Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN 2

“PENCAPAN TRANSFER/ ALIH PANAS PADA KAIN POLIESTER DENGAN ZAT


WARNA DISPERSI VARIASI SUHU & WAKTU”

Disusun oleh:

Nabila Zalfa Fatihah 18020057


Nida Alya Nasywa 18020058
Nisa Ruffaidah 18020059
Nisrina Nursyifa Y 18020060

Grup : 3K3

Dosen : Sukirman
Asisten dosen : Brilyan M. R. R., SST.
Desiriana

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dan memahami proses pencapan alih panas pada kain Poliester
dengan zat warna dispersi.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu yang ditimbulkan terhadap hasil pencapan
(ketuaan, kerataan warna, ketajaman motif, handling kain) pada kain poliester
menggunakan zat warna dispersi.

II. DASAR TEORI


2.1. Pencapan
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan
zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif
yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada
kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar
yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif
dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-bagian yang tidak ada
gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang
merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang
akan dicap.

2.2. Serat Poliester dan Karakteristiknya


Serat poliester adalah serat sintetik yang terbentuk dengan cara polimerisasi
kondensasi asam tereftalat dengan etilena glikol pada temperatur tinggi. Poliester
dari 1,2-ethanediol (etilena glikol) dan benzene 1,4-asam dikarboksilat (asam
tereptalik) telah diolah dan ditemukan meleleh pada suhu ± 265 ºC, dimana hasilnya
poliester lebih dikenal dengan poli (etilena tereftalat).
Morfologi serat poliester:
- Penampang membujur berbentuk silinder berbintik dan lapisan luar tebal.
- Penampang melintangnya berbentuk bulat bersih.
Penampang melintang Penampang membujur
Sumber http://www.google.co.id

Sifat-sifat Polyester
Sifat Fisika Polyester
- Titik leleh Polyester adalah pada suhu 250°C dan tidak menggunung pada
suhu tinggi
- Serat Polyester mempunyai sifat elastisitas yang baik sehingga dalam
keadaan apapun polyester tahan kusut
- Serat Polyester mempunyai sifat elektrostatic yang tinggi
- Serat Polyester bersifat hidrofob (menolak air)
- Serat Polyester tahan terhadap sinar
- Memiliki kekuatan mulur yang baik
Sifat Kimia Polyester :
- Polyester mempunyai ketahanan terhadap asam kuat
- Polyester mempunyai ketahanan terhadap alkali lemah pada suhu kamar, tetapi
bila suhunya di naikan hingga suhuya mencapai 100̊oC dan di biarkan cukup
lama maka kekuatannya akan menurun
- Serat Polyester sangat tahan terhadap jamur, bakteri, dan serangga.
- Tahan terhadap zat-zat oksidator

2.3. Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zat warna organic yang dibuat secara sintetik.
Kelarutannya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau
partikel-partikel zat warna yang hanya melayang dalam air.
Zat warna ini dipakai untuk mencap atau mewarnai srat-serat tekstil sintetik,
yang bersifat termoplastik atau hidrofob. Absorbsinya ke dalam serat sering disebut
“Solid Solution“, yaitu zat padat larut dalam zat padat. Dalam hal ini zat warna
merupakan zat terlarut dan serat berkisar antara 30 – 200 mg per garam serat.
Molekul zat warna dispersi relatif kacil, sederhana dan tidak mempunyai gugus
pelarut,Karena itu mempunyai katahanan yang tinggi dan warna yang cemerlang.
Salainitu zat warna dispersi hampir semua mengandung gugus-gugus hidroksil dan
amina (-OH, -NH2, NHR) yang berfungsi sebagai donor atom hydrogen untuk
mengadakan interaksi dua kutub atau membentuk ikatan hydrogen dengan gugus-
gugus karbonil atau gugus asetil dari serat.
1. Struktur Kimia zat warna dispersi
Menurut struktur kimianya zat warna dispersi merupakan senyawa azo,
antrakuinon dan dipenil amina. Beberapa contoh struktur kimia zat warna dispersi,
antara lain :
a. Golongan azo
Contoh : Disperse Yellow 3

