Anda di halaman 1dari 34

Jurnal Publika Unswagati Cirebon

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG KEWAJIBAN ANGKUTAN


UMUM BERBADAN HUKUM DI DINAS PERHUBUNGAN KOTA CIREBON
(Studi Kasus Angkutan Kota Trayek Kota D7)

Oleh:

Laela Lydia1, Hery Nariyah2, Amanan3


Universitas Swadaya Gunung Djati1,2,3
Email: nariyahhery@yahoo.com

ABSTRACT

Latar Belakang melakukan penelitian ini yaitu pelaksanaan implementasi


kebijakan kewajiban angkutan kota oleh Dinas Perhubungan kota Cirebon Khususnya
Angkutan Kota trayek D7, bahwa dari jumlah total angkutan kota cirebon yaitu 1.039
hanya 979 unit yang sudah memiliki izin, dan baru 40% terrealisasikan angkutan kota
yang sudah berbadan hukum, kendaraan angkutan kota masih banyak yang belum
berbadan hukum dan masih perorangan, salah satunya angkutan kota Cirebon trayek
D7 dari 40 unit angkutan kota yang tergabung berbadan hukum diantaranya 4
pengusaha yang tergabung dalam Koperasi Warga Angkutan Cirebon (KOWATRON)
yaitu koperasi yang didirikan oleh Dewan Pengurus Cabang Organisasi Angkutan
Darat Kota Cirebon atau Dpc Organda Kota Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif melalui
pendekatan deskriptif, dengan mengambil lokasi penelitian di Dinas Perhubungan
Kota Cirebon, sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah kepala
Bidang Angkutan dan Moltimoda di Dinas Perhubungan Kota Cirebon, Kepala
Bidang Pelayanan Perizinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu
Pintu Kota Cirebon, pengusaha angkutan kota rayek D7, dan supir angkutan kota
trayek D7.
Hasil penelitian menunjukan sesuai teori yang digunakan adalah teori George
C Edward III terdapat empat faktor yang mempengaruhi kebijakan, yaitu komunikasi
yang dilakukan belum optimal, sumberdaya yaitu staf (pegawai) yang memiliki
keahlian dan kemampuan yang cukup, disposisi yaitu sikap pegawai Dinas
Perhubungan sudah tegas dalam melaksanakan tugasnya, dan struktur birokrasi yaitu
standar operasi prosedur (SOP) yang sudah optimal.

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 92


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

1. PENDAHULUAN maka diperlukan pelayanan transportasi


1.1 Latar Belakang Masalah berkapasitas tinggi dan ditata secara
Transportasi merupakan sarana terpadu atau dinamis dengan
yang dibutuhkan banyak orang sejak formulasikan suatu kebijakan agar
jaman dahulu dalam melaksanakan tatanan transportasi teratur dengan baik.
kegiatannya yang diwujudkan dalam Implementasi adalah suatu
bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi rangkaian aktifitas dalam rangka
dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang menghantarkan kebijakan kepada
dan atau barang yang peruntukannya masyarakat sehingga kebijakan tersebut
untuk umum atau pribadi. Mengenai dapat membawa hasil sebagaimana yang
jalurnya bisa melalui udara seperti diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut
pesawat terbang, laut atau perairan mencakup persiapan seperangkat
seperti kapal atau perahu, dan darat peraturan lanjutan. Misalnya dari sebuah
seperti mobil, pedati dan sebagainya. undang-undang muncul sejumlah
Kegiatan dari transportasi memindahkan Peraturan Pemerintah, Keputusan
barang (commodity of goods) dan Presiden, maupun Peraturan Daerah,
penumpang dari satu tempat (origin atau menyiapkan sumber daya guna
port of call) ke tempat lain atau port of menggerakkan implementasi termasuk di
destination, maka dengan demikian dalamnya sarana dan prasarana, sumber
pengangkut menghasilkan jasa angkutan daya keuangan, dan tentu saja siapa yang
atau dengan kata lain produksi jasa bagi bertanggung jawab melaksanakan
masyarakat yang membutuhkan sangat kebijakan tersebut, dan bagaimana
bermanfaat untuk pemindahan/ mengantarkan kebijakan secara langsung
pengiriman barang-barangnya. ke masyarakat.
Transportasi juga merupakan Dalam Undang-Undang
sistem dari lalu lintas kota, berkembang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
sebagai bagian kota karena naluri dan 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
kebutuhan penduduk untuk bergerak atau Jalan, telah dijelaskan bahwa lalu lintas
memindahkan orang dan atau barang dan angkutan jalan sebagian dari
dari suatu tempat ke tempat lainnya. transportasi nasional harus
Pada kota yang berpenduduk dalam dikembangkan potensi dan perannya
jumlah besar dan mempunyai kegiatan untuk mewujudkan keamanan,
perkotaan yang sangat luas dan intensif, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 93


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

berlalu lintas dan angkutan jalan dalam dari jumlah total angkutan kota cirebon
rangka mendukung pembangunan yaitu 1.039 hanya 979 unit yang sudah
ekonomi dan pengembangan wilayah, memiliki izin, dan baru 40%
dan dalam pasal 139 ayat (4) yang terrealisasikan angkutan kota yang sudah
menyebutkan, penyedian jasa angkutan berbadan hukum, kendaraan angkutan
umum dilaksanakan oleh badan usaha kota masih banyak yang belum berbadan
milik negara, badan usaha milik daerah hukum dan masih peorangan, salah
dan/atau badan hukum lain sesuai satunya angkutan kota Cirebon trayek
dengan ketentuan peraturan perundang- D7 dari 40 unit angkutan kota yang
undangan selain aturan tersebut terdapat tergabung berbadan hukum diantaranya
Peraturan Pemerintah Republik 4 pengusaha yang tergabung dalam
Indonesia Nomor 74 tahun 2014 tentang Koperasi Warga Angkutan Cirebon
angkutan jalan , pasal 79 ayat (2) yaitu , (KOWATRON) yaitu koperasi yang
Badan Hukum Indonesia berbentuk didirikan oleh Dewan Pengurus Cabang
badan usaha milik negara, badan usaha Organisasi Angkatan Darat Kota Cirebon
milik daerah, perseroan terbatas dan atau Dpc Organda Kota Cirebon.
koperasi. Dasar hukum aturan ini juga Dengan ditetapkannya Undang-Undang
didukung oleh Perda Jabar No 3 tahun 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
2011 tentang penyelenggaraan Angkutan jalan yang mengamanatkan
perhubungan pasal 163 ayat (3) dalam pemilik angkutan umum harus berbadan
waktu lima tahun sejak peraturan daerah hukum, sejak berlakunya ketentuan ini,
ini di undangkan, usaha perseorangan angkutan umum yang ingin mendaftar
yang menyediakan jasa angkutan ulang izin trayek tidak bisa lagi nama
penumpang umum harus menyesuaikan perseorangan atau pemilik, tetapi harus
menjadi berbadan hukum secara atas nama badan hukum sementara
bertahap, hal ini merupakan bentuk kebijakan tersebut sempat mendapatkan
toleransi pemerintah terhadap jasa penolakan dari pemilik angkutan umum
angkutan agar dapat mempermudah terkait balik nama Surat Tanda Nomor
pelaksanaan kebijakan. Kendaraan (STNK) menjadi atas nama
Implementasi kebijakan tentang badan hukum mereka khawatir aset
kewajiban angkutan umum berbadan mereka hilang.
hukum di Kota Cirebon dilaksanakan Peraturan ini bukan untuk
oleh Dinas Perhubungan Kota Cirebon , memberatkan melainkan memudahkan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 94


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pendataan, pembinaan, serta memeberi KEWAJIBAN ANGKUTAN UMUM


konsekuensi administratif dan BERBADAN HUKUM DI DINAS
keselamatan bagi pelaku usaha, disisi PERHUBUNGAN KOTA CIREBON
lain upaya tersebut perlu dilakukan (Studi Kasus Angkutan Kota Trayek
untuk mempermudah pemerintah D7)
menyalurkan bantuan, artinya kendaraan
umum baik angkutan barang maupun 1.2 Rumusan Masalah
orang hanya bisa dimiliki oleh badan Berdasarkan latar belakang
hukum. Badan hukum yang dimaksud permasalahan di atas, maka rumusan
adalah Badan Usaha Milik Negara permasalahannya adalah sebagai berikut:
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah “Implementasi kebijakan tentang
(BUMD), Perseroan Terbatas, dan kewajiban angkutan umum berbadan
Koperasi, sehingga memudahkan hukum di Dinas Perhubungan Kota
pengawasan dan pengendalian yang Cirebon belum optimal”.
dilakukan oleh Dinas perhubungan Kota
Cirebon. Diharapakan dengan ditetapkan 1.3 Identifikasi Masalah
kebijakan diwajibkan untuk angkutan Berdasarkan rumusan masalah di
umum harus berbadan hukum atas maka identifikasi masalah adalah
mengharuskan berkelompok, baik itu sebagai berikut:
secara berkoperasi maupun Perseroan 1. Bagaimana implementasi
Terbatas (PT) angkutan ini menjadi kebijakan tentang kewajiban
perindustrian, bukan perseorangan. angkutan umum berbadan hukum
Pihak yang berwenang akan melakukan di Dinas Perhubungan Kota
upaya bila ada kemauan dari angkutan Cirebon?
umum untuk berbadan hukum. Yakni 2. Apa faktor-faktor yang
dengan cara mengajarkan perusahan mempengaruhi implementasi
angkutan untuk menguatkan kebijakan tentang kewajiban
manajemennya supaya bisa benar-benar angkutan umum berbadan hukum
menjadi operator yang sebenarnya. di Dinas Perhubungan Kota
Bedasarkan permasalahan di atas, Cirebon?
penulis tertarik membuat suatu penelitian 3. Apa hambatan yang hadapi Dinas
dengan judul: “IMPLEMENTASI Perhubungan Kota Cirebon
KEBIJAKAN TENTANG dalam melaksanakan kebijakan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 95


