat

perempuan menurut Mansour Fakih (1996:7)

Perbedaan gender ini menjadikan orang berpikir apakah cara berpikir, cara

belajar, dan proses konseptualisasi juga berbeda menurut jenis kelamin. Sehingga

perbedaan gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara

laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat

berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam laporan Global Entrepreneuship Monitor (GEM) tahun 2016,

tingkat partisipasi kewirausahaan perempuan lebih rendah dibandingkan dengan

laki-laki. Meskipun secara jumlah partisipasi perempuan lebih rendah

dibandingkan dengan laki-laki, namun peningkatan partisipasi perempuan dalam

kewirausahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan GEM

mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 tercatat setiap 1 dari 11 perempuan (8.9

persen) terlibat dalam kegiatan kewirausahaan. Hal ini merupakan indikator po-

sitif mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi. Meskipun

peningkatan partisipasi pe- rempuan dalam kegiatan kewirausahaan menunjukkan

tren yang positif, namun hal ini bukan tanpa tantangan. Beberapa penelitian telah

menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi perempuan dalam kegiatan


27

kewirausahan. Penelitian yang dilakukan oleh Daymard (2015) menyebutkan

bahwa tantangan wirausaha perempuan terkait pendidikan. Hal selaras juga

diungkapkan oleh Minniti dan Naude (2010) yang menyatakan bahwa rendahnya

pendidikan dapat memicu perempuan untuk membuka usaha sendiri karena

ketiadaan akses untuk masuk kedalam pasar kerja. Fenomena tersebut juga dapat

menjelaskan mengapa di negara-negara berkembang dengan tingkat pendidikan

yang umumnya lebih rendah dibanding negara maju jumlah wirausaha

perempuannya lebih banyak (Kelley, Brush, Greene, & Litovsky, 2013). Peranan

pendidikan juga terkait dengan keberanian mengambil risiko dalam usaha.

Wirausaha perempuan dengan latar pendidikan yang tinggi biasanya lebih berani

untuk mengambil risiko mempekerjakan orang lain sehingga usahanya dapat

berkembang lebih besar dan sebaliknya (Baughn, Chua & Neupert, 2006).

Selain pendidikan, akses terhadap modal juga menjadi tantangan tersendiri

bagi perempuan. Akses terhadap permodalan ini erat kaitannya dengan faktor

literasi keuangan. Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016

menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan perempuan di Indonesia baru

sebesar 25 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi

keuangan laki-laki yang sudah mencapai 33 persen. Selain itu lingkungan

keluarga merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi minat anak. Salah

satu faktor dalam lingkungan keluarga adalah jenis pekerjaan orang tua, pada

pembentukan masa depan anak dimungkinkan anak masih meniru pekerjaan orang

tua. Pekerjaan orang tua terbagi menjadi beberapa jenis yaitu wirausaha, PNS,
28

ABRI, BUMN dan karyawan. Minat anak dalam berwirausaha tergantung pada

lingkungan disekitarnya (Vickytasari, Nugraheni :2015)

2.2 Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Irawan Theory Of Planned Model penelitian dan theory of
Wingdes(2018) Behavior Dan Minat planned behavior yang
Wirausaha Pada digunakan berhasil
Mahasiswa Ilmu Informasi menjelaskan tentang minat
Di Pontianak wirausaha mahasiswa dimana
attitude toward behavior
signifikan dan mempengaruhi
dengan kuat dan positif
entrepreneurial intention pada
tingkat kepercayaan
95% dan 99%..

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Sammy Agusta Pengaruh sikap, normative Berdasarkan seluruh hasil
Santoso, Sarwo subyektif, control perilaku pengujian hipotesis dalam
Edy Handoyo yang dirasakan, dan penelitian ini, maka diketahui
(2018) orientasi peran gender bahwa attitude,subjective
terhadap intensi norm,perceived behavioral
berwirausaha dikalangan control, orientasi peran gender
mahasiswa Fakultas berpengaruh terhadap intensi
Ekonomi Universitas berwirausaha
Tarumanagara
Meylinda Pengaruh Literasi Ekonomi Hasil penelitian menunjukan
Rachmona Dan Pendidikan literasi ekonomi dan
Zulatsari Kewirausahaan Terhadap pendidikan kewirausahaan
(2018) Minat Berwirausaha Pada secara parsial (t) maupun
Mahasiswa Jurusan secara simultan (F)
Pendidikan Ekonomi berpengaruh terhadap minat
Fakultas Ekonomi berwirausaha pada mahasiswa
Universitas Negeri jurusan pendidikan ekonomi
Surabaya Angkatan 2015 angkatan 2015

Emmanuel Financial literacy and Mengungkapkan bahwa literasi


Kojo Oseifuah youth entrepreneurship in ekonomi di kalangan
(2016) South Africa ( wirausahawan muda di Distrik
Literasi keuangan dan Vhembe tampaknya di atas
kewirausahaan kaum muda di rata-rata dan berkontribusi
Afrika Selatan) secara bermakna terhadap
keterampilan kewirausahaan
29

mereka
Agung Pengaruh efikasi diri , norma Hasil penelitian menemukan
Widayoko : 2016 subyektif, sikap berperilaku bahwa. (1) efikasi diri
dan pendidikan berpengaruh positif terhadap
kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha, (2)
intensi berwirausaha norma subyektif berpengaruh
mahasiswa fakultas ekonomi
positif terhadap intensi
universitas negeri Yogyakarta
berwirausaha, (3) sikap
berperilaku berpengaruh positif
terhadap intensi berwirausaha,
(4) pendidikan kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap
intensi berwirausaha.