b. Golongan antrakuinon
Contoh : Disperse Red 4

c. Golongan difenilamina
Contoh : Disperse Red 60
2. Klasifikasi zat warna disperse
Karena molekulnya kecil zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu
tinggi, maka berdasarkan pada sifat ketahanan sublimasinya dapat dikelompokan
dalam 4 (empat) golongan , yaitu :
a) Golongan A
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga sifat
pencapannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke dalam serat,
sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu tersublim penuh dengan suhu
100C. pada umumnya zat warna dispersi golongan ini digunakan untuk
mencelup serat rayon asetat dan poliamida, tetapi juga digunakan untuk
mencelup poliester pada suhu 100C tanpa penambahan zat pengemban.
b) Golongan B
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencapan yang baik dengan
ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh suhu 190C. sangan baik
untuk pencelupan poliester, baik pencapan poliester, baik dengan cara
carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun cara pencapan suhu tinggi
(130C).
c) Golongan C
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencapan cukup dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C. bisa
digunakan untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara thermosol
dengan hasil yang baik.
d) Golongan D
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar diantara
keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat pencapan paling jelek
karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar masuk kedalam serat. Akan
tetapi memiliki ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublim penuh pada
suhu 220C. zat warna ini tidak digunakan untuk pencapan dengan zat
pengemban, namun baik sangat baik untuk cara pencelupan suhu tinggi dan cara
thermosol.
3. Sifat-Sifat Umum Zat Warna Dispersi
• Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina
• Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian
dapat mengkristal lagi.
• Sifat dasar adalah non ionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2, dan
gugus –NHR, dan sebagainya yang bertindak sebagai gugus
pemberi (donor) hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat (gugus
karbonil).
• Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat
warna dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1miligram /L), tapi mempunyai
kejenuhan yang tinggi pada serat pada kondisi pencapan.
• Penambahan zat pendispersi ke dalam pasta cap akan menyebabkan dispersi
yang stabil dalam air.
• Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam sarat adalah tinggi (10
– 50 mg/g serat).
• Tidak ada perubahan kimia yang disebabkan oleh proses pencapannya.

4. Ikatan Zat Warna Dispersi Dengan Serat Poliester


Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan
serat poliester ada 2 macam yaitu :
1) Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non
polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini
ikatan fisika, yang berperan dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van
der walls, yang terjadi berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang
berbeda. Ikatan yang besar terjadi pada ikatan van der walls pada zat warna
dispersi dan serat poliester adalah dispersi London.
2) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen
dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi
tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna
dispersi dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi
yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna
dispersi yang mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.

5. Mekanisme Pencapan Zat Warna Dispersi


Mekanisme pencapan zat warna dispersi adalah solid solution dimana suatu zat
padat akan larut dalam zat padat lain. Dalam hal ini, zat warna merupakan zat padat
yang larut dalam serat.
Mekanisme lain menjelaskan demikian : zat warna dispersi berpindah dari
keadaan agregat dalam pasta cap masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler.
Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat
warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian
yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut
mempertahankan kesetimbangan.
Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan terpecah menjadi
terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam bentuk ini akan masuk ke
dalam serat melalui pori-pori serat. Pencapan dimulai dengan adsorpsi zat warna
pada permukaan serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam
serat. Adsorpsi dan difusi zat warna ke dalam serat dapat dipercepat dengan
menaikkan temperatur proses.
Dalam air, serat poliester akan memiliki gaya dipol antar serat. Gaya ini terjadi
karena atom karbon bermuatan parsial positif (d+) dan atom oksigen bermuatan
parsial negatif (d–). Gaya dipol akan renggang pada saat pemanasan di atas 80 oC
sehingga zat warna bisa masuk ke dalam serat.
Pada suhu tinggi, rantai-rantai molekul serat pada daerah amorf mempunyai
mobilitas tinggi dan pori-pori serat mengembang. Kenaikan suhu menyebabkan
adsorpsi dan difusi zat warna bertambah. Energi rantai molekul serat bertambah
sehingga mudah bergeser satu sama lain dan molekul zat warna dapat masuk ke
dalam serat dengan cepat.
Rantai molekul serat poliester tersusun dengan pola zigzag yang rapi dan celah-
celah yang akan dimasuki zat warna sangat sempit. Rantai molekul sangat sulit untuk
mengubah posisinya. Akibatnya molekul zat warna sulit menembus serat dan
pencapan akan berjalan sangat lambat bila dilakukan tanpa pemanasan dengan suhu
tinggi. Zat warna akan menempati bagian amorf dan terorientasi dari serat poliester.
Pada saat pencelupan berlangsung, kedua bagian tersebut masih bergerak sehingga
zat warna dapat masuk di antara celah-celah rantai molekul dengan adanya ikatan
antara zat warna dengan serat. Ikatan yang terjadi antara serat dengan zat warna
mungkin merupakan ikatan fisika, tetapi dapat pula merupakan ikatan hidrogen yang
terbentuk dari gugusan amina primer pada zat warna dengan gugusan asetil pada
molekul serat.