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

tentang kewajiban angkutan 4. upaya-upaya mengetahui


umum berbadan hukum pada yang dilakukan oleh Dinas
angkutan kota trayek D7? Perhubungan Kota Cirebon
4. Bagaimana upaya-upaya yang dalam pelaksanaan kebijakan
dilakukan oleh Dinas tentang kewajiban angkutan
Perhubungan Kota Cirebon umum berbadan hukum pada
dalam pelaksanaan kebijakan angkutan kota trayek D7.
tentang kewajiban angkutan
umum berbadan hukum pada 1.5 Kegunaan Penelitian
angkutan kota trayek D7? 1.5.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
1.4 Tujuan Penelitian dijadikan sumbangan pemikiran bagi
1. Untuk mengetahui pegawai yang berkaitan dengan
implementasi Kebijakan penyelenggaraan angkutan umum oleh
tentang kewajiban angkutan Dinas Perhubungan kota Cirebon dan
umum berbadan hukum di menambah pengetahuan khusunya bagi
Dinas Perhubungan Kota penulis secara praktis dan teoritis
Cirebon. mengenai implementasi Kebijakan
2. Untuk mengetahui faktor- tentang kewajiban angkutan umum
faktor yang mempengaruhi berbadan hukum di Dinas Perhubungan
Kebijakan tentang kewajiban Kota Cirebon ( studi kasus angkutan kota
angkutan umum berbadan trayek D7 )
hukum di Dinas Perhubungan
Kota Cirebon. 1.5.2 Secara Praktis
3. Untuk mengetahui hambatan- Hasil penelitian ini diharapkan
hambatan apa saja yang dapat menambah pembendaharaan
dihadapi dalam implementasi kepustakaan dalam disiplin ilmu
Kebijakan tentang kewajiban administrasi negara serta menjadi bahan
angkutan umum berbadan pertimbangan dan masukan khususnya
hukum di Dinas Perhubungan mengenai implementasi kebijakan
kota Cirebon pada angkutan tentang kewajiban angkutan umum
kota trayek D7. berbadan hukum di Dinas Perhubungan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 96


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Kota Cirebon (studi kasus angkutan kota Implementasi secara etimologis


trayek D7) ialah sebagai suatu aktvitas yang
bertalian dengan penyelesaian suatu
1.6 Kerangka Pemikiran pekerjaan dengan penggunaan sarana
Implementasi Kebijakan untuk memperoleh hasil. Implementasi
kewajiban angkutan umum berbadan kebijakan publik dapat diartikan sebagai
hukum pada prakteknya mengandung aktivitas ditetapkan/ disetujui dengan
satu tahapan penting. Salah satu tahapan penggunaan sarana untuk mencapai
penting dalam siklus kebijakan publik tujuan kebijakan.
adalah implementasi kebijakan, bagi Terdapat beberapa konsep
mereka yang melihat kebijakan publik mengenai implementasi kebijakan yang
dari perspektif siklus kebijakan, dikemukakan oleh beberapa ahli.
implementasi merupakan suatu aktifitas Menurut Van Meter dan Van Horn
yang paling penting, tetapi tidak setiap (dalam Subarsono, 2013: 99). Ada lima
kebijakan akan terimplemntasikan variabel yang mempengaruhi kinerja
dengan sendirinya realitanya implemntasi yakni:
menunjukan implementasi kebijakan 1. Standar dan sasaran kebijakan
tersebut sejak awal melibatkan sebuah 2. Sumber daya
proses rasional dan emosional yang 3. Hubungan antar organisasi
teramat kompleks. Implementasi sering 4. Karakteristik agen pelaksana
dianggap hanya merupakan pelaksanaan 5. Kondisi sosial, politik dan
dari apa yang telah diputuskan oleh ekonomi
legislatif atau para pengambil keputusan, 6. Disposisi implementor
seolah-olah tahapan ini kurang Menurut Van Meter dan Van Horn
berpengaruh. Tahapan implementasi (dalam Agustino, 2013: 139)
menjadi begitu penting karena suatu berpendapat bahwa:
kebijakan tidak berarti jika tidak Tindakan-tindakan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar dilakukan baik oleh individu-
sesuai pencapaian. Dengan kata lain individu atau pejabat - pejabat
implementasi merupakan tahap dimana atau kelompok-kelompok
suatu kebijakan dilaksanakan secara pemerintah atau swasta yang
maksimal agar dapat mencapai tujuan diarahkan pada tercapainya
yang telah ditentukan. tujuan-tujuan yang telah

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 97


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

digariskan dalam keputusan 2. Sumberdaya (Resources)


kebijaksanaan 3. Disposisi (Disposition)
Definisi lain juga diutarakan oleh 4. Struktur birokasi
Mazmanian dan Sabatier (dalam (Bureucratic Structure)
Agustino, 2013: 139) mendefinisikan Sumber daya, Disposisi, Struktur
implementasi kebijakan sebagai: birokasi di atas dijadikan teori dalam
Pelaksanaan keputusan penyusunan skripsi ini sehingga pada
kebijaksanaan dasar, biasanya uraian selanjutnya penulis mencoba
dalam bentuk undang–undang, mengulasnya secara lebih rinci.
namun dapat pula berbentuk 1. Komunikasi (communication)
perintah–perintah atau Keberhasilan implementasi
keputusan–keputusan badan kebijakan mensyaratkan agar
peradilan. Lazimnya, keputusan implementor mengetahui apa yang
tersebut mengidentifikasikan harus dilakukan secara jelas. Apa
masalah yang ingin di atasi, yang menjadi tujuan dan sasaran
menyebutkan secara tegas tujuan kebijakan harus diinformasikan
atau sasaran yang ingin di capa, kepada kelompok sasaran (target
dan berbagai cara untuk group). Apabila penyampaian tujuan
menstrukturkan atau mengatur dan sasaran suatu kebijakan tidak
proses implementasinya. jelas, tidak memberikan pemahaman
Berdasarkan beberapa definisi atau bahkan tujuan dan sasaran
yang disampaikan para ahli di atas, kebijakan tidak diketahui sama
disimpulkan bahwa Implementasi sekali oleh kelompok sasaran, maka
merupakan tahap dimana suatu kebijakan kemungkinan akan terjadi suatu
di formulasikan secara matang dan penolakan dari kelompok sasaran
dilaksanakan secara maksimal agar dapat yang bersangkutan.
mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. Komunikasi yang di lakukan
George C. Edward III (dalam dalam Implementasi Kebijakan
Subarsono, 2013: 90) mengemukakakan kewajiban angkutan umum berbadan
empat variabel yang menentukan hukum di kota cirebon oleh Dinas
keberhasilan implementasi kebijakan, Perhubungan Kota Cirebon yang
yaitu: bertujuan untuk memberikan
1. Komunikasi (communication) petunjuk, bimbingan, dan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 98


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pengawasan terhadap pengusaha Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya


angkutan umum. Faktor komunikasi tinggal di kertas menjadi dokumen
dalam implementasi kebijakan saja.
berpengaruh terhadap penerimaan Agar implementasi kebijakan
kebijakan yaitu kelompok sasaran, kewajiban angkutan umum berbadan
sehingga kualitas komunikasi akan hukum dapat berjalan lancar dan
mempengaruhi dalam mencapai optimal maka diperlukan staf yang
efektifitas implementasi kebijakan. memadai serta keahlian-keahlian
Dengan demikian, penyebaran isi yang baik untuk melaksanakan
kebijakan melalui proses tugas-tugas mereka, wewenang dan
komunikasi yang baik akan fasilitas-fasilitas yng diperlukan dan
mempengaruhi terhadap harus mengetahui informasi yang
implementasi kebijakan. Dalam hal relevan dan cukup tentang
ini, media komunikasi yang bagaimana cara
digunakan untuk menyebarluaskan mengimplementasikan kebijakan,
isi kebijakan kepada kelompok sehingga harus di beri petunjuk atau
sasaran akan sangat berperan. arahan untuk melaksanakan
Dengan demikian sasaran kebijakan kebijakan
dapat mengerti dengan kebijakan 3. Disposisi (Disposition)
yang sudah di tentukan. Disposisi adalah watak dan
2. Sumberdaya (Resources) karakteristik yang dimiliki oleh
Walaupun sudah implementor, seperti komitmen,
dikomunikasikan secara jelas dan kejujuran, sifat demokratis. apabila
konsisten, tetapi apabila implementor disposisi dengan baik,
implementor kekurangan maka dia akan dapat menjalankan
sumberdaya untuk melaksanakan, kebijakan dengan baik seperti apa
implementasi tidak akan berjalan yang diinginkan dan ditetapkan oleh
efektif. Sumberdaya tersebut dapat pembuat kebijakan. Ketika
berwujud sumberdaya manusia, implementor memiliki sikap atau
yakni kompetensi implementor, dan perspektif yang berbeda dengan
sumberdaya finansial. Sumberdaya pembuat kebijakan, maka proses
adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan juga
implementasi kebijakan agar efektif. menjadi tidak efektif. Sikap dari