2.3 Kerangka Teoritik

Sikap( X1) H1

Norma
H2
subjektif(X2)

H3
Kontrol Minat Berwirausaha (Y1)
perilaku(X3)
H4

Efikasi
diri(X4)
H5

Literasi
ekonomi(X5)

Gambar 2.2
Kerangka Teoritik
30

Keterangan :
: Mempengaruhi secara parsial
> : Mempeengaruhi secara simultan
2.4 Defenisi Operasional
2.4.1 Variabel Independent (Variabel Bebas)
Variabel independen (X) yaitu variabel yang menjadi penyebab

berubahnya variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini variabel independen (X)

adalah sikap (XI), norma subjektif (X2), perilaku(X3), efikasi diri (X), literasi

ekonomi (X5)

1. Sikap (X1)

Kecenderungan mahasiswa untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi

risiko yang akan dihadapi di dalam bisnis. Indikator yang digunakan adalah

adanya ketertarikan dengan peluang usaha, mempunyai pandangan positif

terhadap kegagalan, berani menghadapi risiko & tantangan (Agung widayoko :

2010).

2. Norma subyektif (X2)

Norma subyektif merupakan keyakinan mahasiswa untuk mematuhi arahan

atau anjuran orang sekitarnya untuk turut dalam aktivitas berwirausaha. Dalam

penelitian ini indikator yang digunakan adalah keyakinan dukungan dari peran

keluarga, keyakinan dukungan teman, keyakinan dukungan dari orang yang

dianggap penting (Agung widayoko :2010).

3. Kontrol perilaku(X3)

Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau kemudahan

yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu Kontrol perilaku berperan


31

secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu melalui intensi terhadap

perilaku. Selain itu, kontrol perilaku juga bisa secara langsung mempengaruhi

perilaku tersebut (Ajzen:1991).

4. Efikasi diri (X4)

Efikasi diri mempunyai peran penting terhadap intensi berwirausaha, dengan

adanya efikasi diri yang kuat maka seseorang akan semakin yakin dengan apa

yang dia lakukan dan tidak ada keraguan ketika melakukan tindakan untuk

berwirausaha. Intensi atau dorongan yang kuat dari dalam diri sangat dibutuhkan

untuk bekal membangun usaha (Agung widayoko :2010)

5. Literasi ekonomi(X5)

Konsep dasar ekonomi yang dimiliki oleh setiap individu tentu berbeda,

baik tinggi, sedang, dan rendah. Tinggi maupun rendahnya konsep dasar ekonomi

yang dimiliki oleh setiap individu dapat dilihat dari beberapa aspek, salah satu

diantaranya adalah aspek pengetahuan ekonomi. Pengetahuan ekonomi menjadi

dasar pertimbangan seseorang untuk memulai berwirausaha karena dengan

memiliki pengetahuan ekonomi seseorang dapat memprediksikan kegiatatan

apa /usaha apa yang menghasilkan keuntungan dikemudiah hari ( Meylinda:2018).

2.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependden (Y) adalah variable yang dipengaruhi dari variable

Dependen. Dalam penelitian ini variable dependen nya adalah minat. Minat

menjadi penyebab utama dalam menjelaskan minat untuk berwirausaha.


32

Tabel 2.3
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
No Variabel Indikator Pengukuran Variabel Sumber
1 Sikap (X1) Tertarik dengan peluang uasaha, berfikir Manda
kreatif dan inovatif, pandangan positif (2012)
terhadap kegagalan, memiliki jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab
2 Norma Keyakinan dan dukungan dari peran Manda
subyektif (X2) keluarga, keyakinan dukungan teman, (2012)
keyakinan dukungan dosen, keyakinan
dukungan dari pengusaha sukses,
keyakinan dukungan dari orang yang
dianggap penting.
3 Control Kemampuan yang dipersepsikan seseorang Irwan
perilaku(X3) akan tindakan tertentu, apakah tindakan wingdes
tersebut dipersepsikan mudah atau sulit. (2018)

4 Efikasi diri Kepercayaan diri mengelola usaha, Manda


(X5) kepemimpinan sumber daya manusia, (2012)
kematangan mental dalam memulai usaha,
memiliki keyakinan yang teguh dalam
memulai usaha, kemampuan memulai
usaha.
5 Literasi Mampu mengelola peran wirausaha, Salemi
ekonomi (X6) menganalisis tingkat harga terhadap (2005)
kecenderungan menabung,
mengalokasikan pendpatan individu,
menjelaskan penggunaan sumber daya
yang terbatas, menjelaskan peran
pemerintah dalam perekonomian.
6 Minat Memilih berwirausaha dari pada bekerja Manda
berwirausaha pada orang lain, memilih berkarir sebagai (2012)
(Y) wirausaha, melakukan perencanaan untuk
memulai usaha, meningkatkan status sosial
dan harga diri sebagai wirausaha,
mendapatkan pendapatan yang lebih baik.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan hipotesis teoritis, dalam penelitian

ini peneliti merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Peneliti
33

akan menguji hipotesis nol (H0) untuk membuktikan apakah H0 ditolak atau

gagal ditolak.

Hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

o H1 ; :Sikap perilaku mahasiswa berpengaruh terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

o H2 :Norma subjektif berpengaruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa

o H3 :Kontrol perilaku pada mahasiswa berpengaruh terhadap minat

berwirausaha mahasiswa

o H4 :Efikasi diri pada mahasiswa berpengaruh terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

o H5 : Literasi ekonomi pada mahasiswa berpengaruh terhadap minat

berwirausaha mahasiswa
34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Muhammadiyah Bengkulu,

Universitas Dehasen, Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH.,Universitas Bengkulu.

IAIN Bengkulu, Universitas Terbuka. Waktu penelitian dalam penelitian ini

adalah satu bulan dimulai pada bulan Juli-Agustus.

3.2 Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

metode kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, yang dilandasi pada suatu asumsi

bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal

(sebab akibat). Bentuk hipotesis dari penelitian ini adalah asosiatif yaitu mencari

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2012 : 13). Penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variable terikatnya, serta mengetahui bagaimana hubungan itu terjadi

.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk data primer

yang merupakan minat mahasiswa Fakultas Ekonomi dalam berwirausaha yang

diperoleh melalui penyebaran angket / kuesioner secara online melalui (google

form) yang dapat diakses di https://forms.gle/DruSYPNVNHT5xJh3A .

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi di

Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen, Universitas Prof.

Dr. Hazairin, SH, Universitas Bengkulu, IAIN Bengkulu, Universitas Terbuka.

34
35

Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik probabilitas dengan cara

Proporsional stratisfied random sampling, yaitu dengan metode pemilihan sampel

di mana setiap kelompok populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel dan tidak ada yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit.

Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi

angkatan 2015, 2016, 2017 dengan pertimbangan telah menempuh mata kuliah

kewirausahaan di Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen,

Universitas Prof. Dr. Hazairin,SH, Universitas Bengkulu, IAIN Bengkulu,

Universitas Terbuka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data Primer

adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama (Sugiyono, 2012).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

survei berupa angket/kuesioner. Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara online

menggunakan Google form yang dapat diakses responden yang telah memenuhi

kriteria yang telah ditentukan .

Dalam penelitian skala ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pendapat orang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial, penulisan analisis kuantitatif

menggunakan pertanyaan dan skor sebagai berikut:


36

1. STS = Sangat Tidak Setuju

2. TS = Tidak Setuju

3. N = Netral

4. S = Setuju

5. SS = Sangat Setuju

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Uji Kualitas Data

Pengumpulan data menggunakan kuesioner memerlukan kesungguhan

responden dalam memberikan pernyataan. Keabsahan suatu hasil penelitian sangat

ditentukan oleh alat ukur yang digunakan, apabila alat ukur yang diperoleh tidak

valid dan tidak dapat dapat dipercaya maka hasil penelitian yang diperoleh tidak

akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk mengatasi hal tersebut

diperlukan dua macam pengujian, yaitu uji validitas dan reliabilitas dengan

menggunakan bantuan SPSS (Statisticial Package For Social Science) 16.

3.5.1.1 Uji Validitas

Validitas suatu alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk mengukur

indikator-indikator dari suatu objek pengukuran. Uji validitas digunakan untuk

mengukur valid tidaknya suatu kuesioner yang digunakan dalam penelitian, suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Teknik yang

digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan menggunakan Metode

Pearson Correlation. Kriteria yang ditetapkan dalam menentukan validitas adalah

r hitung lebih besar dari batasan r tabel sebesar 0,361 pada taraf signifikan 0,05.
37

Jadi, jika koefisien korelasinya lebih besar dari nilai r tabel maka instrument

pengukur dapat dikatakan valid (Imam Ghozali:2013).

3.5.1.2 Uji Reliabilitas

Imam Ghozali (2013) menjelaskan Uji realibilitas merupakan alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-

sama terhadap seluruh item pertanyaan dalam suatu kuesioner. Jika Cronbach’s

Alpha > 0.70 maka suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel.

3.5.2. Analisis Regresi Berganda

Alat uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

berganda. Uji regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

signifikansi parameter individual (uji t), uji signifikansi simultan (uji F), dan uji

koefisien determinasi (uji R2) menggunakan program SPSS versi 16. Model

persamaan linear berganda adalah sebagai berikut:

Y= a + β1X1+β2X2+β3X3 + β4X4 + β5X5

Dimana:

Y : Niat Berwirausaha

a : Konstanta Regresi

X1 : Sikap Perilaku

X2 : Norma Subjektif

X3 : Kontrol perilaku

X4 :Efikasi diri
38

X5 : Literasi ekonomi

β : Nilai Koefisien Regresi

 : error

3.5.3 Uji Hipotesis

3.5.3.1 Uji T(Parsial)

Menurut Ghozali (2013:98) uji beda t-test digunakan untuk menguji

seberapa jauh pengaruh variable independent yang digunakan dalam penelitian ini

secara individual dalam menerangkan variable dependent secara parsial. Dasar

pengambilan keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas signifikan > 0,05, maka hipotesis ditolak. Hipotesis

ditolak mempunyai arti bahwa variable independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variable dependen.

2. Jika nilai probabilitas signifikan < 0,05, maka hipotesis diterima. Hipotesis

tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variable independen

berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.