2.4. Pencapan Alih Panas


Pencapan Alih Panas adalah pencapan yang dilakukan secara bertahap. Tahap
awal pasta zat warna dicapkan pada kertas atau plastik film transparan, selanjutnya
motif tersebut dipindahkan ke kain.
Bahan digunakan untuk pencapan alih panas adalah bahan yang berafinitas
dengan zat warna, seperti nylon 6, nylon 66, poliester, asetat dan triasetat.
Kebanyakan pencapan alih panas banyak dilakukan pada serat poliester karena
menghasilkan warna yang tahan cuci dan tahan sinar.
Ada 4 metode pengalihan zat warna dari kertas ke kain, yaitu :
1. Alih leleh (melt transfer)
Kertas yang telah dicap diletakkan di atas kain, selanjutnya dipanaskan
menggunakan seterika.
2. Sistem pelepasan film
Lapisan film mengandung zat warna dipindahkan ke kain dengan prinsip gaya
adhesi.
3. Proses setengah basah
Zat warna yang larut air pada kertas dipindahkan pada kain yang mengandung
medium dengan kekentalan tertentu.
4. Pencapan alih uap
Metode ini banyak digunakan, pengalihan dilakukan pada suhu > 180 0C
sehingga zat warna pada kertas menyublim dan masuk pada serat.
Persyaratan kertas alih
- Tahan terhadap perlakuan mekanik
- Tidak rusak pada suhu 2200C
- Terbuat dari selulosa dan berwarna putih
- Tahan zat kimia
- Rata permukaannya
- Stabilitas dimensinya
- Dapat melepaskan uap zat warna dengan baik
- Daya tembus uap zat warna rendah
- Bersih dan tidak cacat
Teknik pencapan pada kertas alih dengan 4 cara, yaitu :
1. Teknik pencapan ukir
Teknik pencapan ini menggunakan rol berukir dengan motif melekuk ke dalam.
Rol diberi pasta cap dan kelebihan pasta cap dihilangkan denganpisau doctor.
Pasta cap dipindahkan ke kertas dengan bantuan rol perantara dan rol penekan.
Hasil pencapan mempunyai motif yang lebih tajam dan produksi tinggi.
2. Teknik pencapan Fleksografi
Teknik sama dengan teknik pencapan ukir, perbedaannya rol ukir pada teknik
ini menggunakan serat atau komposit yang dilapiskan pada rol logam.
3. Teknik pencapan Litografi
Teknik yang digunakan adalah teknik off set. Prinsipnya pasta cap berminyak
dipindahkanpada kertas minyak melalui rol perantara dan rol penekan. Teknik
ini sesuai untuk transfer pada pakaian jadi dengan jumlah warna terbatas.
4. Teknik pencapan kasa
Teknik ini dapat dilakukan pada kasa datar (flat screen printing) maupun kasa
putar (rotary screen), seperti yang digunakan untuk pencapan kain. Keuntungan
biaya lebih murah, desain lebih cepat dan dapat diproduksi secara kontinue
dengan mesin rotary, akan tetapi mutu desain kurang baik

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
- Screen Printing - Mixer
- Meja printing - Pengaduk
- Rakel - Neraca
- Gelas plastik - Mesin Stenter
- Gelas ukur - Mesin pencapan alih panas
3.2. Bahan
- Kain poliester - Pengental alginate 7%
- Kertas HVS - Urea
- Zat warna dispersi - Asam sitrat
- Zat pendispersi
IV. DIAGRAM ALIR

Persiapan pencapan

Proses pencapan pada kertas HVS

Drying (100°C, 2 menit)

Proses pencapan transfer diatas kain


poliester (190°C, 110 detik - 190°C ,
130 detik - 210°C, 130 detik)

Washing off

Drying

Evaluasi : ketuaan warna, kerataan


warna, ketajaman motif, handfeel

V. RESEP
Pengental Alginate 7%
Resep Pasta Cap
ZW Dispersi : 10-50 gram
Zat pendispersi : 1-2 gram
Urea (Zat Higroskopis) : 10-20 gram
Asam sitrat : 2 gram
Pengental alginate 7% : 700 gram
Balance : x gram
1000 gram
Suhu : 190 oC, 210 oC
Waktu : 110 detik, 130 detik

Resep Pencucian
Teepol : 2 ml/L
Na2CO3 : 1 g/L
Suhu : 90oC
Waktu : 10-15 menit

VI. PERHITUNGAN RESEP


Pengental Induk
- Kebutuhan air = 200 gram
7
- Alginat 7% = 100 × 200 = 14 gram

Pasta Cap
- Kebutuhan pasta cap = 200 gr
30
- Zat warna dispersi = 1000 × 200 = 6 gram
20
- Pendispersi = 1000 × 200 = 0,4 gram
40
- Urea = 1000 × 200 = 8 gram
5
- Asam sitrat = 1000 × 200 = 1 gram
700
- Pengental Alginat = 1000 × 200 = 140 gram

155,4 gram
- Balance = 200 – 155,4 = 44,6 gram
*resep sama untuk setiap warna yang digunakan.