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 99


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pelaksana kebijakan akan sangat Berdasarkan kerangka pemikiran


berpengaruh dalam implementasi diatas, maka peneliti mengemukakan
kebijakan. Apabila implementator anggapan dasar bahwa:
memiliki sikap yang baik maka dia 1. Implementasi merupakan tahap
akan dapat menjalankan kebijakan dimana suatu kebijakan di
dengan baik seperti apa yang formulasikan secara matang dan
diinginkan oleh pembuat kebijakan, dilaksanakan secara maksimal
sebaliknya apabila sikapnya tidak agar dapat mencapai tujuan
mendukung maka implementasi kebijakan itu sendiri.
tidak akan terlaksana dengan baik. 2. Kebijakan merupakan rangkaian
4. Struktur Birokrasi (Bureucratic konsep dan asas yang menjadi
Structure) pedoman dan dasar rencana
Struktur organisasi yang dalam plekasanaan suatu
bertugas mengimplementasikan pekerjaan, kepemimpinan, dan
kebijakan memiliki pengaruh yang cara bertindak.
signifikan terhadap implementasi 3. Angkutan merupakan
kebjakan. Salah satu dari aspek perpindahan orang dan/ atau
struktur organisasi adalah adanya barang dari suatu tempat ke
prosedur operasi yang Standard tempat lain dengan menggunakan
Operating Procedures (SOP). SOP kendaraan di ruang lalu lintas
menjadi pedoman bagi setiap jalan.
implementor dalam bertindak. 4. Badan hukum yaitu sekumpulan
Struktur organisasi yang terlalu kepentingan individu atau dengan
panjang akan cenderung kata lain kepentingan orang
melemahkan pengawasan dan banyak dimana kepentingan
menimbulkan red-tape, yakni dilindungi oleh hukum dan
birokrasi yang rumit dan kompleks. dilengkapi dengan suatu aksi,
Hal demikian pada gilirannya jika kepentingan itu diganggu.
menyebabkan aktivitas organisasi 5. Dinas Perhubungan Kota Cirebon
tidak fleksibel memiliki kewajiban serta
tanggung jawab untuk
1.7 Definisi Operasionalisasi Konsep meningkatkan kesadaran kepada
1.7.1 Definisi Konsep pengusaha angkutan Kota

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 100


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Cirebon agar angkutan kota kesadaran Pengusaha angkutan kota


mampu berbadan hukum sesuai khususnya trayek D7, maka diperlukan
kebijakan yang telah ditetapkan metode yang sesuai pula untuk sifat
penelitian ini.
1.7.2 Operasionalisasi Konsep Dalam penelitian ini penulis
Dimensi dan Parameter: menggunakan metode deskriptif dengan
1. Komunikasi: pendekatan kualitatif. Penelitian ini
a. Informasi persyaratan dilakukan secara kualitatif karena
b. Memberikan petunjuk metode yang paling sesuai untuk
c. Penyelenggaraan meneliti bagaimana implementasi
Administrasi kebijakan kewajiban angktan umum
2. Sumberdaya berbadan hukum dalam upaya
a. Kuantitas dan kualitas meningkatkan kesadaran pengusaha
pegawai. angkutan kota trayek D7 .Selain itu
b. Pelaksana. alasan lain menggunakan metode
c. Informasi kualitatif yang bersifat deskriptif karena
3. Disposisi metode kualitatif bukan untuk mencari
a. Kemauan pegawai. beberapa besar pengaruh dari suatu
b. Motivasi. variabel, tetapi untuk menggali,
c. Sikap. menemukan, dan menjelaskan tentang
4. Struktur Birokrasi bagaimana menjadikan angkutan kota
a. Keberadaan prosedur. berbadan hukum di Dinas Perhubungan
b. Kejelasan prosedur. Kota Cirebon.
c. Ketaatan prosedur. David Cline (dalam Sugiono,
2008: 11) membagi penelitian menjadi 3
1.8. Metode Penelitian bagian, salah satunya adalah:
1.8.1 Metode Penelitian yang Penelitian deskriptif yaitu
Digunakan peneltian yang dilakukan untuk
Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai variabel
mendeskripsikan dan menganalisis mandiri, baik satu variabel atau
sejauh mana implementasi kebijakan lebih (independent) tanpa
tentang kewajiban angkutan umum membuat perbandingan, atau
berbadan hukum untuk meningkatkan menghubungkan antara variabel

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 101


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

yang satu dengan variabel yang 2. Informan pendukung:


lain a. Staff Bidang Pelayanan Terpadu
Bogdan dan Taylor (dalam B di Dinas Penanaman Modal
Moeleong 2007: 4) mendefinisikan dan Pelayanan terpadu Satu Pintu
metode kualitatif sebagai: Kota Cirebon.
Prosedur peneltian yang b. Pengusaha Angkutan Kota
menghasilkan data deskriptif Trayek D7.
berupa kata-kata tertulis atau c. Supir Angkutan Kota Trayek D7.
lisan dari orang-orang dan Adapun alasan-alasan peneliti
perilaku yang di amati. Penelitan memilih informan tersebut karena
ini penulis menggunakan metode memiliki informasi serta sebagai
kualitatif analisis deskriptif, pelaksana dan yang merasakan kebijakan
dimana dalam penyajian data itu sendiri.
penulis mengguanakan
pemaparan dan gambaran, karena 1.8.3 Teknik Pengumpulan Data
penyusun hanya ingin Teknik pengumpulan data
menggambarkan situasi atau merupakan langkah yang paling strategis
peristiwa. dalam penelitian, karena tujuan utama
Penelitan ini penulis dari penelitian adalah data. Sumber data
menggunakan metode kualitatif analisis yang digunakan dalam penelitian ini
deskriptif, dimana dalam penyajian data adalah sebagai berikut:
penulis mengguanakan pemaparan dan 1. Data primer
gambaran, karena penyusun hanya ingin Mengguanakan metode wawancara
menggambarkan situasi atau peristiwa. kepada yang menjadi informan yaitu
pengumpulan data dengan cara
1.8.2 Informan dan Teknik Pemilihan memberikan daftar pertanyaan kepada
Informan informan baik kepada Kepala Seksi
Informan yang penulis pilih adalah: Angkutan Orang dalam Trayek Bidang
1. Key Informan: Kepala Seksi Angkutan dan Multimoda Di Dinas
Angkutan Orang dalam Trayek Perhubungan Kota Cirebon, dan Staff
Bidang Angkutan dan Multimoda bidang Pelayanan Terpadu B di Dinas
Di Dinas Perhubungan Kota Penanaman Modal dan Pelayanan
Cirebon. terpadu Satu Pintu Kota Cirebon, serta

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 102


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Pengusaha angkutan kota trayek D7 dan Wawancara yang penulis lakukan


Supir angkutan kota trayek D7. diasarkan pada wawancara
2. Data sekunder terpimpin/terarah/terstruktur, yaitu
Dengan cara mencari data-data teknik mengumpulkan data dengan cara
yang tersedian sebagai referensi dan mengadakan tanya jawab secara
bahan acuan penelitian, seperti bahan- langsung kepada informan baik kepada
bahan referensi, studi kepustakaan Kepala Seksi Angkutan Orang dalam
melalui literatur-literatur, arsip, laporan Trayek Bidang Angkutan dan Multimoda
dinas, monografi, surat kabar, internet, Di Dinas Perhubungan Kota Cirebon,
dan sumber-sumber tertulis lainnya. Staff Bidang Pelayanan Terpadu B di
Adapun teknik pengumpulan data yang Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
penulis gunakan adalah sebagai berikut: terpadu Satu Pintu Kota Cirebon serta
a. Studi kepustakaan Pengusaha angkutan kota trayek D7 dan
Teknik mengumpulkan data Supir angkutan kota trayek D7.
dengan cara melakukan penelitian
dengan membaca dan mempelajari buku, 1.8.4 Pemeriksaan Keabsahan Data
peraturan perundang-undangan serta Pengujian keabsahan data
sumber-sumber lainnya guna dilakukan dalam rangka memperoleh
memecahkan masalah. data yang dapat dipercaya. Pengujian
b. Studi lapangan keabsahan data dalam penelitian ini
Teknik mengumpulkan data sama halnya pengujian validitas dan
dengan cara penulis mengadakan realibiditas instrument penelitian dalam
penelitian secara langsung di lokasi penelitian kualitatif.
penelitian melalui teknik sebagai berikut: 7 teknik pengujian keabsahan
1. Observasi data menurut Moleong, (2007: 327)
Peneliti hanya melakukan dalam rangka memperoleh kreadibilitas
pengamatan di lapangan secara langsung (derajat kepercayaan) data yaitu:
di objek penelitian tetapi tidak terlibat 1. Perpanjang keikutsertaan
dalam aktivitas/ kegiatan di lokasi 2. Ketekunan pengamatan
penelitian. Disini peneliti hanya 3. Triangulasi
bertindak sebagai orang luar yang 4. Pengecekat sejawat
mengamati (observasi nonpartisipatif). 5. Kecukupan referensial
2. Wawancara 6. Kajian kasus negatif

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 103


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

7. Pengecekkan anggota d. Wawancara pada supir


Teknik Pengecekan Keabsahan angkutan Kota trayek D7.
data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik Tringulasi yaitu 1.8.5 Analisis Data
teknik pengecekan keabsahan data Analisis data yang dilakukan
dengan membandingkan beberapa adalah teknik analisis data secara
sumber data yang diperoleh dengan cara deskriptif. Menganalisis data dengan
check, recheck, dan Croos Check data cara mendeskripsikan atau
tersebut. menggambarkan data yang telah
1. Data Lapangan terkumpul sebagaimana adanya tanpa
a. Data angkutan kota di Dinas bermaksud membuat kesimpulan yang
Perhubungan Kota Crebon. berlaku untuk umum atau generalisasi
b. Data angkutan Kota Trayek secara mendalam mengenai berbagai
D7 Kota Cirebon di Dinas data yang diperoleh.
Penanaman Modal dan Analisis data proses
Pelayanan terpadu Satu Pintu mengorganisasikan dan mengurutkan
Kota Cirebon. data kedalam pola, kategori dan satuan
c. Jurnal dan Browsing dari uraian dasar sehingga dapat ditemukan
Internet tema (Moleong, 2007: 97) Tahap-tahap
2. Data Hasil Wawancara yang digunakan dalam analisis data
a. Wawancara Kepala Seksi adalah sebagai berikut:
Angkutan Orang dalam 1. Reduksi Data
Trayek Bidang Angkutan Reduksi data yaitu proses
dan Multimoda Di Dinas pemilihan data yang diperoleh itu
Perhubungan Kota Cirebon. dikumpulkan, dirinci secara sistematis
b. Wawancara Staff bidang dan memilih hal-hal pokok yang sesuai
Pelayanan Terpadu B di dengan fokus penelitian, sehingga
Dinas Penanaman Modal dan diharapkan memberikan gambaran dan
Pelayanan terpadu Satu Pintu analisis yang lebih tajam.
Kota Cirebon. 2. Penyajian Data
c. Wawancara pada pengusaha Penyajian data yaitu uraian tabel,
angkutan Kota trayek D7. gambar, grafik, dan sebagainya
penarikan kesimpulan. Penyajian data