3.5.3.2 Uji F (Simultan)

Menurut Ghozali (2013:98) uji statistic F pada dasarnya menunjukan

apakah semua variable independen atau variable bebas yang dimasukan dalam

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen

atau variable terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan

kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 ditolak pada derajat kepercayaan

5% dengan kata lain kite menerima hipotesis alternatife, yang menyatakan


39

bahwa semua variable independen secara seeentak dan signifikan

mempengaruhi variable dependen.

2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila

nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel , maka H0 ditolak dan menerima Ha.

3.5.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2013:97) koefisien determinasi (R2) merupakan alat

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variable independen. Nilai koefisien determinasi adalah antar nol atau satu, nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam

menjelaskan variable dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang

mendekati 1 berarti variable-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable-variabel dependen.


40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Hasil Deskripsi Responden

Hasil deskripsi responden ini berdasarkan data informasi responden yang

sudah terisi di kuesioner. Deskripsi ini akan memberikan informasi asal kampus

dan jenis kelamin responden responden penelitian. Terdapat 218 responden yang

terdiri dari berbagai kampus di kota Bengkulu.

Tabel 4.1
Data Responden Asal Kampus
Asal Kampus Frekuensi Presentase (%)
Universitas Muhammadiyah Bengkulu 146 66,97%
Universitas Dehasen Bengkulu 10 4,59%
Universitas Prof,Dr.Hazairin Bengkulu 20 9,17%
Universitas Bengkulu 17 7,80%
Universitas Terbuka 4 1,83%
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu 21 9,63%
Total 218 100%
Sumber : Data primer diolah, 2019

Tabel 4.2 hasil data responden berdasarkan asal kampus Universitas

Muhammadiyah Bengkulu sebesar 146 responden atau 66,97%, dari Universitas

Dehasen Bengkulu sebesar 10 responden atau 4,59%, dari Universitas

Prof,Dr.Hazairin Bengkulu 20 responden atau 9,17%, dari Universitas Bengkulu

sebesar 17 responden atau 7,80%, dari Universitas Terbuka sebesar 4 responden

atau 1,83%, dan dari Institut Agama Islam Negeri Bengkulu ada 21 atau 9,63%.

Tabel404.2
41

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 66 30,27%
Perempuan 152 69,72%
Total 218 100%
Sumber : Data primer diolah, 2019

Tabel 4.3
Rata-rata peringkat
Jenis
Variabel N Rata- Rata Jumlah
Kelamin
20,31 1341
Laki-Laki 66
Sikap (X1)
20,83 3167
Perempuan 152
Laki-Laki 66 18,71 1235
Norma Subjektif (X2)
Perempuan 152 20,06 3050
Laki-Laki 66 20,13 1329
Kontrol Perilaku (X3)
Perempuan 152 20,41 3103
Laki-Laki 66 18,43 1217
Efikasi Diri (X4)
Perempuan 152 19,96 3034
Laki-Laki 66 32,90 2172
Literasi Ekonomi
Perempuan 152 37,03 5629
Laki-Laki 66 18,96 1252
Minat (Y)
Perempuan 152 21,73 3304
Sumber : Data primer diolah, 2019

Dari table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jawaban atas variable sikap (X1)

rata-rata pada laki-laki = 20,31 lebih rendah dibandingkan perempuan dengan

rata-rata sebesar = 20,83. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Kiky Srirejeki:2017) menyatakan bahwa variable sikap untuk nilai mahasiswi

lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa. Variabel sikap merupakan sebuah

penilaian baik positif maupun negatif dari perilaku tertentu. Dalam konteks

penelitian ini mahasiswi memiliki rerata variable sikap yang lebih rendah
42

dibandingkan dengan mahasiswa. Hal ini berarti mahasiswa memberikan

penilaian lebih positif mengenai kewirausahaan dibandingkan dengan mahasiswi.

Dari table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jawaban atas variabel norma

subjektif (X2) rata-rata pada laki-laki = 18,71 lebih rendah dibandingkan

perempuan dengan rata-rata sebesar = 20,06. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan (Kiky Srirejeki:2017) menyatakan bahwa variabel

norma subjektif untuk nilai mahasiswi lebih rendah dibandingkan dengan

mahasiswa. Variabel norma subjektif merupakan persepsi individu mengenai

tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam

konteks penelitian nya mahasiswi memiliki rerata variable norma subjektif yang

lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa. Hal ini berarti mahasiswa

memberikan penilaian lebih positif mengenai kewirausahaan dibandingkan

dengan mahasiswi.

Dari table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jawaban atas variabel kontrol

perilaku (X3) rata-rata pada laki-laki = 20,13 lebih rendah dibandingkan

perempuan dengan rata-rata sebesar = 20,41. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan (Kiky Srirejeki:2017) menyatakan bahwa variabel kontrol

perilaku untuk nilai mahasiswi lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa.

Variabel kontrol perilaku merupakan merupakan persepsi individu mengenai

kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. Dalam

konteks penelitian nya mahasiswi memiliki rerata variable norma subjektif yang

lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa. Hal ini menunjukan bahwa

persepsi mahasiswi menganggap kegiatan kewirausahaan lebih mudah untuk


43

dilakukan dibandingkan dengan persepsi para mahasiswa. Dari table 4.3 diatas

dapat dilihat bahwa jawaban atas variabel efikasi diri (X4) rata-rata pada laki-laki

= 18,43 lebih rendah dibandingkan perempuan dengan rata-rata sebesar = 19,96.