Pencucian (Washing off)


- Kebutuhan air = 300 ml
2
- Teepol = 1000 × 300 = 0,6 ml
1
- Na2CO3 = × 300 = 0,3 gram
1000

- Air = 300 – 0,6 = 299,4 ml

VII. FUNGSI ZAT


Zat warna dispersi : Untuk mewarnai bahan poliester.
Pengental Alginat : Untuk meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat
warna pada bahan tekstil dan pengatur viskositas.
Zat pendispersi : Untuk mendispersikan zat warna disperse.
Asam sitrat : Untuk memberikan pada suasana asam pada pasta cap
Urea : Sebagai zat higroskopis untuk menjaga kelembaban kain
dan membantu pelarutan zat warna reaktif.
Na2CO3 : Sebagai pemberi suasana alkali pada pasta cap untuk
membantu terjadinya reaksi zat warna reaktif.
Teepol : Berfungsi untuk pencucian setelah proses pencapan, untuk
menghilangkan zat warna yang menempel di permukaan
serat.

VIII. DATA PENGAMATAN


8.1. Ketuaan Warna
Variasi Suhu, Score
Kain Total Ranking
Waktu Alih Panas I II III IV
1 190oC, 110 detik 3 3 3 3 12 3
2 190oC, 130 detik 4 4 4 4 16 2
3 210oC, 130 detik 5 5 5 5 20 1
8.2. Kerataan Warna
Variasi Suhu, Score
Kain Total Ranking
Waktu Alih Panas I II III IV
1 190oC, 110 detik 3 4 4 3 14 3
2 190oC, 130 detik 4 4 4 4 16 2
3 210oC, 130 detik 5 5 5 5 20 1
*Score rentan 1-5 dengan nilai semakin tinggi maka semakin baik
*Pada video untuk handfeel tidak didapat dinilai dikarenakan harus secara offline untuk
mengetahuinya. Ketajaman motif ditentukan oleh kekentalan pasta, karena semua sama,
maka ketajaman motif memiliki score sama.
8.3. Grafik Ketuaan dan Kerataan Warna terhadap Variasi Suhu, Waktu