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 104


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

merupakan usaha untuk memperoleh telah disusun secara cermat dan rinci
makna dari berbagai data yang telah atau matang Jadi Implementasi dapat
dikumpulkan kemudian dibuat pola, dimaksudkan sebagai suatu aktivitas
model, tema, dan hubungan persamaan yang berkaitan dengan penyelesaian
terhadap hal-hal yang penting. suatu pekerjaan dengan penggunaan
sarana untuk memperoleh hasil. Apabila
1.9 Lokasi Dan Jadwal Penelitian dikaitkan dengan kebijakan publik, maka
1.9.1 Lokasi Penelitian kata implementasi kebijakan publik
Lokasi penelitian dilakukan di dapat diartikan sebagai aktivitas
Dinas Perhubungan Kota Direbon yang penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan
berada di Jl. Terusan Pemuda (Komplek publik yang telah ditetapkan/disetujui
Perkantoran) Kota Cirebon, dan dengan penggunaan sarana untuk
observasi langsung ke pengusaha mencapai tujuan kebijakan.
angkutan sekitar juga dilakukan guna Pengertian implementasi
menambah informasi dikarenakan masih dikemukakan oleh Mazmanian dan
banyak angkutan umum belum berbadan Sabatier (dalam Wahab: 2014: 135)
hukum yang data di peroleh tersebut makna implementasi ini dengan
dapat menjadi sebuah kajian untuk mengatakan bahwa:
kepentingan peneltian. memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program
1.9.2 Jadwal Penelitian dinyatakan berlaku atau
Lamanya penelitian adalah 5 dirumuskan merupakan fokus
(lima) bulan terhitung mulai dari bulan perhatian implementasi
Februari 2018 sampai dengan Juni 2018 kebijakan, yakni kejadian-
dengan perincian sebgai berikut: kejadian dan kegiatan-kegiatan
yang timbul sesudah disahkannya
2. TINJAUAN PUSTAKA pedoman-pedoman kebijakan
2.1 Konsep Implementasi kebijakan publik yang mencakup baik
Implementasi menurut Kamus usaha-saha untuk
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu mengadministrasikannya maupun
pelaksanaan/penerapan. Sedangkan untuk
dalam pengertian umum adalah suatu
tindakan atau pelaksana rencana yang

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 105


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

menimbulkan akibat/ dampak menyebutkan secara tegas tujuan


nyata pada masyarakat atau atau sasaran yang ingin di capai,
kejadian-kejadian. dan berbagai cara untuk
Implementasi merupakan menstrukturkan atau mengatur
tindakan-tindakan untuk mencapai proses implementasinya.
tujuan yang telah digariskan dalam Menurut Wahab (wahab: 2010:
keputusan kebijakan. Tindakan tersebut 64) berpendapat bahwa implementasi
dilakukan baik oleh individu, pejabat kebijakan sebagai:
pemerintah ataupun swasta. Dunn Implementasi kebijakan dapat di
mengistilahkannya implementasi secara pandang sebagai suatu proses
lebih khusus, menyebutnya dengan melaksanakan keputusan
istilah implementasi kebijakan dalam kebijakan (biasanya dalam
bukunya yang berjudul Analisis bentuk undang-undang, peraturan
Kebijakan Publik menurutnya definisi pemerintah, keputusan peradilan,
kebijakan publik Dunn (2003: 132) perintah eksekutif, atau dekrit
yaitu: presiden).
“Implementasi kebijakan (Policy Edward III (dalam Subarsono,
Implementation) adalah 2010: 90) mengemukakakan empat
pelaksanaan pengendalian aksi- variabel yang menentukan keberhasilan
aksi kebijakan di dalam kurun implementasi kebijakan, yaitu:
waktu tertentu” 1. Komunikasi (communication)
Mazmanian dan Sabatier (dalam Menurut George C. Edward III
Agustino, 2012: 139) menjelaskan variabel pertama yang menentukan
implementasi kebijakan sebagai: keberhasilan implementasi kebijakan
Pelaksanaan keputusan adalah komunikasi. Keberhasilan
kebijaksanaan dasar, biasanya implementasi kebijakan mensyaratkan
dalam bentuk undang - undang, agar implementor mengetahui apa yang
namun dapat pula berbentuk harus dilakukan. Apa yang menjadi
perintah -perintah atau tujuan dan sasaran kebijakan harus
keputusan-keputusan badan dikomunikasikan kepada kelompok
peradilan. Lazimnya, keputusan sasaran atau target group. Apabila
tersebut mengidentifikasikan penyampaian tujuan dan sasaran suatu
masalah yang ingin di atasi, kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 106


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

diketahui sama sekali oleh kelompok sangat ditentukan oleh kejelasan dengan
sasaran, maka kemungkinan akan terjadi mana standar dan tujuan di cantumkan
kurangnya pemahaman dari kelompok dan dikomunikasikan kepada para
sasaran. Implementasi yang efektif pelaksana secara konsisten dan akurat
terjadi apabila para pembuat keputusan dengan media komunikasi yang
sudah mengetahui apa yang akan mereka digunakan untuk menyebarluaskan isi
kerjakan. kebijakan kepada kelompok sasaran atau
Komunikasi diperlukan agar target group.
pembuat keputusan dan para 2. Sumberdaya (Resources)
implementor akan semakin konsisten Variabel kedua yang menentukan
dalam melaksanakan setiap kebijakan keberhasilan implementasi kebijakan
yang akan diterapkan dalam masyarakat. menurut George C. Edward III adalah
Pengetahuan atas apa yang mereka sumberdaya. Walaupun sudah
kerjakan dapat berjalan bila komunikasi dikomunikasikan secara jelas dan
berjalan dengan baik, sehingga setiap konsisten, tetapi apabila implementor
keputusan kebijakan dan peraturan kekurangan sumberdaya untuk
implementasi harus dikomunikasikan melaksanakan, implementasi tidak akan
kepada bagian personalia yang tepat, berjalan efektif. Sumberdaya tersebut
akurat, dan konsisten. dapat brwujud sumberdaya manusia,
Para pembuat kebijakan dalam yakni kompetensi implementor, dan
rangka pencapaian kebijakan harus sumberdaya finansial. Sumberdaya
menyampaikan isi kebijakan kepada adalah faktor penting dalam untuk
implementor dengan baik, sehingga implementasi kebijakan agar efektif.
faktor komunikasi dalam implementasi Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya
kebijakan berpengaruh terhadap tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
penerimaan kebijakan oleh kelompok Dalam implementasi kebijakan
sasaran, dan kualitas komunikasi akan dapat berjalan lancar dan optimal jika
mempengaruhi dalam mencapai staf yang memadai serta staf dengan
efektifitas implementasi kebijakan. keahlian dan kemampuan yang
Dengan demikian, penyebaran isi diperlukan dalam mengimplementasikan
kebijakan melalui proses komunikasi kebijakan. Informasi yang relevan dan
yang baik akan mempengaruhi terhadap cukup juga di butuhkan dalam
implementasi kebijakan. Dalam hal ini, mengetahui informasi tentang bagaimana

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 107


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

memahami perintah dan kepatuhan secara konsisten. Sikap yang demokratis


dalam pelaksanaan implementasi akan meningkatkan kesan baik
kebijakan sehingga harus di beri implementor dan kebiajakan dihadapan
petunjuk untuk melaksanakan kebijakan, anggota maupun kelompok sasaran.
wewenang yang bersifat formal agar Sikap ini akan menurunkan resistensi
perintah dapat dilaksanakan. Dan dari masyarakat dan menumbuhkan rasa
fasilitas-fasilitas pendukung (sarana dan percaya dan kepedulian kelompok
prasarana) faktor yang paling penting sasaran terhadap implementor program/
dalam melaksanakan implementasi kebijakan.
kebijakan. 4. Struktur Birokrasi (Bureucratic
3. Disposisi (Disposition) Structure)
Variabel ketiga yang menentukan Struktur organisasi yang bertugas
keberhasilan implementasi kebijakan mengimplementasikan kebijakan
menurut George C. Edward III adalah memiliki pengaruh yang signifikan
disposisi. Disposisi adalah watak dan terhadap implementasi kebjakan. Salah
karakteristik yang dimiliki oleh satu dari aspek struktur organisasi adalah
implementor, seperti komitmen, adanya standar standard operating
kejujuran, sifat demokratis. Apabila procedures (SOP). SOP menjadi
implementor disposisi dengan baik, pedoman bagi setiap implementor dalam
maka dia akan dapat menjalankan bertindak. Struktur organisasi yang
kebijakan dengan baik seperti apa yang terlalu panjang akan cenderung
diinginkan dan ditetapkan oleh pembuat melemahkan pengawasan dan
kebijakan. Ketika implementor memiliki menimbulkan red-tape, yakni birokrasi
sikap atau perspektif yang berbeda yang rumit dan kompleks. Ini pada
dengan pembuat kebijakan, maka proses gilirannya menyebabkan aktivitas
implementasi kebijakan juga menjadi organisasi tidak fleksibel. SOP yang baik
tidak efektif. Implementor yang mencantumkan kerangka kerja yang
memiliki komitmen tinggidan jujur akan jelas, sistematis, tidak berbelit dan
senantiasa bertahan diantara hambatan mudah dipahami oleh siapapun karena
yang ditemui dalam program/ kebijakan. akan menjadi acuan dalam bekerjanya
Komitmen dan kejujurannya implementor. Sedangkan struktur
membawanya semakin antusias dalam organisasi pelaksana dan sejauh mungkin
melaksanakan tahap- tahap program menghindari hal yang berbelit, panjang