Dari table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jawaban atas variabel literasi ekonomi

(X5) rata-rata pada laki-laki = 32,90 lebih rendah dibandingkan perempuan

dengan rata-rata sebesar = 37,03.

Dari table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jawaban atas variabel minat (Y)

rata-rata pada laki-laki = 18,96 lebih rendah dibandingkan perempuan dengan

rata-rata sebesar = 21,73. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Kiky Srirejeki:2017) menyatakan bahwa variabel minat untuk nilai mahasiswi

lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa. Variabel minat hasil uji statistik

menunjukan adanya perbedaan persepsi mengenai kewirausahaan antara

mahasiswa dengan mahasiswi. Dalam penelitiannya minat mahasiswa lebih tinggi

terhadap minat mahasiswi.

4.1.2 Hasil Uji Kualitas Data

4.1.3.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji instrumen riset agar instrumen

tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuannya. Uji validitas

merupakan pengujian yang dilakukan guna untuk mengetahui seberapa cermat

suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Imam Ghozali:2013).

Untuk uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir

pertanyaan dengan total skore konstruk / variable. Uji signifikansi dilakukan

dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table . Pertanyaan dinyatakan


44

valid dan bisa digunakan dalam pengujian hipotesis karena koefisien korelasi

seluruh pertanyaan mempunyai r hitung lebih besar dari r table, untuk degree of

freedom (df)= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini

jumlah sampel (n)=218 dan besarnya df dapat dihitung 218-2 = 216 dengan df

=216 dan alpha = 0,05 di dapat r table = 0,111. Hasil uji validitas disajikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Pearson
Variabel Signifikansi Keterangan
Correlation
X1.1 .594 0.00 Valid
X1.2 .625 0.00 Valid
Sikap X1.3 .396 0.00 Valid
X1.4 .608 0.00 Valid
X1.5 .656 0.00 Valid
X2.1 .510 0.00 Valid
X2.2 .691 0.00 Valid
Norma
X2.3 .599 0.00 Valid
Subjektif
X2.4 .611 0.00 Valid
X2.5 .604 0.00 Valid
X3.1 .551 0.00 Valid
X3.2 .652 0.00 Valid
Kontrol
X3.3 .760 0.00 Valid
Perilaku
X3.4 .559 0.00 Valid
X3.5 .688 0.00 Valid
X4.1 .810 0.00 Valid
X4.2 .748 0.00 Valid
Efikasi Diri X4.3 .787 0.00 Valid
X4.4 .743 0.00 Valid
X4.5 .822 0.00 Valid
Literasi X5.1 .625 0.00 Valid
Ekonomi
X5.2 .624 0.00 Valid
X5.3 .535 0.00 Valid
45

X5.4 .305 0.00 Valid


X5.5 .516 0.00 Valid
X5.6 .612 0.00 Valid
X5.7 .743 0.00 Valid
X5.8 .711 0.00 Valid
X5.9 .714 0.00 Valid
Y.1 .800 0.00 Valid
Y.2 .815 0.00 Valid
Minat
Y.3 .874 0.00 Valid
Berwirausaha
Y.4 .821 0.00 Valid
Y.5 .680 0.00 Valid
Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel sikap, norma subjektif,

control perilaku, efikasi diri dan literasi ekonomi menunjukan hasil yang

signifikan (pada level 0,01 dan 0,5). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

semua pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengukur variabel yang

diharapkan.

4.1.3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah

hasilnya tetap konsisten jika pengukuran diulang. Instrumen kuesioner yang tidak

reliabel maka tidak dapat konsistensi untuk pengukuran sehingga hasil

pengukuran tidak dapat dipercaya (Imam Ghozali:2013). Dalam penelitian ini,

reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik Formula Alpha

Cronbach. Nilai alpha lebih besar dari 0,7 dinyatakan reliabel. Uji reliabilitas

dapat dilihat pada Tabel 4.5:

Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Nilai Keterangan
46

Cronbach Kritis
Sikap 0,795 0,7 Reliabel
Norma Subjektif 0,814 0,7 Reliabel
Kontrol Perilaku 0,839 0,7 Reliabel
Efikasi Diri 0,915 0,7 Reliabel
Literasi Ekonomi 0,868 0,7 Reliabel
Minat Berwirausaha 0,922 0,7 Reliabel
Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan table 4.5 variabel sikap, norma subjektif, kontrl perilaku,

efikasi diri, literasi ekonomi, dan minat berwirausaha mahasiswa semuanya

reliabel. Dari semua variabel tersebut memiliki nilai kritis lebih besar dari 0,7.