25

20

15
Score

10

0
190C, 110'' 190C, 130 210C, 130

Ketuaan Kerataan
IX. DISKUSI
Pada proses pencapan kain polyester menggunakan zat warna disperse dengan metode
pencapan alih trasnsfer/panas, yaitu pencapan yang dilakukan secara bertahap. Tahap
awal pasta zat warna dicapkan pada kertas, selanjutnya motif tersebut dipindahkan ke
kain.
Bahan digunakan untuk pencapan alih panas adalah bahan yang berafinitas dengan zat
warna, seperti nylon 6, nylon 66, poliester, asetat dan triasetat. Namun, pada pencapan
alih panas pada praktikum ini dilakukan pada serat poliester karena menghasilkan warna
yang tahan cuci dan tahan sinar.
Untuk zat warna yang digunakan pada praktikum ini yaitu zat warna dispersi, hal ini
dikarenakan pada pencapannya menggunakan serat poliester, dimana serat poliester
cocok di cap dengan zat warna dispersi. Zat warna dispersi yang digunakan pada
pencapan alih panas ini yaitu tipe B-C yang memiliki kerataan yang baik dan sublimasi
pada suhu tinggi, karena pada proses pencapannya digunakan suhu tinggi untuk dapat
mentransfer motif dan warna pada kertas ke serat poliester.
Serat polyester memiliki sifat hidrofob dan memiliki bagian kristalin yang tinggi dan
zat warna yang terbentuk adalah dalam fasa terdispersi, fasa terdispersi ini menunjukkan
bahwa zat warna tidak larut di dalam air ataupun dalam pengentalnya itu sendiri hanya
saja terdispersi menjadi bentuk monomolekuler. Zat warna dalam bentuk agregat dan
monomolekuler larut dalam jumlah yang sangat sedikit tapi akan lebih mudah masuk ke
dalam bahan, yaitu absorbsi pada pori-pori permukaan serat akan berdifusi dalam serat
dan terjadi fiksasi.
Pada praktikum kali ini dilakukan variasi suhu dan waktu pada proses pentransferan
motif ke serat, dimana dilakukakn variasi dengan suhu 190oC-110 detik, 190oC-130
detik, dan 210oC-130 detik. Hal ini dikarenakan serat polyester merupakan serat yang
sangat hidrofob sehingga zat warna disperse perlu dipaksa masuk pada pori-pori serat.
Maka pada proses ini diperlukan suhu tinggi dimana di tahap ini struktur serat polyester
mencapai suhu transisi gelasnya serat mulai bergerak dan mobilitasnya bertambah
mengakibatkan serat menjadi lebih tidak teratur yang berarti pori pori serat makin
mengembang. Titik zat warna yang sudah bisa masuk disebut suhu kritis. Maka pada
tahap ini lah zat warna disperse yang molekulnya sangat kecil menyusup masuk pada
pori-pori tersebut. Molekul-molekul zat warna yang akan saling berikatan fisika akan
membentuk molekul yang berukuran besar. Dimana semakin besar ukuran molekul zat
warna yang berdifusi pada serat maka ikatan fisika yang terjadi antara serat dengan zat
warna makin besar pula.
Proses penstransferan dilakukan pada suhu tinggi karena dengan semakin tinggi suhu
yang digunakan maka semakin besar kemungkinan serat polyester yang mengembang
sehingga zat warna yang berdifusi semakin banyak dan menyebabkan ketuaan warnanya
juga. Tetapi jika suhu yang digunakan melewati batas suhu kritis dari serat maka
diperkirakan serat akan meleleh dan kekuatannya menurun. Selain itu terjadinya
sublimasi dari zat warna disperse pun dapat terjadi jika suhu yang digunakan terlalu
tinggi.
Hasil praktikum yang dilakukan ada 3 macam variasi yaitu 190°C pada 110 detik,
190°C pada 130 detik dan 210°C pada 130 detik. Dari data praktikum didapat bahwa
hasil yang memiliki ketuaan dan kerataan paling baik yaitu ditunjukkan pada variasi
dengan suhu 210°C detik diwaktu 130 detik. Hal ini dikarenakan pada suhu tersebut serat
polyester mengembang lebih besar dan maksimal sehingga zat warna yang berdifusi pada
serat menjadi lebih baik. Ditambah waktu yang lebih lama menjadikan lebih banyak zat
warna yang dapat masuk dan berikat dengan serat.
Pada suhu 190°C pada 130 detik, digunakan waktu yang sama tetapi variasi yang
berbeda adalah suhu transfer yang menurun. Karena suhu yang lebih rendah dari
sebelumnya, maka serat polyester mencapai suhu kritisnya akan tetapi pengembangan
serat kurang dari sebelumnya, tidak semaksimal di suhu 210°C sehingga zat warna yang
berdifusi dan beirkat dengan serat tidak tertalu banyak walaupun waktu nya sama
Dan pada 190°C pada 110 detik dimana suhu nya sama tetapi waktunya yang berbeda.
Di variasi ini digunakan suhu transfer dan waktu yang terkecil. Dimana hasil ketuaan dan
kerataan nya paling kecil, serat polyester pada suhu ini tidak terlalu mengembang
sehingga hanya sedikit zat warna yang masuk dan waktu transfer yang sebentar tidak
cukup untuk memberi ketuaan dan kerataan yang baik.
Pada suhu pada 190-210°C, terutama disuhu paling tinggi kemungkinan bisa terjadi
sublimasi zat warna disperse yang tinggi menyebabkan zat warna yang berdifusi pada
serat baru sedikit, saat seratnya belum mengembang sempurna. Dan perlu diperhatikan
pula, pada suhu transfer yang tinggi dapat berkurang karena serat bisa saja melewati suhu
kritis nya mengakibatkan kekuatan serat menjadi berkurang. Namun hasil menunjukkan
adalah pada suhu tertinggi paling baik, artinya zat warna yang digunakan adalah zat
warna yang menyublim pada suhu tinggi, yaitu tipe B-C.
X. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan, semakin tinggi suhu dan semakin lama proses
penstransferan maka hasil akan semakin baik, dalam hal ini pada suhu 210oC selama 130
detik didapat hasil ketuaan dan kerataan yang paling baik.
DAFTAR PUSTAKA

- Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan . Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
- Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
- Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.
Bandung : Institute Teknologi Tekstil.
- https://csiropedia.csiro.au/wp-content/uploads/2015/01/65536073.pdf
- http://www.georgeweil.com/fact_file/disperse_dyes.aspx
LAMPIRAN

190°C, 110 detik 190°C, 130 detik 210°C, 130 detik

Anda mungkin juga menyukai