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 108


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

dan kompleks. Struktur organisasi kelompok sektor swasta, serta individu.


pelaksana harus dapat menajmin adanya Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
pengambilan keputusan atas kejadian hukum. Jika hukum dapat memaksakan
luar biasa dalam program cepat. atau melarang suatu perilaku contohnya
Keempat faktor di atas yaitu kewajiban yang mengharuskan
komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan pembayaran pajak penghasilan,
struktur birokrasi akan menentukan kebijakan hanya menjadi pedoman
keberhasilan atau kegagalan suatu tindakan yang hasilnya sesuai dengan
implementasi kebijakan. Karena yang diinginkan.
implementasi kebijakan merupakan Kebijakan atau kajian kebijakan
tahapan yang sangat penting dalam dapat pula merujuk pada proses
keseluruhan struktur kebijakan, karena pembuatan keputusan-keputusan penting
melalui prosedur ini proses kebijakan organisasi, termasuk identifikasi
secara keseluruhan dapat dipengaruhi berbagai alternatif seperti prioritas
tingkat keberhasilan atau tidaknya program atau pengeluaran, dan
pencapaian tujuan. Oleh karena itu pemilihannya berdasarkan dampaknya.
implementasi kebijakan memegang Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
peranan yang sangat penting karena mekanisme politis, manajemen,
setelah kebijakan dirumuskan, disahkan finansial, atau administratif untuk
dan dikomunikasikan namun kebijakan mencapai suatu tujuan eksplisit.
tersebut tidak akan bermanfaat apabila Menurut Ealau dan Prewitt
tidak diimplementasikan secara kongkrit (dalam Suharto, 2008: 7) mendefinisikan
di lapangan. Realistis tidaknya rumusan kebijakan:
kebijakan tergantung bagaimana “Kebijakan adalah sebuah
mengimplementasikan di lapangan. ketetapan yang berlaku yang
dicirikan oleh perilaku yang
2.2 Kebijakan Publik konsisten dan berulang, baik dari
Kebijakan adalah rangkaian yang membuat maupun yang
konsep dan asas yang menjadi pedoman menaatinya (yang terkena
dan dasar rencana dalam pelaksanaan kebijakan itu)”
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara Sedangkan Titmuss (dalam
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan Suharto, 2008: 7) mendefinisikan
pada pemerintahan, organisasi dan kebijkan sebagai:

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 109


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

“Prinsip-prinsip yang mengatur dalam suatu lingkungan tertentu


tindakan yang diarahkan kepada dimana terdapat hambatan-
tujuan tertentu” hambatan dan kemungkinan-
Pengertian kebijakan sendiri kemungkinan dimana kebijakan
sangat bervariasi, tergantung pada titik tersebut diusulkan agar berguna
pandang yang mengemukakannya. dalam mengatasinya untuk
Kebijakan pada hakekatnya adala mecapai tujuan yang dimaksud.
ketentuan yang telah ditetapkan dan Presman dan Wildavsky (dalam
menjadi pedoman kebijakan tersebut Winarno, 2008: 19) mendefinisikan
dalam ruang mencpai tujuan atau sasaran Kebijakan publik yaitu:
yang telah ditetapkan. Adapun istilah “Sebagai suatu hipotesis yang
publik yang berasal dari bahasa inggris mengandung kondisi-kondisi
yaitu public yang diterjemahkan dalam awal dan akibat yang bisa di
bahasa indonesia menjadi umum, ramalkan.”
masyarakat, negara, negeri, pemerintah, Menurut James E. Enderson
atau publik. Publik merupakan kumpulan (dalam Indiahono, 2009: 17)
manusia perorangan yang menaruh berpendapat bahwa
perhatian, minat atau kepentingan yang “Kebijakan sebagai perilaku dari
sama. Didalam publik tidak ada norma sejumlah aktor (pejabat,
atau nilai yang mengikat atau membatasi kelompok, instansi pemerintah)
perilaku, sebagaimana halnya pada atau serangkaian aktor dalam
masyarakat. Pengertian publik dalam suatu bidang kegiatan tertentu.”
konteks kebijakan publik sering diartikan Menurut Richard Rose (dalam
sebagai negara atau pemerintah, tetapi Agustino, 2012: 7) mendefinisikan
istilah yang lazim adalah kebijakan kebijakan publik yaitu:
publik. “Sebuah rangkaian panjang dari
Carl Friendrich (dalam Agustino, banyak atau sedikit kegiatan yang
2012: 7) mendefinisikan kebijakan saling berhubungan dan memiliki
sebagai: konsekuensi bagi yang
Kebijakan adalah serangkaian berkepentingan sebagai
tindakan/ kegiatan yang keputusan yang berlainan.”
diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 110


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Sedangkan James Anderson Badan hukum pada pokoknya


(dalam Agustino, 2012: 7) adalah suatu badan atau
mendefinisikan kebijakan publik yaitu: perkumpulan yang dapat
“Serangkaian kegiatan yang memiliki hak-hak dan melakukan
mempunyai maksud/tujuan perbuatan seperti seorang
tertentu yang diakui dan manusia, serta memiliki
dilaksanakan oleh seorang aktor kekayaan sendiri, dapat digugat
atau sekelompok aktor yang atau menggugat di depan hakim.
berhubungan dengan suatu Sedangkan menurut Soemitro
permasalahan atau suatu hal yang (dalam Ali, 19: 2014) mengatakan
diperhatikan” bahwa badan hukum:
Dalam kaitannya dengan definisi- “Suatu badan yang dapat
definisi tersebut diatas maka dapat mempunyai harta. Hak serta
disimpulkan bahwa kebijakan publik kewajiban seperti orang pribadi.”
pada umumnya dilakukan oleh badan Upaya mencari dasar hukum dari
pemerintah dan dan diarahkan untuk badan hukum yang timbul menjadi teori
memecahkan masalah publik, kebijakan salah satunya dikemukakan teori organ
publik tidak lepas dari kaitan dari Otto Von Gierke (dalam Rido, 2012:
kepentingan antar kelompok, baik 8) yaitu:
ditingkat pemerintahan maupun Badan hukum adalah suatu
masyarakat secara umum, Kebijakan realitas sesungguhnya sama
publik mengandung keputusan yang seperti sifat kepribadian alam
berhubungan dengan penerapan dan manusia ada di dalam pergaulan
pelaksanaannya. Kebijakan publik pun hukum. Di sini tidak hanya satu
memperhatikan apa yang kemudian akan probadia yang sesungguhnya,
atau dapat terjadi setelah kebijakan itu di tetapi badan hukum itu juga
implementsikan. mempunyai kehendak atau
kemauan sendiri yang dibentuk
2.3 Badan Hukum melalui alat-alat perlengkapannya
Menurut Subekti (dalam Ali, 19: (pengurusnya, anggota-anggota)
2014) mendefinisikan badan hukum Menurut Teori Propriete
yaitu: collective dari Planol (dalam Rido, 2012:
9) yaitu:

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 111


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Hak dan kewajiban badan hukum jaman dahulu dalam melaksanakan


itu pada hakikatnya adalah hak kegiatannya yang diwujudkan dalam
dan kewajiban anggota bersama- bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi
sama. Disamping milik hak dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang
pribadi, hak milik serta kekayaan dan atau barang yang peruntukannya
itu merupakan harta kekayaan untuk umum atau pribadi. Mengenai
bersama. Anggota-anggota tidak jalurnya bisa melalui udara seperti
hanya dapat memiliki masing- pesawat terbang, laut atau perairan
masing untuk bagian yang tidak seperti kapal atau perahu, dan darat
dapat dibagi, tetapi juga sebagai seperti mobil, pedati dan sebagainya.
pemilik bersama-sama untuk Kegiatan dari transportasi memindahkan
keseluruhan, sehingga mereka barang (commodity of goods) dan
secara pribadi tidak bersama- penumpang dari satu tempat (origin atau
sama sem port of call) ke tempat lain atau port of
uanya menjadi pemilik destination, maka dengan demikian
Bedasarkan keterangan di atas, pengangkut menghasilkan jasa angkutan
dapat disimpulkan tentang pengertian atau dengan kata lain produksi jasa bagi
badan hukum sebagai sebagai subjek masyarakat yang membutuhkan sangat
hukum yaitu mencakup: bermanfaat untuk pemindahan/
 Perkumpulan orang (organisasi) pengiriman barang-barangnya.
 Dapat melakukan perbuatan Dalam pengertian pokok, badan
hukum dalam hubungan hukum adalah segala suatu yang
hubungan harta kekayaan bedasarkan tuntunan kebutuhan
tersendiri: masyarakat yang demikian itu oleh
 Mempunyai pengurus hukum diakui sebagai pendukung hak