4.1.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

melihat bagaimana pengaruh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri,

literasi ekonomi,terhadap minat berwirausaha. Nilai koefisien regresi dapat dilihat

pada Tabel 4.6:


47

Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.785 1.356 2.053 .041

sikap(X1) .193 .089 .166 2.164 .032

normasubjektif(X2) .234 .066 .229 3.524 .001

kontrolperilaku(X3) .116 .103 .103 1.133 .259

efikasidiri(X4) .123 .086 .121 1.435 .153

literasiekonomi(X5) .132 .045 .210 2.910 .004

a. Dependent Variable: minat(Y)

Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.6 maka persamaan regresi yang didapatkan adalah

sebagai berikut:

Y = 2.785+ 0,193X1 + 0,234X2 + 0,116X3 + 0,123X4 + 0,132X5

Persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan bahwa:

Nilai Konstanta sebesar 2.785 yang berarti bahwa tanpa adanya nilai sikap,

norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri, literasi ekonomi, maka besarnya

minat wajib berwirausaha mahasiswa adalah 2.785satuan.Koefisien regresi sikap

sebesar 0,193 yang berarti bahwa setiap kenaikan sikap sebesar satu satuan, maka

akan meningkatkan minat berwirausaha mahasiswa sebesar 00,193 satuan.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara sikap dan minat

berwirausaha mahasiswa.Koefisien regresi norma subjektif sebesar 0,234 yang


48

berarti bahwa setiap kenaikan norma subjektif sebesar satu satuan, maka akan

menyebabkan minat berwirausaha mahasiswa meningkat sebesar 0,234 satuan.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara norma subjektif

dan minat berwirausaha mahasiswa.Koefisien regresi kontrol perilaku sebesar

0,116 yang berarti bahwa setiap kenaikan kontrol perilaku sebesar satu satuan,

maka akan menyebabkan minat berwirausaha mahasiswa meningkat sebesar 0,116

satuan. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara kontrol

perilaku dan minat berwirausaha mahasiswa.Koefisien regresi efikasi diri sebesar

0,123 yang berarti bahwa setiap kenaikan efikasi diri sebesar satu satuan, maka

akan menyebabkan minat berwirausaha mahasiswa meningkat sebesar 0,123

satuan. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara efikasi

diri dan minat berwirausaha mahasiswa.Koefisien regresi literasi ekonomi

sebesar 0,132 yang berarti bahwa setiap kenaikan literasi ekonomi sebesar satu

satuan, maka akan menyebabkan minat berwirausaha mahasiswa meningkat

sebesar 0,132 satuan. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif

antara literasi ekonomi dan minat berwirausaha mahasiswa.

4.1.4 Hasil Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Hasil Uji F (Simultan)

Uji F seringkali juga dinamakan dengan analysis of variance. Pengujian

ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel independen atau bebas

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2013:84). Variabel-variabel penjelas

yang digunakan dalam model, secara bersama-sama mempunyai pengaruh atau


49

tidak terhadap variabel yang ingin dijelaskan dengan menggunakan uji F test.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh X terhadap Y secara bersama-

sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7
UJI F
ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1432.968 5 286.594 38.338 .000a

Residual 1584.812 212 7.476

Total 3017.780 217

a. Predictors: (Constant), literasiekonomi(X5), normasubjektif(X2), sikap(X1), efikasidiri(X4),


kontrolperilaku(X3)

b. Dependent Variable: minat(Y)

Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.7 tampak bahwa nilai F hitung sebesar 38,338 lebih

besar dari F table diperoleh dari jumlah sampel= n dikurangkan dengan jumlah

variable independen= x kemudian dikurang 1. Jadi pada penelitian ini F table

=218-5-1=212 => sebesar 2,26 dengan tingkat signifikansi = 0,000 < α = 0,05.

Secara statistik berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel sikap, norma

subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri, literasi ekonomi, berpengaruh secara

bersama-sama dan signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa.

4.1.5.2 Hasil Uji t (Parsial)

Untuk meyakinkan bahwa masing-masing variabel yaitu variabel sikap,

norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri, literasi ekonomi,berpengaruh

terhadap minat berwirausaha mahasiswa dilakukan pengujian secara parsial

dengan nilai t table pada alpha 0,05 dan jumlah sampel (n) =218 dan beasarnya df
50

dapat dihitung 218-2= 216 dengan df =1,65. Dari perhitungan SPSS yang

disajikan dalam Tabel 4.8 diperoleh nilai t hitung sebagai berikut ini

Tabel 4.8
Hasil Uji t
Variabel t hitung t table Sig Keterangan
Sikap 2.164 1,65 0.032 Hipotesis diterima
Norma Subjektif 3.524 1,65 0.001 Hipotesis diterima
Kontrol Perilaku 1.133 1,65 0.259 Hipotesis ditolak
Efikasi Diri 1.435 1,65 0.153 Hipotesis ditolak
Literasi Ekonomi 2.910 1,65 0.004 Hipotesis diterima
Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan table 4.8 hasil uji t, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Sikap (X1)

Berdasarkan table 4.8 hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai t

hitung sebesar 2,164 dengan nilai signifikansi 0,032 < 0,05. Secara

statistik berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya, variabel sikap

berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap minat berwirausaha

mahasiswa. Dengan demikian hipotesis pertama diterima.

2. Variabel Norma Subjektif (X2)

Berdasarkan table 4.8 hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai t

hitung sebesar 3,524 dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05. Secara

statistik berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya, variabel norma

subjektif berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa. Dengan demikian hipotesis kedua diterima.

3. Variabel Kontrol Perilaku (X3)

Berdasarkan table 4.8 hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai t

hitung sebesar 1,133 dengan nilai signifikansi 0,259 > 0,05. Secara
51

statistik berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel control

perilaku tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa. Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak.