 Mempunyai hak dan kewajiban: dan kewajiban. Angkutan yang berbadan

 Dapat digugat atau menggugat di hukum dapat memudahkan pendataan,

depan pengadilan. pembinaan, serta memeberi konsekuensi


administratif dan keselamatan bagi

2.4 Angkutan Umum Berbadan pelaku usaha, disisi lain angkutan umum

Hukum berbadan hukum dilakukan untuk

Transportasi merupakan sarana mempermudah pemerintah menyalurkan

yang dibutuhkan banyak orang sejak bantuan, artinya dengan syarat

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 112


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

kendaraan umum baik angkutan barang Perhubungan Pasal 31 ayat 2 yaitu:


maupun orang hanya bisa dimiliki oleh Penyedian jasa angkutan umum
badan hukum dilaksanakan oleh badan usaha sesuai
Kewajiban Badan hukum bagi peraturan perundang-undangan.
angkutan umum sudah ditetapkan pada Pasal 163 ayat 3 tentang
Undang-Undang Republik Indonesia ketentuan peralihan: Dalam waktu paling
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas lam 5 (lima) tahun sejak Peraturah
dan angkutan jalan pasal 139 ayat 4 Daerah ini diundangkan, usaha
yaitu: Penyediaan Jasa angkutan umum perseorangan yang menyediakan jasa
dilaksanakan oleh badan usaha milik angkuan umum harus menyesuaikan
negara, badan usaha milik daerah, menajdi badan usaha secara bertahap,
dan/atau badan hukum lain sesuai sesuai pasal 31 ayat 2
ketentuan perundang-undangan. Ditegaskan kembali pada
Dijelaskan pada Peraturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 4 Tahun 2017 yaitu tentang
74 tahun 2014 tentang angkutan jalan Perubahan Peraturan Pemerintah daerah
Pasal 79 ayat 1 yaitu: Perusahann Provinsi Jawa Barat Nomor 3 tahun 2011
Angkutan Umum sebagaimana dimaksud tentang Penyelenggaraan Perhubungan
dalam pasal 78 ayat 1 harus berbadan ketentuan pasal 31 ayat 2 diubah yaitu:
hukum indonesia sesuai dengan Penyedia jasa angkutan umum
ketentuan peraturan perundang- dilaksanakan oleh badan hukum
undangan. indonesia berentuk Badan Usaha Milik
Pasal 79 ayat 2 yaitu: Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Badan hukum indonesia sebagaimana Daerah (BUMD), Perseroan Terbatas,
dimaksdu pada ayat (1) berbentuk: atau Koperasi.
a. Badan usaha milik Peraturan Daerah Kota Cirebon
negara; Nomor 9 Tahun 2009 Tentang
b. Badan usaha milik Penyelenggaraan Perhubungan pasal 24
daerah; ayat 1 yaitu: Kegiatan Usaha angkutan
c. Perseroan terbatas; atau orang atau angkutan barang dengan
d. Koperasi kendaran umum dilakukan oleh badan
Peraturan Daerah Jawa Barat No usaha
3 tahun 2011 tentang penyelenggaraan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 113


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Hal ini dapat diketahui bahwa 2. Subdin Angkutan Darat dan


jasa angkutan umum dikota Cirebon Seksie-Seksienya adalah:
harus memiliki badan usaha tidak lagi a. Seksie Angkutan orang
dimiliki perorangan. b. Seksie Angkutan Barang
c. Seksie Terminal
3.OBJEK PENELITIAN 3. Subdin PengujianSarana dan
Pada pertama kali di bentuknya adalah prasarana dan seksie-seksienya
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah:
Raya (DLLAJR),beberapa tahun a. Seksie Perbengkelan
kemudian dengan kemajuan yang ada b. Seksie parkir dan pendukung
maka DLLAJR berubah menjadi Dinas lalu lintas darat
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan c. Seksie Pengujian statis dan
(DLLAJ),yang bertugas di bagian penting
beberapa wilayah-wilayah Jawa Barat 4. Subdin Perhubungan Laut Dan
yang berpusat di Bandung,dan di seksie-seksienya adalah:
Cirebon adalah salah satu cabang yang di a. Seksie Angkutan Laut dan
bentuk beberapa bagian yang ada dalam perlengkapan
tugas masing-masing,DLLAJ akan b. Seksie Pelabuhan dan
berubah menjadi Dinas Perhubungan Syahbandar
yang bercabang di seluruh Indonesia c. Seksie kepengusahaan dan
yang berkota di tingkat II dan bongkar muat
selanjutnya pada tahun 2003 di d. Seksie keselamatan dan
berlakukannya Otonomi Daerah Dinas ketertiban
Perhubungan tersebut yang membawahi 5. Subdin perhubungan dan
beberapa subdin-subdin antara lain telekomunikasi dan seksie-
1. Subdin Lalu Lintas Darat dan seksienysa adalah:
seksie-seksienya adalah: a. Seksie prasarana dan
a. Sesksie manajemen dan prasarana
rekayasa lalu lintas darat b. Seksie pos dan Telkom
b. Seksie Surat Izin Mengemudi c. Seksie frekuensi dan radio
dan Surat Nomor Kendaraan televisi
c. Seksie Bimbingan
Keselamatan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 114


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

3.3 Visi dan Misi Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas


Visi: dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas
“TERWUJUDNYA PELAYANAN Perhubungan Kota Cirebon. Dinas
PERHUBUNGAN YANG SANTUN Perhubungan dalam melaksanakan
MENUJU KOTA CIREBON RAMAH tugasnya berada langsung dibawah dan
TAHUN 2018 “ bertanggung jawab kepada Walikota
Misi: melalui Sekretaris Daerah.
“MENINGKATKAN KETERTIBAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN 3.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi
JALAN “ Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Penetapan visi dan misi merupakan suatu Komunikasi Informatika dan Statistik
langkah penting dalam perjalanan suatu Kota Cirebon adalah sebagai berikut:
organsasi.Kehidupan organisasi sangat  Dalam Tugas Pokok
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan Dinas Perhubungan mempunyai tugas
internal dan eksternal. pokok melaksanakan urusan
Maka Visi dan Misi Dinas Perhubungan pemerintahan daerah dalam menyusun
Kota Cirebon dirumuskan sebagai dan melaksanakan kebijakan daerah
berikut : Menitikberatkan kepada bidang Perhubungan.
ketersediaan peraturan tentang  Dalam Fungsi:
penyelenggaraan perhubungan a. Perumusan kebijakan
informatika dan komunikasi, pelaksanaan urusan
meningkatkan kualitas SDM yang pemerintah dan tugas
berkualitas berwibawa,tersediaannya pembantuan yang
sarana penunjang administrasi diberikan kepada daerah
perkatoran serta sarana dan prasarana di bidang Perhubungan;
yang memadai. b. Pelaksanaan teknis urusan
pemerintah dan tugas
3.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan pembantuan yang
Fungsi diberikan kepada Daerah
3.4.1 Kedudukan di bidang Perhubungan
Dinas Perhubungan Kota Cirebon c. Pelaksanaan evaluasi dan
dibentuk berdasarkan Peraturan pelaporan urusan
Walikota Nomor 58 Tahun 2016 tentang pemerintah dan tugas

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 115


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pembantuan yang Bidang Lalu Lintas membawahi Seksi


diberikan kepada daerah Manajemen Lalu Lintas, Seksi Rekayasa
di bidang Perhubungan Lalu Lintas, dan Seksi Prasarana Lalu
d. Pelaksanaan administrasi Lintas.Kepala Bidang Angkutan dan
dinas dalam urusan Multimoda membawahi Seksi Angkutan
pemerintah dan tugas Orang Dalam Trayek, Seksi Angkutan
pembantuan yang Orang Tidak Dalam Trayek, dan Seksi
diberikan kepada daerah Terminal dan Multimoda.Kepala Bidang
di bidang Perhubungan Keselamatan dan Teknik Sarana
e. Pelaksanaan fungsi lain membawahi Seksi Audit dan Investigasi
yang diberikan oleh Keselamatan, Seksi Penyuluhan
Walikota terkait dengan Keselamatan, dan Seksi Pengendalian
tugas dan fungsinya. dan Operasional.
Masing -masing UPT dipimpin oleh
3.5 Struktur Organisasi dan Uraian Kepala UPT yang membawahi satu Sub-
Tugas Bagian. Kepala UPT Pengujian
Dinas Perhubungan Kota Cirebon Kendaraan Bermotor (PKB) membawahi
dipimpin oleh Kepala Dinas yang Sub Bagian Tata Usaha PKB. Kepala
bertanggung jawab langsung kepada UPT Parkir membawahi Sub Bagian
Walikota Cirebon melalui Sekretaris Tata Usaha Parkir. Kepala UPT
Daerah. Dinas Perhubungan terdiri satu Penerangan Jalan Umum (PJU)
Sekretaris,3 Bidang yakni Lalu Lintas, membawahi Sub Bagian Tata Usaha
Angkutan dan Multimoda serta PJU.
Keselamatan dan Teknik, dan 3 Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Pengujian 3.6 Keadaan Pegawai
Kendaraan Bermotor, Parkir dan Pegawai merupakan salah satu
Penerangan Jalan Umum. peran penting dalam plakasanaan suatu
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris dan kebijakan tanpa pegawai kualitas dan
membawahi 2 Sub Bagian yakni Umum kuantitas yang memadai maka tujuan
dan Kepegawaian, Program dan tidak dapat tercapai secara efektif dan
Keuangan.Masing-masing bidang efisien.
dipimpin oleh Kepala Bidang yang
membawahi 3 Kepala Seksi.Kepala