4. Variabel Efikasi Diri (X4)

Berdasarkan table 4.8 hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai t

hitung sebesar 1,435 dengan nilai signifikansi 0,153> 0,05. Secara

statistik berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel efikasi diri

tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa. Dengan demikian hipotesis keempat ditolak.

5. Variabel Literasi Ekonomi (X5)

Berdasarkan table 4.8 hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai t

hitung sebesar 2,910 dengan nilai signifikansi 0,004 < 0,05. Secara

statistik berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya, variabel literasi

ekonomi berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa. Dengan demikian hipotesis kelima diterima.

4.1.5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk uji ini dilakukan dengan

melihat besarnya nilai koefisien determinasi Adjusted R2. Hasil koefisien

determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.9:


52

Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .689a .475 .462 2.734

a. Predictors: (Constant), literasiekonomi(X5), normasubjektif(X2),


sikap(X1), efikasidiri(X4), kontrolperilaku(X3)

Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan table 4.9 tampilan output SPSS Model Summary besarnya

Adjusted R Square adalah 0,475, hal ini berarti 47,5% variasi minat wirausaha

mahasiswa dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu

sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, efikasi diri, literasi ekonomi,, sedangkan

sisanya (100%-47,5% = 52,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar

model penelitian ini.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Sikap Terhadap Minat Berwirausaha

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel sikap berpengaruh signifikan

terhadap minat berwirausaha. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang

menyatakan “sikap berpengaruh terhadap minat berwirausaha”. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Widiyako (2014)

yang menyatakan bahwa sikap mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa .

Menurut Agung Widiyako (2014) sikap mempunyai peranan penting dalam

tingkat minat berwirausaha. Sikap merupakan pandangan seseorang akan suatu

hal. Sikap juga berasal dari perasaan seseorang dalam melihat suatu hal, apakah
53

dianggap positif atau negatif yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap hal

tersebut. Sikap merupakan salah satu pondasi dari terbentuknya minat

berwirausaha yang berasal dari diri seseorang. Semakin kuat sikap berperilaku

maka seseorang akan mempunyai pandangan yang baik akan suatu masalah yang

dihadapinya serta tidak mudah menyerah ketika dalam keadaan yang sulit.

4.2.2 Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Minat Berwirausaha

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel norma subjektif

berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha. Hasil ini sesuai dengan

hipotesis awal yang menyatakan “norma subjektif berpengaruh terhadap minat

berwirausaha”. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Agung Widiyako (2014) yang menyatakan bahwa norma subjektif

mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa.

Menurut Agung Widiyako (2014) norma subyektif merupakan sebuah

keyakinan dari seseorang akan dukungan lingkungan sekitar. Dalam penelitian

nya Lingkungan mempengaruhi terbentuknya persepsi dan keyakinan pada

mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Dukungan dari

dosen yang merupakan salah satu indikator dianggap cukup berpengaruh oleh

mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lingkungan

yang baik akan mendorong seseorang untuk melakukan hal yang baik juga, begitu

juga lingkungan yang positif maka akan mempengaruhi orang disekitarnya untuk

menjadi positif. Dalam sebuah lingkungan juga seseorang dapat menemukan

sosok panutan atau orang-orang yang mendukung dirinya untuk maju serta bisa

bertukar pikiran.
54

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sammy

Agusta Santoso(2018). Menurut Sammy Agusta Santoso(2018) norma subyektif

berpengaruh secara signifikan terdahap minat berwirausaha. Dengan kondisi

lingkungan sekitar yang mendukung. Semakin besar dukungan maka akan

semakin signifikan atau semakin berpengaruh terhadap minat berwirausaha .

4.2.3 Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Minat Berwirausaha

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel kontrol perilaku tidak

berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha. Hasil ini tidak sesuai dengan

hipotesis awal yang menyatakan “control perilaku berpengaruh terhadap minat

berwirausaha”. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sammy Agusta Santoso(2018) yang menyatakan bahwa kontrol

perilaku mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa.

Dalam penelitian yang dilakukan Sammy Agusta Santoso(2018) kontrol

perilaku yang dirasakan berpengaruh secara signifikan terhadap minat

berwirausaha .Perilaku dan kegiatan sehari-hari yang baik akan mendukung

proses meningkatnya minat berwirausaha.

4.2.4 Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel efikasi diri tidak berpengaruh

signifikan terhadap minat berwirausaha. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis

awal yang menyatakan “efikasi diri berpengaruh terhadap minat berwirausaha”.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Agung Widiyako (2014) yang menyatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi

minat wirausaha mahasiswa.


55

Menurut Agung Widiyako (2014) Efikasi diri merupakan kondisi di mana

individu percaya bahwa perilaku untuk berwirausaha mudah atau dapat dilakukan.