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 116


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

3.7 Keadaan Sarana dan Prasarana perintah-perintah atau keputusan-


Sarana dan prasarana yang keputusan esekutif yang penting atau
dimiliki yaitu Gedung Kantor kerja keputusan badan peradilan. keputusan
Dinas Perhubungan Kota Cirebon, tersebut mengidentifikasi masalah yang
Ruangan ATCS, Gedung Pelayanan ingin diatasi dan dihadapi, menyebutkan
KIR, peralatan kantor, inventaris kantor secara tegas tujuan yang ingin dicapai
sebagai modal kerja/pendukung kerja dan berbagai cara untuk mengatur proses
Pegawai dan sarana pendukung kantor implementasinya. proses ini berlangsung
lainnya. Selain itu pendanaan yang setalah melalui sejumlah tahapan
dibiayai Pemerintah Kota Cirebon dalam tertentu, biasanya diawali dengan
menjalankan tugas dan fungsi Dinas tahapan pengesahan undang-undang.
Perhubungan Kota Cirebon didukung Ouput kebijakan dalam bentuk
oleh Anggran Belanja yang bersumber pelaksanaan keputusan oleh badan
dari APBD Kota Cirebon. pelaksana, kesediaan dilaksanakannya
oleh keputusan-keputusan tersebut oleh
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok-kelompok sasaran, dampak
4.1 Implementasi Kebijakan nyata baik yang dikehendaki atau yang
kewajiban Angkutan Umum tidak dari ouput tersebut. Dampak
Berbadan Hukum di Dinas keputusan dipersepsikan oleh badan-
Perhubungan Kota Cirebon (Studi badan yang mengambil keputusan, dan
Kasus Angkutan Kota Trayek D7) akhirnya perbaikan-perbaikan penting
Implementasi kebijakan terhadap Undang-Undang atau
merupakan tahap pelaksana dari peraturan-peraturan yang bersangkutan.
kebijakan publik yang telah di rumuskan proses implementasi kebijakan sangatlah
atau direncanakan terlebih dahulu secara penting dalam struktur kebijakan, karena
matang. Implementasi kebijakan sangat dengan melalui prosedur proses
penting karena kebijakan tidak akan kebijakan seluruhnya akan dipengaruhi
bermanfaat apabila tidak tingkat berhasilan atau tidaknya
diimplementasikan secara konkrit di pencapain tujuan.
lapangan. Implementasi adalah Kewajiban Badan hukum bagi
pelaksanaan keputusan kebijaksanaan angkutan umum sudah ditetapkan pada
dasar, biasanya dalam bentuk undang- Undang-Undang Republik Indonesia
undang, namun dapat pula berbentuk Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 117


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

dan angkutan jalan pasal 139 ayat 4 yang angkuan umum harus menyesuaikan
berbunyi: Penyediaan Jasa angkutan menajadi badan usaha secara bertahap,
umum dilaksanakan oleh badan usaha sesuai pasal 31 ayat 2. Dalam pasal 163
milik negara, badan usaha milik daerah, ayat 3 peraturan peralihan diberi waktu
dan/atau badan hukum lain sesuai paling lama 5 (lima) tahun secara
ketentuan perundang-undangan. bertahap sejak peraturan daerah
Dijelaskan pada Peraturan Pemerintah diundangkan agar usaha perseorang yang
Republik Indonesia Nomor 74 tahun menyediakan angkutan umum diberi
2014 tentang angkutan jalan Pasal 79 toleransi untuk membentuk badan
yang berbunyi: Perusahann Angkutan hukum atau ikut serta dalam badan usaha
Umum sebagaimana dimaksud dalam yang berbadan hukum, pemilik angkutan
pasal 78 ayat 1 harus berbadan hukum harus mengurus legalitas, untuk yang
indonesia sesuai dengan ketentuan ingin membentuk badan hukum yaitu
peraturan perundang-undangan. Badan dengan cara menghadap notaris lalu
hukum indonesia sebagaimana dimaksdu mendaftarkannya kepeda kementrian
pada ayat (1) berbentuk: Hukum dan HAM.
a. Badan usaha milik Terdapat Peraturan Daerah
negara; Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun
b. Badan usaha milik 2017 yaitu tentang Perubahan Peraturan
daerah; Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat
c. Perseroan terbatas; atau Nomor 3 tahun 2011 tentang
d. Koperasi Penyelenggaraan Perhubungan ketentuan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa pasal 31 ayat 2 diubah yaitu: Penyedia
Barat No 3 tahun 2011 tentang jasa angkutan umum dilaksanakan oleh
penyelenggaraan Perhubungan Pasal 31 badan hukum indonesia berentuk Badan
ayat 2 yang berbunyi: Penyedian jasa Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
angkutan umum dilaksanakan oleh badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perseroan
usaha sesuai peraturan perundang- Terbatas, atau Koperasi. Pasal 163
undangan. Pasal 163 ayat 3 tentang dihapus karena terdapat batas ketentuan
ketentuan peralihan: Dalam waktu paling peralihan yang diundangkan yaitu
lama 5 (lima) tahun sejak Peraturah selama lima tahun yang jatuh pada tahun
Daerah ini diundangkan, usaha 2015 semenjak undang-undang 22 tahun
perseorangan yang menyediakan jasa 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 118


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

jalan di undangkan, lalu pasal 163 Implementasi kebijakan


disisipkan dengan pasal 162 menjadi merupakan suatu proses yang sangat
162a yang membahas tentang penting dalam pembuatan suatu
pengawasan dan pengendalian angkutan kebijakan, sebab implementasi adalah
barang. sebuah rangkaian yang sangat penting
Peraturan Daerah Kota Cirebon tercapainya suatu kebijakan yang harus
Nomor 9 Tahun 2009 Tentang dilakukan. Banyak faktor yang
Penyelenggaraan Perhubungan pasal 24 menentukan keberhasilan dan kegagalan
ayat (1) yang berbunyi: Kegiatan Usaha suatu implementasi kebijakan.
angkutan orang atau angkutan barang Keberhasilan suatu kebijakan
dengan kendaran umum dilakukan oleh harus di dukung dengan segala
badan usaha. Sesuai peraturan peraturan kebutuhan sarana dan prasarana yang
di atas Kewajiban angkutan kota Cirebon memadai yaitu ketersediaan alat-alat
khususnya trayek D7 diKota Cirebon komunikasi, informasi dan transportasi
belum optimal dikarenakan sesuai data yang diperlukan dapat digunakan secara
yang diperoleh yaitu 4 dari 40 unit efektif dan efesien untuk mendukung
kendaran saja yang baru berbadan para pelaksana kebijakan dengan di
hukum diantaranya ikut serta dalam dukung oleh data-data yang diperlukan.
Koperasi Warga Angkutan Cirebon Tidak terimplementasikan berarti bahwa
(KOWATRON) yaitu koperasi yang suatu kebijakan tidak dilakasanakan
didirikan oleh Dewan Pengurus Cabang dengan baik atau tidak sesuai dengan
Organisasi Angkutan Darat Kota rencana yang telat dibuat sebelumnya,
Cirebon atau Dpc Organda Kota Cirebon hal ini terjadi salah satunya yaitu karena
dan peneliti mengambil salah satu pihak-pihak yang terlibat di dalam
pengusaha angkutan kota trayek D7 yang pelaksanaannya tidak mau bekerjasama
dijadikan penelitian yaitu ibu Siti atau tidak berkerja secara efisien.
Maryam dan salah satu Supir angkot Berhasil tidaknya suatu kebijakan dapat
sekaligus pemilik angkutan perorangan ditentukan dalam proses implementasi
yaitu bapak Sobirin. dilapangan karena karena akan terlihat
tercapai tidaknya tujuan keseluruhan.
4.2 Faktor-Faktor Yang Dalam menentukan berhasilnya suatu
Mempengaruhi Implementasi kebijakan dapat dilihat dari kualitas
Kebijakan komunikasi dari segi akademik para

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 119


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pelaksana kebijakan, serta dapat berbadan hukum sesuai


bertanggung jawab terhadap kinerja perundang-undangan
dalam pelaksanaan kebijakan. Banyak 2. Pengusaha atau pemilik angkutan
faktor yang menentukan keberhasilan kota merasa khawatir aset mereka
atau kegagalan terhadap implementasi hilang jika beralih ke atas nama
kebijakan kewajiban angkutan umum badan hukum.
berbadan hukum khususya angkutan kota 3. Terdapat angkutan yang sudah
trayek D7 di Kota Cirebon masuk lising sehingga tidak
George C. Edward III memungkinkan untuk beralih ke
(Subarsono, 2010: 90) mengemukakakan badan hukum
empat variabel yang menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan, 4.4 Upaya-Upaya Dilakukan Oleh
yaitu: Dinas Perhubungan Kota Cirebon
1. Komunikasi (communication) Untuk Mengatasi Hambatan Dalam
2. Sumberdaya (Resources) Pelaksanaan Kebijakan Tentang
3. Disposisi (Disposition) Kewajiban Angkutan Umum
4. Struktur birokasi (Bureucratic Berbadan Hukum pada Angkutan
Structure) Kota Trayek D7
1. Memberikan motivasi pada
4.3 Hambatan-Hambatan Yang pengusaha angkutan kota manfaat
Dihadapi Dalam Implementasi dan keuntungan dari angkutan
Kebijakan Kewajiban Angkutan berbadan hukum, hal ini
Umum Berbadan Hukum di Dinas memeberikan suatu dorongan kepada
Perhubungan Kota Cirebon (Studi pengusaha maupun pemilik angkutan
Kasus Angkutan Kota Trayek D7) agar dapat antusias menjalankan
Pada dasarnya semua kegiatan kebijakan yang telah ditetapkan,
pasti mengalami hambatan-hambatan, serta menanamkan pengetahuan yang
akan tetapi hambatan-hambatan tersebut cukup secara bertahap kepada
masih bisa di atasi seperti hal nya pengusaha angkutan kota tentang
hambatan yang dialami Dinas prosedur dan persyaratan ketentuan
Perhubungan Kota Cirebon yaitu seperti: peralihan ke Badan Hukum.
1. Kurangnya kesadaran mereka 2. Melakukan Sosialisasi yang
pentingnya angkutan kota dilakukan secara umumnya