Dalam penelitian nya ditemukan bahwa Efikasi diri memiliki peran terhadap

minat berwirausaha mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta, sebagian besar mahasiswa merasa sudah mempunyai kesiapan mental

untuk berwirausaha. Semakin tinggi rasa percaya diri mahasiswa dan kematangan

mentalnya maka semakin tinggi perannya untuk membangkitkan niat

berwirausaha mahasiswa. Rasa percaya diri sangat dibutuhkan, tanpa adanya rasa

percaya diri maka seseorang akan cenderung menghindari suatu pekerjaan atau

keadaan karena ketidakpercayaan akan kemampuan dirinya dan merasa dirinya

tidak mampu melakukan hal tersebut. Tanpa adanya rasa percaya diri juga

menjadikan seseorang sulit berkembang karena tidak berani belajar atau

melakukan hal baru dalam hidupnya

4.2.5 Pengaruh Literasi Ekonomi Terhadap Minat Berwirausaha

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel literasi ekonomi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Hasil ini sesuai dengan

hipotesis awal yang menyatakan “literasi ekonomi berpengaruh terhadap minat

berwirausaha”. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Meylinda Rachmona Zulatsari (2018) yang menyatakan bahwa lierasi

ekonomi mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa. Literasi ekonomi

mahasiswa yang tinggi dapat merubah pola pikir mahasiswa untuk lebih berfikir

cerdas dan kritis, terutama dalam keputusan memulai dan mengembangkan usaha.
56

Menurut Meylinda Rachmona Zulatsari (2018) manfaat dari literasi

ekonomi sebagai pemahaman dan penerapan konsep dasar ekonomi dalam situasi

nyata dan bukan hanya berbasis kelas. Literasi ekonomi adalah salah satu

keterampilan hidup (life skill) yang harus dimiliki setiap mahasiswa. Dengan

literasi ekonomi yang dimiliki dapat memperoleh manfaat yang sebanding ababila

mahasiswa mampu menerapkannya terutama dalam kegiatan berwirausaha.


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel sikap, norma subjektif,

kontrol perilaku, efikasi diri, literasi ekonomi, berpengaruh secara

bersama-sama dan signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa

dengan tingkat signifikansi = 0,000 < α = 0,05.

2. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswi lebih berminat dalam

bidang wirausaha dibandingkan mahasiswa, dengan tingkat rata-rata minat

mahasiswa sebesar 18,96 lebih kecil dibandingkan rata-rata mahasiswi

sebesar 21,73.

3. Sikap (X1) memiliki pengaruh terhadap minat berwirausaha (Y)

Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu. Hal ini dapat dibuktikan

melalui analisis regresi diketahui bahwa sikap berpengaruh terhadap minat

berwirausaha Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu sebesar (β)

0,193 pada tingkat signifikan 0,032. Karena tingkat signifikan 0,032 <

0,05 maka variabel sikap berpengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa.

4. Norma Subjektif (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

minat berwirausaha (Y) Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu.

Hal ini dapat dibuktikan melalui analisis regresi diketahui bahwa norma

subjektif berpengaruh terhadap minat berwirausaha Mahasiswa FE PTN


58

& PTS di Kota Bengkulu sebesar (β) 0.234 pada tingkat signifikan 0,001

Karena tingkat signifikan 0,001 < 0,05 maka variabel norma subjektif

berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa.

5. Kontrol Perilaku (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap minat

berwirausaha (Y) Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu. Hal ini

dapat dibuktikan melalui analisis regresi diketahui bahwa kontrol perilaku

tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha Mahasiswa FE PTN &

PTS di Kota Bengkulu sebesar (β) 0,116 pada tingkat signifikan 0,259.

Karena tingkat signifikan 0,259 > 0,05 maka variabel kontrol perilaku

tidak berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa.

6. Efikasi Diri (X4) tidak memiliki pengaruh terhadap minat berwirausaha

(Y) Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu. Hal ini dapat

dibuktikan melalui analisis regresi diketahui bahwa efikasi diri tidak

berpengaruh terhadap minat berwirausaha Mahasiswa FE PTN & PTS di

Kota Bengkulu sebesar (β) 0,123 pada tingkat signifikan 0,153. Karena

tingkat signifikan 0,153 > 0,05 maka variabel efikasi diri tidak

berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa.

7. Literasi Ekonomi (X5) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap minat berwirausaha (Y) Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota

Bengkulu. Hal ini dapat dibuktikan melalui analisis regresi diketahui

bahwa literasi ekonomi berpengaruh terhadap minat berwirausaha

Mahasiswa FE PTN & PTS di Kota Bengkulu sebesar (β) 0.132 pada

tingkat signifikan 0,001 Karena tingkat signifikan 0,004 < 0,05 maka
59

variabel literasi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan dari

hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi PTN & PTS di Kota Bengkulu

PTN & PTS Di Kota Bengkulu sebaiknya lebih melakukan pendekatan

terhadap mahasiswa dengan pendekatan internal yang menjadi pondasi

utama dalam mengawali menjadi wirausahawan. Berdasarkan penilaian

responden dalam penelitian ini sebenarnya tingkat pondasi dari internal

mahasiswa seperti kontrol perilaku dan efikasi diri masih kurang sehingga

mahasiswa masih sedikit yang beminat menjadi wirausaha. Sebaiknya

pihak kampus lebih memperhatikan pembentukan mental wirausaha pada

setiap individu, sehingga ketika akan diberikan pelajaran atau arahan

tentang kegiatan wirausaha para mahasiswa akan jauh lebih tertarik untuk

menggeluti bidang wirausaha. Selain itu, pendidikan kewirausahaan harus

lebih dioptimalkan lagi sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menemukan

solusi dari masalah dunia kewirausahaan yang dihadapinya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang

mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa dan juga menambah jumlah

pertanyaan dalam angket yang nantinya akan diberikan kepada responden.


60

Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan mampu menambah jumlah

sampel.

Anda mungkin juga menyukai