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 120


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

ditunjukan kepada seluruh pengusaha jika terjadi penyimpangan pada


angkutan maupun pemilik angkutan angkutan pihak dinas dapat
perorangan. Adapun tujuan sosialisai mengecek langsung status angkutan
ini adalah: Memberikan informasi tersebut.
tentang regulasi angkutan yang wajib
berbadan hukum kepada pengusaha 5. KESIMPULAN DAN SARAN
angkutan kota, agar penyelenggaran 5.1 Kesimpulan
angkutan kota dapat berjalan sesuai Berdasarkan penelitian, maka
peraturan perundang – undangan peneliti menarik kesimpulan sebagai
selain itu pentingnya angkutan berikut, implementasi kebijakan tentang
berbadan hukum yaitu kewajiban angkutan umum berbadan
mempermudah pihak dinas hukum di Dinas Perhubungan Kota
perhubungan memudahkan Cirebon (studi kasus angkutan kota
pendataan, pembinaan, serta trayek D7) kebijakan tersebut telah
memberi dilaksanakan sesuai dengan rencana
konsekuensi administratif dan yaitu dilakukan secara sosialisasi.
keselamatan bagi pelaku usaha, disisi Namun melihat kondisi di lapangan
lain upaya tersebut perlu dilakukan kebijakan tersebut tidak berhasil dalam
untuk mempermudah pemerintah mewujudkan dampak atau hasil yang
menyalurkan bantuan, artinya dikehendaki. Jadi Implementasi
kendaraan umum baik angkutan kebijakan tentang kewajiban angkutan
barang maupun orang hanya bisa umum berbadan hukum di Dinas
dimiliki oleh badan hukum. Badan Perhubungan Kota Cirebon (studi kasus
hukum yang dimaksud adalah Badan angkutan kota trayek D7) belum optimal.
Usaha Milik Negara (BUMN), Faktor-faktor yang
Badan Usaha Milik Daerah mempengaruhi implementasi kebijakan
(BUMD), Perseroan Terbatas, dan tentang kewajiban angkutan umum
Koperasi berbadan hukum di Dinas Perhubungan
3. Meningkatkan pengawasan pada Kota Cirebon (studi kasus angkutan kota
angkutan mengenai keberadaan trayek D7) belum berhasil secara optimal
surat- surat kendaraan, izin trayek hal ini dapat dilihat dari:
dan sebgaianya, agar angkutan 1. Komunikasi: yang dilakukan oleh
memiliki status yang lengkap maka Dinas Perhubungan Informatika

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 121


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

dan Komunikasi Kota Cirebon memungkinkan untuk beralih ke


belum optimal. badan hukum
2. Sumberdaya: Staf (pegawai) Dengan adanya hambatan-
Dinas Perhubungan Informatika hanbatan maka perlu adanya upaya
dan Komunikasi memiliki yang untuk mengatasinya, berikut upaya yang
memiliki keahlian, kemampuan, dilakukan agar meminimalisir hambtan
dan mengetahui informasi yang yang ada:
relevan dan sudah optimal. 5. Memberikan motivasi pada
3. Disposisi: Sikap pegawai Dinas pengusaha angkutan kota
Perhubungan Komunikasi Dan manfaat dan keuntungan dari
Informatika sudah tegas dan angkutan berbadan hukum, hal
sudah optimal. ini memeberikan suatu dorongan
4. Struktur birokrasi: pembagian kepada pengusaha maupun
kerja, keberadaan prosedur, pemilik angkutan agar dapat
kejelasan prosedur juga antusias menjalankan kebijakan
koordinasi antar pegawai sudah yang telah ditetapkan, serta
optimal. menanamkan pengetahuan yang
Hambatan-Hambatan Yang cukup secara bertahap kepada
Dihadapi Dalam Implementasi kebijakan pengusaha angkutan kota tentang
tentang kewajiban angkutan umum prosedur dan persyaratan
berbadan hukum di Dinas Perhubungan ketentuan peralihan ke Badan
Kota Cirebon (studi kasus angkutan kota Hukum.
trayek D7) yaitu: 6. Melakukan Sosialisasi yang
1. Kurangnya kesadaran mereka dilakukan secara umumnya
pentingnya angkutan kota ditunjukan kepada seluruh
berbadan hukum sesuai pengusaha angkutan maupun
perundang-undangan pemilik angkutan perorangan.
2. Pengusaha atau pemilik angkutan Adapun tujuan sosialisai ini
kota merasa khawatir aset mereka adalah : Memberikan informasi
hilang jika beralih ke atas nama tentang regulasi angkutan yang
badan hukum. wajib berbadan hukum kepada
3. Terdapat angkutan yang sudah pengusaha angkutan kota, agar
masuk lising sehingga tidak penyelenggaran angkutan kota

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 122


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

dapat berjalan sesuai peraturan 5.2 Saran


perundang–undangan selain itu 1. Dalam melaksanakan implementasi
pentingnya angkutan berbadan kebijakan angkutan umum berbadan
hukum yaitu mempermudah hukum di kota cirebon yang
pihak dinas perhubungan dilakukan oleh pihak Dinas
memudahkan pendataan, Perhubungan Kota Cirebon
pembinaan, serta memeberi khususnya pada angkutan kota
konsekuensi administratif dan trayek D7 maka perlu dilakukan
keselamatan bagi pelaku usaha, komunikasi kepada pengusaha
disisi lain upaya tersebut perlu angkutan kota disampaikan dengan
dilakukan untuk mempermudah cara bertahap dan diberi motivasi
pemerintah menyalurkan bagaimana pentingnya angkutan
bantuan, artinya kendaraan berbadan hukum sesuai perundang-
umum baik angkutan barang undangan hal ini mampu mendorong
maupun orang hanya bisa kesadaran bagi pengusaha maupun
dimiliki oleh badan hukum. supir sekaligus pemilik angkutan
Badan hukum yang dimaksud kota trayek D7 bahwa tujuan
adalah Badan Usaha Milik kebijakan tersebut dibuat untuk
Negara (BUMN), Badan Usaha memberikan kepastian hukum dan
Milik Daerah (BUMD), hak bagi pemilik angkutan kota agar
Perseroan Terbatas, dan Koperasi dapat mengopersikan kendaraannya
7. Meningkatkan pengawasan pada serta mempermudah pihak Dinas
angkutan mengenai keberadaan Perhubungan dalam melakukan
surat- surat kendaraan, izin pengawasan.
trayek dan sebgaianya, agar 2. Faktor yang paling memepengaruhi
angkutan memiliki status yang dalam pelakasanaan kebijakan
lengkap maka jika terjadi tersebut selain komunikasi maka
penyimpangan pada angkutan perlu meningkatkan sumber daya
pihak dinas dapat mengecek manusia sesuai keahlian dan
langsung status angkutan kemampuannya, dalam
tersebut. implementasi kebijakan angkutan
umum berbadan hukum dikota
cirebon sendiri perlunya

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 123


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

pengawasan pegawai yang turun penyelenggaran angkutan kota dapat


langsung ke lapangan untuk berjalan sesuai peraturan perundang
mengecek status kendaraan secara – undangan. Serta melakukan
rutin yang hasilnya menjadi sebah pengawasan pada angkutan
laporan secara berkala tentang mengenai keberadaan surat- surat
kondisi angkutankota di ruang lalu kendaraan, izin trayek dan
lintas. sebgaianya.
3. Setiap pelkasanaan terdapat hambat
seperti kurangnya kesadaran DAFTAR PUSTAKA
pengusaha angkutan bahwa BUKU
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis
pentingnya angkutan berbadan
Kebijaksanan dari formulasi
hukum maka sikap dinas Keimplementasi Kebijaksanaan
Negara: PT. Bumi Aksara
perhubungan kota cirebon lebih
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar
ditingkatkan lagi dalam Kebijakan Publik. Bandung: Cv.
Alfabeta
melaksanakan tugasnya, agar
Ali, Chidir. 2011.Badan Hukum.
pengusaha maupun pemilik Bandung: P.T. Alumni
Dun, William N.2003. Pengantar
angkutan perorangan mampu
Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
mentaati kebijakan-kebijakan yang Gajah
Mada University Press
telah ditetapkan. Sehingga kebijakan
Indiahono, Dwiyanto. Kebijakan Publik:
akan berjalan sesuai yang harapkan. Berbasis Dynami Policy Analysis.
Yogyakarta: Gava Media
4. Upaya–upaya yang dilakukan oleh
Moelong,2007. Metologi Penelitian
Dinas Prhubungan Kota Cirebon Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rido, Ali. 2012. Badan Hukum dan
seperti diselenggarakan sosialisasi
Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
khusus untuk angkutan kota di kota Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf. Bandung: PT. Alumni
cirebon dengan bertujuan
Subarsono, AG.2010. Analisis Kebijakan
memberikan motivasi yang Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiono.2010. Metode Penelitian
berhubungan dengan manfaat dan
Kuantitatf Kualitatif dan R&D.
keuntungan dari angkutan berbadan Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan
hukum, mengingatkan kembali
Publik Panduan Praktis Mengkaji
dengan cara memberikan informasi Masalah dan Kebijakan Sosial.
Bandung: Cv. Alfabeta
tentang regulasi angkutan yang
wajib berbadan hukum kepada PERATURAN DAN PERUNDANG-
UNDANGAN
pengusaha angkutan kota, agar

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 124


Jurnal Publika Unswagati Cirebon

Undang–Undang Republik Indonesia


Nomor 22 tahun 2009
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 tahun 2014
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 3 tahun 2011

Jurnal Publika, Volume 6 Nomor 2 | Edisi Juli-Desember 2018 Page 125

Anda mungkin juga menyukai